BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Rasa cemas dan takut dalam perawatan gigi pada anak – anak telah
dikenali sebagai sumber masalah kesehatan yang serius. Rasa takut biasanya
dirangsang oleh stimulus spesifik yang nyata atau objek tertentu, sedangkan rasa
cemas timbul dari dalam psikis pasien sebagai antisipasi terhadap tekanan yang
tidak terdefinisikan dan tidak nyata. Kecemasan sangat berhubungan erat dengan
rasa takut. Rasa takut dan cemas dapat membuat anak-anak menjadi sulit untuk
dirawat dan penurunan ambang rasa sakit.10
Takut merupakan bentuk konkrit, yang memiliki latar belakang yang jelas,
dan dapat diekspresikan melalui kata-kata apa yang ditakutkan. Fischer
menyatakan bahwa rasa takut ialah emosi yang timbul dalam situasi stress dan
ketidakpastian serta dapat memberikan rasa terancam bagi orang yang
mengalaminya. Reaksi dari perasaan tersebut ialah melawan atau menjauhi situasi
tersebut sebagai antisipasi rasa sakit atau keadaan bahaya. Dalam hal emosi takut
ini seseorang dapat mengenali apa yang menyebabkan rasa takut dan tahu apa
yang ditakuti. Anak mengenal rasa takut sebagai pengalaman yang tiba – tiba.6, 10,
11
FEAR ANXIETY
Gambar 2.2 : Segitiga hubungan rasa sakit dengan rasa takut dan cemas
Sumber : Mark HS. The genesis of fear and anxiety in young dental patients. Journal of
dentistry for children. July - august 1978. p 51.
Terhadap rasa takut dan cemas ini setiap orang memiliki bentuk – bentuk
pernyataan dari ke 2 perasaan ini. Pada pasien anak, bentuk pernyataan ini jelas
dan mudah tampil sedangkan pada orang dewasa mereka cenderung mentolerir
simptom ini dan berusaha mencari jalan keluar dengan cara mengingkari, giat
berusaha mengatasi atau mengalihkan diri.11
Rasa cemas memiliki 3 komponen yaitu : sisi kognitif, sensasi fisiologis
atau somatik, serta reaksi (tingkah laku). Sisi kognitif yaitu bagaimana perubahan
yang terjadi dalam proses berpikir. Contohnya : rasa khawatir, gelisah, berpikir
berlebihan, sedikit berfirasat, gangguan konsentrasi. Kemudian komponen
somatik misalnya denyut jantung meningkat, berdebar – debar, tekanan darah
meningkat, berkeringat, kekakuan anggota badan, sesak napas, sakit perut, dan
buang – buang air. Komponen yang ketiga yaitu reaksi. Contohnya : menghindar
(menunda perjanjian atau meminta semua perawatan dilakukan pada satu kali
kunjungan) dan menghindari situasi yang membangkitkan kecemasan.16
Seorang anak dengan kecemasan dan ketakutan dental memperlihatkan
situasi yang menantang untuk dokter gigi. Levy dan Domoto mengungkapkan
bahwa dokter gigi menganggap perilaku anak cemas yang mengacaukan
merupakan problematik utama yang dihadapi di klinik. Raadal dkk melaporkan
penelitian terhadap 895 anak di Amerika Serikat umur 5-11 tahun, 19,5 % anak
memiliki tingkat kecemasan dental yang tinggi. Dari kelompok usia 14-21,
ditemukan 23% memiliki kecemasan dental yang ekstrim.14
Studi prevalensi tentang kecemasan dan ketakutan dental juga sudah
dilakukan di Eropa. Pada penelitian di negara Finlandia terhadap anak usia 7-10
tahun sebesar 6% menderita kecemasan dental. Sedangkan usia 12-13 tahun
sebesar 21%. Di Norwegia, pada anak usia 10-13 tahun ditemukan 3,8%
menderita kecemasan dental. Sedangkan pada usia 18 tahun sebesar 19%.17
Ketidakmampuan untuk merawat anak dengan kecemasan dental menjadi
perhatian kesehatan publik yang penting diketahui komunitas dental. Penelitian
Corah mengungkap ¾ dokter gigi yang disurvei melaporkan kecemasan dental
pasien adalah halangan terbesar untuk perawatan dental yang rutin. Jika
kecemasan dental tidak dikurangi pada awal perawatan dental anak, maka
perasaan cemas akan bertumbuh dan menjadi penghancur bagi si anak.14
Faktor etiologi dari rasa cemas takut dental dapat dibagi menjadi 3
kelompok besar, yaitu: Faktor personal yang terdiri dari usia, rasa takut cemas
secara umum dan temperament. Faktor eksternal yang terdiri dari kecemasan dan
ketakutan orang tua, situasi sosial dalam keluarga, latar belakang etnik keluarga,
serta pola asuh dan peran anak di lingkungan sosial. Ketiga ialah faktor dental
yang terdiri dari rasa sakit dan tim dental.17
Ketiga faktor tersebut terkait dengan suatu variabel penting yaitu waktu.
Pasien anak yang kita lihat hari ini akan menjadi pasien dewasa yang kita lihat
esok hari. Melalui penelitian sebelumnya tentang adult odontophobia, kita
mengetahui bahwa pasien dewasa sering mengidentifikasikan masalahnya berasal
dari pengalaman yang buruk dari perawatan dental di masa lalunya. Saat dimana
kecemasan dental awal dan masalah perilaku bertemu akan menyebabkan
Faktor Personal
Gambar 2.3 : Etiologi terjadinya kecemasan/ ketakutan dental dan masalah perilaku.
Faktor etiologi yang berada pada siklus atas dapat dibagi menjadi 3
kelompok utama : faktor personal, faktor eksternal, dan faktor dental. Akibat yang
ditimbulkan dan besarnya tingkat faktor tersebut sangat bergantung pada usia
anak. Jika kecemasan dental dan masalah perilaku mengarah kepada penghindaran
perawatan dental, ada risiko masuknya lingkaran setan ini. Jika perawatan yang
tepat untuk mengurangi kecemasan dental tidak segera dilakukan, siklus akan
segera terjadi bersamaan dengan waktu, seperti diperlihatkan pada siklus bawah.
Situasi sosial anak sangatlah penting. Masalah rasa takut dental dilaporkan
banyak terjadi pada masyarakat immigrant. Kelompok dengan status sosial
Gambar 2.4 : Lingkaran setan dari stress, penghindaran, dan rasa sakit dalam kedokteran gigi.
Sumber : Eli I. Oral psychophysiology : stress, pain, and behaviour in dental care 1th
edition ed. Boca Raton: CRC Press 1992:65.
kritikan. Anak usia 6 tahun melalui periode tidak kooperatif dan melawan
instruksi orang tua. 24-26
Ia mulai sadar pada emosi dirinya dan orang lain sehingga mulai
mengembangkan teknik pengendalian diri yang lebih baik. Selama proses menuju
kemandirian ia mulai mengalami perasaan tidak aman Sumber penting bagi
stabilitas emosi dan perasaan aman dirinya ialah rutinitas yang dapat diperkirakan
dan interaksinya dengan orang dewasa yang mana mereka rasakan aman,
khususnya pada situasi yang mencekam. Ia sangat menikmati rutinitas dan
perubahan yang lambat. Rutinitas dipandang sebagai aktivitas yang nyaman dan
diinginkan.24
Anak sangat tergantung pada hubungan ”basis keamanan” dengan orang
dewasa (orang tua, guru) untuk dapat merasa aman dan nyaman. Kemampuan
yang ditunjukkan anak pada bidang non-sosial (seperti sekolah) tergantung pada
24
perasan aman dan nyaman dengan orang dewasa yang ada pada situasi tersebut.
Anak mulai menunjukkan kesadaran yang meningkat terhadap emosi
orang lain dan dirinya sendiri, serta dapat menilai apa yang dirasakan orang lain
seperti frustasi, gembira. Kemudian anak juga mulai dapat mengidentifikasi
penyebab perasaan orang tersebut (misalnya, berkata ”dia sedih karena…”), Ia
menilai apa yang dialami orang lain berdasarkan observasi langsung atau
pengalaman.24
Anak usia 6 tahun memiliki perilaku yang kaku dan negatif, yang tidak
dapat diprediksi dan penolakan yang kuat, banyak menuntut, tidak mampu
beradaptasi, respon lambat, memperlihatkan kebrutalan yang ekstrim, serta
emosinya mudah meledak karena kemampuannya untuk pengendalian diri sendiri
masih belum seimbang. 24, 25
Ia mengalami emosi positif atau negatif, ketimbang campuran emosi.
Seiring dengan berjalannya usia maka anak lebih sedikit menyampaikan perasaan
negatifnya. Mampu mengatasi emosi negatif dengan dukungan langsung
(misalnya kontak dan kenyamanan fisik dari perawat atau distraksi (misalnya,
menonton TV).24
Ia suka mengertak - gertakan kaki ke lantai, goyang – goyang, memutar –
mutar rambut, menggaruk – garuk disertai iritabilitas dan tangisan, serta tidak
mampu untuk duduk lama sebagai tanda dari perasaanya yang penuh semangat
dan mudah gelisah. Anak pada usia ini sulit mengambil keputusan. Dia lebih
nyaman dengan aturan yang jelas.25, 26
Pada usia 6 – 12 tahun, anak mulai belajar tentang perilakunya yang dapat
diterima. Menangis, marah, dan perilaku serupa lainnya, untuk anak normal,
terjadi sebagai bentuk dari frustasi. Jika pada anak sebelum sekolah banyak
menuntut, memerlukan penghargaan segera, dan kepuasan, maka anak pada masa
transisional mampu menunda kepuasan. 23
Mayoritas anak 6-12 tahun akan menemukan kepuasan emosional hanya
jika mereka diterima di lingkungan sosial. Kurangnya penerimaan, diasingkan,
dan penghinaan dapat merusak emosional anak. Kemampuan untuk mengatasi dan
sembuh dari penghinaan, frustasi, kehilangan, kekecewaan diperlukan muncul
pada anak usia ini. Jika tidak, akan timbul masalah besar pada anak dewasa muda.
23
Perkembangan fisik anak usia 9 tahun ialah sebagai berikut. Pada usia ini
mulai terjadi perubahan fisiologis. Anak usia 9 tahun sudah memiliki koordinasi
otot besar dan kecil yang baik. Anak perempuan bertumbuh lebih cepat
dibandingkan anak laki – laki. Beberapa anak mencapai puncak mengawali
pertumbuhan cepat pra remaja. Sistem pernapasan, pencernaan, dan sirkulasi
hampir menyerupai orang dewasa. Pada usia ini anak mungkin memerlukan
perbaikan susunan gigi. Di usia ini muncul premolar pertama dan kedua.
Koordinasi mata dan tangan sudah baik dan ukuran mata hampir sama seperti saat
dewasa.9
diterima oleh orang lain. Pada usia ini, ia mulai mandiri, dan dapat dipercaya. Ia
sangat mementingkan keadilan, sangat kompetitif, berdebat soal keadilan, sulit
menerima kesalahan namun lebih mampu menerima kegagalan dan kesalahan
serta bertanggung jawab. Anak sangat perhatian terhadap hal benar atau salah,
mau melakukan hal yang baik, namun terkadang bereaksi berlebihan atau
memberontak terhadap pandangan yang ketat.30
Pada usia ini, motivasi pribadi ialah karakteristik utama yang mewarnai
perilaku dan emosi anak. Perubahan yang cukup besar terjadi pada usia ini,
walaupun hal ini sepertinya tidak terlihat. Semua tuntutan dan kebinggungan dari
usia sebelumnya terintegrasi dalam usaha pencapaian jati diri yang stabil. Ia
memiliki kontrol yang baik dan dapat memikirkan masalah dan rencana
bagaimana menyelesaikannya. Ia persisten dengan usahanya dan dapat fokus
dalam menyelesaikan tugas.29
Pada usia ini anak mengembangkan hati nuraninya. Ia mengenal saat
dimana ia berbuat salah dan gagal untuk melaksanakan hal yang benar. Ia akan
menuduh atau mencari-cari alasan bila ia malu. Anak usia ini sangat disiplin,
tetapi mudah kecewa jika dia merasa bahwa ada hal yang tidak adil. Keadilan
menjadi hal yang penting bagi anak usia 9 tahun. Ia akan memiliki respon yang
baik jika ia merasa diperlakukan adil. Perbedaan kontras dengan anak usia 8
tahun, anak 9 tahun tidak terlalu termotivasi oleh penghargaan.29
Hal yang utama, anak usia 9 tahun cemas untuk membahagiakan orang
tua, guru, dan teman. Ia ingin perilakunya diterima oleh orang yang penting dalam
hidupnya. Ia suka menjelek – jelekan dirinya. Hal ini menunjukkan perasaan
kecemasan yang kuat pada usia ini. Kendati demikian, anak usia 9 tahun mudah
diarahkan jika ia memperlihatkan emosi negatif dan perilaku buruk. Saat ia
kecewa, ia sensitif terhadap kritik dan mudah malu. Hal ini dikarenakan anak
berada dalam periode integrasi emosional, jadi beberapa sifat emosional dalam
dirinya masih labil. Secara umum, ia mampu untuk mengatasi emosi negatifnya
dengan cepat. Dia memiliki keinginan kuat untuk menyenangkan orang lain,
walaupun terkadang cuek. Dia masih mengalami kemarahan, ketakutan, dan rasa
cemas, namun umumnya hanya dalam jangka waktu pendek.29
Pengukuran rasa cemas dan takut dalam perawatan gigi anak dapat dibagi
menjadi 3 komponen, yaitu pengukuran perubahan fisiologis, observasi tingkah
laku, dan self report. Yang dijelaskan disini ialah metode pengukuran self report.1
CFSS dibuat oleh Scherer dan Nakamura. Alat ini terdiri dari 80
pertanyaan dan 5 skala Lickert. Telah dibuktikan memiliki reliabilitas dan
validitas yang tinggi untuk mengukur rasa cemas/ takut dental anak.5
CFSS-DS ialah revisi dari Fear Survey Schedule for Children (FSS-FC)/
Children Fear Survey Schedule (CFSS) dengan memasukkan item ketakutan
dental yang spesifik sebagai 1 dari subskala. Alat ini dikembangkan oleh Cuthbert
dan Melamed. Alat ini sangat terkenal untuk mengukur tingkat kecemasan dental
pada anak. Metode ini terdiri dari 15 pertanyaan dimana masing – masing
mencakup aspek yang berbeda dari situasi dental. Tingkat kecemasan dibagi
menjadi skala 5 point, yakni : tidak takut sama sekali, agak takut, cukup takut,
takut, sangat takut. Nilai total yang didapatkan dari metode ini berkisar dari 15-75.
Skor 38 atau lebih diindikasikan dengan kecemasan dental klinis. Metode ini
digunakan untuk memeriksa perbedaan yang mungkin dalam ketakutan dental
awal antara anak dalam kelompok percobaan dengan kelompok kontrol.
CFSS-DS memiliki reliabilitas yang tinggi, stabil dan meyakinkan selama
1, 5
lebih dari 1 periode waktu. Analisis factor CFSS-DS oleh Ten Berge et all
dapat mengukur konsep multidimensi kecemasan/ ketakutan dental, khususnya
prosedur dental invasif. Alat ini dirancang untuk diisi anak yang telah
mendapatkan perawatan dental sebelumnya sehingga dapat mengukur trait fear. 5
CFSS-DS menjadi pilihan yang lebih baik dibandingkan Corah’s Anxiety
Scale (DAS) dan Venham Picture Test (VPT). Alasanannya karena CFSS-DS
mencakup lebih banyak situasi dental, mampu mengukur kecemasan/ ketakutan
dental dengan lebih akurat, tersedianya data normatif dalam skala ini dan
memiliki properti psikometrik yang superior.32
1. Faktor Personal
2. Faktor Eksternal
3. Faktor Dental
Rasa sakit/
nyeri
Tingkat
Anak usia 6 dan 9 tahun kecemasan
Takut Cemas dental
Perawatan
Gigi Mulut
yang optimal