Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN DISKUSI HIPERSENSITIVITAS DENTIN

BAGIAN PERIODONTIA

Diajukan untuk memenuhi syarat dalam melengkapi

Kepaniteraan Klinik di Bagian periodontia

Oleh

RISKE PUTRI UTAMI


19-092

Pembimbing : drg. FAUZIA NILAM O, M.DSc

RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Telaah untuk memenuhi
salah satu syarat dalam menyelesaikan kepanitraan klinik modul PERIODONTIA
(Penatalaksanaan Hipersensitivitas Dentin) dapat diselesaikan.

Dalam penulisan laporan kasus ini penulis menyadari, bahwa semua proses
yang telah dilalui tidak lepas dari bimbingan drg. Fauzia Nilam O, MDScselaku
dosen pembimbing, bantuan, dan dorongan yang telah diberikan berbagai pihak
lainnya. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu.

Penulis juga menyadari bahwa laporan kasus ini belum sempurna


sebagaimana mestinya, baik dari segi ilmiah maupun dari segi tata bahasanya,
karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan dari pembaca.

Akhir kata penulis mengharapkan Allah SWT melimpahkan berkah-Nya


kepada kita semua dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat serta dapat
memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi semua pihak yang
memerlukan.
MODUL PERIODONTIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG

HALAMAN PENGESAHAN

Telah didiskusikan Hipersensitivitas Dentinguna melengkapi persyaratan


Kepaniteraan Klinik pada Modul Periodontia

Padang, July 2020


Disetujui Oleh,
Dosen Pembimbing

(drg. Fauzia Nilam O, MDSc)


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dentin hipersensitif adalah rasa nyeri yang berlangsung singkat dan tajam

akibat adanya rangsang terhadap dentin yang terbuka.1 Menurut sebuah studi

epidemologi, prevalensi dentin hipersensitif berkisar antara 4% - 74% di

dunia, dengan jumlah 27% di indonesia.3 Banyak teori yang menjelaskan

tentang proses terjadinya dentin hipersentitif, namun yang paling banyak

diterima adalah teori hidrodinamik. Menurut teori ini, tubulus dentin yang

terbuka dan terpapar oleh suatu stimulus, seperti perubahan temperatur dan

tekanan osmotik, akan menyebabkan pergerakan cairan intratubuler. Hal ini

dapat menstimulasi baroreseptor yang selanjutnya mempengaruhi saraf A

delta dan menimbulkan nyeri tajam yang singkat4

Dentin hipersensitifbisa ditemukan sehari-hari, dapat terjadi pada laki

laki maupun perempuan utamanya pada orang yang sudah beranjaklanjut

umur.Keluhan ngilu atau nyeri dirasakan tidak hanya karena gigi berkontak

dengan minuman atau makanan yang dingin,tetapi juga oleh penyebab yang

terasa tidak mungkin misalnya udara/ angin pada saat membuka mulut.

Kadang-kadang sulit untuk menggambarkan rasa ngilu atau nyeri yang

dialami, tetapi pada umumnya dilaporkan sebagai rasa ngilu/nyeri yang tajam

dengan durasi singkat2.


Nyeri/ngilu gigi dapat disebabkan oleh adanya permukaan dentin

yang berhubungan dengan dunia luar, bisa disebabkan oleh karies, sindrom

gigi retak, maupun tanpa karies, misalnya pada kasus abrasi, erosi,atrisi

maupun abfraksi.Gangguan tersebut dapat pula dikategorikan sebagai nyeri

tanpa kavitas atau dengan kavitas. Untuk itu perlu bagi seorang klinisi untuk

membedakan penyebab nyeri tersebut agar dapat memberikan perawatan yang

tepat. Dokter gigi harus harus cermat membedakan apakah penyebab keluhan

berasal dari peradangan pulpa karena proses karies terutama karies yang

tersembunyi atau bukan.

Ciri khas dentin hipersensitif adalah rasa sakit yang diderita bersifat

akut, tajam tapi singkat pada dentin yang tidak terlindung email. Reaksi

tersebut merupakan respons pulpa terhadap rangsang termal, taktil, osmotik

atau kimia tanpa keterlibatan bakteri. Sebagian pasien melaporkan rasa sakit

yang tajam tetapi singkat namun adapula yang mengatakan rasa nyeri yang

dialami hanya memberi gejala samarsamar. 5,6Rasa sakit ini bisa dirasakan

pada satu atau beberapa gigi.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana Penatalaksanaan Hipersensitivitas Dentin ?

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui Hipersensitivitas Dentin


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dentin Hipersensitivitas

Hipersensitivitas gigi merupakan kondisi klinis yang menggambarkan

rasa sakit hebat yang terlokalisir, tidak spontan, dan timbul pada saat ada

stimuli yang merangsang seperti stimuli termal, kimiawi, dan

mekanik.7Hipersensitifitas gigi atau lebih tepatnya dentin hipersensitif

merupakan suatu keadaan yang digambarkan sebagai rasa nyeri akut yang

bersifat tajam dan berlangsung singkat. Keadaan ini disebabkan oleh respon

tubulus dentin yang terbuka terhadap rangsang yang datang dari luar gigi.8

Hipersensitivitas dentin merupakan suatu kondisi gigi yang biasa

terjadi dan menimbulkan respon berupa rasa nyeri bertingkat.

Hipersensitivitas dentin digambarkan sebagai rasa nyeri yang berlangsung

singkat dan tajam yang timbul akibat dentin yang terpapar rangsangan seperti

panas, dingin, uap, sentuhan, atau kimiawi yang bukan berasal dari kerusakan

gigi atau keadaan patologis gigi lainnya (Karies, fraktur, atau trauma karena

oklusi) 9. Secara klinis, hipersensitivitas dentin didefinisikan sebagai rasa

nyeri yang akut, terlokalisir, cepat menyebar, dan berdurasi singkat10.

Walaupun rangsangan yang memicu rasa nyeri tersebut bisa bermacam-

macam, namun rangsangan dingin merupakan pemicu yang paling sering

dikeluhkan. Dentin hipersensitif bisa terjadi pada daerah gigi manapun, tetapi

daerah yang paling sensitif adalah daerah servikal dan permukaan akar gigi.
Secara makroskopis, tidak terlihat adanya perbedaan antara dentin

hipersensitif dengan dentin tidak hipersensitif 9. Secara histologis,dentin yang

hipersensitif menunjukkan adanya pelebaran tubulus dentin dua kali lebih

lebar dibandingkan tubulus pada dentin normal.

2.2 Mekanisme Potensial Aksi pada Saraf dan Hipersensitivitas Dentin

Berbagai teori dikembangkan untuk memahami bagaimana perjalanan

rangsangan dikirim ke otak sehingga diterima sebagai rasa ngilu, nyeri, atau

sakit misalnya teori transdusi, teori modulasi, teori vibrasi dan control “pintu

gerbang” serta teori hidrodinamik. Transmisi rangsang dari dentin yang

terbuka ke akhiran saraf yang berlokasi di dalam pulpa gigi melalui prosesus

odontoblas merupakan dasar teori mekanisme hidrodinamik. Dikatakan

bahwa ketika terjadi kehilangan email atau sementum maka tubulus dentin

alisterbukake rongga mulut. Adanya rangsang tertentu menyebabkan

pergerakan cairan di dalam tubulus, secara tidak langsung akan merangsang

akhiran saraf di dalam pulpa yang akan diteruskan Keotak dan dipersepsi

sebagai ngilu,nyeri atau sakit.

Beberapa hipotesis telah dipaparkan untuk menjelaskan mekanisme

terjadinya dentin hipersensitif, namun teori hidrodinamika yang disampaikan

Brannstrom dan Astron tahun 1964 merupakan teori yang paling diyakini

untuk menjelaskan mekanisme terjadinya hipersensitivitas dentin 9.

Berdasarkan teori hidrodinamika, rasa nyeri terjadi akibat pergerakan

cairan di dalam tubulus dentin. Pergerakan cairan di dalam tubulus dentin

diakibatkan adanya rangsangan yang mengakibatkan perubahan tekanan di


dalam dentin dan mengaktifkan serabut saraf tipe A (bermyelin) yang ada

disekeliling odontoblas atau pulpa , yang kemudian direspon sebagai rasa

nyeri 9. Aliran hidrodinamik ini akan meningkat bila ada pemicu seperti

perubahan temperatur (panas atau dingin), kelembaban, tekanan udara dan

tekanan osmotik atau tekanan yang terjadi pada gigi 11.

Permeabilitas membran sel neuron terhadap ion Na+ dan

K+bervariasi dan dipengaruhi oleh perubahan kimia serta listrik yang terjadi.

Ketika membran sel neuron sedang istirahat (polarized), kondisi ekstrasel

lebih banyak mengandung Na+ sedangkan intrasel lebih banyak mengandung

K+. Membran dalam keadaan relatif impermeabel terhadap kedua ion.

Ketika terjadi rangsangan/stimulus (tekanan dari pergerakan cairan

tubulus), potensial membran istirahat berubah (depolarisasi). Ion Na+ yang

lebih banyak pada ekstrasel masuk ke dalam sel dengan sangat cepatsehingga

timbullah potensial aksi pada tempat perangsangan. Impuls listrik timbul oleh

pemisahan muatan akibat perbedaan kadar ion intrasel dan ekstrasel yang

dibatasi membran sel. Potensial aksi yang terjadi atau impuls pada saat

depolarisasi dialirkan ke ujung saraf dan mencapai ujung akson (akson

terminal).

Ketika potensial aksi mencapai akson terminal, neurotransmitter akan

dihasilkan dimana akan melintasi synaps sehingga dapat merangsang saraf

berikutnya. Neurotransmitter sendiri merupakan zat kimia yang disintesis

dalam neuron dan disimpan pada ujung akson. Zat kimia ini dilepaskan dari

ujung akson terminal dan juga direabsorbsi untuk daur ulang.


Neurotransmitter merupakan cara komunikasi antar neuron. Setiap neuron

melepaskan satu transmitter. Zat kimia ini menyebabkan perubahan

permeabilitas sel neuron sehingga neuron dapat menyalurkan impuls. Di

antara berbagai macam neurotransmitter antara lain asetilkolin, dopamine,

serotonin dan glisin 15.

Dikarenakan pulpa dikelilingi oleh serabut saraf tipe A (bermyelin),

transmisi impuls saraf terjadi lebih cepat dibanding serabut saraf yang

takbermyelin. Hal ini dikarenakan impuls berjalan dengan cara “meloncat”

dari nodus yang satu ke nodus yang lain di sepanjang selubung myelin 15. Hal

inilah yang menyebabkan hipersensitivitas dentin berlangsung begitu singkat.

2.3 Faktor Pemicu

Hipersensitivitas dentin terjadi karena terpaparnya dentin pada

lingkungan rongga mulut akibat hilangnya enamel dan/atau sementum. Hal

tersebut menimbulkan rasa tidak nyaman pada pasien, baik secara fisik

maupun psikologis, dan didefinisikan sebagai rasa nyeri akut berdurasi

pendek yang disebabkan oleh terbukanya tubulus dentin pada permukaan

dentin yang terpapar tadi14.

1. Rangsangan dingin

Rangsangan dingin merupakan pemicu utama terjadinya

hipersensitivitas dentin. Berdasarkan teori hidrodinamika, aliran cairan

tubulus dentin akan meningkat keluar menjauhi pulpa sebagai respon dari

rangsangan dingin dan merangsang rasa nyeri (Gambar 2.7). Perangsangan

tersebut terjadi melalui respon mekanoreseptor oleh saraf pulpa 9.


2. Rangsangan panas

Selain rangsangan dingin, dentin hipersensitif juga dipicu oleh

rangsangan panas. Rangsangan panas akan menyebabkan pergerakan cairan

ke dalam menuju pulpa. Meskipun demikian, rangsangan panas sebagai

pemicu dentin hipersensitif lebih jarang dilaporkan, kemungkinan

karenapergerakan cairan tubulus dentin akibat rangsangan panas (Gambar 2.8)

relatif lebih lambat dibandingkan dengan rangsangan dingin 9.

3. Rangsangan Kimiawi

Rasa nyeri juga dapat dipicu oleh rangsangan kimiawi karena

mengkonsumsi makanan yang mengandung asam yaitu buah-buahan

(terutama buah jeruk), minuman bersoda yang mengandung asam karbonat

dan asam sitrat, saus salad, teh herbal serta alkohol 13. Bahan-bahan dengan

pH rendah tersebut dapat menyebabkan hilangnya jaringan keras gigi (enamel

dan dentin) melalui reaksi kimia tanpa melibatkan aktivitas bakteri, yang

disebut erosi (Gambar 2.9). Lingkungan rongga mulut yang asam juga akan

menyebabkan terbukanya tubulus dentin lebih banyak lagi yang

mengakibatkan terjadinya peningkatan sensitivitas gigi 14.

4. Rangsangan taktil atau sentuhan

Rasa nyeri biasanya terjadi ketika pasien menyentuh daerah sensitif

dengan kuku jari atau bulu sikat selama penyikatan gigi 14


. Selain itu,

pemeriksaan gigi dengan alat tertentu yang terbuat dari logam, seperti sonde

dan eksplorer, juga dapat meningkatkan sensitivitas pada gigi16.


5. Rangsangan Udara

Terhirupnya udara bebas pada pasien dengan kebiasaan bernapas

melalui mulut, terutama pada cuaca dingin, atau semprotan udara dari

syringe(kompresor) ketika prosedur pengeringan permukaan gigi, juga dapat

memicu timbulnya rasa nyeri pada kasus dentin hipersensitif 14.

6. Karies gigi

Karies gigi merupakan penyakit infeksi mulut yang multi faktor, yang

dapat ditransmisi karena adanya interaksi antara floramulut/bakteri kariogenik

(biofilm)dengan diet karbohidrat yang terfermentasi di permukaan gigi dalam

jangka waktu yang lama. Aktivitas tersebut menyebabkan demineralisasi

lokal, mengakibatkan adanya struktur gigi yang hilang. Demineralisasi fase

inorganik dan denaturasi, serta degradasi fase organik menyebabkan

terbentuknya kavitas di dentin.17 Pulpa yang mengalami iritasi lalu

menimbulkan rasa tidak nyaman/ ngilu tapi cepat pulih setelah iritannya

dihilangkan, didiagnosis sebagai pulpitis reversibel. Penyebabnya antara lain

karies, dentin yang terbuka, perawatan dental dan restorasi yang cacat18.

7. Abrasi, Abfraksi, Atrisi, dan Erosi

 Abrasi adalah keausan di permukaan gigi, yang umumnya di bagian

servikal permukaan bukal/fasial yang disebabkan adanya gesekan benda-

bendaasing, misalnya sikat gigi yang kasar, pasta gigi yang abrasif dan lain-

lain.17,19
 Abfraksi secara klinis mirip abrasi, merupakan kerusakan di bagian

servikal gigi yang disebabkan oleh kekuatan oklusi eksentrik yang

menyebabkan terjadi cekungan yang tajam,biasanya karena pasien mengalami

bruksism atau maloklusi.17,20

 Atrisi adalah keausan di permukaan insisal atau oklusal gigi karena faktor

mekanis sebagai akibat terjadi pergerakan fungsional atau parafungsional dari

mandibula.17,19

 Erosi adalah hilangnya struktur permukaan gigi karena faktor kimia,

misalnya konsumsi makanan/ minuman asam yang menyebabkan penurunan

pH saliva di dalam rongga mulut sehingga terjadi demineralisasi email yang

menyebabkan terpaparnya dentin19,21 Erosi dapat pula dikatakan sebagai

demineralisasi sebagian email atau dentin akibat asam yang berasal dari

ekstrinsik maupun intrinsik, dan secara klinis dapat berkombinasi dengan

abrasi atau abfraksi.21

Abrasi, abfraksi, atrisi maupun erosi tidak melibatkan bakteri namun

pada kasus yang cukup parah maka respon pulpa memberi reaksi serupa

pulpitis reversibel. Dentin hipersensitif dikatakan sebagai nyeri/ ngilu pada

gigi yang menyebabkan respon pulpa vital yang berlebihan terhadap berbagai

stimulasi. Hal ini terjadi karena dentin terbuka terhadap lingkungan mulut

yang menyebabkan rasa tidak nyaman bagi seseorang. Pada kasus ini tidak

terdapat kavitas sebagaimana halnya lesi dengan kavitas karies atau non

karies. Hipersensitivitas dentin terutama ditemukan pada kasus resesi gingiva


yang menyebabkan terpaparnya permukaan akar terhadap berbagai

rangsangan panas, dingin, asam, manis maupun udara.22

Permukaan akar aspek fasial dari gigi kaninus, premolar dan molar

merupakan area yang paling sering kehilangan perlekatan periodontal dan

dapat meningkat setelah menjalani perawatan scaling serta root planing.

Dentin hipersensitif terjadi akibat berkurangnya perlindungan sementum,

smearlayer dan pergerakan hidrodinamik cairan dalam tubulus dentinalis.

Gejala inflamasi pulpa dalam hal ini tidak spesifik tetapi pada kasus dentin

sudah terbuka maka keluhannya dapat dianggap sebagai inflamasi reversibel

yang terlokalisasi. 23

Dua hal yang harus diingat untuk mendiagnosis dentin hipersensitif,

yaitu ada dentin yang terpapar dan tubulus dentinalis harus terbuka. Tidak

selalu dentin yang terpapar akan mengalami hipersensitif.

8. Resesi gingiva

Adalah kondisi permukaan akar terbuka karena hilang atau

tertariknya atau retraksi gingiva ke arah akar yang mengakibatkan permukaan

akar tidak terlindung. Resesi gingiva umumnya terjadi di usia 40 tahun ke

atas, tetapi bisa juga ditemukan pada usia yang lebih muda.24

9. Bleaching

Tindakan untuk memutihkan gigi yang mengalami perubahan warna yang

dapat disebabkan secara ekstrinsik maupun intrinsik dari gigi. Perawatan

bleaching ada 2 cara,yaitu bleaching vital yang dilakukan pada gigi dengan
pulpa vital dan bleaching nonvital yang dilakukan pada gigi yang telah

dirawat endodontik. Akibat perawatan bleaching pada gigi vital berpotensi

mengiritasi pulpa sehingga menyebabkan dentin hipersensitif, namun pulpa

tetap vital.23

10. Scaling dan root planing

merupakan tindakan untuk menghilangkan kalkulus baik supra dan

sub gingiva. Perawatan ini merupakan tindakan non bedah untuk

mengeluarkan plak dan tartar yang terletak dibawah gingiva. Akibatnya dapat

menyebabkan rasa ngilu setelah perawatan karena hilangnya sementum yang

melindungi akar gigi.24

2.4 Tatalaksana dentin hipersensitif

Seleksi kasus adalah hal yang penting dalam menentukan diagnosis

yang tepat. Untuk maksud tersebut, diperlukan anamnesis yang cermat dan

pemeriksaan klinis yang detail untuk menentukan terapi yang tepat.

Berdasarkan teori hidrodinamik, maka dasar pemikiran dari perawatan dentin

hipersensitif adalah menghalangi menjalarnya rangsang dengan cara menutup

tubulus dentinalis yang terbuka.

Dentin hipersensitif karena adanya kavitas,baik yang disebabkan

karies atau non karies memerlukan restorasi yang sesuai; semisal melapisi

dengan semen ionomer kaca, bahan adesif atau komposit. Pada kasus tanpa

kavitas, berbagai bahan dan teknik dikembangkan untuk mengatasi keluhan

dentin hipersensitif dentin, misalnya pasta gigi khusus, iradiasi laser dengan

karbon dioksida, dentin adesif, agen antibakteri, aldehida, suspensi resin,


membilas dengan fluoride, varnish fluoride, kalsium fosfat, potasium nitrat,

dan oksalat.

Agen desensitisasi dibedakan atas klasifikasi cara pemberian, yaitu at

home atau in-office, dan klasifikasi berdasar mekanisme aksi. 25,26


Klasifikasi

berdasar mekanisme aksi dibedakan atas mekanisme kerjanya, yaitu

mengganggu respon neural terhadap stimulus sakit (desensitisasi saraf dengan

menggunakan potasium nitrat) danmemblok aliran cairan tubuler sehingga

menutup tubulus dentinalis. Beberapa contohnya adalah presipitasi protein

dengan glutaraldehida, silver nitrat, zinc chloride, dan strontium chloride

hexahydrate; memblok tubulus dentin alis dengan sodium fluoride, stannous

fluoride, strontium chloride, potassium oxalate, calcium phosphate, calcium

carbonate, dan bioactive glasses (SiO2–P2O5–CaO–Na2O); pelapis (sealer)

dentin adesif dengan fluoride varnishes, oxalic acid and resin, glass ionomer

cement, komposit, dan dentin bonding agent; laser dengan

neodymium:yttrium aluminum garnet (Nd-YAG) laser, GaAlAs (galium-

aluminium-arsenide laser), dan Erbium-YAG laser; medikasi homeopathic

dengan propolis. 25,26 Teknik aplikasi agen desensitisasi dentin ada bermacam-

macam dalam berbagai bentuk, misalnya krim topikal, varnish, pasta gigi,

bubuk polis,single dose applicator,campuran bubuk/cairan, modifikasi resin.

Strategi perawatan dentin hipersensitif adalah

1) diagnosis dan rencana perawatan yang tepat serta DHE mengenai faktor

etiologi
2) pada kasus sensitif ringan sampai sedang, DHE mengenai metode

penyikatan gigi yang benar dan pemilihan pasta gigi yang sesuai yang dapat

dilakukan di rumah (at home therapy)

3) bila masih tetap merasa ngilu dapat dilanjutkan dengan perawatan di ruang

dokter (inoffice therapy) menggunakan sistem iontoforesis dengan alat

khusus,yaitu desensitron, dan

4) apabila kedua cara sebelumnya belumefektif, pertimbangkan perawatan

endodontik sebagai langkah terakhir.

Dari pembahasan sebelumnya, disimpulkan bahwa dentin

hipersensitif merupakan gangguan yang sering dihadapi terutama pada orang-

oang usia lanjut. Keluhan sensitif ini dapat disebabkan oleh berbagai hal, tapi

yang dikategorikan sebagai dentin hipersensitif merupakan gangguan

ngilu/nyeri tanpa kavitas, tetapi karena terbukanya tubulus dentinalis. Dentin

hipersensitif umumnya disebabkan akibat adanya resesi gingiva di daerah akar

gigi,permukaan akar yang terbuka sebagai dampak perawatan scaling dan root

planning atau setelah perawatan bleaching. Tindakan yang dilakukan untuk

mengatasi keluhan pada kasus ringan dapat dilakukan sendiri di rumah

menggunakan pasta gigi khusus untuk gigi sensitif; kasus berat dilaksanakan

dokter gigi di klinik gigi.


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dentin hipersensitif bisa ditemukan sehari-hari, dapat terjadi pada

lakilaki maupun perempuan utamanya pada orang yang sudah beranjak lanjut

umur. Keluhan ngilu atau nyeri dirasakan tidak hanya karena gigi berkontak

dengan minuman atau makanan yang dingin, tetapi juga oleh penyebab yang

terasa tidak mungkin misalnya udara/ angin pada saat membuka mulut.

Kadang-kadang sulit untuk menggambarkan rasa ngilu atau nyeri yang

dialami, tetapi pada umumnya dilaporkan sebagai rasa ngilu/nyeri yang tajam

dengan durasi singka

Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi keluhan pada kasus ringan

dapat dilakukan sendiri di rumah menggunakan pasta gigi khusus untuk gigi

sensitif; kasus berat dilaksanakan dokter gigi di klinik gigi.


DAFTAR PUSTAKA

1. Rizky. A.l., aminatum, dan widynti, P study infiltrasi tubulus dentin berbasis
hidroksiapatit yang berpotensi untuk terapi dentin hipersesitivitas. Prosinding
seminar fakultas terapan III , 15 september 2012. surabaya universitas
airlangga, 2012 B1-B4

2. Porto I., 2009. Diagnosis and treatment of dentinal hypersensitivity. J Oral


Science,2009,vo; 51(3), pag. 323-332

3. Bartold, P.M. 2006. Dentinal hypersensitivity: a review. Australian Dental


Journa,51(3): 212-218.

4. Zakareya, S,A.. Maram ,K,A. Prevalence and patter Hipersensitivitas in


jourdania population in irbid city, oral hgy health, 2014, vol 2(3) pag 1

5. Barlow APS, Mason SC. Overview of the clinical evidence for the use of
novamin in providing relief from the pain of dentin hypersensitive. J Clin
Dent 2011; 22 (Spec Iss): 90-5

6. Fouad AF, Levin L. Pulpal reaction to caries and dental procedures. In:
Hargreaves KM, Cohen S. Cohen’s pathways of the pulp. 10th Ed. Missouri:
Mosby Elsevier; 2011. p.504
7. prevention strategies and recent advancements in its management. World J
Dent. 2013; (4): 188–92.

8. Bartold, P.M. 2006. Dentinal hypersensitivity: a review. Australian Dental


Journa,51(3): 212-218.

9. Addy , M., 2002. Dentine hypersensitivity: new perspectives on an old


problem. Int Dent J
10. Pillon, F.L., 2004. Effect of a 3% pottasium oxalate topical application on
dentinal hypersensitivity after subgingival scaling and root planning. J
Periodontol
11. Chu , C., 2010. Management of dentine hypersensitivity. Dental Bulletin
Maret
12. Strassler, H., 2008. In-Office Management of Dentin Hypersensitivity.
Baltimore, Maryland : University of Maryland Dental School.
13. Perry , D.A., 2001. Periodontology for the dental hygienist. 3rd ed. Missouri :
Saunders Elsevier.
14. Porto I., 2009. Diagnosis and treatment of dentinal hypersensitivity. J Oral
Sci
15. Feriyawati, L., 2005. Anatomi Sistyem Saraf dan Peranannya dalam Regulasi
Kontraksi Otot Rangka. USU repository.
16. Panagakos F., 2009. Dentin hypersensitivity: Effective treatment with an in-
office desensitizing paste containing 8% arginine and calcium carbonate. Am
J Dent
17. Ritter AV, Eidson RS, Donovan TE. Dental caries: etiology, clinical
characteristics, risk assessment and management. In: Heymann HO, Swift Jr
EI, Ritter AV. Sturdevant’s art and science of operative dentistry. 6 th Ed. St
Louis: Elsevier; 2013. p.41
18. Berman LH, Hartwell GR. Diagnosis. In: Hargreaves KM, Cohen S. Cohen’s
pathways of the pulp. 10th Ed. Missouri: Mosby Elsevier; 2011. p.30
19. Eidson RS, Shugars DA. Patient assessment, examination and diagnosis, and
treatment planning. In:
20. Heymann HO, Swift Jr EI, Ritter AV. Sturdevant’s art and science of
operative dentistry. 6 th Ed. St Louis: Elsevier; 2013. p. 99-100
21. Sarode GS, Sarode SC. Abfraction: a review. J Oral Maxillofac Pathol 2013;
17(2): 222–7
22. Huysmans MC, Chew HP, Ellwood RP. Clinical studies of dental erosion and
erosive wear. Caries Res 2011; 45 Suppl 1: 60-8. doi: 10.1159/000325947.
Epub 2011 May 31.
23. Camilotti V, Zilly J, Monte Ribeiro Busato P, Nassar CA, Nassar PO.
Desensitizing treatment for dentin hypersensitiveity: a randomized, split-
mouth clinical trial. Braz Oral Res 2012;26(3):263-8
24. 10.Fouad AF, Levin L. Pulpal reaction to caries and dental procedures. In:
Hargreaves KM, Cohen S. Cohen’s pathways of the pulp. 10th Ed. Missouri:
Mosby Elsevier; 2011. p. 510
25. Wikipedia. Gingival recession (accept May 8, 2016)
26. Miglani S, Aggarwal V, Ahuja B. Dentin hypersensitivity: Recent trends in
management. J Conserv Dent 2010; 13(4): 218–24
27. .Davari AR, Ataei E, Assarzadeh H. Dentin hypersensitivity: etiology,
diagnosis and treatment; a literature review. J Dent (Shiraz) 2013; 14(3):
136–45

Anda mungkin juga menyukai