Anda di halaman 1dari 87

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRSAK

TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI


Aggregatibacter actinomycetemcomitans
ATCC® 6514TM (IN VITRO)

SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
Syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

NURUL HIDAYATI ARBI


NIM : 140600085

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Biologi Oral
Tahun 2018

Nurul Hidayati Arbi


Efektivitas Ektrak Daun Sirsak Terhadap Pertumbuhan Aggregatibacter
actinomycetemcomitans ATCC® 6514™ (In Vitro)
xi ± 51 halaman
Tanaman sirsak (Annona muricata L.) banyak dipublikasikan sebagai
tumbuhan obat yang multikhasiat, paling banyak digunakan pada bagian daunnya.
Pada daun sirsak banyak ditemukan kandungan senyawa kimia aktif yang berperan
sebagai antibakteri seperti tanin, alkaloid dan flavonoid. Aggregatibacter
actinomycetemcomitans (Aa) merupakan bakteri gram-negatif anaerob fakultatif
yang berperan dalam etiologi penyakit periodontal. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM)
daya antibakteri ekstrak daun sirsak terhadap pertumbuhan Aggregatibacter
actinomycetemcomitans ATCC® 6514™ pada konsentrasi 50%, 25%, 12,5%, 6,25%,
3,125%, 1,5625%. Metode penelitian ini bersifat eksperimental laboratorium dengan
rancangan Post Test Only Control Group Design dan terdiri atas 8 kelompok
perlakuan yaitu kelompok ekstrak daun sirsak dengan konsentrasi 50%, 25%, 12,5%,
6,25%, 3,125%, 1,5625% serta kelompok kontrol negatif adalah Media Brain Heart
Infusion Broth (BHIB) dan Klorheksidin sebagai kontrol positif. Masing-masing
perlakuan dilakukan 3 kali pengulangan. Pengujian efektivitas ekstrak daun sirsak
menggunakan metode dilusi pada media Brain Heart Infusion Broth (BHIB) dan
subkultur pada media Mueller Hinton Agar (MHA). Penghitungan jumlah koloni
Aggregatibacter actinomycetemcomitans ATCC® 6514™ secara manual
menggunakan metode TPC (Total Plate Count) pada media MHA. Data dianalisis
menggunakan uji Kruskal Wallis (p<0,05) dilanjutkan dengan uji Least Significance
Different (LSD) untuk melihat perbedaan rata-rata yang siginifikan antar kelompok

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


perlakuan. Hasil penelitian diperoleh konsentrasi KHM dari ekstrak daun sirsak
terhadap pertumbuhan Aggregatibacter actinomycetemcomitans ATCC® 6514™
adalah 1,5625% dan KBM adalah 6,25%. Hasil uji LSD terdapat perbedaan efek yang
signifikan (p<0.05) Aggregatibacter actinomycetemcomitans ATCC® 6514™ dari
setiap kelompok perlakuan. Kesimpulan penelitian ini bahwa ekstrak daun sirsak
memiliki efektivitas antibakteri terhadap Aggregatibacter actinomycetemcomitans
ATCC® 6514™.

Kata kunci : ekstrak daun sirsak, antibakteri, KHM, KBM, Aggregatibacter


actinomycetemcomitans ATCC® 6514™
Daftar rujukan: 32 (2005-2017)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan


di hadapan tim penguji skripsi

Pembimbing: Medan, 22 Mei 2018

Tanda Tangan

Minasari,drg., MM
NIP 195811191988032001 .......................................

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan tim penguji

pada tanggal 22 Mei 2018

TIM PENGUJI

KETUA : Minasari, drg., MM

ANGGOTA : 1. Dr. Ameta Primasari Tarigan, drg., MDSC., M.Kes

2. Yumi Lindawati, drg., MDSc

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar
sarjana kedokteran gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Dengan kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada
Minasari, drg., MM selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan
waktu, tenaga dan pikirannya dalam memberikan bimbingan, saran dan motivasi
kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada kedua orang tua tersayang Arbaing, SE.,
M.Si dan Tuti Simamora serta saudara penulis M. Naufal Arbi yang telah
memberikan kasih sayang, doa, semangat, dukungan dan bantuan kepada penulis
sehingga mampu menyelesaikan pendidikan ini.
Selama proses pembuatan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan
bimbingan, pengarahan, saran dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini,
penulis dengan segala kerendahan hati menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp.RKG (K) selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Dr. Ameta Primasari, drg., MDSc, M.Kes selaku Ketua Departemen
Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
3. Lisna Unita, drg., M.Kes, Rehulina, drg., M.Si, Yendriwati, drg., M.Kes,
Yumi Lindawati, drg., MDSc selaku staf pengajar Departemen Biologi Oral serta Bu
Ngaisah dan Kak Dani Irma Suryani selaku staf pegawai Departemen Biologi Oral
yang telah memberi saran, masukan dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Drs. H. Awaluddin Saragih M.Si, Apt. selaku Kepala Laboraturium Obat
Tradisional Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan
izin, bantuan dan bimbingan kepada penulis.

iv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5. Dr. Retno Pudji Rahayu, drg., M.Kes selaku Kepala Research Center
Fakultas Kedokteran Gigi Uuniversitas Airlangga yang telah memberikan izin
penelitian, serta Eta Rahdianto selaku staf pegawai Unit Mikrobiologi Research
Center Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga.
6. Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes selaku ahli statistik Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang sudah sangat membantu
penulis dalam proses pengolahan data.
7. Cut Nurliza, drg., M.Kes, Sp.KG selaku dosen pembimbing akademis yang
telah membimbing dan mengarahkan penulis selama menjalani pendidikan akademis.
8. Sahabat-sahabat penulis yaitu Emia Sindi, Karin Putri, Esterlina, Ocha,
Sintha Debora, Evelin, Amelia Kasana, Dinda Fadilah Amelia Sihotang, Mahranisa,
Sarah Tampubolon, Lidya Tasya, Dicky dan seluruh teman seperjuangan di
Departemen Biologi Oral beserta teman-teman lainnya yang telah membantu selama
penelitian serta memberikan semangat dan motivasi tiada henti kepada penulis selama
penulisan skripsi.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
sempurna dan penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk
menghasilkan karya yang lebih baik di kemudian hari. Akhir kata, penulis
mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang
berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu kedokteran gigi dan masyarakat.

Medan, 22 Mei 2018


Penulis

Nurul Hidayati Arbi


NIM : 140600085

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .....................................................................................


HALAMAN PERSETUJIAN ........................................................................
HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI..........................................................
KATA PENGANTAR ................................................................................... iv
DAFTAR ISI.................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... viii
DAFTAR TABEL.......................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. x

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................. 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 3
1.4 Hipotesis Penelitian..................................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian ...................................................................... 4
1.5.1 Manfaat Teoritis .......................................................................... 4
1.5.2 Manfaat Praktis ........................................................................... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 5


2.1 Tanaman Sirsak (Annona Muricata L.)....................................... 5
2.1.1 Klasifikasi Tanaman Sirsak......................................................... 6
2.1.2 Kandungan dan Manfaat Sirsak .................................................. 7
2.1.3 Senyawa Antibakteri Pada Daun Sirsak...................................... 8
2.2 Aggregatibacter actinomycetemcomitans ................................... 9
2.2.1 Klasifikasi ................................................................................... 10
2.2.2 Morfologi Aggregatibacter actinomycetemcomitans.................. 10
2.2.3 Faktor Virulensi .......................................................................... 12
2.2.4 Leukotoksin................................................................................. 13
2.2.5 Lipopolisakarida.......................................................................... 14
2.2.6 Kolagenase dan Sitotoksin .......................................................... 15
2.3 Invasi Bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans ........... 15
2.4 Uji Sensitivitas Bakteri dengan Menggunakan Prosedur Kadar
Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) 16

vi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.5 Landasan Teori............................................................................ 17
2.6 Kerangka Teori............................................................................ 19
2.7 Kerangka Konsep ........................................................................ 20

BAB 3 METODE PENELITIAN .................................................................. 21


3.1 Jenis Penelitian............................................................................ 21
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 21
3.2.1 Tempat Penelitian........................................................................ 21
3.2.2 Waktu Penelitian ......................................................................... 21
3.3 Sampel dan Besar Sampel Penelitian .......................................... 21
3.4 Kriteria Penelitian ....................................................................... 23
3.4.1 Kriteria Inklusi ............................................................................ 23
3.4.2 Kriteria Eksklusi.......................................................................... 23
3.5 Variabel Penelitian ...................................................................... 23
3.5.1 Variabel Bebas ............................................................................ 24
3.5.2 Variabel Tergantung.................................................................... 24
3.5.3 Variabel Terkendali..................................................................... 24
3.5.4 Variabel Tak Terkendali ............................................................. 24
3.6 Definisi Operasional.................................................................... 25
3.7 Alat dan Bahan Penelitian........................................................... 26
3.8 Prosedur Penelitian...................................................................... 28
3.8.1 Pembuatan Ekstrak Daun Sirsak ................................................. 28
® TM
3.8.2 Pembiakan Aggregatibacter actinomycetemcomitans ATCC 6514
pada Media BHIB ....................................................................... 30
3.8.3 Pengujian Ekstrak Daun Sirsak terhadap Aggregatibacter
Actinomycetemcomitans ATCC® 6514TM ................................... 31
3.9 Pengolahan dan Analisa Data...................................................... 33

BAB 4 HASIL PENELITIAN ....................................................................... 34


4.1 Efektivitas Ekstrak Daun Sirsak terhadap pertumbuhan Bakteri
Aggregatibacter actinomycetemcomitans ATCC® 6514TM ........ 34
4.2 Analisis Hasil Penelitian ............................................................. 38

BAB 5 PEMBAHASAN................................................................................ 41

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 46

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 48
LAMPIRAN

vii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Daun Sirsak (Annona Muricata L.) ........................................................... 6
2. Koloni Aggregatibacter actinomycetemcomitans pada mikroskop .......... 11
3. Koloni Aggregatibacter actinomycetemcomitans pada piring petri.......... 11
4. Hasil pewarnaan gram Aggregatibacter actinomycetemcomitans ............ 12
5. Faktor-faktor virulensi bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans 13
6. Efek leukotoksin penyebab peradangan dan kerusakan jaringan .............. 14
7. Simplisia Daun Sirsak (Dokumentasi) ...................................................... 28
8. Proses maserasi (Dokumentasi) ................................................................ 29
9. Ekstrak kental daun sirsak (Dokumentasi)................................................ 30
® TM
10. Stamp bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans ATCC 6514
yang telah dikeruhkan setara 0,5 Mc Farland (1,5 × 108 CFU / ml)........ 30
11. Tabung yang telah berisi media BHIB, ekstrak daun sirsak, kontrol + dan
kontrol – serta stamp bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans
ATCC® 6514TM ......................................................................................... 31
12. Melakukan subkultur pada media MHA dengan metode spreading ....... 32
13. Tabung uji KHM dengan konsentrasi 50%,25%,12,5%,6,25%,3,25%,
1,5625%, kontrol positif dan kontrol negatif yang telah diinkubasi ........ 35
14. Replikasi pertama ..................................................................................... 36
15. Replikasi kedua ......................................................................................... 36
16. Replikasi ketiga ......................................................................................... 37

viii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Jumlah koloni bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans
ATCC® 6514TM dengan penambahan ekstrak daun sirsak
berdasarkan perbedaan konsentrasi........................................................... 39
2. Hasil uji perbedaan jumlah koloni bakteri Aggregatibacter
actinomycetemcomitans ATCC® 6514TM dari tiap konsentrasi ekstrak
daun sirsak. ............................................................................................... 40

ix

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran
1. Skema Alur Pikir
2. Alat dan Bahan Penelitian
3. Skema Alur Penelitian
4. Surat Ethical Clearance
5. Surat Pembuatan Ekstrak
6. Surat Pernyataan Stok Bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans ATCC®
6514TM
7. Surat Hasil Penelitian Laboraturium Mikrobiologi Research Center FKG UNAIR
8. Dokumentasi Pembuatan Ekstrak Daun Sirsak dengan Metode Maserasi
9. Dokumentasi Pembiakan Spesimen bakteri Aggregatibacter
® TM
actinomycetemcomitans ATCC 6514
10. Dokumentasi Pengujian Ekstrak Daun Sirsak terhadap Pertumbuhan
® TM
Aggregatibacter actinomycetemcomitans ATCC 6514
11. Lembar Hasil Pengamatan Penelitian
12. Hasil Analisis Statistik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penggunaan obat-obatan herbal (berasal dari tumbuh-tumbuhan) menjadi tren
di Indonesia dan sudah mendunia, bahan-bahan herbal tersebut bukan merupakan hal
yang baru bagi masyarakat di Indonesia. Sejak berabad-abad yang lalu, nenek
moyang kita telah mewariskan secara turun-menurun berbagai ramuan herbal untuk
mengobati penyakit. Salah satu alasan masyarakat memilih menggunakan obat herbal
adalah obat-obatan tersebut tidak memiliki efek samping dan memperolehnya juga
cukup mudah, seperti tanaman sirsak.1
Tanaman sirsak banyak dipublikasikan sebagai tumbuhan obat yang
multikhasiat, sehingga sering disebut-sebut sebagai “pohon ajaib.” Penduduk
berbagai negara di dunia telah lama memanfaatkan tanaman sirsak sebagai obat
herbal.2 Bangsa Indian di Amerika Selatan memanfaatkan tanaman sirsak sebagai
obat penyakit jantung, asma hati dan rematik. Bangsa Peru Andes menggunakan teh
daun sirsak untuk mengobati penyakit flu dan infeksi saluran napas, serta biji sirsak
yang digerus untuk membunuh parasit di daerah Amazon Peru.3 Di Brasil, sirsak
digunakan untuk obat bisul, bronkitis, penyakit jantung, diabetes mellitus, disentri,
demam, syaraf dan cacingan. Di Jamaika dan Haiti, buah atau jus buah sirsak
digunakan untuk mengobati demam, penyakit parasit, pelancar ASI dan diare. Di
Malaysia, sirsak digunakan untuk mengobati batuk, bisul, diare, dermatitis,
hipertensi, meringankan pendarahan dan rematik.2,3
Daun sirsak merupakan bagian yang banyak memiliki kandungan senyawa
kimia aktif yang sangat tinggi seperti tanin, alkaloid dan flavonoid. Tanaman ini
menunjukkan kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri kariogenik. Dari
banyaknya kandungan senyawa kimia aktif, maka daun sirsak diduga memiliki
potensi sebagai antibakteri.4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2

Penelitian Rahman dkk melaporkan bahwa ekstrak etanol daun sirsak (Annona
muricata L.) memiliki aktivitas antibakteri terhadap Streptococcus mutans ATCC®
35668TM dengan kadar hambat minimum KHM pada konsentrasi 125 mg/ml.5
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tuna dkk, ekstrak daun sirsak memiliki
efek daya hambat terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dengan rerata
diameter zona hambat sebesar 12,3 mm.6 Penelitian Wahyuningtyas melaporkan
bahwa ekstrak daun sirsak dapat menghambat pertumbuhan bakteri plak supragingiva
dengan KHM konsentrasi12,5%.7
Aggregatibacter actinomycetemcomitans (Aa) merupakan bakteri gram-
negatif anaerob fakultatif dengan sifat non-motil berbentuk batang lurus atau
bengkok, kecil dan pendek.8 Bakteri ini komensal di rongga mulut tetapi sering
ditemukan pada plak gigi, poket periodontal dan sulkus gingiva. Peranan bakteri ini
dapat menimbulkan berbagai infeksi pada manusia seperti endokarditis, brain
abcessess dan penyakit periodontal.9
Ekstrak daun sirsak terbukti memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri
Mixed periodontopatogen. Mixed periodontopatogen merupakan sebutan untuk
bakteri yang berperan dalam patogenesis penyakit periodontal. Salah satu bakteri
yang paling dominan ditemukan adalah Aggregatibacter actinomycetemcomitans.
Dilakukan pengujian aktivitas antibakteri dengan mengukur diameter zona hambat
pada ekstrak daun sirsak terhadap pertumbuhan Mixed periodontopatogen sehingga
didapatkan konsentrasi terbaik dalam menghambat bakteri tersebut adalah 45
mg/ml.10
Pengujian antibakteri ekstrak daun sirsak terhadap bakteri Porphyromonas
gingivalis didapati bahwa ekstrak daun sirsak konsentrasi 1%, 5%, 10%, 15% dan
20% dapat menghambat pertumbuhan bakteri Porphyromonas gingivalis. Konsentrasi
ekstrak daun sirsak 20% merupakan konsentrasi terbaik dalam menghambat
pertumbuhan Porphyromonas gingivalis.11 Bakteri Porphyromonas gingivalis
memiliki kesamaan karekteristik dengan bakteri Aggregatibacter
actinomycetemcomitans yang merupakan bakteri gram-negatif kokobasil yang dapat
dijumpai pada rongga mulut dan infeksi gingiva seta periodontitis.12

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti efektivitas ekstrak


daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap bakteri Aggregatibacter
actinomycetemcomitans. Karena bakteri ini merupakan bakteri patogen penyebab
beberapa kelainan di rongga mulut terutama periodontitis. Ekstrak daun sirsak
diharapkan sebagai alternatif pencegahan dan perawatan rongga mulut.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Berapakah kadar konsentrasi efektivitas kadar hambat minimum (KHM)
ekstrak daun sirsak terhadap pertumbuhan Aggregatibacter actinomycetemcomitans
ATCC® 6514TM dari konsentrasi 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, 3,125%, 1,5625% ?
2. Berapakah kadar konsentrasi efektivitas kadar bunuh minimum (KBM)
ekstrak daun sirsak terhadap pertumbuhan Aggregatibacter Actinomycetemcomitans
ATCC® 6514TM dari konsentrasi 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, 3,125%, 1,5625% ?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kadar konsentrasi efektivitas kadar hambat minimum
(KHM) ekstrak daun sirsak terhadap pertumbuhan Aggregatibacter
actinomycetemcomitans ATCC® 6514TM dari konsentrasi 50%, 25%, 12,5%, 6,25%,
3,125%, 1,5625%.
2. Untuk mengetahui kadar konsentrasi efektivitas kadar bunuh minimum
(KBM) ekstrak daun sirsak terhadap pertumbuhan Aggregatibacter
® TM
actinomycetemcomitans ATCC 6514 dari konsentrasi 50%, 25%, 12,5%, 6,25%,
3,125%, 1,5625%.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

1.4 Hipotesis Penelitian


Terdapat efektivitas ekstrak daun sirsak terhadap pertumbuhan bakteri
Aggregatibacter actinomycetemcomitans ATCC® 6514TM

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Manfaat Teoritis
1. Sebagai data awal dan informasi nilai untuk mendapatkan konsentrasi
kadar hambat minimum (KHM) dan kadar bunuh minimum (KBM) ekstrak daun
sirsak yang tepat terhadap pertumbuhan Aggregatibacter actinomycetemcomitans.
2. Sebagai data awal dan informasi untuk melakukan penelitian efek ekstrak
daun sirsak terhadap bakteri lain penyebab periodontitis.
3. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dalam mengembangkan bahan
herbal yang dapat dijadikan sebagai alternatif antimikroba yang dapat membantu
keberhasilan suatu perawatan periodontal.

1.5.2 Manfaat Praktis


1. Memberikan informasi manfaat ekstrak daun sirsak sebagai alternatif
antibakteri untuk menghambat bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans.
2. Memberikan manfaat lain dari ekstrak daun sirsak yang merupakan bahan
alami memiliki efek antibakteri, antijamur, antioksidan, antiseptik, antiinflamasi,
analgesik, dan antipiretik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Sirsak


Sirsak merupakan salah satu tanaman buah yang pertama kali diperkenalkan
ke dunia setelah Colombus menemukan Amerika. Setelah itu, orang-orang Spanyol
membawanya ke Filipina dan segera menyebar ke kawasan Asia Tenggara.1 Tanaman
sirsak mulai ada di kawasan benua Asia, di antaranya Malaysia, Thailand dan
Indonesia sejak awal abad ke – 19. Pada abad tersebut, tanaman sirsak masuk ke
Indonesia dibawa oleh pemerintah Hindia Belanda untuk dibudidayakan.2
Di berbagai daerah Indonesia dikenal banyak sebutan untuk tanaman sirsak,
antara lain nangka sebrang, nangka landa (Jawa), nangka walanda, sirsak (Sunda),
nangka buris (Madura), srikaya jawa (Bali), deureuyan belanda (Aceh), durio ulondro
(Nias), tarutung olanda (Toba), durian betawi (Minangkabau), jambu landa
(Lampung) serta naka walanda (Ternate).2
Sirsak umumnya dapat tumbuh pada kisaran iklim yang cukup luas, pada
dataran rendah (0 m dari permukaan laut/dpl) hingga 1.200 m dpl. Selain itu, tanaman
ini dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah, baik yang kaya unsur hara dan
berpengairan baik, maupun lahan marginal seperti tanah masam, tanah kering dan
tanah berpasir. Sirsak kurang baik ditanam pada tanah yang aliran udaranya buruk
karena akan menyebabkan akar membusuk.1
Sirsak berupa tanaman perdu dengan tinggi sekitar 3-10 m. Tanaman ini
memiliki kayu yang keras, daun berbentuk bulat panjang dengan ujung lancip
pendek, berukuran 8-16 cm x 3-7 cm. Tangkai daun panjangnya 3-7 mm, pinggiran
rata dan permukaan daun mengkilap. Daun tuanya berwarna hijau tua, sedangkan
daun muda berwarna hijau kekuningan. Daun sirsak tebal dan agak kaku dengan urat
daun menyirip atau tegak pada urat daun utama.1,2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

Gambar 1. Daun Sirsak (Annona Muricata L.)2

2.1.1 Klasifikasi (Taksonomi)


Klasifikasi adalah proses pengaturan atau pengolahan makhluk dalam kategori
golongan yang bertingkat. Tujuan klasifikasi makhluk hidup adalah untuk
mempermudah mengenali, membandingkan, dan mempelajari makhluk hidup.
Membandingkan berarti mencari persamaan dan perbedaan ciri pada makhluk hidup.
Dalam sistematika tumbuhan (taksonomi), tanaman sirsak diklasifikasikan sebagai
berikut:2,13
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Magnoliidae
Ordo : Magnoliales
Famili : Annonaceae
Genus : Annona
Spesies : Annona muricata Linn.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7

2.1.2 Kandungan dan Manfaat Sirsak


Bagian-bagian tanaman sirsak banyak mengandung mineral dan zat fitokimia
yang berkhasiat untuk kesehatan.1 Semua bagian tanaman sirsak dapat digunakan
sebagai obat herbal seperti kulit kayu, daun, akar, buah, dan biji. Dari seluruh bagian
tanaman sirsak, organ daunlah yang paling sering dimanfaatkan untuk mengobati
penyakit.3
Senyawa aktif yang terdapat dalam tanaman alami memiliki banyak
khasiat untuk kesehatan tubuh manusia. Manfaat daun sirsak diketahui memiliki
banyak senyawa aktif yang bermanfaat untuk kesehatan manusia.2 Tidak itu saja,
daun sirsak juga terbukti memiliki kandungan banyak nutrisi dan mineral yang sangat
berguna untuk tubuh. Beberapa di antaranya adalah acetogenins, annocatacin,
annocatalin, annohexocin, annonacin, anomurian, annomurine, anonol, caclourine,
gentisic acid, gigantertronin, linoleic acid, muricapentocin, niasin, fosfor, kalsium,
karbohidrat, vitamin C, vitamin B1, vitamin B2, karena banyak kandungan nutrisinya
maka manfaat daun sirsak sangat bagus untuk kesehatan.1
Kayanya kandungan dan manfaat daun sirsak, membuat daun ini banyak
digunakan untuk mengobati banyak penyakit, dari yang ringan hingga yang berat.
Beberapa di antaranya adalah mengobati penyakit abses, arthritis, asma, asthenia,
batuk, borok, bronkitis, cacingan, demam, diabetes, gangguan empedu, gangguan
hati, gangguan jantung, gangguan pencernaan, hipertensi, hiperkolesterol, tumor,
hingga kanker.2 Senyawa acetogenins pada daun sirsak merupakan senyawa yang
memiliki potensi sitotoksik. Senyawa sitotoksik adalah senyawa yang bersifat toksik
untuk menghambat dan menghentikan pertumbuhan sel kanker.14 Bahkan, sebuah
penelitian yang dilakukan oleh Universitas Purdue di Amerika Serikat menemukan
bahwa manfaat daun sirsak yang memiliki kandungan ekstrak etanol berkhasiat
antivirus herpes simpleks dan juga anti-AIDS.15

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8

2.1.3 Senyawa Antibakteri Pada Daun Sirsak


Adanya aktivitas antibakteri ekstrak daun sirsak karena komponen senyawa
metabolit sekunder yang dimiliki. Pada tumbuhan, pembentukan metabolit sekunder
dimulai dari asam piruvat dan asam sikimat yaitu senyawa yang dihasilkan dari
glikolisis glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis metabolit primer. Dari
kedua senyawa inilah dihasilkan berbagai metabolit sekunder.16 Senyawa metabolit
sekunder yang dimaksud adalah adalah steroid, saponin, tannin, dan flavonoid.3
Metabolit sekunder dalam suatu tumbuhan dapat bervariasi karena kondisi
lingkungannya, jenisnya (dapat juga varietasnya), kondisi fisiologisnya (tua, muda)
dan juga sifat kimianya.16
Alkaloid adalah senyawa organik pada tumbuh-tumbuhan yang sering
digunakan sebagai bahan obat-obatan. Kemampuan senyawa alkaloid sebagai
antibakteri dipengaruhi oleh gugus basa yang mengandung satu atau lebih atom
nitrogen. Apabila gugus basa ini mengalami kontak dengan bakteri maka, akan
bereaksi dengan senyawa asam amino yang menyusun dinding bakteri. Reaksi ini
mengakibatkan terjadinya perubahan struktur asam amino dan DNA bakteri akan
mengalami kerusakan. Kerusakan ini akan mendorong terjadinya lisis pada bakteri.17
Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbanyak terdapat di
alam. Aktivitas biologis senyawa flavonoid terhadap bakteri dilakukan dengan
merusak dinding sel dari bakteri yang terdiri dari lipid dan asam amino. Sehingga Inti
sel bakteri juga akan lisis.18
Senyawa golongan fenolik seperti tanin menghambat pertumbuhan bakteri
dengan cara menghambat aktivitas enzim protease pada proses transpor protein sel
bakteri, serta menginaktivasi fungsi materi genetik. Tanin juga mampu mengerutkan
dinding sel bakteri sehingga mengganggu permeabilitas membran sel dengan
membentuk kompleks tanin dengan enzim dan substrat bakteri, sehingga
menyebabkan sel tidak dapat melakukan aktivitas hidup.17 Hal tersebut dapat
menyebabkan pertumbuhan bakteri akan terhambat sehingga sel mati. Mekanisme
kerja steroid sebagai antibakteri adalah dengan cara merusak membran sel bakteri.19

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9

Selain itu, daun sirsak juga mengandung bahan aktif saponin. Saponin adalah
jenis glikosida tritepena dan sterol yang merupakan senyawa aktif pada permukaan
daun. Mekanisme kerja antibakteri dari saponin dengan cara meningkatkan
permeabilitas membran sel sehingga fungsi membran menjadi tidak stabil dan
mengakibatkan hemolisis sel.20

2.2 Aggregatibacter actinomycetemcomitans


Patogen utama yang sering dihubungkan dengan penyakit periodontal adalah
Aggregatibacter actinomycetemcomitans. Aggregatibacter actinomycetemcomitans
adalah bakteri gram-negatif non-motil yang berada pada rongga mulut dan sering
dihubungkan dengan endokarditis.21 Aggregatibacter actinomycetemcomitans
merupakan bakteri gram-negatif fakultatif anaerob yang berperan dalam etiologi
periodontitis agresif dan periodontitis kronis. Aggregatibacter
actinomycetemcomitans dapat merusak jaringan dengan cara merangsang inflamasi,
menyebabkan destruksi jaringan dan menghambat penyembuhan jaringan.22
Aggregatibacter actinomycetemcomitans pertama kali dilaporkan dalam
sebuah publikasi oleh Klinger pada tahun 1912 yang menyebutnya sebagai bakteri
actinomycetemcomitans, diubah menjadi bakteri comitans oleh Lieske dan akhirnya
Actinobacilius actinomycetemcomitans oleh Topley dan Wilson.Actinobacillus
actinomycetemcomitans berasal dari kata-kata Yunani, ‘actes’, yang berarti sinar
karena koloni berbentuk bintang pada media agar dan ‘mycetes’, yang berarti jamur
karena pada awalnya kortisol dianggap jamur. Kata Latin, ‘comitan’, yang berarti
kesamaan dengan, atau spesies Actinomycetes yang menyertainya, mencerminkan
asosiasi Actinobacillus dengan Actinomycetes. Kilian dan Schiott adalah orang
pertama yang menunjukkan bahwa Aggregatibacter actinomycetemcomitans hadir
dalam plak gigi. Sehubungan dengan penyakit periodontal, pertama kali terlibat
sebagai penyebab juvenile periodontitis pada tahun 1976 oleh Newman dan Slots.
Penyakit ini sekarang disebut localized aggressive periodontitis (LAP).23

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10

2.2.1 Klasifikasi Aggregatibacter actinomycetemcomitans


Klasifikasi (pengelompokkan) merupakan suatu cara mengelempokkan
makhluk hidup menjadi golongan atau unit tertentu. Manfaatnya adalah memudahkan
dalam mempelajari makhluk hidup yang beraneka ragam dan untuk mengetahui
hubungan kekerabatan antara makhluk hidup yang satu dengan yang lain. Berdasarlan
ilmu taksonomi, bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans diklasifikasikan
sebagai berikut:23
Kingdom : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Kelas : Gammaproteobacteria
Ordo : Pasteurellales
Famili : Pasteurellace
Genus : Aggregagtibacter
Spesies : Aggregatibacter actinomycetemcomitans

2.2.2 Morfologi Aggregatibacter actinomycetemcomitans


Aggregatibacter actinomycetemcomitans (Aa) sebelumnya dikenal dengan
Actinobacillus actinomycetemcomitans merupakan bakteri yang sangat halus, anaerob
fakultatif, non-motil, tidak berspora, merupakan bakteri gram-negatif yang berbentuk
batang kecil dan memiliki ukuran 0,4-0,5 μm x 1,0-1,5 μm. Secara mikroskopis,
selnya akan terlihat seperti cocobacillary, terutama jika koloninya langsung diisolasi
dari medium padat. Bentuk yang panjang akan terlihat pada pewarnaan gram dari
kultur yang berumur lebih dari 3 hari atau dari pertumbuhan sel dalam glucose-
containing liquid medium. Agen immudominan dari Aggregatibacter
actinomycetemcomitans merupakan sebuah massa bermolekul tinggi O-polisakarida
dari lipopolisakarida.8
Bentuk morfologi Aggregatibacter actinomycetemcomitans yang paling sering
muncul adalah bentuk basilar, yang terlihat seperti kode Morse. Bakteri anaerob tidak
bergerak pada suhu antara 20-42°C, tetapi pada suhu 37°C dengan pH optimum 7,0-
8,0 sudah terlihat pertumbuhan baik dari Aggregatibacter actinomycetemcomitans.9

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

Gambar 2. Koloni dari Aggregatibacter actinomyctemcomitans


dengan ciri khas bagian tengah berbentuk bintang jika
dilihat dibawah mikroskop binokuler dengan
perbesaran 40x .24

Gambar 3. Koloni Aggregatibacter actinomycetemcomitans


pada piring media Blood agar.23

Strain bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans dari American Type


Culture Collection memperlihatkan morfologinya tidak berbentuk bintang internal.
Varian koloni halus ini tumbuh sebagai koloni besar, bulat buram pada agar.25

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

Gambar 4. Hasil pewarnaan gram bakteri Aggregatibacter


actinomycetemcomitans berbentuk kokobasil dengan warna
merah muda dilihat dari mikroskop dengan perbesaran
10x100.

2.2.3 Faktor Virulensi


Virulensi adalah kemampuan suatu organisme untuk menyebabkan infeksi.
Virulensi dalam mikroba termasuk kemampuan untuk memasuki host, merusak
pertahanan normal host, bereplikasi di lingkungan baru dan mengekspresikan ciri
patogenik khusus. Untuk menghasilkan penyakit periodontal, Aggregatibacter
actinomycetemcomitans dapat menginfeksi bagian periodontal dengan menempel
pada sel epitel, mikroba yang ada pada permukaan gigi, dapat juga bersaing dengan
flora normal yang ada dan juga dengan merusak mekanisme pertahanan host.26
Aggregatibacter actinomycetemcomitans dapat menghasilkan faktor virulensi
yang dapat meningkatkan kemampuannya untuk bertahan pada rongga mulut. Faktor-
faktor virulensi tersebut terlibat dalam patogenesis periodontitis. Faktor-faktor
virulensi tersebut antara lain: lipopolisakarida (endotoksin), leukotoksin (membentuk
lubang pada neutofil granulosit, monosit dan beberapa limfosit yang konsekuensinya
mati karena tekanan osmosis), kolagenase (destruksi jaringan ikat), dan protease
(dapat mencegah IgG). Leukotoksin berperan penting dalam patogenesitas.17

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

Gambar 5. Faktor-faktor virulensi dari Aggregatibacter actinomycetemcomitans.26

2.2.4 Leukotoksin
Leukotoksin Aggregatibacter actinomycetemcomitans merupakan protein
yang termasuk dalam anggota dari toksin Repeats in Toxin (RTX). Produksi dari
leukotoksin diatur oleh genotip dan faktor lingkungan. Leukotoksin tersimpan dalam
vesikel membran dari bakteri. Toksin RTX dapat diproduksi oleh berbagai bakteri
gram-negatif (E. Coli, Bordetella pertussis, Vibrio cholera, Vibrio vulnificus, dan
lain-lain), dan belakangan ini, anggota dari Pasteurellaceae juga diketahui dapat
memproduksi toksin ini.14
Dengan adanya leukotoksin pada bakteri ini, maka bakteri dapat menginduksi
faktor pro-inflamasi dan agen kerusakan jaringan, menghambat aksi lisisnya oleh
komponen antibakterial dari imunitas (fagosit) dan melindungi bakteri dari immune
mediated killing. Leukotoksin juga dapat membunuh polimorfonuklear leukosit dan
monosit, serta limfosit. Selain itu, leukotoksin juga dapat memblok proses dari
pengambilan bakteri untuk difagositosis. Pembunuhan terhadap leukosit dapat
menginduksi terjadinya apoptosis. Apoptosis merupakan suatu proses yang kompleks

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

yang dapat menginduksi kematian dari reseptor permukaan sel dan jalur pengaturan
mitokondria.14 Kemampuan leukotoksin untuk menginduksi apoptosis pada limfosit
dapat mengganggu respon imun yang didapat dari infeksi periodontal.
Kemampuannya untuk mempengaruhi limfosit juga berperan dalam diferensiasi sel
Th-1,/Th-2/Th-17, hal ini penting dalam patogenesis inflamasi periodontal.18

Gambar 6. Efek leukotoksin penyebab peradangan dan kerusakan jaringan.23

2.2.5 Lipopolisakarida
Lipopolisakarida merupakan komponen utama pada membran terluar dari bakteri
gram-negatif.23 Lipopolisakarida pada Aa mengandung karbohidrat 30% , lipid 30% ,
heksosamin 10 - 12% , fosfat 03 - 10%, dan heptosa. Lipopolisakarida (endotoksin)
memiliki efek yang besar terhadap terjadinya kerusakan dari sel dan jaringan inang.
Lipopolisakarida yang dihasilkan Aggregatibacter actinomycetemcomitans dapat
menstimulasi makrofag untuk menghasilkan interleukin (interleukin 1α, interleukin 1β)
dan Tumor Necrosis Factor (TNF) yang kemudian berdampak pada terjadinya inflamasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

dan resorpsi tulang alveolar.23 Mekanisme dari resopsi tulang tersebut terjadi karena
lipopolisakarida mengaktivasi komplemen yang kemudian menstimulasi prostaglandin..
Lipopolisakarida ini bersifat sitotoksik terhadap fibroblas. 27

2.2.6 Kolagenase dan Sitotoksin


Pengurangan dari kepadatan serat kolagen gingiva merupakan gambaran yang
umum tampak pada penyakit periodontal. Bakteri Aggregatibacter
actinomycetemcomitans memproduksi matrix metalloproteinase (MMPs) dan
menghambat pembentukan kolagen. Produk MMPs seperti collagenases dan
gelatinases memecah kolagen dan gelatin yang membentuk matriks ekstraseluler dari
jaringan periodontal sehingga aktifitas MMP memiliki peran penting dalam
pathogenesis dan perkembangan penyakit periodontal. Aggregatibacter
actinomycetemcomitans juga menghasilkan sitotoksin yang dapat menghambat
proliferasi dari fibroblas yang merupakan salah satu sel yang penting dalam jaringan
ikat gingiva.27

2.3 Invasi Bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans Terhadap


Jaringan Periodontal
Aggregatibacter actinomycetemcomitans memproduksi dan menginduksi
faktor yang berperan dalam kerusakan jaringan periodontal. Aggregatibacter
actinomycetemcomitans menstimulasi dan merusak berbagai jenis jaringan pejamu,
termasuk jaringan sel epitel, sel vaskular endotel, dan sel-sel makrofag. Kerusakan
jaringan pejamu menyebabkan dilepaskannya produk toksin yang dihasilkan oleh
patogen atau invasi ke dalam sel pejamu. Aggregatibacter actinomycetemcomitans
juga menyerang jaringan epitel oral dan melakukan replikasi.27
Aggregatibacter actinomycetemcomitans dapat membunuh leukosit
polymorphonuclear (PMN) manusia dan monosit darah perifer. Kemampuan
lipopolisakarida untuk menstimulasi sel-sel makrofag melepaskan interleukin IL-
1,IL-1β, dan sel tumor necrosis factor (TNF) menyebabkan terjadinya stimulasi
resorpsi tulang. Aggregatibacter actinomycetemcomitans memproduksi enzim

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

kolagenase yang dapat merusak kolagen tipe 1. Hal ini dapat mendorong terjadinya
degradasi kolagen dan gangguan pada jaringan ikat periodontal. Interaksi diantara
Aggregatibacter actinomycetemcomitans dan sel epitel adalah menjadi awal
terjadinya penyakit periodontitis.27
Faktor-faktor ini dapat menstimulasi aktivitas osteoklas dan preosteoklas,
sehingga terjadi penigkatan osteoklas yang berfungsi meresorbsi tulang. Pada waktu
yang sama, komponen bakteri dan mediatori inflamatori beraksi langsung pada
osteoblas, terjadilah penurunan fungsi osteoblas, akhirnya terjadi kehilangan
perlekatan jaringan periodontal dan gigi, meliputi tulang alveolar dan jaringan ikat.29

2.4 Uji Sensitivitas Bakteri dengan Menggunakan Prosedur Kadar


Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM)
Konsentrasi minimum penghambatan atau lebih dikenal dengan Konsentrasi
Hambat Minimum (KHM)/ Minimum Inhibitory Concentration (MIC) adalah
konsentrasi terendah dari antimikrobial yang dapat menghambat pertumbuhan
mikroba tertentu setelah inkubasi. Kadar Bunuh Minimum (KBM)/ Minimum
Bactericidal Concentration (MBC) adalah konsentrasi minimal antimikrobial yang
dapat membunuh bakteri. Nilai KHM adalah spesifik untuk tiap-tiap kombinasi dari
antibiotika dan mikroba. Kadar Hambat Minimum (KHM) dari sebuah antibiotika
terhadap mikroba digunakan untuk mengetahui sensitivitas dari mikroba terhadap
antibiotika. Nilai KHM berlawanan dengan sensitivitas mikroba yang diuji. Semakin
rendah nilai KHM dari sebuah antibiotika, sensitivitas dari bakteri akan semakin
besar.30
Salah satu metode uji antimikrobial adalah metode tube dilution technique.
Uji ini dilakukan menggunakan beberapa tabung reaksi yang berisi cairan nutrisi
yang cocok dengan organisme yang akan diuji. Kemudian organisme dimasukkan ke
dalam cairan tersebut dan diinkubasi selama 18-24 jam. Setelah didapatkan KHM,
setiap tabung yang terlihat jernih disubkultur untuk ditentukan KBM. Pengukuran
KHM sangat penting dalam menentukan tahap resistensi bakteri.31

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

2.5 Landasan Teori


Aggregatibacter actinomycetemcomitans adalah salah satu jenis bakteri
patogen penyebab penyakit periodontal yang ditemukan dalam plak. Aggregatibacter
actinomycetemcomitans merupakan salah satu mikroorganisme utama yang erat
kaitannya dengan early-onset localized periodontitis atau localized aggressive
periodontitis. Bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans dinyatakan memiliki
kemampuan yang tinggi dalam memproduksi leukotoksin yang mendorong kerusakan
jaringan periodontal. Aggregatibacter actinomycetemcomitans menghasilkan faktor
virulensi pada jaringan periodontal, antara lain lipopolisakarida (endotoksin),
leukotoksin, kolagenase dan protease, menghasilkan sejumlah metabolit atau
produksi akhir, dimana metabolit tersebut bersifat racun atau toxic terhadap jaringan
periodontal. Aggregatibacter actinomycetemcomitans pada orang dewasa muda yang
terserang localized aggressive periodontitis ditemukan dalam jumlah lebih besar.
Untuk mencegah terjadinya kerusakan jaringan yang lebih parah akibat
periodontitis dengan menghilangkan populasi bakteri Aggregatibacter
actinomycetemcomitans yang biasanya menggunakan bahan kimia antimikroba.
Penggunaan antimikroba berbahan dasar kimia memiliki efek samping apabila
digunakan dalam jangka panjang, sehingga dibutuhkan suatu bahan alami yang dapat
dijumpai dengan mudah sehari-hari. Pemanfaatan tanaman sebagai obat tradisional
sering digunakan sebagai alternatif dalam mengobati dan mencegah berbagai
penyakit sudah terbukti secara ilmiah.
Salah satu tanaman obat tradisional yang sangat bermanfaat untuk antijamur,
antioksidan, antiseptik, antiinflamasi, analgesik, antipiretik dan antibakteri adalah
tanaman sirsak. Sifat antibakterinya belum banyak digunakan dalam pencegahan dan
perawatan penyakit periodontal. Zat-zat aktif yang terkandung pada ekstrak daun
sirsak adalah alkaloid, flavonoid, tanin, glikosida, steroid dan saponin. Alkaloid dapat
merubah struktur asam amino dan merusak DNA bakteri. Flavonoid dapat merusak
dinding sel bakteri yang terdiri dari lipid dan asam amino. Tanin pada daun sirsak
dapat menginaktivasi adhesi mikroba dan enzim hidrolitik. Zat aktif steroid juga
dapat merusak sel bakteri. Saponin dapat meningkatkan permeabilitas membran sel

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

bakteri. Semua zat aktif ini memiliki sifat antibakteri, zat tersebut dapat merusak
permeabilitas membrane sel, sintesis protein dan asam nukleat terganggu sehingga
dinding sel menjadi rusak dan akhirnya menyebabkan sel menjadi lisis. Akibatnya
terjadi penurunan bakteri patogen di periodontal terutama Aggregatibacter
actinomycetemcomitans.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

2.6 Kerangka Teori

Tanaman
Sirsak

Buah Biji Kulit Daun Akar

Alkaloid Flavonoid Tanin Steroid Saponin

Merubah Merusak Menginakt- Merusak Meningkat-


struktur dinding sel ivasi membran kan
asam dari bakteri adhesin sel bakteri permeabilit
amino dan yang terdiri mikroba as
merusak dari lipid dan enzim membran
DNA dan asam hidrolitik sel bakteri
bakteri amino

Aggregatibacter
actinomycetemcomitans lisis

Patogen

Periodontal 

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

2.7 Kerangka Konsep

 Morfologi daun sirsak Ekstrak Daun Sirsak Daun sirsak yang


 Waktu pertumbuhan tanaman sirsak didapatkan dari halaman
 Keadaan tanah dan curah hujan, rumah
lingkungan asal tanaman sirsak

50% 25% 12,5% 6,25% 3,125% 1,562% + -

Aggregatibacter actinomycetemcomitans 0,5


Mc Farland = 10-8

Biakan Aggregatibacter
actinomycetemcomitans yang tersedia  Media BHIB dan
di Laboraturium Mikrobiologi MHA
Fakultas Kedokteram Gigi UNAIR  Waktu Inkubasi
KHM  Sterilisasi alat, bahan
dan media
Efektivitas
 Waktu pengamatan
KBM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratoris dengan
rancangan penelitian post test only control group design. Penelitian ini melakukan
pengukuran atau observasi sesudah perlakuan diberikan.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


3.2.1 Tempat Penelitian
Pembuatan ekstrak daun sirsak dilakukan di Laboraturium Obat Tradisional
Fakultas Farmasi USU. Pengidentifikasian, pembiakan dan pengujian sampel
dilakukan di Laboraturium Mikrobiologi Research Center FKG UNAIR.

3.2.2 Waktu Penelitian


Waktu penelitian yang diperlukan adalah kurang lebih 8 bulan yaitu mulai
dari Oktober 2017 sampai Mei 2018. Kegiatan berupa pengumpulan referensi,
menjajaki bakteri yang tersedia di Laboraturium Mikrobiologi Research Center FKG
UNAIR. Kemudian pembuatan proposal, pembuatan ekstrak, penelitian dan ujian
hasil penelitian.

3.3 Sampel dan Besar Sampel


3.3.1 Sampel Penelitian
Sampel penelitian yang akan digunakan adalah stamp Aggregatibacter
actinomycetemcomitans ATCC® 6514TM.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

3.3.2 Besar Sampel Penelitian


Dalam menghitung besar sampel penelitian eksperimental digunakan rumus
Federer. Rumus besar sampel Federer yaitu:

(t-1) (r-1) ≥ 15

Keterangan:
t : jumlah perlakuan
r : jumlah replikasi

Penelitian ini menggunakan 8 kelompok perlakuan yaitu:


1. Kelompok 1 : Ekstrak daun sirsak 50%
2. Kelompok 2 : Ekstrak daun sirsak 25%
3. Kelompok 3 : Ekstrak daun sirsak 12,5%
4. Kelompok 4 : Ekstrak daun sirsak 6,25%
5. Kelompok 5 : Ekstrak daun sirsak 3,125%
6. Kelompok 6 : Ekstrak daun sirsak 1,5625%
7. Kelompok 7 : Klorheksidin sebagai kontrol positif
8. Kelompok 8 : Media BHIB sebagai kontrol negatif

Jadi, jumlah perlakuan (t) = 8


(t - 1) (r – 1)  15
(8 – 1) (r – 1) ≥ 15
r – 1  2,14
r 3
Jumlah sampel yang diperlakukan adalah 1 sampel biakan Aggregatibacter
actinomycetemcomitans ATCC® 6514TM dengan jumlah replikasi untuk masing-
masing sampel yaitu sebanyak 3 kali, agar tidak terjadi bias.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

3.4 Kriteria Penelitian


3.4.1 Kriteria Inklusi
1. Daun sirsak dengan kriteria:
 Sehat, bebas dari hama
 Tidak busuk (basah)
 Segar (baru dipetik)
2. Aggregatibacter actinomycetemcomitans ATCC® 6514TM di Laboraturium
Mikrobiologi Research Center FKG UNAIR

3.4.2 Kriteria Eksklusi


Daun sirsak yang memiliki kriteria:
 Busuk

3.5 Variabel Penelitian


Variabel Terikat
Variabel Bebas Efektivitas KHM dan KBM ekstrak
Ekstrak daun sirsak
berbagai konsentrasi(50%, daun sirsak terhadap pertumbuhan
25%, 12,5%, 6,25% A.actinomycetemcomitans ATCC®
3,125%, dan 1,5625%) 6514TM

Variable Terkendali Variabel Tak Terkendali


 Media pertumbuhan A.  Morfologi daun sirsak
actionmycetemcomitans yaitu  Waktu pertumbuhan tanaman sirsak
Brain Heart Infusion broth  Keadaan tanah dan curah hujan,
(BHIB) lingkungan asal tanaman sirsak
 Suhu inkubasi 37oC
 Waktu inkubasi yaitu 24 jam
 Sterilisasi alat, bahan coba dan
media
 Teknik pengisolasian dan
pengkulturan
 Waktu pengamatan A.
actionmycetemcomitans
 Asal daun sirsak
 Lamanya penyimpanan ekstrak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

3.5.1 Variabel Bebas


Ekstrak daun sirsak dalam berbagai konsentrasi(50%, 25%, 12,5%,6,25%
3,125% dan 1,5625%)

3.5.2 Variabel Terikat


Efektivitas KHM dan KBM ekstrak daun sirsak terhadap pertumbuhan
Aggregatibacter actinomycetemcomitans ATCC® 6514TM.

3.5.3 Variabel Terkendali

 Media pertumbuhan Aggregatibacter actinomycetemcomitans yaitu BHIB


dan MHA
 Suhu inkubasi 37°C
 Waktu inkubasi 24 jam
 Sterilisasi alat, bahan coba dan media
 Teknik pengkulturan
 Waktu pengamatan Aggregatibacter actinomycetemcomitans
 Asal daun sirsak
 Lamanya penyimpanan ekstrak

3.5.4 Variabel Tak Terkendali

 Morfologi daun sirsak


 Waktu pertumbuhan tanaman sirsak
 Keadaan tanah dan curah hujan, lingkungan asal tanaman sirsak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

3.6 Definisi Operasional Penelitian

1. Aggregatibacter actinomycetemcomitans ATCC® 6514TM adalah produk


yang dihasilkan oleh American Type Cultural Collection, yang didapat di
Laboraturium Mikrobiologi Reseacrh Center FKG UNAIR. Produk ini hanya untuk
penelitian laboratorium bukan untuk tujuan diagnostik ataupun terapeutik.
2. Ekstrak daun sirsak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan
mengekstraksi zat aktif dari simplisia daun sirsak dan dilarutkan menggunakan
pelarut etanol 70%. Pada penelitian ini digunakan ekstrak daun sirsak dengan
konsentrasi 50%, 25%, 12,5%, 6, 25%, 3,125%, dan 1,5625%.
3. Ekstraksi merupakan suatu cara penarikan zat yang diinginkan dari bahan
mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih dimana zat yang diinginkan
larut.
4. Maserasi adalah salah satu teknik ekstraksi. Maserasi merupakan proses
penyarian dengan cara serbuk direndam dalam pelarut sampai meresap dan
melunakkan sel , sehingga zat-zat uang mudah larut akan melarut.
5. Evaporasi atau penguapan adalah proses perubahan molekul di dalam
keadaan cair dengan spontan menjadi gas. Saat dilakukan ekstraksi proses penguapan
bertujuan untuk menguapkan etanol yang terdapat pada larutan.
6. Efektivitas adalah penilaian yang dibuat dalam mengukur berapa besar
potensi atau konsentrasi ekstrak daun sirsak yang dapat memberikan efek KHM dan
KBM bagi mikroorganisme.
a) Kadar Hambat Minimum (KHM) adalah konsentrasi terkecil yang dapat
menghambat pertumbuhan mikroorganisme atau mencegah multiplikasi
Aggregatibacter actinomycetemcomitans.
b) Kadar Bunuh Minimum (KBM) adalah konsentrasi terkecil dari
antimikroba yang dapat membunuh pertumbuhan Aggregatibacter
actinimycetemcomitans.
7. Brain Heart Infusion Broth (BHIB) adalah media cair yang bisa digunakan
dalam pembiakan beraneka ragam mikroorganisme untuk tes uji bakteri.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

8. Metode Dilusi adalah untuk menentukan Kadar Hambat Minimum (KHM)


dan kadar bunuh minimal (KBM) dari beberapa konsentrasi ekstrak daun sirsak.
Menggunakan satu seri tabung reaksi yang diisi media cair Brain Heart Infusion
Broth dan spesies dan suspensi Aggregatibacter actinomycetemcomitans ATCC®
6514TM. Setelah diuji dengan ekstrak daun sirsak yang telah diencerkan secara serial
diinkubasi suhu 37°C selama 24 jam dan diamati kekeruhan pada tabung. Konsentrasi
terendah ekstrak daun sirsak pada tabung yang ditunjukkan dengan hasil biakan yang
mulai tampak jernih adalah KHM dan konsentrasi terendah ekstrak pada biakan padat
yang ditunjukkan dengan tidak adanya pertumbuhan koloni mikroba adalah KBM.
9. Jernih adalah suatu keadaan dimana tidak terlihat kekeruhan atau gumpalan
awan (cloudiness) pada tabung reaksi yang menandakan tidak adanya pertumbuhan
mikroba (McFarland 0,5).
10. Keruh adalah suatu keadaan dimana terlihat keadaan kekeruhan atau
gumpalan awan (cloudiness) pada tabung reaksi yang menandakan adanya
pertumbuhan mikroba (0,5 McFarland).
11. Mueller Hinton Agar adalah media yang terbaik untuk pemeriksaan
sensibilitas tes pada bakteri non-fastidious (baik aerob dan anaerob fakultatif).
12. Klorheksidin (Kontrol positif) adalah suatu antiseptik yang termasuk
golongan bisbiguanide. Chlorhexidine merupakan antiseptik dan disinfektan yang
mempunyai bakterisidal dan bakteriostatik terhadap bakteri gram positif dan gram
negatif.
13. Media BHIB (Kontrol negatif) adalah salah satu media cair yang
digunakan untuk pembiakan mikroorganisme untuk tes uji bakteri. Sebagai kontrol
negatif diharapkan banyak jumlah koloni yang terbentuk agar menjadi pembanding
untuk menentukan KHM dan KBM.

3.7 Alat dan Bahan Penelitian


3.7.1 Alat – alat Penelitian
1. Sarung tangan
2. Masker

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

3. Timbangan digital
4. Botol perlokator
5. Water bath
6. Rak dan tabung reaksi
7. Alat- alat gelas laboraturium
8. Inkubator
9. Kapas lidi steril
10. Kapas rol
11. Mikropipet dan tip steril
12. Pot plastik
13. Cawan Petri
14. Vortex
15. Inoculating loop/Ose
16. Lampu Bunsen
17. Blender
18. Brain Heart Infusion Broth (BHIB)
19. Mueller Hinton Agar (MHA)
20. Anaerobic jar

3.7.2 Bahan – bahan Penelitian


1. Daun sirsak (500 gr)
2. DMSO (100 ml)
3. Tetrasiklin
4. Etanol 70% (2 L)
5. Spiritus
6. Kertas saring
7. Kertas perkamen
8. Kertas label
9. Aluminium foil

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

3.8 Prosedur Penelitian


3.8.1 Pembuatan Ekstrak Daun Sirsak
Pembuatan Simplisia:
1. Pembuatan simplisia dilakukan dengan cara daun sirsak yang masih segar
sebanyak 500 gr dicuci dengan air mengalir agar tidak ada kotoran yang melekat.
Lalu ditirskan dan ditimbang berat basahnya.
2. Lalu daun sirsak dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu 50 – 60°C
sampai simplisia menjadi rapuh.
3. Kemudian ditimbang berat kering simplisia. Selanjutnya simplisia
diblender untuk mendapatkan serbuk dan ditimbang beratnya. Sebelum digunakan
disimpan dalam wadah plastik yang tertutup rapat di lemari Laboraturium Obat
Tradisional Fakultas Farmasi USU.

Gambar 7. Simplisia Daun Sirsak (Dokumentasi)

Pembuatan ekstrak dilakukan dengan cara maserasi:


1. Campur serbuk simplisia 100 gram dengan etanol 70% sebanyak 1 L pada
wadah tertutup, aduk-aduk selama 6 jam, diamkan selama 18 jam dengan disimpan di
tempat terlindung dari cahaya langsung.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

2. Pasang botol perkolasi dan sambungkan selang infus dengan tepat.


Kemudian masukkan kapas ke dalam ujung botol dan padatkan. Diatas kapas
diletakkan kertas saring bulat sehingga melapisi bagian dasar botol.
3. Hasil pencampuran serbuk dan etanol dimasukkan ke tabung perkolasi.
Lakukan penyaringan.
4. Buka keran perkulator dan tampung maserat yang keluar pada botol plastik.

Gambar 8. Proses maserasi


(Dokumentasi)

5. Ulangi proses penyarian sebanyak 1 kali, dengan jenis pelarut yang sama
dan jumlah volume 0,5 L.
6. Setelah proses penyarian selesai, dilakukan proses penguapan yang
bertujuan untuk menguapkan etanol yang terdapat pada larutan. Ekstrak cair diuapkan
dengan water bath pada suhu 60-70ºC
7. Setelah menjadi kental hentikan proses penguapan dan pindahkan ke suatu
wadah.
8. Didapat ekstrak kental daun sirsak sebanyak 20 gram.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

Gambar 9. Ekstrak kental daun sirsak (Dokumentasi)

3.8.2 Pembiakan Aggregatibacter actinomycetemcomitans pada Media


BHIB
Pembiakan bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans dilakukan
dengan menangguhkan media BHIB sampai standar kekeruhan setara dengan 0,5 Mc
Farland (1,5 × 108 CFU / ml).

Gambar 10. Stamp bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans


ATCC® 6514TM yang telah dikeruhkan setara 0,5 Mc Farland
(1,5 × 108 CFU / ml). (Dokumentasi)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


31

3.8.3 Pengujian Ekstrak Daun Sirsak terhadap Aggregatibacter


actinomycetemcomitans
1. Persiapkan 8 tabung reaksi yang telah diberi tanda sesuai dengan
konsentrasi, positif dan negatif. Pada tabung ke-1 sampai tabung ke-6 diteteskan
media Btain Heart Infusion Broth (BHIB) sebanyak 5 ml.
2. Dengan menggunakan mikropipet ambil 5 ml ekstrak daun sirsak pada
tabung 1 lalu dihomogenkan (untuk mendapatkan konsentrasi 50%). Pada tabung ke-
2 ambil 5 ml dari tabung ke-1 lalu dihomogenkan (untuk mendapatkan konsentrasi
25%). Pada tabung ke-3 ambil 5 ml dari tabung ke-2 lalu dihomogenkan (untuk
mendapatkan konsentrasi 12,5%). Pada tabung ke-4 ambil 5 ml dari tabung ke-3 lalu
dihomogenkan (untuk mendapatkan konsentrasi 6,25%). Tabung ke-5 ambil 5 ml dari
tabung ke-4 lalu dihomogenkan (untuk mendaptkan konsentrasi 3, 125%). Tabung
ke-6 ambil 5 ml dari tabung ke-5 lalu dihomogenkan (untuk mendapatkan konsentrasi
1,5625%).

Gambar 11. Tabung yang telah berisi media BHIB, ekstrak daun sirsak,
kontrol + dan kontrol – serta stamp bakteri Aggregatibacter
actinomycetemcomitans ATCC® 6514TM.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32

3. Pada tabung ke-7 ambil 5 ml Klorheksidin sebagai kontrol positif dan pada
tabung ke-8 ambil 5 ml media BHIB sebagai kontrol negatif.
4. Ke dalam semua tabung masukkan 0,1 ml suspensi Aggregatibacter
actinomycetemcomitans ATCC® 6514TM kemudian masing-masing tabung tersebut
dihomogenkan.
5. Semua tabung yang telah berisi suspensi bakteri dimasukkan ke dalam
anaerobic jar. Kemudian dieram pada inkubator dengan suhu 37°C selama 24 jam.
6. Setelah 24 jam, tabung-tabung reaksi ekstrak dan suspensi Aggregatibacter
actinomycetemcomitans dikeluarkan dan perhatikan pada tabung ke berapa yang
terlihat keruh. Tabung yang ditumbuhi oleh bakteri Aggregatibacter
actinomycetemcomitans akan menjadi keruh dan terdapat endapan sedangkan yang
pertumbuhannya terhambat tidak terbentuk endapan dan tetap jernih. Tetapi
kekeruhan yang terlihat dapat dipengaruhi oleh warna ekstrak yang pekat.
7. Untuk menentukan nilai KHM dan KBM, seluruh tabung akan dilakukan
subkultur pada media Mueller Hinton Agar (MHA) dalam suasana anaerob.
8. Dengan menggunakan mikropipet, larutan pada masing-masing tabung
reaksi diambil sebanyak 0,1 ml dan dilakukan spreading menggunakan hockey stick
pada media Mueller Hinton Agar.

Gambar 12. Melakukan subkultur pada media MHA dengan


metode spreading.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33

9. Setelah itu media-media Mueller Hinton Agar tersebut dimasukkan di


dalam anaerobic jar, dieram pada inkubator selama 24 jam dengan suhu 37°C.
10. Setelah 24 jam, pada media Mueller Hinton Agar tersebut akan terlihat
pertumbuhan bakteri dengan terlihatnya titik-titik koloni.
11. Subkultur yang tidak terdapat koloni-koloni bakteri menunjukkan adanya
efek bakterisid merupakan nilai Kadar Bunuh Minimum (KBM).
12. Subkultur yang terdapat koloni-koloni bakteri menunjukkan adanya efek
bakteriostatis merupakan nilai Kadar Hambat Minimum (KHM).
13. Seluruh prosedur pengujian dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan agar
tidak menjadi bias.
14. Dilakukan penghitungan koloni bakteri menggunakan metode TPC (Total
Plate Count) yaitu dengan membagi cawan petri menjadi empat kuadran, koloni yang
timbul ditandai dengan spidol dari belakang cawan petri, koloni pada masing-masing
kuadran dihitung. Kemudian jumlahkan koloni pada keempat kuadran (CFU/ml).

3.9 Pengolahan dan Analisa Data


Data hasil penelitian ini diproses dan diolah secara komputerisasi. Analisis
data yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan uji Kruskal
Wallis untuk mendapatkan perbedaan pengaruh dari setiap kelompok perlakuan
terhadap pertumbuhan bakteri. Signifikansi statistik diperoleh jika nilai p<0,05.
Dilanjutkan dengan uji komparasi ganda dengan metode LSD (Least Significance
Different) untuk mencari perbedaan yang signifikan antara kelompok perlakuan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

BAB 4
HASIL PENELITIAN

Penelitian mengenai “Efektivitas ekstrak daun sirsak terhadap pertumbuhan


bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans” menggunakan sampel biakan stamp
Aggregatibacter actinomycetemcomitans ATCC® 6514TM tersedia di Laboraturium
Mikrobiologi Research Center FKG UNAIR Surabaya, merupakan stamp bakteri
yang bersifat anaerob, pada tanggal 05 Maret sampai dengan 09 Maret 2018.
Pada penelitian ini dilakukan pengenceran dengan menggunakan metode
dilusi untuk didapatkan konsentrasi 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, 3,125%, dan 1,5625%.
Penelitian ini menggunakan kontrol positif yaitu klorheksidin 0,1% yang mempunyai
efek bakteridal dan bakteriostatik terhadap bakteri gram positif dan gram negatif.
Media Brain Infusion Broth (BHIB) digunakan sebagai kontrol negatif, dengan
harapan banyak jumlah koloni yang terbentuk.

4.1 Efektivitas Ekstrak Daun Sirsak terhadap Pertumbuhan Bakteri


Aggregatibacter actinomycetemcomitans ATCC® 6514TM

Secara dilusi seluruh tabung setiap konsentrasi diamati berwarna keruh karena
ekstrak berwarna pekat. Pada kontrol negatif yaitu hanya media BHIB dan suspensi
bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans ATCC® 6514TM menunjukkan
bahwa bakteri tersebut tumbuh baik pada media BHIB. Pada klorheksidin sebagai
kontrol positif yang berwarna jernih menunjukkan mampu menghambat dan
membunuh bakteri tersebut (seperti yang terihat pada gambar 13). Kemudian setiap
tabung membuktikan terdapat pertumbuhan bakteri lalu dilanjutkan dengan kultur
pada media Mueller Hinton Agar (MHA) untuk mendapatkan nilai Kadar Hambat
Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


35

Gambar 13. Tabung reaksi dengan konsentrasi 50%,25%,12,5%,6,25%,3,25%,


1,5625%, kontrol positif dan kontrol negatif yang telah diinkubasi
setelah 24 jam pada suhu 37o C.

Konsentrasi KHM dan KBM didapat dari mengamati hasil subkultur semua
tabung pada cawan petri MHA. Cawan petri MHA dengan konsentrasi terendah dapat
menghambat pertumbuhan koloni bakteri menunjukkan konsentrasi KHM.
®
Pertumbuhan bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans ATCC 6514TM
ditandai dengan adanya koloni berbentuk bulat, mengkilap, halus, tersusun dalam
kelompok-kelompok tidak teratur, berwana putih atau keruh.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


36

Gambar 14. Replikasi pertama kontrol positif (CH), kontrol negatif (K), konsentrasi
50% (1), 25% (2), 12,5% (3), 6,25% (4), 3,125% (5), dan 1,5625% (6)
setelah diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC.

Gambar 15. Replikasi kedua kontrol positif (CH), kontrol negatif (K), konsentrasi
50% (1), 25% (2), 12,5% (3), 6,25% (4), 3,125% (5), dan 1,5625% (6)
setelah diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37

Gambar 16. Replikasi ketiga kontrol positif (CH) , kontrol negatif (K), konsentrasi
50% (1), 25% (2), 12,5% (3), 6,25% (4), 3,125% (5), dan 1,5625% (6)
setelah diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC.

Gambar 14 merupakan hasil replikasi pertama subkultur pada media MHA.


Pada konsentrasi 50% (Cawan petri 1), 25% (Cawan Petri 2), 12,5% (Cawan petri 3),
6,25% (Cawan petri 4) dan kontrol positif (Cawan petri CH) tidak ditemukan
pertumbuhan koloni bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans ATCC®
6514TM, sedangkan pada konsentrasi 3,125% (Cawan petri 5), konsentrasi 1,5625
(Cawan petri 6) dan pada kontrol negatif (Cawan petri K) ditemukan koloni bakteri
yang masing-masing sebanyak 11 CFU/ml, 31 CFU/ml dan 165 CFU/ml. Sama
halnya pada replikasi kedua, Gambar 15 didapat pada konsentrasi konsentrasi 50%
(Cawan petri 1), 25% (Cawan Petri 2), 12,5% (Cawan petri 3), 6,25% (Cawan petri 4)
dan kontrol positif (Cawan petri CH) tidak ditemukan pertumbuhan koloni bakteri
Aggregatibacter actinomycetemcomitans ATCC® 6514TM, sedangkan pada
konsentrasi 3,125% (Cawan petri 5), konsentrasi 1,5625 (Cawan petri 6) dan pada
kontrol negatif (Cawan petri K) ditemukan koloni bakteri yang masing-masing
sebanyak 10 CFU/ml, 27 CFU/ml dan 167 CFU/ml. Pada replikasi ketiga, gambar 16
pada konsentrasi 50% (Cawan petri 1), 25% (Cawan Petri 2), 12,5% (Cawan petri 3),
6,25% (Cawan petri 4) dan kontrol positif (Cawan petri CH) tidak ditemukan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


38

pertumbuhan koloni bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans ATCC®


6514TM, sedangkan pada konsentrasi 3,125% (Cawan petri 5), konsentrasi 1,5625
(Cawan petri 6) dan pada kontrol negatif (Cawan petri K) ditemukan koloni bakteri
dengan masing-masing sebanyak 9 CFU/ml, 29 CFU/ml dan 159 CFU/ml.

4.2 Analisis Hasil Penelitian


Data hasil penelitian ini tidak dapat dilakukan uji statistik parametrik
ANOVA karena berdasarkan uji normalitas terdapat 8 kelompok data yang nilainya
tidak terdistribusi normal yaitu konsentrasi 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, 3,125%,
1,5625%, kontrol positif dan kontrol negatif. Hal ini dikarenakan hasil yang diperoleh
dari jumlah bakteri adalah 0 CFU/ml. Sehingga pada penelitian ini uji statistik yang
digunakan adalah uji statistik nonparametrik Kruskal Wallis dan LSD (Least
Significance Different).
Tabel 1 pada uji Kruskal Wallis menunjukkan ekstrak daun sirsak dengan
konsentrasi 50%, 25%, 12,5%, dan 6,25% membunuh bakteri Aggregatibacter
actinomycetemcomitans ATCC® 6514TM dan ekstrak daun sirsak dengan konsentrasi
1,5625% menghambat pertumbuhan bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans
ATCC® 6514TM. Adanya hubungan yang signifikan antara seluruh konsentrasi
ekstrak daun sirsak terhadap jumlah koloni bakteri Aggregatibacter
actinomycetemcomitans ATCC® 6514TM. Terlihat bahwa semakin besar konsentrasi
ekstrak daun sirsak semakin sedikit bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans
ATCC® 6514TM yang dapat tumbuh.
Pada konsentrasi 6,25% terlihat tidak ada lagi pertumbuhan bakteri
Aggregatibacter actinomycetemcomitans ATCC® 6514TM maka konsentrasi 6,25%
menunjukkan nilai Kadar Bunuh Minimum (KBM) ekstrak daun sirsak. Bila
dibandingkan dengan jumlah koloni bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans
ATCC® 6514TM yang ada pada kelompok kontrol negatif (Media BHIB), maka
konsentrasi 1,5625% merupakan nilai Kadar Hambat Minimum (KHM) ekstrak daun
sirsak terhadap bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans ATCC® 6514TM.
Tabel ini menunjukkan Hα diterima karena ekstrak daun sirsak memiliki kemampuan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


39

menghambat dan membunuh bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans


ATCC® 6514TM.

Tabel 1. Jumlah koloni bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans ATCC®


6514TM dengan penambahan ekstrak daun sirsak berdasarkan perbedaan
konsentrasi.

No Konsentrasi N Mean ± SD p value


1 50% 3 0,00±0,00
2 25% 3 0,00±0,00
3 12,5% 3 0,00±0,00
4 6,25% 3 0,00±0,00
0,002*
5 3,125% 3 10,00±1,00
6 1,5625% 3 29,00±2,00
7 Klorheksidin 3 0,00±0,00
8 Media BHIB 3 163,67±4,163
Uji Kruskal Wallis. *Signifikan (p<0,05)

Pada tabel 2, hasil uji perbedaan jumlah koloni bakteri Aggregatibacter


actinomycetemcomitans ATCC® 6514TM dari tiap konsentrasi ekstrak daun sirsak
dengan menggunakan uji Least Significance Different (LSD) adalah signifikan
(p<0,05). Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa pada konsentrasi 50%, 25%, 12,5%,
6,25% dan kontrol positif memiliki perbedaan yang signifikan terhadap konsentrasi
3,125%, 1,5625% dan kontrol negatif. Uji ini semakin menguatkan bahwa semakin
tinggi konsentrasi ekstrak daun sirsak maka semakin sedikit pula pertumbuhan koloni
bakteri. Dengan demikian, maka ekstrak daun sirsak memiliki efek antibakteri
terhadap bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans ATCC® 6514TM.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

Tabel 2. Hasil uji perbedaan jumlah koloni bakteri Aggregatibacter


® TM
actinomycetemcomitans ATCC 6514 dari tiap konsentrasi ekstrak daun
sirsak.

Konsentrasi Nilai p terhadap konsentrasi pembanding


yang diuji 50% 25% 12,5% 6,25% 3,125% 1,5625% (+) (-)
50% - 1 1 1 0,000* 0,000* 0,000* 1
25% 1 - 1 1 0,000* 0,000* 0,000* 1
12,5% 1 1 - 1 0,000* 0,000* 0,000* 1
6,25% 1 1 1 - 0,000* 0,000* 0,000* 1
3,125% 0,000* 0,000* 0,000* 0,000* - 0,000* 0,000* 0,000*
1,5625% 0,000* 0,000* 0,000* 0,000* 0,000* - 0,000* 0,000*
(+) 1 1 1 1 1 1 - 0,000*
(-) 0,000* 0,000* 0,000* 0,000* 0,000* 0,000* 0,000* -
Uji LSD. *Signififikan (p<0,05)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


41

BAB 5
PEMBAHASAN

Penelitian eksperimental laboratorium secara in vitro mengenai ekstrak daun


sirsak (Annona muricata L.) terhadap Aggregatibacter actinomycetemcomitans
ATCC® 6514TM adalah untuk membuktikan bahwa ekstrak daun sirsak memiliki efek
antibakteri dalam menghambat pertumbuhan Aggregatibacter
actinomycetemcomitans ATCC® 6514TM. Pada penelitian ini ekstraksi daun sirsak
dilakukan dengan pelarut etanol. Pelarut etanol adalah pelarut yang dapat melarutkan
seluruh bahan aktif yang terkandung dalam suatu bahan alami, baik bahan aktif yang
bersifat polar, semipolar maupun non polar. Etanol yang digunakan dalam penelitian
ini adalah 70% yang mampu untuk menarik zat-zat aktif pada daun sirsak (Annona
muricata L.). Selain itu, penggunaan etanol 70% juga lebih aman jika dibandingkan
dengan metanol yang bersifat toksik. Proses ekstraksi dilakukan dengan metode
maserasi yaitu cara penyaringan serbuk direndam dalam pelarut sampai meresap dan
melunakkan sel , sehingga zat-zat mudah larut akan melarut. Dari hasil ekstraksi
didapatkan ekstrak kental daun sirsak sebanyak 20 gram.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui berapa kadar efektivitas Kadar
Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) dari ekstrak daun
sirsak dengan berbagai konsentrasi terhadap Aggregatibacter actinomycetemcomitans
ATCC® 6514TM. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris yang
menggunakan satu sampel biakan Aggregatibacter actinomycetemcomitans ATCC®
6514TM ini merupakan produk yang dihasilkan oleh American Type Culture
Collection, produk ini tujuannya hanya untuk penelitian, bukan untuk diagnostik
ataupun terapeutik.
Aggregatibacter actinomycetemcomitans dipilih sebagai sampel penelitian
karena Aggregatibacter actinomycetemcomitans merupakan bakteri gram negatif,
fakultatif anaerob, kapnofilik dan berbentuk basil yang merupakan penyebab utama
penyakit periodontal salah satunya periodontitis agresif lokal. Habitat aslinya bakteri

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

ini adalah rongga mulut. Bakteri lain yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit
periodontal ialah Porphyromonas gingivalis, Prevotela intermedia, Fusobacterium
nucleatum yang merupakan bakteri gram negatif.10,23 Namun bakteri yang paling
dominan yang ditemukan pada penderita periodontitis ialah bakteri Aggregatibacter
actinomycetemcomitans.21,23
Konsentrasi yang digunakan pada penelitian ini adalah 50%, 25%, 12,5%,
6,125%, 3,125%, 1,5625%. Pemilihan konsentrasi dan prosedur penelitian yang
digunakan pada penelitian ini lebih kurang berpedoman pada penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Wahyunigtyas ED, Ruhadi I, Bargowo L(2013) mengenai daya
hambat ekstrak daun sirsak terhadap pertumbuhan bakteri plak supragingiva.
Penelitian ini juga dilakukan untuk mencari nilai KHM dari ekstrak daun sirsak
terhadap bakteri plak supragingiva. Hasil yang didapat ialah nilai KHM berada pada
konsentrasi 12,5%.7
Pada penelitian ini, KHM diperoleh dengan menggunakan metode dilusi
dengan konsentrasi ekstrak daun sirsak yang digunakan adalah 50%, 25%, 12,5%,
6,25%, 3,125% dan 1,5625%. Nilai KHM ditentukan dengan indikator tabung yang
berubah menjadi jernih secara visual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tabung
tidak terlihat jernih karena ekstrak daun sirsak itu sendiri berwarna coklat kehitaman.
Hal ini disebabkan karena tanin yang terkandung di dalamnya dapat menimbulkan
warna coklat. Oleh karena itu nilai KHM tidak dapat diketahui jika hanya dengan
melihat perubahan warna yang terjadi pada tabung. Nilai KHM pada penelitian ini
dapat dilihat dari hasil subkultur pada media Mueller Hinton Agar (MHA). Media ini
digunakan karena dianggap sebagai media terbaik untuk pengujian rutin kerentanan
bakteri dan media Mueller Hinton Agar (MHA) ini telah direkomendasikan oleh
WHO untuk tes antibakteri terutama bakteri aerob dan bakteri anaerob fakultatif.32
Klorheksidin dipilih sebagai kontrol positif karena antiseptik dan disinfektan
yang mempunyai bakterisidal dan bakteriostatik terhadap bakteri gram positif dan
gram negatif. Brain Heart Infusion Broth (BHIB) dipilih sebagai kontrol negatif
karena media BHIB merupakan media cair yang digunakan untuk pembiakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


43

mikroorganisme untuk tes uji antibakteri, diharapkan banyak jumlah koloni terbentuk
agar menjadi pembanding untuk menentukan KHM dan KBM.33
Data hasil penelitian dari analisis jumlah koloni bakteri Aggregatibacter
actinomycetemcomitans ATCC® 6514TM dengan penambahan ekstrak daun sirsak
berdasarkan perbedaan konsentrasi dianalisa dengan menggunakan uji Kruskal
Wallis. Perbedaan jumlah koloni bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans
ATCC® 6514TM dari tiap konsentrasi ekstrak daun sirsak dianalisa dengan
menggunakan uji Least Significance Different (LSD). Uji statistik yang dilakukan,
tingkat signifikan yang diinginkan adalah p<0,05.
Tabel 1 menunjukkan pemberian ekstrak daun sirsak konsentrasi 50%, 25%,
12,5% dan 6,25% menyebabkan tidak ada koloni bakteri Aggregatibacter
actinomycetemcomitans ATCC® 6514TM yang dapat tumbuh (0), sehingga konsentrasi
6,25% menjadi nilai Kadar Hambat Minimum (KHM) ekstrak daun sirsak terhadap
bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans ATCC® 6514TM. Penelitian
menggunakan media Brain Heart Infusion Broth (BHIB) sebagai kontrol negatif, bila
dibandingkan terhadap jumlah koloni bakteri Aggregatibacter
actinomycetemcomitans ATCC® 6514TM pada media BHIB, maka pada konsentrasi
6,25% lebih sedikit oleh sebab itu konsentrasi 6,25% merupakan Kadar Bunuh
Minimum (KBM) ekstrak daun sirsak terhadap bakteri Aggregatibacter
actinomycetemcomitans ATCC® 6514TM. Data dari tabel 2 juga menunjukkan bahwa
semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun sirsak maka semakin sedikit pertumbuhan
bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans ATCC® 6514TM. Hal ini disebabkan
oleh semakin besar konsentrasi ekstrak daun sirsak, maka semakin besar kandungan
antibakterinya.
Tabel 2 menunjukkan perbedaan jumlah koloni bakteri Aggregatibacter
actinomycetemcomitans ATCC® 6514TM dari tiap konsentrasi ekstrak daun sirsak
adalah signifikan. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan adanya
efek bakteriostatis dan bakteriosidal dari berbagai ekstrak daun sirsak terhadap
pertumbuhan bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans ATCC® 6514TM.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


44

Efek antibakteri yang ditimbulkan oleh daun sirsak terhadap Aggregatibacter


actinomycetemcomitans ATCC® 6514TM disebabkan oleh senyawa aktif yang
terkandung di dalamnya. Ekstrak daun sirsak memiliki kandungan seperti alkaloid,
flavonoid, tanin, steroid dan saponin yang berperan sebagai antibakteri. Kandungan
alkaloid dalam ekstrak etanol daun sirsak mempunyai kemampuan antibakteri karena
memiliki gugus aromatik kuartener yang mampu berinterkalasi dengan DNA, selain
itu alkaloid juga mampu mengganggu integritas komponen penyusun peptidoglikan
pada sel bakteri. Peptidoglikan merupakan komponen penyusun dinding sel tidak
berbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel.5
Senyawa flavonoid bersifat antibakteri melalui tiga mekanisme, yaitu
menghambat sintesis asam nukleat, menghambat fungsi membran sel dan
menghambat metabolisme energi. Flavonoid menghambat fungsi membran sel bakteri
melalui ikatan komplek dengan protein ekstraseluler yang bersifat larut sehingga
dapat mengganggu integritas membran sel bakteri.19 Selain itu penghambatan
metabolisme energi bakteri oleh flavonoid dilakukan dengan cara menghambat proses
respirasi bakteri sehingga adanya energi yang dihambat akan berepengaruh terhadap
aktivitas penyerapan metabolit dan biosintesis makromolekul bakteri.5
Tanin mempunyai gugus galoil dan pirogalol yang mempunyai sifat
antibakteri. Mekanisme aktivitas antibakteri oleh tanin, secara garis besar adalah
tanin membentuk kompleks dengan protein membran bakteri yang mengganggu
integritas membran sel bakteri. Rusaknya membran sel dapat menyebabkan
peningkatan permeabilitas membran sel dan terjadi kebocoran intrasel, yang diikuti
keluarnya komponen sel. Senyawa astringent tanin dapat menginduksi pembentukan
kompleks ikatan enzim atau substrat mikroba yang dapat menyebabkan gangguan
aktivitas enzim dan metabolisme bakteri, serta terjadi pembentukan suatu kompleks
ikatan tanin terhadap ion logam yang dapat mengakibatkan berkurangnya
ketersediaan ion logam yang merupakan kebutuhan vital bagi bakteri untuk tumbuh.7
Mekanisme kerja steroid sebagai antibakteri adalah dengan cara merusak membran
sel bakteri.19

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


45

Saponin merupakan senyawa yang terkandung dalam ekstrak etanol daun


sirsak, bersifat antibakteri dengan bekerja efektif pada bakteri gram positif maupun
gram negatif. Mekanisme kerja antibakteri dari saponin dengan cara meningkatkan
permeabilitas membran sel sehingga membran menjadi tidak stabil dan
mengakibatkan hemolisis sel.20
Kandungan senyawa aktif pada daun sirsak lebih berpengaruh terhadap
bakteri gram negatif daripada gram positf. Hal ini dapat didasarkan pada penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Pangestu AL yang menunjukkan bahwa fraksi polar
ekstrak etanol daun sirsak mempunyai daya hambat terhadap bakteri gram negatif
Pseudomonas aeroginosa dan Shigella sonnei mempunyai KHM yang sama yaitu
1,25%.34 Hal ini disebabkan karena bakteri gram negatif memiliki peptidoglikan yang
cukup tipis yang terdiri dari 1-2 lapis dengan susunan yang tidak kompak sehingga
memiliki permeabilitas yang tinggi. Sedangkan pada bakteri gram positif memiliki
lapisan peptidoglikan yang cukup tebal terdiri dari 30 lapis peptidoglkan dengan
susunan yang kompak, sehinga mempunyai permeabilitas yang rendah. Tebalnya
lapisan peptidoglikan pada bakteri gram positif menyebabkan senyawa antibakteri
sulit menembus dinding sel bakteri sehingga efek antibakteri lebih optimal pada
bakteri gram negatif.34
Sejalan dengan penelitian terdahulu membuktikan bahwa ekstrak daun sirsak
memiliki aktivitas antibakteri melawan Porphyromonas gingivalis maupun bakteri
periodontopatogen. Pada penelitian ini menggunakan subgingival bakteri
Porphyromonas gingivalis yang diisolasi dari plak subgingival pasien dengan kriteria
inklulsi ekslusi yang telah ditetapkan dan menggunakan metode difusi. Konsentrasi
20% merupakan konsentrasi terbaik dalam menghambat pertumbuhan bakteri
Porphyromonas gingivalis.10
Ekstrak daun sirsak telah terbukti memiliki efek antibakteri terhadap berbagai
macam mikroba. Salah satunya pada penelitian yang telah dilakukan oleh Pai,
Rajesh, Shenoy dan Rao (2016) secara in vitro ekstrak daun sirsak menunjukkan
efektivitas daya antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri S.mutans, S.mitis, dan
P.gingivalis bahkan dapat menghambat pertumbuhan jamur C.albicans.11

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


46

Penelitian ini membuktikan bahwa ekstrak daun sirsak memiliki efek


antibakteri secara in vitro terhadap Aggregatibacter actinomycetemcomitans ATCC®
6514TM dengan konsentrasi minimal yang menghambat pertumbuhan bakteri pada
konsentrasi 1,5625% dan konsentrasi minimal yang dapat membunuh bakteri pada
konsentrasi 6,25%. Berdasarkan pembahasan diatas maka hipotesis penelitian ini
yaitu terdapat efektivitas ekstrak daun sirsak terhadap Aggregatibacter
actinomycetemcomitans ATCC® 6514TM diterima. Penelitian ini masih dirasa kurang
memuaskan karena tidak dilakukan uji fitokimia pada masing-masing konsentrasi
untuk mengetahui jelas komponen senyawa aktif yang terdapat dalam ekstrak daun
sirsak.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


47

BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian eksperimental untuk mengetahui efek antibakteri


dengan mencari nilai Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum
(KBM), menunjukkan adanya efektivitas ekstrak daun sirsak terhadap
® TM
Aggregatibacter actinomycetemcomitans ATCC 6514 secara in vitro diperoleh
nilai KHM pada konsentrasi 1,5625% dan nilai KBM pada konsentrasi 6,25%.

6.2 Saran

1. Diharapkan adanya penelitian lebih lanjut uji fitokimia ekstrak daun sirsak
untuk mengetahui jumlah masing-masing senyawa aktifnya.
2. Diharapkan adanya penelitian lebih lanjut mengenai efektivitas ekstrak
daun sirsak terhadap bakteri-bakteri lain yang terdapat pada penyakit periodontal
seperti Fusobacterium nucleatum dan Prevotella intermedia.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


48

DAFTAR PUSTAKA

1. Mardiana L. Daun ajaib tumpas penyakit. Jakarta: Penebar Swadaya, 2015: 72-
81.
2. Rukmana HR. Untung berlipat dari budi daya sirsak tanaman multi manfaat.
Yogyakarta: Lily Publisher, 2015: 6-15; 47-51.
3. Austin. Technical data report for graviola (Annona muricata). Sage Press, 2005:
1-14.
4. Wisdom S, Mohammed. Phytochemical screening and antimicrobial activities of
Annona muricata (L) leaf extract. Am J of Biol Chem Pharm Sci 2014; 2(1): 1-6.
5. Rahman FA, Haniastuti T, Utami WT. Skrining fitokimia dan aktivitas
antibakteri ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.) pada Streptococcus
mutans ATCC 35668. Maj Ked Gi 2017; 3(1): 1-6.
6. Tuna MR, Kepel BJ, Leman MA. Uji daya hambat ekstrak daun sirsak (Annona
muricata L.) terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus secara in vitro.
Pharmacon 2015; 4(4): 65-9.
7. Wahyuningtyas ED, Ruhadi I, Bargowo L. Daya hambat ekstrak daun sirsak
(Annona muricata L.) terhadap pertumbuhan bakteri plak supragingiva.
Periodontic J 2013; 5(1): 32-9.
8. Henderson B, Ward JM, Ready D. Aggregatibacter (Actinobacillus
actinomycetemcomitans: A triple a periodontopathogen. Periodontology 2000
2010; 54: 78-92.
9. Hoglud AC, Sjodin B, Lakio L, Pussinen PJ, Johanson A, Claesson R. Presence
of Aggregaticabcter actinomycetemcomitans in young individuals: a 16-year
children and microbiology follows-up study. J Clin Periodontol 2009; 36: 815-
22.
10. Tenggara FS, Rizka Y, Parsihni K. Daya hambat ekstrak daun sirsak (Annona
muricata, Linn) terhadap pertumbuhan bakteri mixed periodontopatagen. Denta J
Ked Gi 2014; 8(2): 103-10.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


49

11. Mithun BH, Rajesh G, Shenoy R, Rao A . Anti-microbial efficacy of soursop leaf
extract (Annona muricata) on oral pathogens: an in-vitro study. J of Clin and
Diagnostic Research 2016; 10(11). 1-4.
12. Chauhan VS, Chauhan RS, Devkar N, et al. Gingival and periodontal diseases in
children and adolscents. J of Dent & Allied Sci 2012; 1(1): 26-9.
13. Saparinto C, Susiana R. Panduan praktis menanam 51 tanaman obat popular di
pekarangan. Yogyakarta: Lily Publisher, 2016: 409-12.
14. Ragasa CY, Geneveve S, Torres OB, Don Ming-Jaw, Shen Chien-Chien.
Acetogenins from annona muricata. Phcog J 2012; 4(32): 32-6.
15. Padmaa P, Pramodb NP, Thyagarajanb SP, Khosaa RL. Effect of the extract of
annona muricata and petunia nyctaginiflora on herpes simplex virus. J
Ethnopharmacology 2017; 61(1): 81-3.
16. Apriliana E, Syafira AU. Ekstraksi daun sirsak sebagai antibakteri terhadap
staphylococcus aureus dan propionibacterium acnes. Majority 2016; 5(1): 1-4.
17. Lenny S. Senyawa flavonoida, fenilpropanoida dan alkaloida. USU repository
2006; 18-20.
18. Cushnie TP, Lamb AJ. Antimicrobial activity of flavonoids. Int J Antimicrob
Agents 2005; 26: 343-56.
19. Jannah R, Husni MA, Nursanty R. Inhibition test of methanol extract of soursop
leaf (Annona muricata Linn.) against Streptococcus mutans bacteria. J Natural
2017; 17(1): 23-8.
20. Dewi ZY, Nur A, Hertriani T. Efek antibakteri dan penghambatan biofilm
ekstrak sereh (cymbopogon nardus l.) terhadap bakteri Streptococcus mutans.
Majalah Ked Gi Indonesia 2015; 1(2): 136-41.
21. Marsh PD, Martin MV. Oral microbiology. 5th ed. China: Churchill Livingstone
Elsevier, 2009: 36-7; 120-32.
22. Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR. Carranza’s clinical periodontology.
12th ed. Canada. Elsevier Saunders, 2015: 50-5. 76-90.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


50

23. Malik R, Changela R, Krishan P, Gugnani S, Bali D. Virulence factors of


Aggregatibacter actinomycetemcomitans – a status update. J Int Clin Dent
Research Organization 2015; 7(2): 157-44.
24. Nanaiah KP, Nagarathna DV, Manjunath N. Prevalence of periodontitis among
an adolscents aged 15-18 years in Mangalore city: an epidemiological and
microbiological study. J Indian Soc Periodontol 2013; 7(6): 784-9.
25. Mythireyi D, Krishnababa MG. Aggregatibacter actinomycetemcomitans, an
aggressive oral bacteria - a review. In J Health Sci and Research 2012; 2(5): 105-
15.
26. Sriraman P, Mohanraj R, Neelakantan P. Aggregatibacter actinomyctemcomitans
In Periodontal Disease. Research J of Pharm, Bio and Chem Sci 2014; 5(2): 406-
15.
27. Dumitrscu AL. Etiology and pathogenesis of periodontal disease. Heidelberg:
Springer, 2010: 42.
28. Arirachakaran P, Apinhasmit W, Paungmalit P, Jeramethakul P, Rerkyen P,
Mahanonda R. Infection of human gingival fibroblast with Aggregatibacter
actinomycetemcomitans: an in vitro study. Archives of Oral Biology 2012; 57:
964-72.
29. Herawati D. Terapi kombinasi root debridement dan antibiotik terhadap
periodontitis agresif. Maj Ked Gi 2011; 18(2): 200-4.
30. Andrews J. Determination of minimum inhibitory concentration. In: Journal of
Antimicrobial Chemotherapy 2001; 48: 5-16.
31. Islam MA , Alam MM , Choudhury ME , Kobayashi N, Ahmed MU.
Determination of inhibitory concentration (MIC) of cloxacillin for selected
isolates of methicillin resistant Staphylococcus aureus (MRSA) with their
antibiogram. In: BangL J 2008; 6: 121-6.
32. Putra SM, Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata
L.) dengan etode difusi cakram terhadap Escherichia coli. Medicamento 2015;
1(1): 15-8.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


51

33. Atikah RA, Budi SH, Kusumaningsih T. antibacterial effect of 70% ethanol and
water extract of cacao beans (Theobroma cacao L.) on Aggregatibacter
actinomycetemcomitans. Dent J 2016; 49(2): 104-9.
34. Tani PG, Wowor PM, Khoman JA. Uji daya hambat buah sirsak (Annona
muricata L.) terhadap pertumbuhan bakteri Porphyromonas gingivalis.
PHARMACON 2017; 6(3): 99-104.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 1

SKEMA ALUR PIKIR

Latar Belakang

1. Penggunaan bahan-bahan herbal sebagai obat sebenarnya bukan merupakan


hal yang baru bagi masyarakat Indonesia. Salah satu alasan masyarakat
memilih menggunakan obat herbal adalah obat-obatan tersebut tidak
memiliki efek samping dan memperolehnya juga cukup mudah.
2. Tanaman sirsak banyak dipublikasikan sebagai tumbuhan obat yang
multikhasiat. Penduduk berbagai negara di dunia telah lama memanfaatkan
tanaman sirsak sebagai obat herbal.
3. Semua bagian tanaman sirsak dapat digunakan sebagai obat herbal seperti
kulit kayu, daun, akar, buah, dan biji. Dari seluruh bagian tanaman sirsak,
organ daunlah yang paling sering dimanfaatkan untuk mengobati penyakit
4. Daun sirsak merupakan bagian yang banyak mengandung kandungan
senyawa kimia aktif yang sangat tinggi seperti tanin, alkaloid dan flavonoid.
Dari banyaknya kandungan senyawa kimia aktif, maka daun sirsak diduga
memiliki potensi sebagai antibakteri.
5. Semua spesies bakteri yang ditemukan dalam plak diyakini mampu
menimbulkan penyakit periodontal. Semua spesies bakteri yang ditemukan
dalam plak diyakini mampu menimbulkan penyakit periodontal.
6. Periodontitis merupakan suatu kondisi yang dihubungkan dengan bakteri
anaerob gram-negatif. Salah satu patogen yang berkaitan dengan
periodontitis adalah Aggregatibacter actinomycetemcomitans (Aa).
7. Bakteri Aa merupakan bakteri komensal di rongga mulut tetapi sering
ditemukan pada plak gigi, poket periodontal maupun sulkus gingiva.
Mikrooganisme ini memproduksi berbagai faktor virulensi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Rumusan Masalah

2. Berapakah kadar konsentrasi efektivitas kadar hambat minimum


(KHM) ekstrak daun sirsak terhadap pertumbuhan Aggregatibacter
Actinomycetemcomitans dari konsentrasi 50%, 25%, 12,5%, 6,125%, 3,125%,
1,5625%. ?
3. Berapakah kadar konsentrasi efektivitas kadar bunuh minimum (KBM)
ekstrak daun sirsak terhadap pertumbuhan Aggregatibacter
Actinomycetemcomitans dari konsentrasi 50%, 25%, 12,5%, 6,125%, 3,125%,
1,5625%.?

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui kadar konsentrasi efektivitas kadar hambat minimum


(KHM) ekstrak daun sirsak terhadap pertumbuhan Aggregatibacter
actinomycetemcomitans dari konsentrasi 50%, 25%, 12,5%, 6,125%, 3,125%,
1,5625%.
2. Untuk mengetahui kadar konsentrasi efektivitas kadar bunuh minimum
(KBM) ekstrak daun sirsak terhadap pertumbuhan Aggregatibacter
actinomycetemcomitans dari konsentrasi 50%, 25%, 12,5%, 6,125%, 3,125%,
1,5625%..

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Hipotesa Penelitian

Terdapat efektivitas ekstrak daun sirsak terhadap pertumbuhan bakteri


Aggregatibacter actinomycetemcomitans ATCC® 6514TM

Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis
1. Sebagai data awal dan informasi nilai untuk mendapatkan konsentrasi
kadar hambat minimum (KHM) dan kadar bunuh minimum (KBM) ekstrak daun
sirsak yang tepat terhadap pertumbuhan Aggregatibacter actinomycetemcomitans.
2. Sebagai data awal dan informasi untuk melakukan penelitian efek
ekstrak daun sirsak terhadap bakteri lain penyebab periodontitis.
3. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dalam mengembangkan
bahan herbal yang dapat dijadikan sebagai alternatif antimikroba yang dapat
membantu keberhasilan suatu perawatan periodontal.
b. Manfaat Praktis
1. Memberikan informasi manfaat ekstrak daun sirsak sebagai alternatif
antibakteri untuk menghambat bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans.
2. Memberikan manfaat lain dari ekstrak daun sirsak yang merupakan
bahan alami memiliki efek antibakteri, antijamur, antioksidan, antiseptik,
antiinflamasi, analgesik dan antipiretik.

1.5.2 Manfaat Praktis


1. Memberikan informasi manfaat ekstrak daun sirsak sebagai alternatif
antibakteri untuk menghambat bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans.
2. Memberikan manfaat lain dari ekstrak daun sirsak yang merupakan
bahan alami memiliki efek antibakteri, antijamur, antioksidan, antiseptik,
antiinflamasi, analgesik, dan antipiretik. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 2 : Alat dan Bahan Penelitian

1 2

3 4

5 6

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7 8

9 10

11 12

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13 14

Keterangan:

1. Daun Sirsak
2. Tabung perkulator
3. Infus Set
4. Alkohol 70%
5. Kapas
6. Water bath
7. Bubuk Brain Heart Infusion Broth (BHIB)
8. Bubuk Mueller Hinton Agar (MHA)
9. Inkubator
10. Autoclave
11. Stok Bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans ATCC® 6514TM
12. Anaerobic jar
13. Mancis, Ose, Tabung reaksi, Rak tabung reaksi, Pring petri, Bunsen, Mikropipet
14. Ekstrak Daun Sirsak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 3

SKEMA ALUR PENELITIAN

I. Pembuatan Ekstrak Daun Sirsak

Daun sirsak diseleksi dan ditimbang kemudian dicuci bersih dengan air
mengalir dan ditiriskan.

Daun sirsak dikeringkan di dalam lemari pengering selama 3 hari dengan


suhu 40ºC.

Blender daun sirsak yang sudah kering sampai jadi serbuk.

Campur serbuk simplisia dengan larutan penyari yaitu etanol 70%


sebanyak 1 L, aduk-aduk selama 6 jam, diamkan selama 18 jam
dengan disimpan di tempat terlindung dari cahaya langsung.

Pasang botol perkolasi dan sambungkan selang infus dengan


tepat. Kemudian masukkan kapas ke dalam ujung botol dan
padatkan. Diatas kapas diletakkan kertas saring bulat sehingga
melapisi bagian dasar botol.

Hasil pencampuran serbuk dan etanol dimasukkan ke tabung


perkolasi. Lakukan penyaringan.

Biarkan sampai cairan mulai menetes di dalam botol plastik dan


perkulator ditutupi dengan alluminium foil serta dibiarkan selama
24 jam.

Atur tetesan pada selang infus agar penarikan ekstrak maksimal yaitu
sekitar 20 tetes per menit atau 1 tetes per 3 detik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Ulangi proses penyarian sebanyak 1 kali, dengan jenis pelarut yang sama
dan jumlah volume 0,5 L.

Setelah proses penyarian selesai, dilakukan proses rotavaporasi yang


bertujuan untuk menguapkan etanol yang terdapat pada larutan. Ekstrak
cairan diuapkan dengan water bath pada suhu 60-70ºC.

Setelah menjadi kental hentikan proses rotavaporasi dan


pindahkan ke suatu wadah.

Setelah itu dipekatkan dengan menggunakan dry freezer hingga


diperoleh ekstrak dengan kadar etanol yang lebih rendah.

Encerkan ekstrak kental dengan etanol hingga diperoleh ekstrak daun


sirsak konsentrasi 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, 3,125%, 1,5625%.

II. Pembiakan Aggregatibacter actinomycetemcomitans pada Media BHIB

Pembiakan bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans dilakukan


dengan menangguhkan media BHIB sampai standar kekeruhan setara
dengan 0,5 Mc Farland (1,5 × 108 CFU / ml).

III. Pengujian Ekstrak Daun Sirsak terhadap Aggrwgatibacter


actinomycetemcomitans.

Persiapkan 8 tabung reaksi yang telah diberi tanda sesuai dengan


konsentrasi, positif dan negatif. Pada tabung ke-1 sampai tabung ke-6
diteteskan media Btain Heart Infusion Broth (BHIB) sebanyak 5 ml.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Dengan menggunakan mikropipet ambil 5 ml ekstrak daun sirsak pada
tabung 1 lalu dihomogenkan (untuk mendapatkan konsentrasi 50%).
Pada tabung ke-2 ambil 5 ml dari tabung ke-1 lalu dihomogenkan (untuk
mendapatkan konsentrasi 25%). Pada tabung ke-3 ambil 5 ml dari tabung
ke-2 lalu dihomogenkan (untuk mendapatkan konsentrasi 12,5%). Pada
tabung ke-4 ambil 5 ml dari tabung ke-3 lalu dihomogenkan (untuk
mendapatkan konsentrasi 6,25%). Tabung ke-5 ambil 5 ml dari tabung
ke-4 lalu dihomogenkan (untuk mendaptkan konsentrasi 3, 125%).
Tabung ke-6 ambil 5 ml dari tabung ke-5 lalu dihomogenkan (untuk
mendapatkan konsentrasi 1,5625%).

Pada tabung ke-7 ambil 5 ml Klorheksidin sebagai kontrol positif


dan pada tabung ke-8 ambil 5 ml media BHIB sebagai kontrol negatif.

Ke dalam semua tabung masukkan 0,1 ml suspensi Aggregatibacter


actinomycetemcomitans ATCC® 6514TM kemudian masing-masing
tabung tersebut dihomogenkan.

Semua tabung yang telah berisi suspensi bakteri dimasukkan


ke dalam anaerobic jar. Kemudian dieram pada inkubator dengan suhu
37°C selama 24 jam.

Setelah 24 jam, tabung-tabung reaksi ekstrak dan suspensi


Aggregatibacter actinomycetemcomitans dikeluarkan dan perhatikan
pada tabung ke berapa yang terlihat keruh. Tabung yang ditumbuhi oleh
bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans ATCC® 6514TM akan
menjadi keruh dan terdapat endapan sedangkan yang pertumbuhannya
terhambat tidak terbentuk endapan dan tetap jernih. Tetapi kekeruhan
yang terlihat dapat dipengaruhi oleh warna ekstrak yang pekat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Untuk menentukan nilai KHM dan KBM, seluruh tabung akan dilakukan
subkultur pada media Mueller Hinton Agar (MHA) dalam suasana
anaerob.

Dengan menggunakan mikropipet, larutan pada masing-masing tabung


reaksi diambil sebanyak 0,1 ml dan dilakukan spreading menggunakan
spreader pada media Mueller Hinton Agar.

Media-media Mueller Hinton Agar tersebut dimasukkan di dalam


anaerobic jar, dieram pada inkubator selama 24 jam dengan suhu 37°C.

Setelah 24 jam, pada media Mueller Hinton Agar tersebut akan terlihat
pertumbuhan bakteri dengan terlihatnya titik-titik koloni.

Subkultur yang tidak terdapat koloni-koloni bakteri menunjukkan


adanya efek bakterisid merupakan nilai Kadar Bunuh Minimum (KBM).
Subkultur yang terdapat koloni-koloni bakteri menunjukkan adanya efek
bakteriostatis merupakan nilai Kadar Hambat Minimum (KHM).

Seluruh prosedur pengujian dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan agar


tidak menjadi bias.

Dilakukan penghitungan koloni bakteri menggunakan metode TPC


(Total Plate Count) yaitu dengan membagi cawan petri menjadi empat
kuadran, koloni yang timbul ditandai dengan spidol dari belakang piring
petri, koloni pada masing-masing kuadran dihitung. Kemudian
jumlahkan koloni pada keempat kuadran (CFU/ml).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 4: SURAT ETHICAL CLEARANCE

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 5: SURAT PENRNYATAAN PEMBUATAN EKSTRAK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 6: SURAT PERNYATAAN Stok Bakteri Aggregatibacter
actinomycetemcomitans ATCC® 6514TM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 7: LEMBAR HASIL PENGAMATAN PENELITIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 8

Dokumentasi Pembuatan Ekstrak Daun Sirsak Dengan Metode Maserasi

1 2

3 4

5 6

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Keterangan :
Gambar (1) : Daun Sirsak
Gambar (2) : Simplisia Daun Sirsak
Gambar (3) : Proses Maserasi
Gambar (4) : Hasil Maserasi
Gambar (5) : Proses rotavaporasi
Gambar (6) : Hasil Ekstrak Kental Daun Sirsak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 9
Pembiakan Spesimen Bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans
ATCC® 6514TM

1 2

Gambar (1): Stem Bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans ATCC® 6514TM


Gambar (2): Pengambilan Stem Bakteri dengan Ose Steril

3 4

Gambar (3): Memasukkan stem bakteri ke media BHIB


Gambar (4): Inkubasi ke dalam inkubator selama 24 jam pada suhu 37°C

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5 6

Gambar (5): Suspensi spesimen bakteri yang telah diinkubasi


Gambar (6): Suspensi bakteri yang disesuaikan kekeruhannya setara dengan standard
larutan 0,5 Mc Farland

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 10

Pengujian Ekstrak Daun Sirsak Terhadap Pertumbuhan Bakteri


Aggregatibacter actinomycetemcomitans ATCC® 6514TM

1 2

Gambar (1): Memasukkan media BHIB sebanyak 5 ml ke dalam tabung pertama


sampai tabung ke-5
Gambar (2): Memasukkan ekstrak daun sirsak sebanyak 5ml ke dalam tabung
pertama kemudian dilakukuan pengenceran dilusi

Gambar (3): Tabung-tabung yang telah berisi ekstrak daun sirsak


dan media BHIB

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4 5

Gambar (4): Hasil pengkulturan ekstrak daun sirsak setelah diinkubasi selama 24 jam
pada suhu 37°C
Gambar (5): Melakukan subkultur dengan mengambil 0,1 ml dari tiap tabung

6 7

Gambar (6): Memasukkan 0,1 ml larutran dari setiap tabung ke dalam media MHA
Gambar (7): Melakukan subkultur dengan metode spreading menggunakan hockey
stick pada media Mueller Hinton Agar kemudian diinkubasi selama 24
jam pada suhu 37°C

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 11: LEMBAR HASIL PENGAMATAN

Efektivitas Ekstrak Daun Sirsak Terhadap Pertumbuhan Bakteri


Aggregatibacter actinomycetemcomitans ATCC® 6514TM

1. Konsentrasi 50%

Pengulangan I Pengulangan II Pengulangan III

2. Konsentrasi 25%

Pengulangan I Pengulangan II Pengulangan III

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3. Konsentrasi 12.5%

Pengulangan I Pengulangan II Pengulangan III

4. Konsentrasi 6.25%

Pengulangan I Pengulangan II Pengulangan III

5. Konsentrasi 3.125%

Pengulangan I Pengulangan II Pengulangan III

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6. Konsentrasi 1.5625%

Pengulangan I Pengulangan II Pengulangan III

7. Kontrol Positif (Klorheksidin)

Pengulangan I Pengulangan II Pengulangan III

8. Kontrol Negatif (Media BHIB)

Pengulangan I Pengulangan II Pengulangan III

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai