Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH HIPERSENSITIVITAS DENTIN

Disusun oleh:

Audinda Gunawan (2017-16-031)

Bela Permata Sari (2017-16-033)

Carolina Stevanie (2017-16-037)

Pembimbing:

Drg. Umi ghoni Tjiptoningsih, Sp. Perio

Drg. Ratih Widyastuti, MS., Sp.Perio

LABORATORIUM PERIODONSIA

UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)

JAKARTA

2018

1
BAB I

PENDAHULUAN

Gigi sensitif atau hipersensitivitas dentin adalah suatu masalah yang

sering dialami oleh banyak orang. Sensasi rasa sakit yang pendek dan tajam

pada pasien dengan hipersensitivitas dentin dapat mengurangi kenyamanan

aktivitas mereka sehingga berdampak pada produktivitas dan kesejahteraan

individu.1

Hipersensitivitas dentin merupakan kondisi klinis umum yang biasanya

berhubungan dengan terbukanya permukaan dentin. Hal tersebut dapat

mempengaruhi pasien pada semua kelompok umur dan biasanya

mempengaruhi gigi kaninus dan premolar pada kedua rahang.2

Hipersensitivitas dentin ini sendiri adalah rasa nyeri yang berlangsung singkat

dan tajam akibat adanya rangsang terhadap dentin yang terbuka yang dapat

disebabkan oleh atrisi, abrasi, fraktur mahkota, resesi gingiva dan trauma

ortodontik.3 Keluhan ngilu atau nyeri dirasakan tidak hanya terjadi ketika gigi

berkontak dengan minuman atau makanan yang dingin, tetapi dapat juga oleh

udara atau angin pada saat membuka mulut. Ciri khas dentin hipersensitif

adalah rasa sakit yang diderita bersifat akut, tajam namun singkat pada dentin

yang tidak terlindung email. Reaksi tersebut merupakan respons pulpa

terhadap rangsang termal, taktil, osmotik atau kimia tanpa keterlibatan

bakteri.4

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Hipersensitivitas dentin adalah rasa nyeri yang berlangsung singkat

dan tajam akibat adanya rangsang terhadap dentin yang terbuka yang dapat

disebabkan oleh atrisi, abrasi, fraktur mahkota, resesi gingiva dan trauma

ortodontik. Dentin hipersensitif seringkali terjadi pada gigi permanen,

terutama kaninus dan premolar karena hilangnya lapisan email dan atau

sementum.3

B. Mekanisme Hipersensitiviras Dentin

Tiga mekanisme utama sensitivitas dentin telah diajukan dalam

literatur:

a. Teori persarafan langsung

b. Reseptor Odontoblas

c. Gerakan cairan / teori hidrodinamik

Menurut teori persarafan langsung, ujung saraf menembus dentin

dan meluas ke persimpangan dentino-enamel. Stimulasi mekanik langsung

dari saraf ini akan memulai potensial aksi. Ada banyak kekurangan dari

3
teori ini. Kurangnya bukti bahwa dentin luar, yang biasanya merupakan

bagian paling sensitif, diinervasi. Studi perkembangan menunjukkan

bahwa pleksus Rashkow dan saraf intratubular tidak membentuk diri

sampai gigi tersebut meletus; namun, gigi yang baru erupsi itu sensitif.

Selain itu, penginduksi rasa sakit seperti bradikinin gagal menginduksi

rasa sakit saat diterapkan pada dentin, dan memandikan dentin dengan

larutan anestesi lokal tidak mencegah rasa sakit, yang terjadi ketika

dioleskan ke kulit.

Teori reseptor odontoblas menyatakan bahwa odontoblas bertindak

sebagai reseptor oleh mereka sendiri dan menyampaikan sinyal ke terminal

saraf. Tetapi mayoritas penelitian telah menunjukkan bahwa odontoblas

adalah sel-sel pembentuk matriks dan karenanya mereka tidak dianggap

sebagai sel-sel yang berekspansi, dan tidak ada sinapsis yang telah

ditunjukkan antara odontoblas dan terminal saraf.

Brannstrom (1964) telah mengusulkan bahwa nyeri dentin

disebabkan oleh mekanisme hidrodinamik, yaitu gaya fluida. Scanning

electron microscopic (SEM) analisis dentin "hipersensitif" menunjukkan

adanya tubulus dentin secara luas terbuka. Kehadiran tubulus lebar di

dentin hipersensitif konsisten dengan teori hidrodinamik. Teori ini

didasarkan pada keberadaan dan pergerakan cairan di dalam tubulus

dentin. Gerakan cairan sentrifugal ini, pada gilirannya, mengaktifkan

ujung saraf di ujung tubulus dentin atau di kompleks pulpa-dentin. Ini

mirip dengan pengaktifan serabut saraf yang mengelilingi rambut dengan

4
menyentuh atau memberi tekanan pada rambut. Respon saraf pulpa,

terutama serat aferen intradentinal Iklan, tergantung pada tekanan yang

diterapkan, yaitu intensitas rangsangan. Telah dicatat bahwa rangsangan

yang cenderung memindahkan cairan menjauh dari kompleks pulpa-dentin

menghasilkan lebih banyak rasa sakit. Rangsangan ini termasuk

pendinginan, pengeringan, penguapan dan aplikasi zat kimia hipertonik.

Sekitar, 75% pasien dengan DH mengeluh nyeri dengan aplikasi

rangsangan dingin. Terlepas dari kenyataan bahwa gerakan cairan di

dalam tubulus dentinal menghasilkan nyeri, perlu dicatat bahwa tidak

semua dentin yang terbuka sensitif. Seperti yang dinyatakan sebelumnya,

dentin "hipersensitif" memiliki tubulus yang lebih terbuka dan lapisan

apus kalsifikasi tipis / di bawah dibandingkan dengan dentin "tidak

sensitif". Tubulus yang lebih lebar meningkatkan gerakan cairan dan

dengan demikian respons rasa sakit.2

Gambar 1. Penggambaran teori Brannström.6

5
C. Etiologi

Penyebab nyeri/ngilu gigi dapat diklasifikasikan sebagai

nyeri/ngilu dengan kavitas karena ada atau karies, misalnya karena abrasi,

atrisi, erosi atau abfraksi; nyeri/ngilu tanpa kavitas, umumnya karena

terjadi resesi gingiva yang menyebabkan permukaan akar terbuka;dan

ngilu setelah perawatan bleaching, scaling dan root planing, restorasi yang

cacat, sindroma gigi retak, penggunaan bur tanpa air pendingin dan lain-

lain.4

Hipersensitivitas dentin terutama ditemukan pada kasus resesi

gingiva yang menyebabkan terpaparnya permukaan akar terhadap berbagai

rangsangan panas, dingin, asam, manis maupun udara akibat terjadinya

pergeseran tepi gingiva ke arah apikal.4,7 Resesi gingiva dapat terjadi

secara fisiologis akibat bertambahnya umur, dan dapat pula terjadi secara

patologis yaitu karena kesalahan menyikat gigi, malposisi gigi, keradangan

gingiva, perlekatan frenulum yang terlalu tinggi, pergerakan alat

ortodontik ke arah labial, dan trauma oklusi.8

Dentin yang hipersensitif terjadi akibat berkurangnya perlindungan

sementum, smear layer dan pergerakan cairan dalam tubulus dentin.4

Pergerakan cairan dalam tubulus dentin terjadi akibat rangsangan termal

dan fisik, yang kemudian merangsang baroreceptor untuk melepaskan

neuron. Proses ini dinamakan teori hidrodinamik dari nyeri. Cairan dalam

tubulus dapat bergerak ke luar dan ke dalam dentin, dimana pergerakan

6
cairan ke arah luar diakibatkan adanya rangsangan dingin, dan hal tersebut

menyebabkan rasa nyeri meningkat.9

D. Klasifikasi Resesi Gingiva

Klasifikasi untuk resesi gingiva yang digunakan secara luas sampai

saat ini adalah klasifikasi menurut Miller (1985)10, yaitu:

 Kelas 1: resesi tidak meluas ke mucogingival junction dan tidak

ada kehilangan tulang di daerah interdental.

 Kelas 2: resesi meluas ke mucogingival junction tanpa adanya

kehilangan tulang di daerah interdental.

 Kelas 3: resesi meluas ke mucogingival junction dengan

kehilangan jaringan lunak di interdental atau terdapat malposisi

gigi.

 Kelas 4: resesi meluas ke mucogingival junction, dengan

kehilangan tulang dan jaringan lunak di daerah interdental yang

parah, dan/atau terdapat malposisi yang parah.

7
KELAS 1 KELAS 2

KELAS 3 KELAS 4

Gambar 2. Klasifikasi resesi gingiva menurut Miller (1985).11

E. Terapi

Terdapat banyak jenis perawatan hipersensitivitas dentin, namun

agen desensitasi yang ideal menurut Grossman (1935) yang seharusnya

tidak mengiritasi pulpa, relatif tidak sakit, mudah di aplikasikan, bekerja

dengan cepat, efektif secara permanen dan tidak menghitamkan struktur

gigi.12

Perawatan dapat dilakukan oleh pasien sendiri dirumah (at home)

atau di aplikasikan oleh perawat gigi professional di klinik gigi (in-office).

Metode at home lebih simpel, tidak mahal dan dapat merawat

hipersensitivitas dentin generalis yang memperngaruhi banyak gigi.

Perawatan in office lebih kompleks dan biasanya hanya mentargetkan

hipersensitivitas dentin lokalis pada satu atau beberapa gigi.5

8
Strategi perawatan hipersensitivitas dentin adalah:4

a. Diagnoasis dan rencana perawatan yang tepat serta DHE mengenai

faktor etioligi

b. Pada kasus sensitive ringan-sedang, DHE mengenai metode

penyikatan gigi yang benar dan pemilihan pasta gigi yang sesuai

yang dapat dilakukan dirumah (at home therapy)

c. Bila masih tetap merasa ngilu dapat dilanjutkan dengan perawatan

di ruang dokter (in office therapy)

d. Apabila kedua cara sebelumnya belum efektif, pertimbangkan

perawatan endodontic sebagai langkah terakhir

Agen desensitisasi diklasifikasikan berdasarkan cara pemberian dan

mekanisme aksi. Agen desensitisasi berdasarkan cara pembagian

dikelompokkan menjadi at-home dan in-office. Sedangkan klasifikasi agen

desensitisasi berdasarkan mekanisme aksi dikelompokkan menjadi agen

yang menganggu respon neural terhadap stimulus nyeri dan agen yang

menghalangi aliran cairan tubuli sehingga menyebabkan oklusi tubuli

dentin. Grossman telah mengidentifikasi karakteristik agen desensitisasi

yang ideal yaitu, efek cepat, memiliki efek jangka panjang, tidak

berbahaya bagi pulpa, tidak nyeri, mudah diaplikasikan dan tidak

menyebabkan stain pada gigi.8

1. At-home8

Agen desensitisasi at-home termasuk bubuk gigi, pasta gigi, obat

kumur dan permen karet. Pada saat ini, hampir semua pasta gigi

9
desensitisasi mengandung garam potassium seperti, potassium klorida,

potassium sitrat, dan potassium nitrat. Telah ditemukan dalam penelitian

bahwa penggunaan pasta gigi yang mengandung potassium nitrat dan

fluoride memiliki efek positif dalam mengurangi hipersensitivitas dentin.

Pasta gigi ini seharusnya digunakan menggunakan sikat gigi berbulu sikat

halus dan dengan sedikit air sehingga pasta gigi dapat memberikan efek

positif yang maksimum.

Penggunaan bubuk gigi juga digunakan menggunakan sikat gigi

yang halus. Tidak terdapat bukti hasil yang lebih baik dalam penggunaan

bubuk gigi dengan menggunakan jari atau sikat gigi.

Penelitian lain menemukan penggunaan obat kumur yang

mengandung potassium nitrat dan fluoride dapat mengutangi

hipersensitivitas dentin. Begitu juga dengan permen karet yang

mengandung potassium klorida.

Setelah 2-4 minggu menggunakan at home therapies, derajat

hipersensitivitas dentin perlu di invertigasi ulang. Apabila masih terdapat

rasa sakit, pasien harus melanjutkan fase selanjutnya dalam perawatan

yaitu in office therapy.

2. In-office

Secara teoritis, terapi in-office bertujuan menghilangkan rasa sakit

seketika. Klasifikasi berbagai jenis agen desensitisasi didasarkan pada

mekanisme kerjanya termasuk oklusi tubulus dentinal dan mengganggu

10
transmisi impuls saraf.8

a. Agen desensitisasi yang diaplikasikan secara topikal

Seperti fluoride, potassium nitrat, oxalate dan kalsium fosfat.

b. Adesif dan resin

Karena banyak agen desensitisasi topikal tidak dapat melekat

pada permukaan dentin, efeknya sementara. Perawatan

hipersensitivitas dentin terkini menggunakan adesif termasuk

varnish, bonding agents dan bahan restoratif.

c. Prosedur lain

Prosedur lain seperti penggunaan iontophoresis dan laser.

Prosedur iontophoresis yaitu dengan menggunakan listrik untuk

meningkatkan difusi ion ke dalam jaringan yang umumnya

berhubungan dengan pasta fluoride. Penggunaan laser dalam

perawatan hipersensitivitas dentin bervariasi dari 5 hingga 100

persen tergantung dari tipe laser dan paramerer perawatan.12

11
BAB III

LAPORAN KASUS

Nama O.S. :Della Ayu Mawarni Nama Mahasiswa:

Tanggal Lahir : 15 April 1995 / 22 tahun 1. Audinda Gunawan (2017-16-031)

2. Bela Permata Sari (2017-16-033)


Jenis kelamin : Wanita
3. Carolina Stevanie (2017-16-037)
Pekerjaan : Mahasiswa Nama Pembimbing:

Alamat : Taman Karta Cikarang 1. drg. Umi Ghoni T., Sp. Perio

2. drg. Ratih Widyastutu MS, Sp.Perio

I. Anamnesa:

Pasien wanita berusia 22 tahun datang ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut

Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) dengan keluhan gigi depan bawah

sering terasa ngilu yang singkat dan tajam saat makan atau minum dingin

sejak ± 6 bulan yang lalu, namun ngilu hilang saat tidak mengkonsumsi

minuman digin tersebut. Pasien sudah dilakukan perawatan pembersihan

karang gigi 1 bulan yang lalu. Namun pasien merasa giginya masih terasa

ngilu ketika makan atau minum dingin. Pasien menyikat gigi 2x sehari ketika

mandi pagi dan malam sebelum tidur. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit

sistemik ataupun alergi. Pasien datang dalam keadaan tidak sakit dan ingin

dirawat.

12
II. Status Umum :

- Kesadaran umum : compos mentis,

- Tekanan darah : 110/70 mmHg

- Denyut nadi : 70x/menit

- Pernafasan : 15x/menit

- Suhu : .

- Riwayat Sistemik : Hipertensi (-)

Hipotensi (-) Hepatitis (-)

Penyakit jantung (-) Asma (-)

Diabetes (-) Alergi (-)

III. Status Lokal :

1. Pemeriksaan ekstra oral:

Wajah : Simetris, tidak ada kelainan

Pipi : Tidak ada pembengkakan

Bibir : Kompeten, tidak ada kelainan

Limfonodi : Tidak teraba, tidak sakit

Mata : Tidak ada kelainan

Kelenjar Submandibularis : Tidak teraba, lunak, tidak sakit

13
Kelenjar Sublingualis : Tidak teraba, lunak, tidak sakit

Foto Ekstra Oral

2. Pemeriksaan intra oral:

 Resesi gingiva : gigi 33,32,31,41,42,43 klas 1.

 Palatum : Sedang

 Lain-lain : Crowding anterior rahang bawah

 Gingiva :

 RA KA : merah muda, edema(-) konsistensi kenyal, interdental

papil lancip, stipling (+), BOP (-)

14
 RA M : merah muda, edema (-), konsistensi kenyal, interdental

papil lancip, stipling (+), BOP (-)

 RA KR : merah muda, edema (-), konsistensi kenyal, interdental

papil lancip, stipling (+), BOP (-)

 RB KA : merah muda, edema (-), konsistensi kenyal, interdental

papil tumpul, stipling (-), BOP (+)

 RB M : merah muda, edema (-), konsistensi kenyal, interdental

papil tumpul, stipling (-), BOP (+)

 RB KR : merah muda, edema (-), konsistensi kenyal, interdental

papil tumpul, stipling (-), BOP (+)

15
3. Keadaan gigi geligi :

a. Keadaan gigi geligi

T At/A
V G O Mp M Tk K T Kr
m b

33 + - + - - + - - - - -

32 + - + LV - + - - - - -

31 + - + MLV - + - - - - -

41 + - + - - + - - - - -

42 + - + - - + - - - - -

43 + - + MLV - + - - - - -

Keterangan :

V : Vital Pd : Poket Distal K : Karang Gigi


G : Goyang O : Oklusi T : Trauma Oklusi
Pb : Poket Bukal R : Resesi Kr : Karies
Pm : Poket Mesial Mp : Malposisi Tm : Tumpatan
Pp/Pl : Poket Palatal M : Migrasi At/Ab : Atrisi / Abrasi
Poket Lingual Tk : Titik Kontak MLV : Mesio Labio Versi
LV : Labio Versi

16
- Poket periodontal bagian bukal/labial

33 1 2 1

32 1 1 1

31 1 1 1

Gigi Median Median Distal

41 1 2 1

42 2 2 2

43 1 1 1

- Poket periodontal bagian palatal/lingual

33 2 1 1

32 2 2 1

31 1 1 2

17
Gigi Mesial Median Distal

41 2 1 1

42 1 1 1

43 1 1 1

FOTO INTRA ORAL

18
GAMBARAN RADIOGRAFI

INTERPRETASI: gigi 33, 32, 31, 41, 42, 43 tidak terdapat kerusakan mahkota

dan penurunan tulang < 1/3 CEJ yang ditandai dengan gambaran radiolucent,

terdapat pelebaran ligamen periodontal

IV. Diagnosa : gingivitis kronis lokalis

- Etiologi Primer : Bakteri plak

- Etiologi Sekunder :

 Lokal :

- Kalkulus

- Resesi gingiva: Kelas I : 33, 32, 31, 41, 42, 43

- Lain-lain: crowding anterior rahang bawah.

 Sistemik : -

V. Etiologi :

 Etiologi Primer : Bakteri Plak

 Etiologi Sekunder :

19
 Resesi gingiva : gigi 43, 42, 41, 31, 32, 33 klas 1 miller bagian

bukal

 Kalkulus

 Palatum : Sedang

 Lain-lain : Crowding anterior rahang bawah

VI. Prognosa :

 Umum : Baik, tidak memiliki riwayat penyakit sistemik,

usia 22 tahun, pasien kooperatif, sosial ekonomi baik, sedang tidak

mengkonsumsi obat

 Lokalis : Baik, tidak ada kerusakan tulang alveolar, poket

periodontal 0-1 mm, resesi 1-2 mm, memungkinkan dilakukan

perawatan.

VII. Rencana Perawatan

 Fase Darurat

Tidak dilakukan karena tidak terdapat abses gingiva/periodontal, NUG

dan NUP

 Fase Non Bedah (Fase I)

 Scalling + OHI

 Desensitisasi untuk resesi klas I: gigi 43,42,41,31,32,33

 Fase Bedah (Fase II) : -

20
 Fase Restoratif (Fase III) : -

 Fase Maintenance (Fase IV)

 Kontrol Periodik, kontrol plak, kalkulus

 Kondisi gingival

 Pemberian OHIS

 Cek perubahan patologis lainnya

Bagan Rencana Terapi

Fase Emergency

Tidak ada

Fase I (initial)
Scaling + OHI, polishing, DHE, Desensitisaisi gigi 33, 32, 31, 41, 42, 43
Ortodonti

Fase IV (maintenance)

Kontrol periodik, kontrol plak, kalkulus, gingiva dan OHIS.

Fase II (surgical) Fase III (restoratif)

Tidak ada Tidak ada

21
VIII. Rujukan :

- Bagian Radiologi: foto periapikal

- Orthodontia : pro ortho lepasan RA & RB

IX. Alat dan Bahan Hipersensitivitas Dentin:

1. Alat

a. Lap Putih

b. Set alat diagnostik: Nierbekken, 2 buah kaca mulut no 4, sonde

halfmoon, pinset, probe periodontal

c. Brush bur + mikromotor

d. Cotton roll, cotton pallete

e. Air spray (semprotan udara)

f. Glass plate

g. microbrush

2. Bahan

a. Disclosing agent

b. Pumish/pasta profilaksis

c. Bahan desensitisasi (enamelas)

3. Prosedur Desensitisasi:

1. Kontrol plak: pastikan permukaan gigi bersih

22
2. Oral profilaksis: bersihkan gigi dengan brush dan pumice atau

pasta profilaksis, bilas air hingga bersih dan keringkan

3. Periksa permukaan gigi yang hipersensitifitas dengan

menggunakan sonde atau semprotan udara

4. Isolasi daerah kerja dengan cotton roll

5. Letakkan bahan desentisisasi pada glass plate

6. Aplikasikan bahan desensitisasi dengan microbrush pada

permukaan gigi dengan gerakan searah pada daerah yang

hipersensitif

7. Biarkan 1 menit

8. Periksa keberhasilan aplikasi dengan sonde dan semprotan udara

9. Pasien diinstruksikan untuk tidak berkumur , tidak makan dan

minum selama 1 jam

10. Instruksikan pasien cara sikat gigi yang benar

11. Kontrol setelah 1 minggu

23
BAB IV

PEMBAHASAN

Penyebab nyeri/ngilu gigi dapat diklasifikasikan sebagai nyeri/ngilu

dengan kavitas karena ada atau karies, misalnya karena abrasi, atrisi, erosi atau

abfraksi; nyeri/ngilu tanpa kavitas, umumnya karena terjadi resesi gingiva yang

menyebabkan permukaan akar terbuka; dan ngilu setelah perawatan bleaching,

scaling dan root planing, restorasi yang cacat, sindroma gigi retak, penggunaan

bur tanpa air pendingin dan lain-lain. Hipersensitivitas dentin terutama ditemukan

pada kasus resesi gingiva yang menyebabkan terpaparnya permukaan akar

terhadap berbagai rangsangan panas, dingin, asam, manis maupun udara.

Permukaan akar aspek fasial dari gigi kaninus, premolar dan molar merupakan

area yang paling sering kehilangan perlekatan periodontal dan dapat meningkat

setelah menjalani perawatan scaling serta root planing. Dentin hipersensitif terjadi

akibat berkurangnya perlindungan sementum, smear layer dan pergerakan

hidrodinamik cairan dalam tubulus dentinalis. Gejala inflamasi pulpa dalam hal

ini tidak spesifik tetapi pada kasus dentin sudah terbuka maka keluhannya dapat

dianggap sebagai inflamasi reversibel yang terlokalisasi. Dua hal yang harus

diingat untuk mendiagnosis dentin hipersensitif, yaitu ada dentin yang terpapar

dan tubulus dentinalis harus terbuka. Tidak selalu dentin yang terpapar akan

mengalami hipersensitif. Resesi gingiva adalah kondisi permukaan akar terbuka

karena hilang atau tertariknya atau retraksi gingiva ke arah akar yang

24
mengakibatkan permukaan akar tidak terlindung. Resesi gingiva umumnya terjadi

di usia 40 tahun ke atas, tetapi bisa juga ditemukan pada usia yang lebih muda.

Mekanisme penjalaran rasa nyeri

Transmisi rangsang dari dentin yang terbuka ke akhiran saraf yang

berlokasi di dalam pulpa gigi melalui prosesus odontoblas merupakan dasar teori

mekanisme hidrodinamik. Dikatakan bahwa ketika terjadi kehilangan email atau

sementum maka tubulus dentinalis terbuka ke rongga mulut. Adanya rangsang

tertentu menyebabkan pergerakan cairan di dalam tubulus, secara tidak langsung

akan merangsang akhiran saraf di dalam pulpa yang akan diteruskan ke otak dan

dipersepsi sebagai ngilu, nyeri atau sakit. Untuk memudahkan pendeteksian dentin

hipersensitif dapat dengan cara menghembuskan air atau udara ringan dari three

way syringe, sentuhan ringan dengan sonde/alat yang terbuat dari logam. Pada

kasus dentin hipersensitif, rasa tidak nyaman segera hilang setelah penyebab

ditiadakan sedangkan pada kasus misalnya sindroma gigi retak rasa tidak

nyaman/nyeri akan menetap. Beberapa pertanyaan yang dapat digunakan sebagai

panduan dalam mendeteksi pasien dentin hipersensiitf adalah 1) sifat dari rasa

sakitnya tajam, tumpul, menyakitkan; 2) apakah sakitnya menetap atau segera

menghilang; 3) penyebab rasa sakit dipicu oleh dingin, panas, sentuhan atau

pengunyahan; 4) timbulnya rasa sakit tidak terduga atau sewaktu-waktu; 5) rasa

tidak nyaman hanya mengenai satu gigi, beberapa gigi atau seluruh gigi; 6) rasa

sakit meningkat di pagi hari; 7) apakah menghindari makanan/minuman tertentu;

25
8) adakah makanan tertentu yang menimbulkan ketidaknyamanan; dan berapa

lama merasakan ketidaknyamanan.

Terapi

Berdasarkan teori hidrodinamik, maka dasar pemikiran dari perawatan

dentin hipersensitif adalah menghalangi menjalarnya rangsang dengan cara

menutup tubulus dentinalis yang terbuka. Dentin hipersensitif karena adanya

kavitas, baik yang disebabkan karies atau non karies memerlukan restorasi yang

sesuai; semisal melapisi dengan semen ionomer kaca, bahan adesif atau komposit.

Pada kasus tanpa kavitas, berbagai bahan dan teknik dikembangkan untuk

mengatasi keluhan dentin hipersensitif dentin, misalnya pasta gigi khusus, iradiasi

laser dengan karbon dioksida, dentin adesif, agen antibakteri, aldehida, suspensi

resin, membilas dengan fluoride, varnish fluoride, kalsium fosfat, potasium nitrat,

dan oksalat.

26
BAB V

KESIMPULAN

Dentin hipersensitif adalah rasa nyeri yang berlangsung singkat dan

tajam akibat adanya rangsang terhadap dentin yang terbuka yang dapat

disebabkan oleh atrisi, abrasi, fraktur mahkota, resesi gingiva dan trauma

ortodontik.3 Dentin hipersensitif ditandai dengan adanya nyeri tajam durasi

pendek yang bermula dari dentin yang terpapar sebagai respon terhadap rangsang,

biasanya termal, evaporatif, taktil, osmotik ataupun kimiawi yang tidak dapat

dianggap berasal dari defek atau penyakit dental yang lain.5 Sampai saat ini, teori

hidrodinamik merupakan teori yang paling sering digunakan untuk menjelaskan

mekanisme terjadinya dentin hipersensitif.3,6 Tubulus dentin yang terbuka dan

terpapar oleh suatu stimulus, seperti perubahan temperatur dan tekanan osmotik,

akan menyebabkan pergerakan cairan intratubuler. Hal ini dapat menstimulasi

baroreseptor yang selanjutnya mempengaruhi saraf A delta dan menimbulkan

nyeri tajam dan singkat.1,3,6 Hipersensitivitas dentin terutama ditemukan pada

kasus resesi gingiva yang menyebabkan terpaparnya permukaan akar terhadap

berbagai rangsangan panas, dingin, asam, manis maupun udara akibat terjadinya

pergeseran tepi gingiva ke arah apikal.8,14 Perawatan untuk hipersensitivitas dentin

akibat resesi gingiva ada dua, yaitu perawatan secara invasif dan non-invasif.

Perawatan secara invasif meliputi bedah mukogingiva atau penumpatan dengan

resin untuk menutup permukaan akar yang terbuka, sedangkan perawatan non-

27
invasif dilakukan dengan pemberian bahan desensitisasi untuk menutup tubulus

dentin dan desensitisasi syaraf.

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Iskandar CHM, Mulya HB, Kusumawati WP, Kusuma ARP. Purple Sweet
Potato (Ipomea Batatas P.) as Dentin Hypersensitivity Desensitization
Gel. Dental Journal (Majalah Kedokteran Gigi). 2015; 48(4): 170–72.

2. Migiani S, Aggarwal V, Ahuja B. Dentin hypersensitivity: recent trends in


management. J Conserv Dent. 2010; 13(4): 218-224.

3. Mulya HB, Kusuma ARP, Susilowati A. Perbedaan Kemampuan Pasta


Gigi Desensitasi Komersial dengan Bahan Aktif Hidroksiapatit dan
Novamin dalam Penutupan Tubulus Dentin dengan Scanning Electron
Microscope. ODONTO Dental Journal. 2016; 3(1): 14-9.

4. Mattulada IK. Penanganan Dentin Hipersensitif. Makassar Dent J. 2015;


4(5): 148-51.

5. Orchardson R, Gillam DG. Managing Dentin Hypersensitivity. J Am Dent


Assoc. 2006; 137(7): 990-8.

6. Walters PA. Dentinal Hypersensitivity: A Review. The Journal of


Contemporary Dental Practice. 2005; 6(2): 1-10.

7. Mythri S, Arunkumar SM, Hegde S, Rajesh SK, Munaz M, Ashwin D.


Etiology and Occurance of Gingival Recession: An Epidemiological
Study. J Indian Soc Periodontol. 2015; 19(6): 671–675.

8. Ulfah N, Augustina EF. Perawatan Resesi Gingiva dengan Bedah dan


Non-Bedah. Dentofasial. 2010; 9(1): 29-33.

9. Davari AR, Ataei E, Assarzadeh H. Dentin Hypersensitivity: Etiology,


Diagnosis and Treatment; A Literature Review. J Dent Shiraz Univ Med
Sci. 2013; 14(3): 136-145.

10. Pini-Prato G. The Miller Classification of Gingival Recession: Limits and


Drawbacks. J Clin Periodontol. 2011; 38: 243–245.

11. Zucchelli G, Mounssif I. Periodontal Plastic Surgery. Periodontology


2000. 2015; 68: 333-368.

29
12. Borges AB, Barcellos DC, Torres CRG, et al. Dentin hypersensitivity-
etiology, treatment possibilities and other related factors; a literature
review. World Journal Of Dentistry. 2012; 3(1): 60-67.

13. Perawatan Hipersensitif Dentin secara Non-Invasif. Diakses dari


https://text-id.123dok.com/document/7qvl3pw1y-perawatan-hipersensitif-
dentin-secara-non-invasif.html pada April 2018.

14. Ravishankar P et al. The Effect of Three Desensitizing Agents on Dentin


Hypersensitivity: A Randomized, Split-mouth Clinical Trial. Indian J Dent
Res. 2018; 29: 51-5.

30

Anda mungkin juga menyukai