SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
Syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Tanda Tangan
Minasari,drg., MM
NIP 195811191988032001 .......................................
TIM PENGUJI
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar
sarjana kedokteran gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Dengan kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada
Minasari, drg., MM selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan
waktu, tenaga dan pikirannya dalam memberikan bimbingan, saran dan motivasi
kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada kedua orang tua tersayang Arbaing, SE.,
M.Si dan Tuti Simamora serta saudara penulis M. Naufal Arbi yang telah
memberikan kasih sayang, doa, semangat, dukungan dan bantuan kepada penulis
sehingga mampu menyelesaikan pendidikan ini.
Selama proses pembuatan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan
bimbingan, pengarahan, saran dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini,
penulis dengan segala kerendahan hati menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp.RKG (K) selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Dr. Ameta Primasari, drg., MDSc, M.Kes selaku Ketua Departemen
Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
3. Lisna Unita, drg., M.Kes, Rehulina, drg., M.Si, Yendriwati, drg., M.Kes,
Yumi Lindawati, drg., MDSc selaku staf pengajar Departemen Biologi Oral serta Bu
Ngaisah dan Kak Dani Irma Suryani selaku staf pegawai Departemen Biologi Oral
yang telah memberi saran, masukan dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Drs. H. Awaluddin Saragih M.Si, Apt. selaku Kepala Laboraturium Obat
Tradisional Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan
izin, bantuan dan bimbingan kepada penulis.
iv
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
sempurna dan penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk
menghasilkan karya yang lebih baik di kemudian hari. Akhir kata, penulis
mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang
berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu kedokteran gigi dan masyarakat.
Halaman
vi
BAB 5 PEMBAHASAN................................................................................ 41
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 48
LAMPIRAN
vii
Gambar Halaman
1. Daun Sirsak (Annona Muricata L.) ........................................................... 6
2. Koloni Aggregatibacter actinomycetemcomitans pada mikroskop .......... 11
3. Koloni Aggregatibacter actinomycetemcomitans pada piring petri.......... 11
4. Hasil pewarnaan gram Aggregatibacter actinomycetemcomitans ............ 12
5. Faktor-faktor virulensi bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans 13
6. Efek leukotoksin penyebab peradangan dan kerusakan jaringan .............. 14
7. Simplisia Daun Sirsak (Dokumentasi) ...................................................... 28
8. Proses maserasi (Dokumentasi) ................................................................ 29
9. Ekstrak kental daun sirsak (Dokumentasi)................................................ 30
® TM
10. Stamp bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans ATCC 6514
yang telah dikeruhkan setara 0,5 Mc Farland (1,5 × 108 CFU / ml)........ 30
11. Tabung yang telah berisi media BHIB, ekstrak daun sirsak, kontrol + dan
kontrol – serta stamp bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans
ATCC® 6514TM ......................................................................................... 31
12. Melakukan subkultur pada media MHA dengan metode spreading ....... 32
13. Tabung uji KHM dengan konsentrasi 50%,25%,12,5%,6,25%,3,25%,
1,5625%, kontrol positif dan kontrol negatif yang telah diinkubasi ........ 35
14. Replikasi pertama ..................................................................................... 36
15. Replikasi kedua ......................................................................................... 36
16. Replikasi ketiga ......................................................................................... 37
viii
Tabel Halaman
1. Jumlah koloni bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans
ATCC® 6514TM dengan penambahan ekstrak daun sirsak
berdasarkan perbedaan konsentrasi........................................................... 39
2. Hasil uji perbedaan jumlah koloni bakteri Aggregatibacter
actinomycetemcomitans ATCC® 6514TM dari tiap konsentrasi ekstrak
daun sirsak. ............................................................................................... 40
ix
Lampiran
1. Skema Alur Pikir
2. Alat dan Bahan Penelitian
3. Skema Alur Penelitian
4. Surat Ethical Clearance
5. Surat Pembuatan Ekstrak
6. Surat Pernyataan Stok Bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans ATCC®
6514TM
7. Surat Hasil Penelitian Laboraturium Mikrobiologi Research Center FKG UNAIR
8. Dokumentasi Pembuatan Ekstrak Daun Sirsak dengan Metode Maserasi
9. Dokumentasi Pembiakan Spesimen bakteri Aggregatibacter
® TM
actinomycetemcomitans ATCC 6514
10. Dokumentasi Pengujian Ekstrak Daun Sirsak terhadap Pertumbuhan
® TM
Aggregatibacter actinomycetemcomitans ATCC 6514
11. Lembar Hasil Pengamatan Penelitian
12. Hasil Analisis Statistik
BAB 1
PENDAHULUAN
Penelitian Rahman dkk melaporkan bahwa ekstrak etanol daun sirsak (Annona
muricata L.) memiliki aktivitas antibakteri terhadap Streptococcus mutans ATCC®
35668TM dengan kadar hambat minimum KHM pada konsentrasi 125 mg/ml.5
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tuna dkk, ekstrak daun sirsak memiliki
efek daya hambat terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dengan rerata
diameter zona hambat sebesar 12,3 mm.6 Penelitian Wahyuningtyas melaporkan
bahwa ekstrak daun sirsak dapat menghambat pertumbuhan bakteri plak supragingiva
dengan KHM konsentrasi12,5%.7
Aggregatibacter actinomycetemcomitans (Aa) merupakan bakteri gram-
negatif anaerob fakultatif dengan sifat non-motil berbentuk batang lurus atau
bengkok, kecil dan pendek.8 Bakteri ini komensal di rongga mulut tetapi sering
ditemukan pada plak gigi, poket periodontal dan sulkus gingiva. Peranan bakteri ini
dapat menimbulkan berbagai infeksi pada manusia seperti endokarditis, brain
abcessess dan penyakit periodontal.9
Ekstrak daun sirsak terbukti memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri
Mixed periodontopatogen. Mixed periodontopatogen merupakan sebutan untuk
bakteri yang berperan dalam patogenesis penyakit periodontal. Salah satu bakteri
yang paling dominan ditemukan adalah Aggregatibacter actinomycetemcomitans.
Dilakukan pengujian aktivitas antibakteri dengan mengukur diameter zona hambat
pada ekstrak daun sirsak terhadap pertumbuhan Mixed periodontopatogen sehingga
didapatkan konsentrasi terbaik dalam menghambat bakteri tersebut adalah 45
mg/ml.10
Pengujian antibakteri ekstrak daun sirsak terhadap bakteri Porphyromonas
gingivalis didapati bahwa ekstrak daun sirsak konsentrasi 1%, 5%, 10%, 15% dan
20% dapat menghambat pertumbuhan bakteri Porphyromonas gingivalis. Konsentrasi
ekstrak daun sirsak 20% merupakan konsentrasi terbaik dalam menghambat
pertumbuhan Porphyromonas gingivalis.11 Bakteri Porphyromonas gingivalis
memiliki kesamaan karekteristik dengan bakteri Aggregatibacter
actinomycetemcomitans yang merupakan bakteri gram-negatif kokobasil yang dapat
dijumpai pada rongga mulut dan infeksi gingiva seta periodontitis.12
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Selain itu, daun sirsak juga mengandung bahan aktif saponin. Saponin adalah
jenis glikosida tritepena dan sterol yang merupakan senyawa aktif pada permukaan
daun. Mekanisme kerja antibakteri dari saponin dengan cara meningkatkan
permeabilitas membran sel sehingga fungsi membran menjadi tidak stabil dan
mengakibatkan hemolisis sel.20
2.2.4 Leukotoksin
Leukotoksin Aggregatibacter actinomycetemcomitans merupakan protein
yang termasuk dalam anggota dari toksin Repeats in Toxin (RTX). Produksi dari
leukotoksin diatur oleh genotip dan faktor lingkungan. Leukotoksin tersimpan dalam
vesikel membran dari bakteri. Toksin RTX dapat diproduksi oleh berbagai bakteri
gram-negatif (E. Coli, Bordetella pertussis, Vibrio cholera, Vibrio vulnificus, dan
lain-lain), dan belakangan ini, anggota dari Pasteurellaceae juga diketahui dapat
memproduksi toksin ini.14
Dengan adanya leukotoksin pada bakteri ini, maka bakteri dapat menginduksi
faktor pro-inflamasi dan agen kerusakan jaringan, menghambat aksi lisisnya oleh
komponen antibakterial dari imunitas (fagosit) dan melindungi bakteri dari immune
mediated killing. Leukotoksin juga dapat membunuh polimorfonuklear leukosit dan
monosit, serta limfosit. Selain itu, leukotoksin juga dapat memblok proses dari
pengambilan bakteri untuk difagositosis. Pembunuhan terhadap leukosit dapat
menginduksi terjadinya apoptosis. Apoptosis merupakan suatu proses yang kompleks
yang dapat menginduksi kematian dari reseptor permukaan sel dan jalur pengaturan
mitokondria.14 Kemampuan leukotoksin untuk menginduksi apoptosis pada limfosit
dapat mengganggu respon imun yang didapat dari infeksi periodontal.
Kemampuannya untuk mempengaruhi limfosit juga berperan dalam diferensiasi sel
Th-1,/Th-2/Th-17, hal ini penting dalam patogenesis inflamasi periodontal.18
2.2.5 Lipopolisakarida
Lipopolisakarida merupakan komponen utama pada membran terluar dari bakteri
gram-negatif.23 Lipopolisakarida pada Aa mengandung karbohidrat 30% , lipid 30% ,
heksosamin 10 - 12% , fosfat 03 - 10%, dan heptosa. Lipopolisakarida (endotoksin)
memiliki efek yang besar terhadap terjadinya kerusakan dari sel dan jaringan inang.
Lipopolisakarida yang dihasilkan Aggregatibacter actinomycetemcomitans dapat
menstimulasi makrofag untuk menghasilkan interleukin (interleukin 1α, interleukin 1β)
dan Tumor Necrosis Factor (TNF) yang kemudian berdampak pada terjadinya inflamasi
dan resorpsi tulang alveolar.23 Mekanisme dari resopsi tulang tersebut terjadi karena
lipopolisakarida mengaktivasi komplemen yang kemudian menstimulasi prostaglandin..
Lipopolisakarida ini bersifat sitotoksik terhadap fibroblas. 27
kolagenase yang dapat merusak kolagen tipe 1. Hal ini dapat mendorong terjadinya
degradasi kolagen dan gangguan pada jaringan ikat periodontal. Interaksi diantara
Aggregatibacter actinomycetemcomitans dan sel epitel adalah menjadi awal
terjadinya penyakit periodontitis.27
Faktor-faktor ini dapat menstimulasi aktivitas osteoklas dan preosteoklas,
sehingga terjadi penigkatan osteoklas yang berfungsi meresorbsi tulang. Pada waktu
yang sama, komponen bakteri dan mediatori inflamatori beraksi langsung pada
osteoblas, terjadilah penurunan fungsi osteoblas, akhirnya terjadi kehilangan
perlekatan jaringan periodontal dan gigi, meliputi tulang alveolar dan jaringan ikat.29
bakteri. Semua zat aktif ini memiliki sifat antibakteri, zat tersebut dapat merusak
permeabilitas membrane sel, sintesis protein dan asam nukleat terganggu sehingga
dinding sel menjadi rusak dan akhirnya menyebabkan sel menjadi lisis. Akibatnya
terjadi penurunan bakteri patogen di periodontal terutama Aggregatibacter
actinomycetemcomitans.
Tanaman
Sirsak
Aggregatibacter
actinomycetemcomitans lisis
Patogen
Periodontal
Biakan Aggregatibacter
actinomycetemcomitans yang tersedia Media BHIB dan
di Laboraturium Mikrobiologi MHA
Fakultas Kedokteram Gigi UNAIR Waktu Inkubasi
KHM Sterilisasi alat, bahan
dan media
Efektivitas
Waktu pengamatan
KBM
BAB 3
METODE PENELITIAN
(t-1) (r-1) ≥ 15
Keterangan:
t : jumlah perlakuan
r : jumlah replikasi
3. Timbangan digital
4. Botol perlokator
5. Water bath
6. Rak dan tabung reaksi
7. Alat- alat gelas laboraturium
8. Inkubator
9. Kapas lidi steril
10. Kapas rol
11. Mikropipet dan tip steril
12. Pot plastik
13. Cawan Petri
14. Vortex
15. Inoculating loop/Ose
16. Lampu Bunsen
17. Blender
18. Brain Heart Infusion Broth (BHIB)
19. Mueller Hinton Agar (MHA)
20. Anaerobic jar
5. Ulangi proses penyarian sebanyak 1 kali, dengan jenis pelarut yang sama
dan jumlah volume 0,5 L.
6. Setelah proses penyarian selesai, dilakukan proses penguapan yang
bertujuan untuk menguapkan etanol yang terdapat pada larutan. Ekstrak cair diuapkan
dengan water bath pada suhu 60-70ºC
7. Setelah menjadi kental hentikan proses penguapan dan pindahkan ke suatu
wadah.
8. Didapat ekstrak kental daun sirsak sebanyak 20 gram.
Gambar 11. Tabung yang telah berisi media BHIB, ekstrak daun sirsak,
kontrol + dan kontrol – serta stamp bakteri Aggregatibacter
actinomycetemcomitans ATCC® 6514TM.
3. Pada tabung ke-7 ambil 5 ml Klorheksidin sebagai kontrol positif dan pada
tabung ke-8 ambil 5 ml media BHIB sebagai kontrol negatif.
4. Ke dalam semua tabung masukkan 0,1 ml suspensi Aggregatibacter
actinomycetemcomitans ATCC® 6514TM kemudian masing-masing tabung tersebut
dihomogenkan.
5. Semua tabung yang telah berisi suspensi bakteri dimasukkan ke dalam
anaerobic jar. Kemudian dieram pada inkubator dengan suhu 37°C selama 24 jam.
6. Setelah 24 jam, tabung-tabung reaksi ekstrak dan suspensi Aggregatibacter
actinomycetemcomitans dikeluarkan dan perhatikan pada tabung ke berapa yang
terlihat keruh. Tabung yang ditumbuhi oleh bakteri Aggregatibacter
actinomycetemcomitans akan menjadi keruh dan terdapat endapan sedangkan yang
pertumbuhannya terhambat tidak terbentuk endapan dan tetap jernih. Tetapi
kekeruhan yang terlihat dapat dipengaruhi oleh warna ekstrak yang pekat.
7. Untuk menentukan nilai KHM dan KBM, seluruh tabung akan dilakukan
subkultur pada media Mueller Hinton Agar (MHA) dalam suasana anaerob.
8. Dengan menggunakan mikropipet, larutan pada masing-masing tabung
reaksi diambil sebanyak 0,1 ml dan dilakukan spreading menggunakan hockey stick
pada media Mueller Hinton Agar.
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Secara dilusi seluruh tabung setiap konsentrasi diamati berwarna keruh karena
ekstrak berwarna pekat. Pada kontrol negatif yaitu hanya media BHIB dan suspensi
bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans ATCC® 6514TM menunjukkan
bahwa bakteri tersebut tumbuh baik pada media BHIB. Pada klorheksidin sebagai
kontrol positif yang berwarna jernih menunjukkan mampu menghambat dan
membunuh bakteri tersebut (seperti yang terihat pada gambar 13). Kemudian setiap
tabung membuktikan terdapat pertumbuhan bakteri lalu dilanjutkan dengan kultur
pada media Mueller Hinton Agar (MHA) untuk mendapatkan nilai Kadar Hambat
Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM).
Konsentrasi KHM dan KBM didapat dari mengamati hasil subkultur semua
tabung pada cawan petri MHA. Cawan petri MHA dengan konsentrasi terendah dapat
menghambat pertumbuhan koloni bakteri menunjukkan konsentrasi KHM.
®
Pertumbuhan bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans ATCC 6514TM
ditandai dengan adanya koloni berbentuk bulat, mengkilap, halus, tersusun dalam
kelompok-kelompok tidak teratur, berwana putih atau keruh.
Gambar 14. Replikasi pertama kontrol positif (CH), kontrol negatif (K), konsentrasi
50% (1), 25% (2), 12,5% (3), 6,25% (4), 3,125% (5), dan 1,5625% (6)
setelah diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC.
Gambar 15. Replikasi kedua kontrol positif (CH), kontrol negatif (K), konsentrasi
50% (1), 25% (2), 12,5% (3), 6,25% (4), 3,125% (5), dan 1,5625% (6)
setelah diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC.
Gambar 16. Replikasi ketiga kontrol positif (CH) , kontrol negatif (K), konsentrasi
50% (1), 25% (2), 12,5% (3), 6,25% (4), 3,125% (5), dan 1,5625% (6)
setelah diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC.
BAB 5
PEMBAHASAN
ini adalah rongga mulut. Bakteri lain yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit
periodontal ialah Porphyromonas gingivalis, Prevotela intermedia, Fusobacterium
nucleatum yang merupakan bakteri gram negatif.10,23 Namun bakteri yang paling
dominan yang ditemukan pada penderita periodontitis ialah bakteri Aggregatibacter
actinomycetemcomitans.21,23
Konsentrasi yang digunakan pada penelitian ini adalah 50%, 25%, 12,5%,
6,125%, 3,125%, 1,5625%. Pemilihan konsentrasi dan prosedur penelitian yang
digunakan pada penelitian ini lebih kurang berpedoman pada penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Wahyunigtyas ED, Ruhadi I, Bargowo L(2013) mengenai daya
hambat ekstrak daun sirsak terhadap pertumbuhan bakteri plak supragingiva.
Penelitian ini juga dilakukan untuk mencari nilai KHM dari ekstrak daun sirsak
terhadap bakteri plak supragingiva. Hasil yang didapat ialah nilai KHM berada pada
konsentrasi 12,5%.7
Pada penelitian ini, KHM diperoleh dengan menggunakan metode dilusi
dengan konsentrasi ekstrak daun sirsak yang digunakan adalah 50%, 25%, 12,5%,
6,25%, 3,125% dan 1,5625%. Nilai KHM ditentukan dengan indikator tabung yang
berubah menjadi jernih secara visual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tabung
tidak terlihat jernih karena ekstrak daun sirsak itu sendiri berwarna coklat kehitaman.
Hal ini disebabkan karena tanin yang terkandung di dalamnya dapat menimbulkan
warna coklat. Oleh karena itu nilai KHM tidak dapat diketahui jika hanya dengan
melihat perubahan warna yang terjadi pada tabung. Nilai KHM pada penelitian ini
dapat dilihat dari hasil subkultur pada media Mueller Hinton Agar (MHA). Media ini
digunakan karena dianggap sebagai media terbaik untuk pengujian rutin kerentanan
bakteri dan media Mueller Hinton Agar (MHA) ini telah direkomendasikan oleh
WHO untuk tes antibakteri terutama bakteri aerob dan bakteri anaerob fakultatif.32
Klorheksidin dipilih sebagai kontrol positif karena antiseptik dan disinfektan
yang mempunyai bakterisidal dan bakteriostatik terhadap bakteri gram positif dan
gram negatif. Brain Heart Infusion Broth (BHIB) dipilih sebagai kontrol negatif
karena media BHIB merupakan media cair yang digunakan untuk pembiakan
mikroorganisme untuk tes uji antibakteri, diharapkan banyak jumlah koloni terbentuk
agar menjadi pembanding untuk menentukan KHM dan KBM.33
Data hasil penelitian dari analisis jumlah koloni bakteri Aggregatibacter
actinomycetemcomitans ATCC® 6514TM dengan penambahan ekstrak daun sirsak
berdasarkan perbedaan konsentrasi dianalisa dengan menggunakan uji Kruskal
Wallis. Perbedaan jumlah koloni bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans
ATCC® 6514TM dari tiap konsentrasi ekstrak daun sirsak dianalisa dengan
menggunakan uji Least Significance Different (LSD). Uji statistik yang dilakukan,
tingkat signifikan yang diinginkan adalah p<0,05.
Tabel 1 menunjukkan pemberian ekstrak daun sirsak konsentrasi 50%, 25%,
12,5% dan 6,25% menyebabkan tidak ada koloni bakteri Aggregatibacter
actinomycetemcomitans ATCC® 6514TM yang dapat tumbuh (0), sehingga konsentrasi
6,25% menjadi nilai Kadar Hambat Minimum (KHM) ekstrak daun sirsak terhadap
bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans ATCC® 6514TM. Penelitian
menggunakan media Brain Heart Infusion Broth (BHIB) sebagai kontrol negatif, bila
dibandingkan terhadap jumlah koloni bakteri Aggregatibacter
actinomycetemcomitans ATCC® 6514TM pada media BHIB, maka pada konsentrasi
6,25% lebih sedikit oleh sebab itu konsentrasi 6,25% merupakan Kadar Bunuh
Minimum (KBM) ekstrak daun sirsak terhadap bakteri Aggregatibacter
actinomycetemcomitans ATCC® 6514TM. Data dari tabel 2 juga menunjukkan bahwa
semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun sirsak maka semakin sedikit pertumbuhan
bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans ATCC® 6514TM. Hal ini disebabkan
oleh semakin besar konsentrasi ekstrak daun sirsak, maka semakin besar kandungan
antibakterinya.
Tabel 2 menunjukkan perbedaan jumlah koloni bakteri Aggregatibacter
actinomycetemcomitans ATCC® 6514TM dari tiap konsentrasi ekstrak daun sirsak
adalah signifikan. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan adanya
efek bakteriostatis dan bakteriosidal dari berbagai ekstrak daun sirsak terhadap
pertumbuhan bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans ATCC® 6514TM.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
1. Diharapkan adanya penelitian lebih lanjut uji fitokimia ekstrak daun sirsak
untuk mengetahui jumlah masing-masing senyawa aktifnya.
2. Diharapkan adanya penelitian lebih lanjut mengenai efektivitas ekstrak
daun sirsak terhadap bakteri-bakteri lain yang terdapat pada penyakit periodontal
seperti Fusobacterium nucleatum dan Prevotella intermedia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Mardiana L. Daun ajaib tumpas penyakit. Jakarta: Penebar Swadaya, 2015: 72-
81.
2. Rukmana HR. Untung berlipat dari budi daya sirsak tanaman multi manfaat.
Yogyakarta: Lily Publisher, 2015: 6-15; 47-51.
3. Austin. Technical data report for graviola (Annona muricata). Sage Press, 2005:
1-14.
4. Wisdom S, Mohammed. Phytochemical screening and antimicrobial activities of
Annona muricata (L) leaf extract. Am J of Biol Chem Pharm Sci 2014; 2(1): 1-6.
5. Rahman FA, Haniastuti T, Utami WT. Skrining fitokimia dan aktivitas
antibakteri ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.) pada Streptococcus
mutans ATCC 35668. Maj Ked Gi 2017; 3(1): 1-6.
6. Tuna MR, Kepel BJ, Leman MA. Uji daya hambat ekstrak daun sirsak (Annona
muricata L.) terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus secara in vitro.
Pharmacon 2015; 4(4): 65-9.
7. Wahyuningtyas ED, Ruhadi I, Bargowo L. Daya hambat ekstrak daun sirsak
(Annona muricata L.) terhadap pertumbuhan bakteri plak supragingiva.
Periodontic J 2013; 5(1): 32-9.
8. Henderson B, Ward JM, Ready D. Aggregatibacter (Actinobacillus
actinomycetemcomitans: A triple a periodontopathogen. Periodontology 2000
2010; 54: 78-92.
9. Hoglud AC, Sjodin B, Lakio L, Pussinen PJ, Johanson A, Claesson R. Presence
of Aggregaticabcter actinomycetemcomitans in young individuals: a 16-year
children and microbiology follows-up study. J Clin Periodontol 2009; 36: 815-
22.
10. Tenggara FS, Rizka Y, Parsihni K. Daya hambat ekstrak daun sirsak (Annona
muricata, Linn) terhadap pertumbuhan bakteri mixed periodontopatagen. Denta J
Ked Gi 2014; 8(2): 103-10.
11. Mithun BH, Rajesh G, Shenoy R, Rao A . Anti-microbial efficacy of soursop leaf
extract (Annona muricata) on oral pathogens: an in-vitro study. J of Clin and
Diagnostic Research 2016; 10(11). 1-4.
12. Chauhan VS, Chauhan RS, Devkar N, et al. Gingival and periodontal diseases in
children and adolscents. J of Dent & Allied Sci 2012; 1(1): 26-9.
13. Saparinto C, Susiana R. Panduan praktis menanam 51 tanaman obat popular di
pekarangan. Yogyakarta: Lily Publisher, 2016: 409-12.
14. Ragasa CY, Geneveve S, Torres OB, Don Ming-Jaw, Shen Chien-Chien.
Acetogenins from annona muricata. Phcog J 2012; 4(32): 32-6.
15. Padmaa P, Pramodb NP, Thyagarajanb SP, Khosaa RL. Effect of the extract of
annona muricata and petunia nyctaginiflora on herpes simplex virus. J
Ethnopharmacology 2017; 61(1): 81-3.
16. Apriliana E, Syafira AU. Ekstraksi daun sirsak sebagai antibakteri terhadap
staphylococcus aureus dan propionibacterium acnes. Majority 2016; 5(1): 1-4.
17. Lenny S. Senyawa flavonoida, fenilpropanoida dan alkaloida. USU repository
2006; 18-20.
18. Cushnie TP, Lamb AJ. Antimicrobial activity of flavonoids. Int J Antimicrob
Agents 2005; 26: 343-56.
19. Jannah R, Husni MA, Nursanty R. Inhibition test of methanol extract of soursop
leaf (Annona muricata Linn.) against Streptococcus mutans bacteria. J Natural
2017; 17(1): 23-8.
20. Dewi ZY, Nur A, Hertriani T. Efek antibakteri dan penghambatan biofilm
ekstrak sereh (cymbopogon nardus l.) terhadap bakteri Streptococcus mutans.
Majalah Ked Gi Indonesia 2015; 1(2): 136-41.
21. Marsh PD, Martin MV. Oral microbiology. 5th ed. China: Churchill Livingstone
Elsevier, 2009: 36-7; 120-32.
22. Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR. Carranza’s clinical periodontology.
12th ed. Canada. Elsevier Saunders, 2015: 50-5. 76-90.
33. Atikah RA, Budi SH, Kusumaningsih T. antibacterial effect of 70% ethanol and
water extract of cacao beans (Theobroma cacao L.) on Aggregatibacter
actinomycetemcomitans. Dent J 2016; 49(2): 104-9.
34. Tani PG, Wowor PM, Khoman JA. Uji daya hambat buah sirsak (Annona
muricata L.) terhadap pertumbuhan bakteri Porphyromonas gingivalis.
PHARMACON 2017; 6(3): 99-104.
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
1. Sebagai data awal dan informasi nilai untuk mendapatkan konsentrasi
kadar hambat minimum (KHM) dan kadar bunuh minimum (KBM) ekstrak daun
sirsak yang tepat terhadap pertumbuhan Aggregatibacter actinomycetemcomitans.
2. Sebagai data awal dan informasi untuk melakukan penelitian efek
ekstrak daun sirsak terhadap bakteri lain penyebab periodontitis.
3. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dalam mengembangkan
bahan herbal yang dapat dijadikan sebagai alternatif antimikroba yang dapat
membantu keberhasilan suatu perawatan periodontal.
b. Manfaat Praktis
1. Memberikan informasi manfaat ekstrak daun sirsak sebagai alternatif
antibakteri untuk menghambat bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans.
2. Memberikan manfaat lain dari ekstrak daun sirsak yang merupakan
bahan alami memiliki efek antibakteri, antijamur, antioksidan, antiseptik,
antiinflamasi, analgesik dan antipiretik.
1 2
3 4
5 6
9 10
11 12
Keterangan:
1. Daun Sirsak
2. Tabung perkulator
3. Infus Set
4. Alkohol 70%
5. Kapas
6. Water bath
7. Bubuk Brain Heart Infusion Broth (BHIB)
8. Bubuk Mueller Hinton Agar (MHA)
9. Inkubator
10. Autoclave
11. Stok Bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans ATCC® 6514TM
12. Anaerobic jar
13. Mancis, Ose, Tabung reaksi, Rak tabung reaksi, Pring petri, Bunsen, Mikropipet
14. Ekstrak Daun Sirsak
Daun sirsak diseleksi dan ditimbang kemudian dicuci bersih dengan air
mengalir dan ditiriskan.
Atur tetesan pada selang infus agar penarikan ekstrak maksimal yaitu
sekitar 20 tetes per menit atau 1 tetes per 3 detik.
Setelah 24 jam, pada media Mueller Hinton Agar tersebut akan terlihat
pertumbuhan bakteri dengan terlihatnya titik-titik koloni.
1 2
3 4
5 6
1 2
3 4
1 2
Gambar (4): Hasil pengkulturan ekstrak daun sirsak setelah diinkubasi selama 24 jam
pada suhu 37°C
Gambar (5): Melakukan subkultur dengan mengambil 0,1 ml dari tiap tabung
6 7
Gambar (6): Memasukkan 0,1 ml larutran dari setiap tabung ke dalam media MHA
Gambar (7): Melakukan subkultur dengan metode spreading menggunakan hockey
stick pada media Mueller Hinton Agar kemudian diinkubasi selama 24
jam pada suhu 37°C
1. Konsentrasi 50%
2. Konsentrasi 25%
4. Konsentrasi 6.25%
5. Konsentrasi 3.125%