190600102
Email : fathiarizky2910@gmail.com
ABSTRACT
Xerostomia or "dry mouth" is a dry sensation that occurs in the oral cavity due to a
decrease in the quality and quantity of saliva. The clinical picture of xerostomia is very
visible in the oral cavity where mucous ulceration, halitosis and periodontal disease are
seen. Xerostomia can be caused by consumption of drugs, radiation therapy, side effects
doctor or dentist is often done after social problems arise. One of the factors that play a
role in the onset of halitosis is the presence of dry mouth disease (xerostomia).
1
ABSTRAK
Xerostomia atau “dry mouth” adalah sensasi kering yang terjadi pada rongga mulut
karena penurunan kualitas dan kuantitas terhadap saliva. Gambaran klinis pada
xerostomia sangat tampak pada rongga mulut dimana terlihat ulserasi mukosa, halitosis
dan penyakit periodontal. Xerostomia bisa disebabkan oleh konsumsi obat-obatan, terapi
radiasi, efek samping dari penyakit sistemik atau juga karena menurunnya fungsi tubuh
karena penuaan.1
perawatan ke dokter atau dokter gigi kerap dilakukan setelah timbul masalah sosial.
Salah satu faktor yang berperan dalam timbulnya halitosis adalah adanya penyakit mulut
kering (xerostomia).
2
PENDAHULUAN
Dentin Hipersensitif atau biasa dikenal gigi sensitif adalah salah satu kondisi paling
umum yang ditemui pada masalah klinis, umumnya lebih banyak terjadi pada
perempuan dibanding laki-laki, utamanya pada orang yang menginjak dekade ketiga
dan keempat hidup mereka.[1,2] Ciri khas dentin hipersensitif adalah rasa sakit yang
diderita bersifat akut, tajam tapi singkat pada dentin yang tidak terlindung email.
berhubungan dengan dunia luar, bisa disebabkan oleh kasus abrasi, erosi, maupun
abfraksi. Gangguan tersebut dapat pula dikategorikan sebagai nyeri tanpa kavitas
atau dengan kavitas. Untuk itu perlu bagi seorang klinisi untuk membedakan
penyebab nyeri tersebut agar dapat memberikan perawatan dan penanganan yang
tepat .[4]
tubulus dentin.[5] Dentin sendiri adalah jaringan vital, terdiri dari tubulus dentin, dan
3
secara alami sensitif karena ekstensi odontoblas dan pembentukan kompleks dentin-
pulpa. .[1] Dentin menjadi terpapar oleh dua proses, yaitu tanpa kavitas (kehilangan
enamel) .[5]
a. Tanpa Kavitas
Penyebab klinis paling umum untuk tubulus dentin yang terpapar adalah resesi
gingiva. Resesi gingiva adalah tereksposnya bagian akar gigi karena terjadi
penurunan margin gingiva ke arah apikal menjauhi CEJ (Cemento Enamel Junction)J.
Berbagai faktor yang dapat menyebabkan resesi gingiva adalah tidak memadainya
gingiva, teknik menyikat gigi yang tidak tepat, operasi periodontal, kebiasaan
Ketika resesi gingiva terjadi, lapisan pelindung luar dentin akar, yaitu sementum akan
terkikis atau terkikis menjauh (Gbr. 26.9). Ini meninggalkan dentin dasar yang terbuka,
yang terdiri dari proyeksi protoplasma odontoblas di dalam ruang pulpa (Gbr. 26.10).
Sel-sel ini mengandung ujung saraf dan ketika terganggu, saraf mendepolarisasi dan
4
Setelah tubulus dentinal terbuka, ada proses oral yang membuat mereka tetap
terbuka. Ini termasuk kontrol plak yang buruk, keausan enamel, teknik kebersihan
mulut yang tidak tepat, erosi serviks, keausan enamel dan paparan asam .[5]
b. Dengan Kavitas
Hilangnya enamel juga salah satu proses yang mengakibatkan dentin terpapar.
misalnya sikat gigi yang kasar, pasta gigi yang abrasif dan lain-lain. Penyikatan
dilakukan dengan pasta gigi abrasif memiliki berpotensi merusak permukaan dentin
dan dapat menyebabkan pembukaan tubulus dentin jika disertai dengan agen erosif.
Abfraksi secara klinis mirip abrasi, merupakan kerusakan di bagian servikal gigi yang
disebabkan oleh kekuatan oklusi eksentrik yang menyebabkan terjadi cekungan yang
Erosi asam adalah jenis aus yang paling agresif dibandingkan dengan abrasi dan
abfraksi. Erosi adalah hilangnya struktur permukaan gigi karena faktor kimia, misalnya
terhadap erosi asam. Asam dapat berasal dari banyak sumber seperti sumber
lambung, intrinsik, dan ekstrinsik yang berasal dari makanan. Ketika asam
bersentuhan dengan gigi, tidak hanya hilangnya sebagian besar jaringan keras terjadi
tetapi ada pelunakan dari permukaan yang tersisa juga. Dentin yang lebih lunak dari
enamel juga lebih rentan erosi dan itu menunjukkan kerugian permanen yang
5
MEKANISE DENTIN SENSITIF
dikirim ke otak sehingga diterima sebagai rasa ngilu, nyeri, atau sakit. 1
Menurut teori inervasi langsung, ujung saraf menembus dentin dan meluas ke
serabut saraf aferen primer induk di pulpa, ke cabang-cabang saraf gigi lalu
seluruh panjang tubulus mengandung ujung saraf bebas. Teori ini memiliki
banyak kekurangan, seperti kurangnya bukti bahwa dentin luar, yang biasanya
tampaknya bagian luar tubulus dentin tidak mengandung unsur seluler tetapi
hanya diisi dengan cairan dentin. Sebagian besar penelitian telah menunjukkan
bahwa odontoblas adalah sel pembentuk matriks dan karenanya mereka tidak
dianggap sebagai sel yang dapat dieksitasi, dan tidak ada sinapsis yang telah
6
3. Teori Hidrodinamik
Teori yang paling diterima hingga sekarang disebut dengan teori hidrodinamik.
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Gysi pada tahun 1900 dan kemudian
dikembangkan oleh Brannstorm pada tahun 1963. Teori ini menjelaskan bahwa
penerapan eksternal rangsangan seperti dingin atau panas, tekanan taktil atau
tubulus cukup cepat untuk merusak serat saraf pada pulpa atau predentin atau
merusak sel odontoblas. Kedua efek ini tampaknya mampu menimbulkan rasa
sakit.
yang terbuka dengan tubulus terbuka (Gbr. 26.3). Pergerakan cairan yang
7
saraf pulpa yang lebih cepat dan lebih besar daripada yang seperti panas, yang
menyebabkan aliran ke dalam. Ini tentu akan menjelaskan respons cepat dan
lambat terhadap panas. Dehidrasi dentin oleh ledakan udara atau kertas
mengurangi nyeri.
Faktor lain yang dapat menyebabkan halitosis adalah faktor risiko seperti
tembakau, alkohol, mulut kering, diet, makanan dan minuman, obat-obatan, dan gigi
tiruan. Para individu yang mempunyai saliva sedikit (mulut kering), akan
dengan mulut kering, saliva menjadi lebih kental, dan sering merasa harus
membasahi kerongkongan.
tiadanya aliran saliva. Xerostomia bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan gejala
dari berbagai kondisi seperti perawatan yang di terima, efek samping dari radiasi di
kepala dan leher, atau efek samping dari pelbagai jenis obat. Dapat berhubungan atau
8
PENCEGAHAN DAN PERAWATAN XEROSTOMIA PADA HALITOSIS
Chamberlain et all, bila terdapat debris makanan yang lunak menempel pada
gigitiruan hal ini dapat dengan mudah dibersihkan dengan cara menyikat dan
berkumur. Deposit yang keras seperti kalkulus yang menempel pada gigitiruan sukar
dihilangkan. Komposisi dari deposit ini pada setiap individu sangat bervariasi, apabila
tidak dibersihkan akan menimbulkan bau tidak sedap. Dengan demikian pemeriksaan
bau mulut dapat juga dilakukan dengan menggunakan alat seperti tongue cleaner,
selesai makan. Kebersihan mulut merupakan bagian yang penting dari program
pemeliharaan gigi tiruan, sedang keberhasilan perawatan gigi tiruan salah satunya
tergantung pada tingkat kebersihan mulut itu. Telah membudaya pada masyarakat
kebersihan mulut. Efek mekanis dari gerakan kumur itu sendiri terhadap daya
dan anggur. Pengobatan lain dengan mengunyah biji lada (the Talmud) dan parsley.
Suwondo dkk., upaya untuk memanfaatkan daun sirih (Piper betle L) sebagai sumber
bahan obat dalam Kedokteran Gigi. Dizaman sekarang, untuk kebersihan gigi
9
permen karet penyegar dan obat kumur .
PEMBAHASAN
meningkatnya umur, dimana kelenjar parenkim akan hilang dan digantikan oleh
jaringan ikat merupakan salah satu etiologi dari xerostomia. Xerostomia terjadi karena
perubahan atropi pada kelenjar saliva terkait dengan degenerasi akibat proses aging.
Kemunduran fungsi kelenjar saliva terjadi akibat hilangnya kelenjar parenkim yang
digantikan oleh jaringan ikat dan lemak. Keadaan ini mengakibatkan pengurangan
jumlah aliran yang juga berkontribusi pada penurunan produksi dan perubahan
komposisi saliva.
ketidaknyamanan pada rongga mulut, nyeri, peningkatan tingkat karies gigi dan infeksi
muncul akibat xerostomia ini dapat mempengaruhi kesehatan gigi dan rongga mulut
Tempat yang paling banyak dihuni oleh bakteri penyebab halitosis adalah celah
diantara papilla lidah bagian belakang. Jumlahnya akan meningkat dalam keadaan
mulut kering. Telah diketahui bahwa pada lansia sering terjadi xerostomia. Bakteri
oksigen.
menjaga kebersihan mulut, namun kadar saliva setiap orang berbeda-beda. Para
10
individu yang mempunyai saliva sedikit (mulut kering), akan mengeluarkan bau mulut.
alergi), dapat menyebabkan xerostomia yang ditandai dengan mulut kering, saliva
menjadi lebih kental, dan sering merasa harus membasahi kerongkongan. Seiring
dengan bertambahnya umur umumnya mulut menjadi kering, keadaan mulut yang
kesulitan dalam mempergunakan gigitiruan, hal ini dapat menimbulkan bau mulut
(halitosis).
DAFTAR PUSTAKA
misery.2009;4:245-255
2008:107-111
2008:2-6
49
7. Sondang P, Hamada T. Menuju Gigi & Mulut Sehat Pencegahan dan Pemeliharaan. Ed.
11
8. Jenkinson HF., Lamont RJ., Oral Microbiology at a Glance, WILLEY-BLACKWELL.,
12