Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

Fisiologi Mengunyah dan Menelan serta Bolus Makanan

Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah

Disusun oleh :
1. Wenny Puji Astuti (1720151052)
2. Siti Rochmah (1720151048)
3. M. Bahrul Amiq (1720151030)
4. Eka Mailani A (1720151009)
5. Putri Setyoningrum (1720151042)
6. Jumiatun (1720151019)
7. Nur Hariroh (1720151038)
8. Indah Pratiwi(1720151018)
9. Nailatul Mufidah (1720151033)
10. Elly Ristiana Saputri (1720151010)
11. Nur Alimi (1720151037)

Dosen Pengampu : Heny Siswanti, S.Kep.,Ns

D3 KEPERAWATAN
STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS
Tahun Ajaran 2016 / 2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Makanan yang kita makan tidak selamanya berguna bagi tubuh. Di dalam
tubuh kita terdapat organ-organ tubuh yang sangat berperan penting dalam proses
pencernaan. Dimana antara organ yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan.
Jika ada salah satu organ yang mengalami gangguan maka sistem pencernaan di
dalam tubuh manusia tidak akan berlangsung secara optimal.
Kita mengetahui bahwa tidak ada satu individu yang dapat bertahan hidup
tanpa adanya organ sistem pencernaan, karena sistem pencernaan merupakan hal yang
sangat vital di salam tubuh manusia. Sistem pencernaan memiliki fungsi sebagai
menyediakan makanan, air, dan elektrolit yang diperlukan oleh sel-sel tubuh melalui
proses pencernaan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses fisiologi mengunyah, menelan serta bolus makanan
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui proses fisiologi mengunyah, menelan serta bolus makanan
BAB II

DASAR TEORI

A. Definisi
a. Mengunyah
Gigi merupakan alat bantu utama dalam proses mengunyah makanan. Gigi
anterior (insisivus) sebagai pemotong makanan dan gigi posterior (molar) sebagai
penggiling. Pada gigi terdapat otot-otot pengunyah yang dipersarafi oleh cabang
motorik dari saraf kranial kelima, dan proses mengunyah dikontrol oleh nucleus
dalam batang otak. 
Kebanyakan proses mengunyah disebabkan oleh suatu refleks mengunyah,
yang dapat dijelaskan sebagai berikut: adanya bolus makanan didalam mulut pada
awalnya menimbulkan penghambat refleks otot untuk mengunyah, yang
menyebabkan rahang bawah turun kebawah. Penurunan ini kemudian
menimbulkan refleks regang pada otot-otot rahang bawah yang menimbulkan
kontraksi rebound. Keadaan ini secara otomatis mengangkat rahang bawah yang
menimbulkan pengatupan gigi, tetapi juga menekan bolus melawan dinding
mulut, yang menghambat otot rahang bawah sekali lagi, menyebabkan rahang
bawah turun dan kembali rebound pada saat yang lain, ini terjadi berulang-ulang.

b. Menelan
Menelan adalah mekanisme yang kompleks, terutama karena faring
membantu fungsi pernapasan dan menelan.
Menurut Ward (2005) mekanisme menelan terjadi dalam beberapa fase. Fase
pertama terjadi secara volunteer yaitu ketika pengumpulan makanan pada lidah,
mengangkat lidah, dan mendorong bolus makanan ke dalam faring (Despopoulos,
2000). Fase kedua bersifat involunter dan merupakan reflex mekanoreseptor
dengan aferen saraf glosopharingeal dan saraf vagus. Selanjutnya palatum mole
menutup agar mencegah makanan masuk ke nasofaring, respirasi dihambat dan
glottis mentutup sehingga mendorong bolus makanan mendorong ujung epiglotis
menutup trakea. Kemudian bolus memasuki esophagus dan terjadi perubahan
seperti semula yaitu laring terbuka maka pernafasan akan berlanjut (Ward, 2009)
c. Bolus Makanan
Bolus makanan merupakan gumpalan bundar, sebuah massa makanan yang siap
ditelan atau dilewatkan di sepanjang usus, bolus makanan terbentuk dari hasil
gerakan peristaltik atau meremas makanan.

B. Organ dan Otot yang Berperan


Menurut Ward (2009) mastikasi terjadi karna aktivitas dari organ-organ dan otot
yaitu:
a. Bibir 
b. Palatum
Merupakan atap rongga mulut, dimana makanan ditampung. Proses bernapas
dan mengunyah dapat terjadi secara bersamaan karna adanya palatum
(Sherwood, 2001).
c. Lidah
Membentuk dasar rongga mulut, keberadaannya penting untuk mengarahkan
makanan saat mengunyah dan menelan (Sherwood, 2001).
d. Sendi temporomandibula
e. Gigi geligi
Gigi insisivus membantu memotong makanan, gigi taring digunakan untuk
memotong serta mengoyak makanan, dan gigi graham digunakan untuk
menghancurkan makanan (Merce, 1999).
f. Glandula Saliva
Fungsi saliva yaitu melembabkan dan membasahi mulut saat istirahat,
mengunyah dan berbicara; melarutkan molekul makanan sehingga bisa bereaksi
dengan reseptor gustatorik dan menghasilkan sensasi rasa; memermudah
menelan dan memulai pencernaan karbohidrat melalui air liur yang
mengandung ptyalin maka dimulailah kerja amilase; dan membantu sistem
pertahanan tubuh terhadap infeksi bakteri karena mengandung immunoglobulin
(Ward, 2009).
g. Otot-otot Pengunyah
Menurut Liebgott (1995) terdapat macam otot pengunyah yaitu:
1) Musculus masseter
Otot ini menutupi sebagian besar permukaan lateral mandibula. Berfungsi
untuk mengangkat mandibula dengan kuat sehingga dalam posisi oklusi,
pergerakan lateral mandibula, dan retrusi mandibula.

2) Musculus temporalis
Otot ini berbentuk seperti kipas dan melekat pada lateral kepala hingga
prossesus coronoideus os.mandibulla. Berfungsi untuk mempertahankan posisi
istirahat mandibula, elevasi mandibula selama pengigitan dan oklusi sentrik,
retrusi mandibula, dan mendorong mandibula ke sisi yang sama pada gerak.
3) Musculus pterigoideus medialis
Otot ini berada di dalam fosa infratemporalis. Berfungsi untuk mengangkat
mandibula dengan kuat, protrusi mandibula, dan menggerakan mandibula ke
arah yang berlawanan dari gerak lateral.
4) Musculus pterigoideus lateralis
Arah serabut otot ini berbeda dengan yang lain karna arahnya horizontal.
Berfungsi untuk protrusi mandibula, depresi mandibula, dan gerak kontralateral
mandibula.

C. Fisiologi
a. Mastikasi (Mengunyah)
Gigi merupakan alat bantu utama dalam proses mengunyah makanan. Gigi
anterior (insisivus) sebagai pemotong makanan dan gigi posterior (molar) sebagai
penggiling. Pada gigi terdapat otot-otot pengunyah yang dipersarafi oleh cabang
motorik dari saraf kranial kelima, dan proses mengunyah dikontrol oleh nucleus
dalam batang otak. 
Kebanyakan proses mengunyah disebabkan oleh suatu refleks mengunyah,
yang dapat dijelaskan sebagai berikut: adanya bolus makanan didalam mulut pada
awalnya menimbulkan penghambat refleks otot untuk mengunyah, yang
menyebabkan rahang bawah turun kebawah. Penurunan ini kemudian
menimbulkan refleks regang pada otot-otot rahang bawah yang menimbulkan
kontraksi rebound. Keadaan ini secara otomatis mengangkat rahang bawah yang
menimbulkan pengatupan gigi, tetapi juga menekan bolus melawan dinding
mulut, yang menghambat otot rahang bawah sekali lagi, menyebabkan rahang
bawah turun dan kembali rebound pada saat yang lain, ini terjadi berulang-ulang.
b. Deglutisi (Menelan)
Menelan adalah mekanisme yang kompleks, terutama karena faring membantu
fungsi pernapasan dan menelan. Menelan dibagi menjadi 3 tahap yaitu:
1. Tahap Volunter
Bila makanan sudah siap untuk ditelan, secara sadar makanan ditekan
atau digulung kearah posterior kedalam faring oleh tekanan lidah keatas dan
kebelakang terhadap palatum. Dari sini, proses menelan menjadi seluruhnya
atau hamper seluruhnya berlangsung secara otomatis dan umumnya tidak
dapat dihentikan.
2. Tahap Faringeal
Mekanika tahapan penelanan makanan dari faring yaitu trakea tertutup,
esophagus terbuka, dan suatu gelombang peristaltic cepat dicetuskan oleh
system saraf faring mendorong bolus makanan kedalam esophagus bagian
atas, seluruh proses terjadi dalam waktu kurang dari dua detik. 
Pencetusan Saraf pada Tahap Faringeal dari Proses Menelan
Tahap faringeal dari penelanan pada dasarnya merupakan suatu reflex. Hal
ini hamper selalu diawali oleh gerakan makanan secara volunteer masuk
kebagian belakang mulut, yang kemudian merangsang reseptor-reseptor
sensoris faringeal involunter untuk menimbulkan reflex menelan.
Pengaruh Tahap Faringeal dari Proses Menelan Terhadap Pernapasan
            Seluruh tahap faringeal terjadi selama lebih kurang 6 detik
Sehingga menganggu pernapasan hanya sekejap dalam siklus pernapasan
biasa. Pusat menelan menghambat pusat pernapasan medulla, menghentikan
pernapasan pada titik tertentu dalam siklusnya untuk memungkinkan
berlangsungnya penelanan. Bahkan sewaktu seseorang berbicara , penelanan
akan menghentikan pernapasan dalam waktu yang singkat dan sulit untuk
diperhatikan.
3. Tahap Esofageal
Esofagus memperlihatkan 2 tipe gerakan peristaltic: peristaltic primer
dan peristaltic sekunder. 
Peristaltaltik primer hanya merupakan kelanjutan dari gelombang
peristaltic yang dimulai di faring dan menyebar ke esophagus selama tahap
faringeal dalam proses menelan. Gelombang ini berjalan dari faring ke
lambung dalam waktu sekitar 8-10 detik. Jika gelombang peristaltic primer
gagal mendorong semua makanan yang telah masuk ke esophagus ke dalam
lambung, terjadi gelombang peristaltic sekunder yang dihasilkan dari
peregangan esophagus oleh makanan yang tertahan, gelombang ini terus
berlanjut sampai makanan dikosongkan ke dalam lambung. Sewaktu
gelombang peristaltic penelanan melewati esophagus , terdapat “realaksasi
reseptif” dari sfingter esophagus bagian bawah yang mendahului gelombang
peristaltik, yang mempermudah pendorongan makanan yang ditelan ke dalam
lambung. Gelombang peristaltik esophagus ini bila mendekat kearah
lambung, timbul suatu gelombang relaksasi, yang dihantarkan melalui neuron
yang penghambat mienterikus, mendahului peristaltik. Selanjutnya, seluruh
lambung bahkan duodenum menjadi terelaksasi sewaktu gelombang ini
mencapai bagian akhir esophagus.Kemudian makanan berjalan memasuki
lambung. 
BAB III

PEMBAHASAN

Proses pencernaan mekanik dalam mulut terjadi dengan beberapa tahapan yaitu
Selama pengunyahan rahang akan bergerak berirama, membuka dan menutup. Tingkat dan
pola pergerakan rahang dan aktivitas otot rahang telah diteliti pada hewan dan juga manusia.
Pola pergerakan rahang pada beberapa hewan berbeda tergantung jenisnya. Pengulangan
pergerakan pengunyahan berisikan jumlah kunyahan dan penelanan. Selama mastikasi
karakteristik pengunyahan seseorang sangat bergantung pada tingkatan penghancuran
makanan. Urutan kunyah dapat dibagi menjadi tiga periode. Pada tahap awal, makanan
ditransportasikan ke bagian posterior gigi dimana ini merupakan penghancuran dalam periode
reduksi. Selanjutnya bolus akan dibentuk selama final periode yaitu sebelum penelanan.
Pergerakan rahang pada ketiga periode ini dapat berbeda tergantung pada bentuk makanan
dan spesiesnya. Selama periode reduksi terdapat fase opening, fast-opening dan slow-
opening. Pada periode sebelum penelanan terdapat tiga fase selama rahang membuka dan dua
fase selama rahang menutup.

Selama penelanan lidah memainkan peran yang penting di dalam mengontrol


pergerakan makanan dan pembentukan menjadi bolus. Untuk makanan yang dihancurkan,
diposisikan oleh lidah pada konjugasi dengan otot buccinators pada pipi diantara oklusal
permukaan gigi. Makanan yang padat dan cair ditransportasikan di dalam rongga mulut oleh
lidah. Selama fase slow-opening pada pengunyahan, lidah bergerak ke depan dan
memperluas permukaan makanan. Tulang hyoid dan badan lidah kembali tertarik selama
fase fast-opening dan fase-closing, membuat gelombang yang dapat memindahkan makanan
ke bagian posterior pada rongga mulut. Ketika makanan  sudah mencapai bagian posterior
rongga mulut, akan berpindah ke belakang di bawah soft palate oleh aksi menekan dari lidah.
Lidah amat penting dalam pengumpulan dan penyortiran makanan yang bias ditelan,
sementara mengembalikan lagi makanan yang masih dalam potongan besar ke bagian oklusal
untuk pereduksian lebih lanjut. Sedikit yang mengetahui mengenai mekanisme mendasar
mengenai pengontrolan lidah selama terjadinya aktivitas ini.
Bolus makanan merupakan gumpalan bundar, sebuah massa makanan yang siap
ditelan atau dilewatkan di sepanjang usus, bolus makanan terbentuk dari hasil gerakan
peristaltik atau meremas makanan.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pencernaan mekanik terjadi melalui pengunyahan yang melibatkan pemotongan,
penggilingan, perobekan, dan pencampuran makanan sehingga dihasilkan
potongan-potongan kecil yang halus untuk mempermudah proses menelan.
Tindakan mengunyah merupakan suatu reflex ritmik yang ditimbulkan oleh
pengaktifan otot-otot pengunyah pada rahang, bibir, pipi, dan lidah. Ketika
makanan masuk ke dalam mulut terjadi reflex ritmik dimana oragn dan otot
mastikasi bekerja bersama-sama secara sistemik. Otot-otot menggerakan rahang
membantu oklusi gigi geligi yang mengolah makanan dibantu dengan lidah yang
mengarahkan makanan berada pada oklusi gigi dan bibir yang menjaga makanan
tetap didalam rongga mulut. Sementara itu molekul makanan dibasahi oleh air
liur agar partikel-partikel makanan menyatu membentuk bola-bola kecil
memudahkan proses menelan (Sherwood, 2001). Bolus makanan merupakan
gumpalan bundar, sebuah massa makanan yang siap ditelan atau dilewatkan di
sepanjang usus.
DAFTAR PUSTAKA

Guyton & Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta: EGC.

Liebgott, B.,1995,Dasar-Dasar Ilmu Anatomi Kedokteran Gigi,Jakarta:EGC.

Sherwood, L.,2001,Fisioloi Manusia:Dari Sel ke Sistem,Ed.2,Jakarta:EGC.

Ward, J.P.T.,Clarke, R.W.,Linden, R.W.A.,2009,At a Glance Fisiologi,Jakarta:Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai