Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO 1 BLOK 10

Disusun Oleh

Tutorial 2
Tutor

: drg. Zita Aprillia

Ketua

: Khaleda Shafiratunnisa

J2A013003

Scrable 1 : Bagus Aji Rahmawan

J2A013008

Scrable 2 : Tri Utari Sari Dewi

J2A013009

1. Zulfa Isma Lathifah


2. Asmara Dharma Febi Sasongko
3. Nanik Faiqotul Rohmah
4. Agguna Wiladatika
5. Muhammad Iqbal Maal Abror
6. Nahdlia Adibah H.
7. Desta Yusticia H. N.
8. Anggi Wiraswara Raditya
9. Arief Pramono
10.Ririn Aprilia Lacana

J2A013016
J2A013018
J2A013020
J2A013028
J2A013032
J2A013033
J2A013038
J2A013043
J2A013045
J2A013050

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2015
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mastikasi atau istilah umum disebut dengan pengunyahan merupakan suatu
proses yang terjadi kompleks dan memiliki peranan yang sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari. Pada dasarnya mengunyah didukung oleh beberapa struktur
anatomi agar dapat menjalankan fungsi dengan semestinya. Struktur anatomi
pendukung yang baik akan mendukung terlaksananya proses mastikasi yang
diharapkan.
Proses mastikasi juga dipengaruhi oleh kebiasaan yang melekat pada diri
individu. Seseorang yang terbiasa mengunyah hanya dengan satu sisi saja akan
berpengaruh pada struktur anatomi yang mendukungnya. Bila proses mastikasi
dapat berjalan dengan semestinya, yaitu mengunyah dengan kedua sisi dan tidak
terlihat ada masalah pada sendi rahangnya maka proses mastikasi akan berjalan
dengan baik. Dalam skenario ini kan dibahas lebih lanjut mengenai sistem
mastikasi.
B. Tujuan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian stomatognatik.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan fungsi sistem stomatognatik.

sistem

stomatognatik.
3. Mahasiswa menjelaskan Anatomi dan Fisiologi Pengunyahan (aktivitas otot,
persentian temporomandibula (anatomi temporomandibulae joint, otot-otot
yang

berperan

di

Temporomandibulae

mensarafitemporomandibulae

joint,

dan

joint,

fisiologi

temporomandibulae), kontak gigi geligi, kelenjar ludah).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

nervus
pergerakan

yang
sendi

Sistem mastikasi berfungsi antara lain dalam menyelenggarakan

oklusi

danartikulasi agar gigi-gigi dapat melakukan proses pemotongan, pengunyahan dan


prosesmenelan oleh karena kerja yang terkoordinasi antara sistem saraf, otot-otot
kunyahrahang atas dan bawah, jaringan lunak rongga mujlut dan bibir serta gigigigi.Oklusi antara gigi-gigi rahang atas dan bawah dapat terjadi oleh karena aktifitasotototot kunyah. Semua otot-otot mastikasi atau kunyah berfungsi pada semua pergerakan
mandibula, baik untuk fase kontraksi maupun relaksasi.
Adapun otot-ototyang berperan di dalam proses mastikasi adalah : M. Temporalis
(elevator), M. Masseter (elevator), M. Disgastric (ant.Belly) (depressor), M. Pterygoideus
Eksternus (depressor), M. Pterygoedeus Internus (elevator), M. Mylohyoideus (depressor),
M. Geniohyoid (depressor). Adanya otot-otot mastikasi tersebut yang di dalam kerjanya
yang kompleks akanmenyebabkan timbulnya daya tarikan pada rahang atas maupun
bawah, sehingga padakasus-kasus trauma yang menyebebkan terjadinya fraktur di daerah
sepertiga wajahmaupun mandibula, maka dengan segera akan terjadi tarikan pada fragmenfragmenyangmengalami fraktur, sehingga maloklusi dapat terjadi.Beberapa otot yang
dalam kerjanya dapat menimbulkan daya tarikan pada mandibula dan maksila adalah : M.
Maseter, M. Temporalis, M Pterygoideus eksternus, M. Pterygoideus internus, M.
Genioglossus, M. Geneiohyoid, M. Mylohioid dan M.Digastricus.
Gigi merupakan organ manusia yang terpenting, tanpa gigi geligi manusia tidak
dapat mengunyah makanan. Gigi berfungsi untuk mengunyah beraneka ragam makanan
dengan tekstur dan nilai gizi yang berbeda-beda. Kehilangan gigi merupakan penyebab
terbanyak menurunnya fungsi pengunyahan. Kehilangan gigi juga dapat mempengaruhi
kesehatan umum dan rongga mulut sehingga akan mempengaruhi kualitas hidup secara
keseluruhan.

BAB III
PEMBAHASAN

Step 1 : Mengklarifikasi Istilah atau Konsep


1. Stomatognatik : sistem yang kompleks yang mengacu pada terlaksananya beberapa
proses yaitu pengunyahan, penelanan, dan bicara.
Sistem yang berkaitan seperti nervus skeletal muskulus, TMJ, gigi geligi yang
terdapat dalam rongga mulut yang meliputi proses pengunyahan, penelanan, dan
bicara
Simpulan terdiri dari struktur anatomi (gigi, TMJ, lidah, kelenjar saliva, otot) dan
proses fisiologi (pengunyahan, penelanan, artikulasi (bicara)
2. Sendi rahang : biasa disebut TMJ dimana merupakan sendi sinovial (yang dapat
bergerak bebas)/ bersifat fleksibel sehingga dapat menggerakkan mandibula dalam
bidang vertikal (ke atas dan ke bawah)
.
Step 2 : Menetapkan Permasalahaan
1. Definisi Sistem stomatognatik pengunyahan?
2. Fungsi pengunyahan?
3. Anatomi dari pengunyahan?
4. Fisiologi pengunyahan?
5. Patofisiologi gangguan pengunyahan?
6. Gangguan dan etiologi dari gangguan mastikasi?
7. Pemeriksaan klinis TMJ?
8. Pencegahan terjadinya gangguan mastikasi?
9. Perawatan dari gangguan mastikasi?
10. Syarat oklusi yang baik?
11. Bila terjadi gangguan oklusi maka dampaknya terhadap mastikasi?
12. Macam-macam refleks rahang?
13. Macam-macam gerakan sendi pada rahang?

Step 3 : Menganalisis Masalah


1. Pengunyahan : penghancuran partikel makanan dengan bantuan kelenjar saliva dan
juga oleh gigi, otot, TMJ, saraf, tulang rahang yaitu melalui proses pemotongan,
perobekan, pengunyahan untuk mengubah makanan menjadi bolus sehingga mudah
ditelan.
Proses awal pencernaan, dimana makanan dihancurkan menjadi partikel kecil dan
memudahkan penelanan.
Makanan di dalam lidah akan menstimulus pergerakaan mandibula.
2. Fungsi mastikasi : menggiling dan memecah makanan menjadi potongan yang lebih
kecil untuk memudah proses penelanan, mencampur makanan dengan saliva,
merangsang papilla pengecap (filiformis = ujung untuk memacu sekresi saliva,

fungi.

Foliata,

mempermudah

dan

sirkumvalata),

pengosongan

usus

mempercepat
halus,

pencernaan

mempermudah

makanan,

pengabsorbsian,

mempermudah pembuluh darah untuk mengangkut sari-sari makanan keseluruh


tubuh, merangsang sekresi saliva (serous = mengandung ptyalin, mukus =
mengandung mucin untuk melumasi, mencegah eksokoriasi sal.pencernaan, akan
membuat gigi terlatih mengunyah sehingga kesehatan jar.periodontal terjaga,
mencegah karies, untuk tumbuh kembang dari rahang. Enzim amylase dan lipase.
3. Anatomi mastikasi :
Tata : Nervus : trigeminus, fasialis, hypoglossus
Otot : m. Temporalis : untuk mengangkat mandibula, masseter : menyeimbangkan
mandibula, m. p. medial, m. p. lateralis.
LO: 12 saraf kranial, tempel gambar anatomi, cari video mastikasi dan TMJ.
Otot yang menutup mulut : m. Temporalis, masseter, m. P.medial
Otot untuk membuka mulut : m.p. lateral, m. Infrahyoideus, m. Digastrikus
Ririn : Gigi anterior (memotong), posterior (menggiling)
Lidah : untuk memposisikan makanan
TMJ : gerakan secara rotasi, translasi (gliding)
Nanik : glandula saliva (memudahkan proses penelanan, mengandung
imunnoglobulin. LO Nanik : letak m. Buccinator
Khaleda :
Otot : mylohyoid, stylohyoid
Arief : Cavum oris terdiri dari lidah (papilla, sulcus terminalis, foramen caecum,
otot (instrinsik dan ekstrinsik)
4. Fisiologi pengunyahan :
Refleks ritmik : 1. Bolus makanan, 2. Menghambat refleks pengunyahan (chewing),
3. Rahang bawah turun memicu refleks regang, 4. Rebound, 5. Pengatupan gigi, 6.
menekan bolus.
5. Gangguan dan etiologi mastikasi :
a. Bruxism : dapat menyebabkan TMJ linu
b. Over closure : penutupan yang berlebihan
c. Krepitasi : suara gemeretak yang terjadi akibat posisi TMJ
d. TMD : etiologi bad habis (bruxism dan kebiasaan menggigit kuku), poor
occlusion, clicking (TMJ berbunyi click)
e. Maloklusi
6. Pemeriksaan klinis : visual, palpasi, auskultasi
a. Subjektif : apa yang dirasakan pasien, biasanya telinga berdesis, rasa tegang
dalam bola mata, pada mulut rasa tidak nyaman, tenggorokan (sakit ketika
menelan), sakit kepala (migrain).
b. Objektif
Cari muscle relaksan.
7. Pencegahan : mengurangi bad habit, jangan mengunyah satu sisi
8. Perawatan : muscle relaksan

9. Syarat oklusi : Hub. Molar klas 1, angulasi gigi tepat, inklinasi gigi tepat, no
rotation, no space, curve of spee mendatar atau sedikit melengkung.
10. Dapat mengganggu pencernaan, TMD dapat menekan basis cranii -> mengalami
gangguan pendengaran, mengganggu fungsi otot-otot mastikasi.
11. Macam-macam refleks pengunyahan: sederhana dan kompleks
Sederhana : terjadi secara cepat yang disebut mono yang hanya memiliki 1 sinaps.
Refleks kompleks : melaksanankan fungsi pengunyahan.
12. Macam-macam gerakan sendi pada rahang : gerakan dalam ruang rahang sendi RA
(gerakan translasi: gerakan setelah engsel) dan RB (gerakan antara caput kondilus
mandibula berupa gerakan engsel/rotasi.
13. Cara menilai TMJ yang normal : visual, palpasi, auskultasi.

Step 4 : Menarik Kesimpulan dari Langkah 3

Stomatogna
tik
Pengertian
Stomatognatik

Matikasi

Definisi

Fungsi

Anatomi

Fisiologi
Mastikas
i

Ganggua
n dan
Etiologi

Pemeriksaan,
perawatan,
dan
pencegahan

Syarat
Oklusi

Step 5 : Menetapkan Tujuan Belajar


Learning objective dari step 2.
Step 6 : Mengumpulkan Informasi Tambahan (Belajar Mandiri)
1. Sistem stomatognatik : merupakan sistem yang sangat kompleks dan berperan
sangat penting di tubuh manusia. Beberapa struktur yang berperan tersebut antara
lain seperti: komponen skeletal (maksilla dan mandibula), glandula saliva, sendi
temporomandibular, dan otototot penguyahan.

Masingmasing struktur ini

bekerjadengan harmonis namun mempunya tugas yang berbedabeda (mengunyah,


menelan, dan berbicara). (Tri Utari)
Sistem stomatognatik : adalah suatu sistem atau unit fungsional yang terdiri dari
beberapa jaringan dengan asal dan struktur yang bervariasi, akan tetapi bekerja
dalam suatu kesesuaian untuk melaksanakan tugas masing-masing berdasaran
fungsinya. (Nahdlia)
Pengunyahan : adalah proses penghancuran partikel makanan didalam mulut
dibantu dengan saliva yang dihasilkan oleh kelenjar ludah sehingga merubah
ukuran dan konsistensi makanan yang akhirnya membentk bolus yang mudah
ditelan. (Zulfa)
Sistem mastikasi merupakan unit fungsional dalam pengunyahan yang mempunyai
komponen terdiri dari gigi geligi, sendi temporomandibula (STM), otot kunyah,
dan sistem syaraf. Otot digerakan oleh sistem impuls syaraf karena ada tekanan
yang timbul dari gigi bawah berkontak dengan gigi atas sehingga mandibula dapat
melaksanakan aktifitas fungsional dari sistem mastikasi. Keharmonisan antara
komponen komponen ini sangat penting dipelihara kesehatan dan kapasitas
fungsionalnya. (Bagus)
Sistem mastikasi : merupakan unit kompleks fungsional tubuh yang bertanggung
jawab untuk pengunyahan, bicara, dan proses deglutasi. Source: jurnal Relationship
of Occlusal Schemes with the Occurrence of. (Arief Pramono)
Mengunyah : proses pencernaan mekanik yang di mana makanan di hancurkan
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil yang terpajan oleh kelenjar saliva yang di
bantu oleh lidah, gigi dan otot-otot pengunyahan lainnya. (Agguna)
Pengunyahan : proses awal pencernaan, dimana makanan dihancurkan menjadi
partikel

kecil (bolus) di dalam lidah yang akan menstimulus pergerakan

mandibula. (Anggi)
Pengunyahan : proses menghancurkan makanan di dalam mulut dibantu dengan
saliva yang dihasilkan oleh kelenjar saliva sehingga merubah ukuran dan
konsistensi makanan yang akhirnya membentuk bolus yang mudah ditelan. (Ririn)
Mastikasi : merupakan langkah pertama dalam proses pencernaan dimana terdapat
motilitas mulut yang melibatkan irisan, perobekan, penggilingan, dan pencampuran
makanan oleh gigi. (Tri Utari)

Mastikasi : merupakan proses pemotongan dan penggilingan makanan dilakukan


secara mekanik oleh gigi kemudian bercampur dengan saliva sebelum ditelan. (Tri
Utari)
Mastikasi : merupakan proses yang secara mekanik akan memecah makanan
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan mencampurkannya dengan saliva.
2. Fungsi mastikasi :
-

Menggiling dan memecah makan menjadi potongan yang lebih kecil untuk
memudahkan proses penelanan.

Mencampur makanan dengan saliva


Saliva, pada manusia normal sekresi saliva permenit dapat sebanyak 1ml dan
sekresi saliva yang di sekresi dpt mencapai 1liter-1,5 liter dalam 24 jam . Untuk
pengunyahan sendiri dapat di lakukan sebanyak 32 kali sekali mengunyah
makanan.
Komposisi saliva :
Terutama di sekresi serosa :98% air dan mengandung enzim amilase .serta
berbagai ion (natrium,klorida,bikarbonat, dan kalium).
Sekresi mukus yang lebih kental dan lebih sedikit mengandung glikoprotein
(musin) ion dan air.

Merangsang papila pengecap

Mempercepat pencernaan makanan (Agguna & Ririn)

Menggiling dan memecah makanan menjadi potongan yang lebih kecil untuk
mempermudah proses menelan.

Mencampur makanan dengan saliva.

Merangsang papila pengencap yang secara refleks memicu sekresi saliva,


lambung, pankreas, dan empedu untuk mempersiapkan proses berikutnya.
(guyton dan hall, 2008) menambahkan, pengunyahan mempercepat pencernaan
makanan karena enzim-enzim pencernaan hanya bekerja pada permukaan
partikel makanan, memudahkan pengosongan makanan dari lambung ke usus
halus lalu ke semua segmen usus berikutnya. (Nahdlia)

Fungsi pengunyahan

memotong dan menggiling makanan, membantu

mencerna sellulosa, memperluas permukaan, merangsang sekresi saliva,

mencampur makanan dengan saliva, melindungi mukosa, dan mempengaruhi


pertumbuhan tulang rahang. (Zulfa)
-

Meningkatkan luas permukaan makaanan yang akan terkena enzim.


Membantu mencerna selulosa.
Merangsang sekresi saliva.
Mencampur makanan dengan saliva.
Melindungi mukosa (mencegah ekskoriaso dinding saluran pencernaan).
Mempengaruhi perumbuhan jaringan mulut.
Memudahkan pengabsorbsian di gastrointestinal. (Tri Utari)

3. Anatomi sistem mastikasi :


a. Struktur tulang

Tulang

Tulang
Mandibula

Tulang
Temporalis

Tulang
Maksilaris

1) Tulang Mandibula
Tulang mandibula atau rahang bawah merupakan tulang wajah yang
terbesar dan terkuat, bersendi dengan 2 tulang temporal serta menampung
gigi bawah. Tulang mandibula berbentuk seperti tapal kuda yang terdiri dari
korpus mandibula yang horizontal dan 2 ramus mandibula.
Pada orang dewasa korpus mandibula mempunyai processus alveolaris
yang mengelilingi akar gigi geligi bawah serta menyaggah gigi ini. Juga
terdapat linea oblique dimana melekat m. Depressor labii dan m. Depressor
anguli oris. Dan foramen mentalis (tempat keluar n. Mentalis) serta
protuberantia mentalis (ujung dagu).
Berikut merupakan beberapa processus yang dimiliki ramus mandibula
pada tepi superiornya, yaitu :

Processus coronoideus : terletak di bagian anterior, berperan sebagai tempat


insersi m. Temporalis yang kuat, processus ini terletak di sebelah dalam
arcus zygomaticus. Processus ini sebagai tempat perlekatan otot sehingga

mandibula dapat bergerak dalam bidang vertikal dan memberikan daya


pengunyahan.

Processus condylaris : terletak di bagian posterior, processus ini mempunyai


kaput yang tertutup tulang rawan serta bersendi melalui fossa mandibularis
dan tuberculum articulare dari tulang temporal menjadi bagian sendi
temporo mandibular, bagian kolumnya akan menyangga bagian kaput dan
pada permukaan dalamnya dibawah permukaan sendi terdapat lekukan kecil
fovea pterygoidea berperan sebagai tempat insersio m. pterigoideus lateralis.
Diantara kedua prosesus ini terdapat insisura mandibulae, insisura ini
tertutup oleh m. masseter dan dilewati oleh saraf serta pembuluh darah.
Angulus mandibularis adalah bagian yang membentuk sudut antara corpus
mandibula dan ramus mandibula, terdapat tuberositas masseterica sebagai
tempat insersio m. masseter dan tuberositas pterygoidea untuk insersio m.
pterygoideus medialis.

Processus alveolaris : lengkung sebagai tempat melekatnya gigi geligi pada


RB.

2) Tulang Temporalis
Tulang temporal termasuk bagian neurokranium dari tulang tengkorak,
tulang ini lebih tampak pada sisi lateral. Dua garis menonjol terbentuk pada
permukaan lateral tulang frontal dan tulang parietal garis-garis ini adalah
linea temporalis superior dan linea temporalis inferior. Garis-garis ini
menandai batas superior fosa temporalis pada permukaan lateral tengkorak.
Linea tempporalis superior adalah tempat lekat bagian tulang bagi fasia
temporalis dan linea tamporalis inferior adalah tempat insersio m.
temporalis. Pterion adalah tempat persendian yang berbentuk huruf H untuk
keempat tulang yang membentuk bagian anterolateral fosa temporalis.
Tulang-tulang parietal, frontal, ala magna tulang sfenoid dan bagian
skuamosa tulang temporal membentuk tepi-tepi pterion ini adalah tanda
permukaan luar bagi letak intrakranial arteri meningea medial. Bagian
skuamosa tulang temporal membentuk daerah tengah fosa temporalis. Tepi
inferior bagian skuamosa tulang temporal berisi fosa mandibularis sendi
temporomandibular dan inferiornya terdapat tuberkulum artikulare. Meatus
akustikus

(auditorius)

eksternus

terletak

posterior

terhadap

fosa

mandibularis dan anterior terhadap prosesus mastoideus tulang temporal. Ke

arah inferior, liang telinga luar pada tulang temporal disempurnakan oleh
lempeng timpani. Meatus akustikus eksternus terproyeksi kearah medial,
kedalam bagian petrosal tulang temporal. Meatus akustikus eksternus ini
terpisah dari telinga tengah oleh membrane timpani (gendang telinga).
3) Tulang Maksilaris
Terdiri dari beberapa processus :

Processus zygomatic : penghubung maksila dengan nasalis anterios dan


tulang lakrimal posterios.

Processus frontalis : penghubung maksila dan tulang zygomaticus.

Processus alveolaris : lengkung sebagai tempat melekatnta gigi geligi di RA.

Processus palatine-maxilla : akan membentul palatum keras (palatum


durum).
(Tri Utari)

b. Anatomi sendi temporomandibula


Sendi rahang atau Temporomandibular Joint (TMJ) belum banyak dikenal
orang awam, padahal bila sendi ini terganggu dapat memberi dampak yang cukup
besar terhadap kualitas hidup (Pedersen, 1996).
TMJ adalah sendi yang kompleks, yang dapat melakukan gerakan meluncur
dan rotasi pada saat mandibula berfungsi. Mekanismenya unik karena sendi kiri dan
kanan harus bergerak secara sinkron pada saat berfungsi. Tidak seperti sendi pada
bagian tubuh lain seperti bahu, tangan atau kaki yang dapat berfungsi sendirisendiri. Gerakan yang terjadi secara simultan ini dapat terjadi bila otot-otot yang
mengendalikannya dalam keadaan sehat dan berfungsi dengan baik (Pedersen,
1996).
Istilah Temporomandibular Disorders (TMD) diusulkan oleh Bell pada
tahun 1982, yang dapat diterima oleh banyak pakar. Gangguan sendi rahang atau
TMD adalah sekumpulan gejala klinik yang melibatkan otot pengunyahan, sendi
rahang, atau keduanya (Pedersen, 1996).
Prosesus kondiloideus
Kondiloideus mandibula adalah bagian yang menonjol dari mandibula yang
meluas ke arah superior dan posterior, berbentuk cembung dengan panjang 20mm
medio-lateralis dan 8-10mm ketebalan anterior-porterior.

Permukaan artikulasi tulang temporal terdiri dari dua bagian yaitu fosa
artikularis dan eminensia artikularis. Fosa artikularis cekung dalam arah anteroposterior medio-lateral. Eminensia artikularis membentuk batas anterior dari fosa
mandibularis yang meluas ke posterior dan dibatasi oleh linggir meatus akustikus
eksternus.
Meniskus berbentuk oval yang membagi sendi menjadi dua bagian yang
terpisah, yaitu bagian atas antara meniskus dan permukaan artikularis tulang
temporal dan bagian bawah di antara meniskus dan permukaan kondiloideus.
Bentuk permukaan atasnya cekung-cembung dari depan ke belakang yang
beradaptasi dengan permukaan artikulasi tulang temporal sedangkan bentuk
permukaan bawahnya cekung yang beradaptasi dengan kondiloideus 1. Prosesus
kondiloideus 2. Ligamen Sendi Temporomandibula 3. Suplai Darah pada Sendi
Temporomandibula 4. Persarafan pada Sendi Temporomandibula mandibula. Di
bagian depan dan belakang tebal sedangkan tipis di antara ke dua penebalan ini.
Ligamen kapsular melekat ke sekeliling meniskus ini, tendon muskulus
pterigoideus eksternus, muskulus maseter dan muskulus temporalis melekat ke
pinggir depan dari meniskus ini melalui ligamen kapsular.
Meniskus ini terbentuk dari kolagen avaskuler yang berfungsi untuk
menstabilisasi kondilus terhadap permukaan artikularis tulang temporal. Fungsi
lapisan lemak yang terdapat di muskulus pterigoideus lateralis adalah untuk
memungkinkan terjadinya gerakan rotasi pada saat membuka mulut. Daerah ini
mengandung pleksus vena sehingga didapati jaringan lunak yang fleksibel.
Kapsul sendi di sebelah luar membentuk ligamen kapsular yang terdiri dari
jaringan ikat berserat putih yang melekat ke atas pada bagian pinggir fosa
artikularis dan tuberkulum artikularis, melekat ke bawah kolum mandibula. Kapsul
ini diperkuat oleh ligamen temporomandibula di sebelah lateral sedangkan bagian
depan diperkuat oleh muskulus pterigoideus. (Bagus)
Secara fungsional TMJ merupakan gabungan 2 sendi, yaitu sendi antara
diskus artikularis dan kaput mandibula serta diskus articularis dan fossa
mandibularis. Waktu membuka mulut secara aktif selalu melibatkan gerak putar
(rotary movement) pada bagian bawah sendi dan gerak geser (sliding movement) ke
anterior pada bagian ataa sendi. Gerak geser tersebut terutama dilakukan oleh m.

Pterygoideus lateralis. Di samping gerak membuka mulut gerak ke lateral (grinding


movement) dapat terjadi.

Kondilus mandibulae
Ujung yang membulat dari kondilus mandibulae terpasang dalam
cekungan pada basis cranii yang disebut fossa artikularis.

Fossa dan eminensia artikularis


Fossa artikularis merupakan bagian yang nonfungsional, karena
apabila gigi pada oklusi yang rapat tidak ada kontak bertekanan antara caput
kondilus dan bagian konkaf dari fossa artikularis. Regio fungsional dari
setiap kondilus dan eminensia dilandasi oleh lapisan tebal jaringan ikat
fibrous. Jaringan fibrus ini tebal pada permukaan dimana fungsi terjadi
diantara permukaan superior dan anterior kondilus dan permukaan
eminensia artikularis. Kontak ini merupakan kontak tidak langsung karena
discus artikularis normalnya terletak diantara 2 elemen tulang yang
fungsional.

Discus articularis
Diskus adalah bantalan jaringan ikat fibrous yang berperan sebagai
shock absorber antara kondilus mandibulae, fossa artikularis, dan eminensia
artikularis. Ia menstabilkan kondilus dengan mengisi ruangan antara kontur
kondilus yang berbeda, fossa artikularis, dan eminensia artikularis. Discus
juga berperan sebagai bantalan antara tulang pada titik kontak (absorber).
Diskus artikularis membagi ruangan antara caput kondilus dengan fossa
artikularis menjadi ruang sendi atas dan bawah.

Capsula fibrus
Capsula fibrus mengitari sendi dan membatasi gerakannya.
Permukaan internal capsula fibrus dilapisi membran sinovial yang
mensekresi cairan sinovial yang licin, yang melumasi dan membasahi
jaringan fibrus yang menutupi facies articularis dan bagian tengah diskus
yang tidak mempunyai suplai darah. (Tri Utari)

Ligamen-Ligamen TMJ
Ligamen temporomandibula lebih luas di bagian atasnya dari pada di bagian
bawahnya. Perlekatannya ke permukaan lateralis dari arkus zigomatikus dan ke
tuberkulum artikularis pada bagian atas. Di bagian bawah melekat ke kolum

mandibula. Ligamen ini berhubungan dengan kelenjar parotis dan kulit di sebelah
lateral, sedangkan di sebelah medial dengan ligamen kapsular. (Bagus)
Ligamen sphenomandibula bentuknya tipis dan pipih, melekat ke spina
angularis os sphenoidalis pada bagian atas, melekat di bagian bawah sebelah
lingual dari foramen mandibula. Ligamen ini berhubungan dengan muskulus
pterigoideus eksternus di bagian atas, di bagian bawah dengan arteri dan vena
alveolaris inferior, lobus kelenjar parotis dan ramus mandibula. Di sebelah medial
berhubungan dengan muskulus pterigoideus internus. (Bagus)
Ligamen sfenomandibularis, ligamen asesori, berasal dari spina sfenoid
melekat pada lingula mandibula pada foramen mandibula, ligamen ini fungsinya
sebagai suspensi waktu membuka mulut lebar setelah membuka mulut, sedang
ligamen temporo mandibular lemas dan ligamen sfenomandibular menjadi tegang.
Otot pterigoideus medial berhubungan dengan permukaan dari ligamen
sfenomandibular media yang terbentang dari spina os sfenoidalis menuju lingula
mandibula berfungsi sama seperti ligamen stilomandibularis. (Tri Utari)
Ligamen stylomandibula bentuknya bulat dan panjang. Ligamen ini melekat
ke prosesus stiloideus os temporalis di bagian atas. Di bagian bawah melekat ke
angulus mandibula dan margo posterior dari ramus mandibula. Ligamen ini
berhubungan dengan muskulus maseter dan kelenjar parotis pada bagian lateral. Di
bagian

medial

dengan

muskulus

pterigoideus

internus

dan

kelenjar

submandibularis. (Bagus)
Ligamen stilomandibular juga dianggap ligamen asesori, ligamen ini
berjalan dari prosesus stiloid tulang temporal ke bagian atas dari ramus mandibula
dan memisahkan otot maseter dan pterigoideus lateral yang fungsinya untuk
menghentikan gerak mandibula waktu membuka mulut secara berlebih. (Tri Utari)
Ligamen kapsular (articular capsular), terikat pada sekeliling fosa
mandibula dan tuberkula artikularis superior dari leher kondilus mandibula inferior,
adalah jaringan konektif berserat, longgar dan tipis. Kapsul bagian anterior,
superior, longgar pada rongga bagian inferior antara kepala dan diskus sangat
tegang, jika kondilus bergerak maju diskus mengikuti. (Tri Utari)
Ligamen temporo mandibular lateral merupakan penebalan dari kapsul
sendi, terbentang dari arkus zigomatikus sampai ke prosesus kondilaris ke arah
bawah kaput mandibular. Ligamen ini menahan gerakan rahang bawah dan
mencegah terjadinya kompresi jaringan di belakang prosesus kondilaris.

Ligamen mandibular-malleolar, struktur ligamen ini menghubungkan leher


dan prosesus anterior dari malleus ke bagian medioposterior kapsul sendi, diskus
dan ligamen sfenomandibular.
c. Suplai Darah pada Sendi Temporomandibula
Di belakang meniskus ada suatu kelompok jaringan ikat longgar yang
banyak berisi pembuluh darah dan saraf. Suplai darah yang utama pada sendi ini
oleh arteri maksilaris interna terutama melalui cabang aurikular. Arteri maksilaris
merupakan abang terminal dari arteri karotis eksterna yang mensuplai struktur di
bagian dalam wajah dan sebagian wajah luar. Awalnya berada di kelenjar parotis,
berjalan ke depan di antara ramus mandibula dengan ligamen sphenomandibula,
kemudian ke sebelah dalam dari muskulus pterigoideus eksternus menuju fosa
pterigoideus.
Arteri ini terbagi atas 3 bagian yaitu: Pars mandibularis yang berjalan mulai
dari bagian belakang kolum mandibula sampai ke fosa infratemporalis, Pars
pterigoideus yang berada di dalam fosa infratemporalis, Pars pterygopalatinus
yang berada di dalam fosa pterigopalatina. Daerah sentral meniskus, lapisan fibrous
dan fibrokartilago umumnya tidak memiliki suplai darah sehingga metabolismenya
tergantung pada difusi tulang yang terletak di dalam dan cairan sinovial. (Bagus)
d. Persarafan pada Sendi Temporomandibula
Persarafan sensorik pada sendi temporomandibula yang terpenting
dilakukan oleh nervus aurikulotemporal yang merupakan cabang pertama posterior
dari nervus mandibularis. Saraf lain yang berperan adalah nervus maseterikus dan
nervus temporal. Nervus maseterikus bercabang lagi di depan kapsul dan meniskus.
Nervus aurikulotemporal dan nervus maseterikus merupakan serabut-serabut
proprioseptif dari impuls sakit nervus temporal anterior dan posterior melewati
bagian lateral muskulus pterigoideus, yang selanjutnya masuk ke permukaan dari
muskulus temporalis, saluran spinal dari nervus trigeminus. Permukaan fibrous
artikular, fibrokartilago, daerah sentral meniskus dan membran sinovial tidak ada
persarafannya. (Bagus)
Saraf kranial yang terlibat dengan TMJ yaitu:
1) Cabang sarafnya berasal dari segmen C1-C3.

2) Nervus trigeminus (N. V) ini adalah saraf otak yang terbesar, merupakan saraf
sensorik yang melayani sebagian besar kulit kepala dan wajah juga melayani
selaput lendir mulut, hidung, sinus paranasalis serta gigi dengan perantaraan sebuah
cabang motorik kecil, mensarafi otot-otot pengunyah. N. trigeminus terbagi
menjadi tiga cabang utama yaitu: n. oftalmikus, maksilaris dan mandibularis yang
berfungsi menampung sensibilitas dari berbagai daerah wajah, mulut, gigi dan
sebagian tengkorak juga menyediakan serabut-serabut sensorik pengecap. Cabang
yang ke mandibula bercabang menjadi nervus aurikulotemporalis yang berjalan
disisi medial kaput kondilus mandibula dan mengirimkan cabang sensoriknya ke
sendi temporomandibularis. Nervus aurikulotemporalis adalah sensorik untuk nyeri
dan sensasi umum pada bagian atas wajah.
3) Nervus fasialis (N. VII), saraf ini terutama untuk otot-otot mimik (wajah) dan kulit
kepala. Saraf fasialis juga merupakan saraf sensorik yang menghantarkan saraf
pengecap dari lidah.
4) Nervus hipoglosus (N. XII), saraf ini memberikan cabang motorik ke m.
geniohioideus
5) Nervus glosopharingeus (N IX), saraf ini mengandung serabut motorik dan
sensorik, serabut motorik menuju salah satu otot faring sementara sekreto motorik
menuju kelenjar parotis dan saraf sensorik menuju ke otot lidah. (Tri Utari)

Sistem saraf tepi baik yang bersifat sensoris maupun motoris tergabung
dalam Nervus Cranialis dan Nervus spinalis.

Nervus

olfactorius

olfactorius

pada

(I) : merupakan

saraf

sensoris

dan epitel

dinding vomeronasal menuju encephalon (bulbus

olfactorius).
Nervus opticus (II) : merupakan saraf pembawa impuls dan reseptor

pada ganglion Sedalam retina menuju encephalon.


Nervus occulomotorius (III)
Nervus trochlearis
(IV) : merupakan
sederetan

menginervasi otot
Nervus abdusceus (VI) mata.
Nervus trigeminus (V): merupakan saraf bercabang 3 yaitu dan bola
mata, mandibula dan maxilla.

saraf

yang

Nervus

fascialis

(VII): merupakan

saraf somato

sensoris

yang

berhubungan dengan daerah ku!it, saraf viseromotor ke semua otot dan

saraf viseromotor visero sensoris dan mulut dan kuncup pengecap.


Nervus statoacustic atau vestibulo cochlear dan auditovius (VIII):
merupakan saraf yang berhubungan dengan telinga dalam sebagai indra

pendengar dan keseimbangan.


Nervus glassopharyngeus (IX): merupakan saraf yang membawa dan

pharynx dari lidah.


Nervus vagus (X): merupakan saraf pengembara,

mulut dan organ viscera.


Nervus acessorius (XI): merupakan saraf dari larynx, pharynx

dan jantung.
Nervus hypoglossus (XII): merupakan saraf menuju otot
lidah.

terutama daerah

e. Otot-otot yang berperan di Temporo Mandibulae Joint (Mastikasi)


Pada dasarnya otot pengunyahan di kelompokkan menjadi otot elevator dan
otot depressor. Otot yang mengangkat mandibula adalah masseter, pterygoideus
medialis, dan beberapa dari otot temporal. Gerakan elevasi mandibula disebabkan
oleh adanya kontraksi otot masseter, otot temporalis dan otot pterigoideus
medialis, sedangkan otot pterigoideus lateralis dalam keadaan relaksasi. Saat
rahang sedang tertutup perlahan, otot temporalis dan otot masseter juga
berkontraksi membantu gigi geligi saling berkontak pada oklusi normal. (carranza,
2012)
Persarafan motorik dan sensorik dari TMJ dan sistem mastikasi yang lain
dilayani oleh struktur persarafan trigeminal. Persarafan pada kedua ligamen
kapsul dan ligamen diskus menerima stimula proprioseptif yang berkaitan dengan
letak persendian. Neuron eferen atau motorik menyebabkan kontraksi otot ketika
merespon stimuli dari kortikal pusat dan mersppon stimuli afferen pada aktivitas
refleks (carranza, 2012). (Nahdlia)

M. Masseter

M. Pterygoideus Externa et Interna

M. Mylohyoid

M. Temporalis

M. Geniohyoid

M. Digastricus Venter anterior et posterior (Pedersen, 1996). (Bagus)

Fungsi semua otot servikal bagian atas perlu dipahami karena dampaknya
pada fungsi dan disfungsi dari TMJ. Gerakan mandibula adalah akibat gerakan dari
otot servikal dan rahang, otot servikal menstabilkan kepala sehingga meningkatkan
efisiensi gerakan mandibular. Tiga otot utama yang menutup mandibula termasuk
bagian dari otot-otot pengunyah adalah m.maseter, m.temporalis, m.pterigoideus
medial dan lateral pterigoideus.
1) M. Masseter
Berasal dari arkus zigomatikus dan berinsertio pada tuberositas masseterica
pada angulus mandibula. Otot ini dibagi atas pars superfisialis dengan serabutserabut ototnya berjalan serong dan pars profunda yang serabut-serabut ototnya
berjalan vertikal berasal dari permukaan dalam processus zigomatikus os

temporalis dan dari fasia temporalis. M. masseter merupakan otot yang kuat,
berfungsi untuk menutup rahang dengan cara mengangkat mandibula. Otot ini
mendapat persarafan dari n. masseterikus. (Tri Utari)

Origin: zygomatic arch.


Insertion: lateral surface of ramus, coronoid process & angle of mandible.
Function: power with vertical elevation of the mandible; deep portion stabilizes the
condyle in protrusive closure. (Desta)
2) M. Temporalis
Otot ini berbentuk seperti kipas berasal dari fosa temporalis dan dari fasia
temporalis, berinsersi pada prosesus koronoideus os mandibula, insertio otot ini
juga membentang kebawah sisi inferior dan anterior ramus mandibula. M.
temporalis berfungsi sebagai otot pengangkat rahang bawah yang paling kuat.
Persarafan otot ini dari N.temporalis ramus profundus.

Origin: temporal fossa & temporal fascia.


Insertion: coronoid process & anterior of ramus.

Function: Elevation and positioning of the mandible. (Desta)


3) M. pterigoideus lateralis
Terdiri dari dua bagian, bagian pertama berasal dari permukaan lateral lamina
pterigoideus lateralis prosesus pterigoideus, berinsersio ke dalam fovea
pterigoidea dan bagian kedua berasal dari permukaan infratemporalis dan krista
infratemporalis ala major os sfenoidalis membentang ke diskus artikularis. Otot
ini merupakan otot pengarah sendi temporomandibularis dan terlibat dalam semua
gerakan mandibula dan otot ini secara khusus penting dalam kasus disfungsi
diskus TMJ dan otot yang paling sering terlibat. Persarafannya oleh n.
Pterigoideus lateralis. (Tri Utari)
4) M. pterigoideus medialis
Berasal dari fosa pterigoidea membentang ke angulus mandibula dan
berinsersio pada tuberositas pterigoidea membentuk sudut terhadap m.
pterigoideus lateralis.Otot ini berfungsi mengangkat mandibula dan juga
mendorong ke depan serta berperan pada pergeseran ke lateral dari rahang bawah
dan ambil bagian dalam gerakan rotasi. Mendapat persarafan dari n. pterigoideus
medialis.

Origin: medial surface of lateral pterygoid plate, pyramidal process of palatine bone
& Mx tuberosity
Insertion: medial surface of ramus & angle of mandible
Function: elevation of the mandible, protrusion of the mandible and lateral movement
of the mandible with unilateral activation. (Desta)

5) Otot digastrik
Terdiri dari otot anterior, posterior belly dan tendon yang kuat, anterior belly
muncul dari batas bawah mandibula. Posterior belly muncul dari prosesus
mastoideus tulang temporal, keduanya turun kearah tulang hioid dan bersatu
dengan tendon. Fungsi otot digastrik adalah menarik mandibula kebelakang dan
turun yang dibantu otot suprahioid memainkan gerakan penting dalam membuka
mandibula. (Tri Utari)
6) Otot stiloid
Berasal dari prosesus stiloid tulang temporal menyisip pada tulang hioid.
Fungsi otot ini membantu membuka rahang dan menarik tulang hioid keatas dan
ke belakang. (Tri Utari)
7) Otot geniohioid
Otot ini sempit, melebar kearah posterior dari pada anterior terletak
bersebelahan dengan garis dasar mulut dan diatas otot milohioid, ia berasal dari
simphisis mandibula masuk kepermukaan depan tulang hioid. Fungsi otot ini
menarik mandibula keatas dan kebelakang. (Tri Utari)
8) Otot milohioid
Otot milohyoid adalah otot yang muncul dari seluruh permukaan mandibula
dari simfisis keakhir gigi molar yang merupakan dasar mulut juga membantu
menekan mandibula. (Tri Utari)
9) Otot infrahioid (sternohioid,tirohioid dan omohioid)
Otot ini bertugas memastikan tulang hioid menekan, jadi memungkinkan otot
suprahioid bergerak pada mandibula. Dari otot ekstrinsik mastikasi hanya otot
digastrik dan geniohioid menekan tarikan langsung pada mandibula, menariknya
kearah posterior dan inferior. (Tri utari)
f. Lidah
Lidah secara umum dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
1) Corpus linguae
Merupakan lidah bagian depan atau 2/3 anterior. Bagian ini merupakan
bagian yang selalu terlihat ketika dilakukan pemeriksaan intraoral pada lidah.
2) Radix linguae
1/3 posterior adalah basis lidah/radix linguae, sulit terlihat ketika dilakukan
pemeriksaan karena sangat di belakang.
Berikut ini merupakan struktur anatomis lidah (lingua) :
1) Dorsum linguae

Dorsum linguae adalah organ utama pengecapan dan untuk mengunyah,


berbicara, dan menelan. Dosum linguae ditutupi oleh bermacam-macam
papila/tonjolan berwarna merah kelabu dan kasar :

Papilla filiformis
Papilla yang berbentuk seperti rambut halus yang jumlahnya banyak,
menutupi 2/3 anterior permukaan dorsal lidah.

Papilla fungiformis
Papilla yang lebih jarang menyebar, pendek, bentuk bulat, dan
berwarna merah. Papilla fungiformis disebut demikian karena berbentuk
jamur. Papilla fungiformis terkonsentrasi di dekat ujung lidah.

Papilla circumvallata
Papilla yang terletak pada tempat pertemuan 2/3 anterior dan 1/3
posterior. Papilla berbentuk jamur pipih, menonjol, berjumlah 8-12 buah,
berderet-deret membentuk huruf V pada dorsum linguae di dekat 1/3 posterior
lidah dan berisi indera pengecap.

Papilla Foliata
Papilla yang terletak pada permukaan lateral lidah. Bentuknya seperti
daun.
Pada dorsum lidah ini juga terdapat beberapa struktur anatomis lain, yaitu:

Sulcus terminalis
Merupakan alur yang dangkal terletak posterior dari papilla
circumvallata dan ia memisahkan corpus linguae dan radix linguae.

Foramen caecum
Merupakan muara berbentuk bulat kecil di pusat sulcus terminalis tepat
posterior dari papilla circumvallata.

2) Ventral linguae
Ventral atau permukaan bawah lidah yang mengkilat dan pembuluh darahnya
terlihat. Berikut ini merupakan struktur anatomis dari permukaan ventral lidah :

Frenulum lingualis, lembaran tipis jaringan pada garis tengah yang melekatkan
permukaan bawah lidah ke lantai dasar mulut.

Plica fimbriata, membran mukosa yang haluspada setiap sisi frenulum lingalis
di permukaan ventral lidah.

3) Otot-otot lidah

Dibagi menjadi :

Intrinsik, berfungsi untuk melakukan semua gerakan lidah.


a) M. Longitudinalis superior/superficialis
Fungsi : retraksi dan melebarkan lidah, mengangkat ujung lidah,
menurunkan ujung lidah, apex lingua.
b) M. Longitudinalis inferior/profunda
Fungsi : retraksi dan melebarkan lidah, mengangkat ujung lidah,
menurunkan ujung lidah, apex lingua.
c) M. Transversus linguae
Fungsi : untuk menyempitkan lidah, memanjangkan lidah bersamasama dengan musculus verticalis lingua.
d) M. Verticalis lingua
Fungsi : untuk melebarkan lidah.

Ekstrinsik, merupakan serat otot yang menghubungkan lidah dengan


bagian sekitarnya.
a) M. Genioglossus
Fungsi :mendorong lidah ke anterior, bawah dan gerakan ujung lidah.
b) M. Hyoglossus
Fungsi : menarik balik lidah dan menurunkan punggung lidah dan
dasarnya, menekan lidah.
c) M. Styloglossus
Fungsi : menarik lingua ke belakang dan mengangkatnya untuk
membentuk alur guna menelan.
d) M. Palatoglossus
Fungsi : mengangkat bagian posterior lingua. (Tri Utari & Ririn)

Otot intrinsik
a) Grup Superior Longitudinal : fungsinya melengkungkan ujung lidah ke
atas
b) Grup Inferior Longitudinal : fungsi membengkokan ujung lidah ke

bawah
c) Grup Transverse : fungsi mempersempit dan memperpanjang lidah
d) Grup Vertical : fungsi Mendatarkan dan melebarkan lidah
Otot ekstrinsik
a) M.Hyoglossus : untuk depresi lidah
b) M.Styloglossus : untuk menarik lidah ke belakang dan ke atas

c) M.Palatoglossus : untuk mengelevasi bagian posterior lidah dan


mempersempit oropharyngeal isthmus untuk penelanan
d) M.Genioglossus : untuk membantu proses protusi, retrusi, atau depresi
dari lidah. (Anggi)
g. Glandula Salivarius
1) Kelenjar Saliva Mayor
Kelenjar saliva ini merupakan kelenjar saliva terbanyak dan ditemui
berpasang-pasangan yang terletak di ekstraoral dan memiliki duktus yang
sangat panjang. Kelenjar-kelenjar saliva mayor terletak agak jauh dari rongga
mulut dan sekretnya disalurkan melalui duktusnya kedalam rongga
mulut.Menurut struktur anatomi dan letaknya, kelenjar saliva mayor dapat
dibagi atastiga tipe yaitu parotis, submandibularis dan sublingualis. Masingmasing kelenjar mayor ini menghasilkan sekret yang berbeda-beda sesuai
rangsangan yang diterimanya. Saliva pada manusia terdiri atas sekresi kelenjar
parotis (25%), submandibularis (70%), dan sublingualis (5%).
a) Kelenjar Parotis
Anatomi:

Kelenjar ini merupakan kelenjar terbesar dibandingkan kelenjar saliva

lainnya.
Letak kelenjar berpasangan ini tepat di bagian bawah telinga
terletak antara prosessus mastoideus dan ramus mandibula. Kelenjar
inimeluas

ke

lengkung

zygomatikum

di

depan

telinga

dan

mencapaidasar dari muskulus masseter.


Kelenjar parotis memiliki suatu duktus utama yang dikenal

denganduktus Stensen
Duktus ini berjalan menembus pipi dan bermuara pada vestibulus oris

pada lipatan antara mukosa pipi dan gusi dihadapkan molar dua atas.
Kelenjar ini terbungkus oleh suatu kapsul yang sangat fibrous dan
memiliki beberapa bagian seperti arteri temporal superfisialis, vena
retromandibular dan nervus fasialis yang menembus dan melalui

kelenjar ini. (Tri Utari)


Kelenjar parotis adalah kelenjar-liur yang terbesar. Ia dikelilingi oleh
ramus mandibula dan menyekresikan air liur melalui Duktus Stensen
menuju kavum oral untuk membantu mengunyah dan menelan. (Desta)

b) Kelenjar Submandibularis
Anatomi:

Kelenjar ini merupakan kelenjar yang berbentuk seperti kacang dan

memiliki kapsul dengan batas yang jelas.


Di dalam kelenjar ini terdapat arteri fasialis yang melekat erat

dengankelenjar ini.
Kelenjar ini teletak di dasar mulut di bawah ramus mandibula dan
meluas ke sisi leher melalui bagian tepi bawah mandibula dan

terletak di permukaan muskulus mylohyoid.


Pada proses sekresi kelenjar ini memiliki duktus Wharton yang

bermuara di ujung lidah. (Tri Utari)


Kelenjar Submandibula adalah sepasang kelenjar yang terletak di
rahang bawah, di atas otot digatrik. Produksi sekresinya adalah
campuran serous dan mukous dan masuk ke mulut melalui duktus
Wharton. Walaupun lebih kecil daripada kelenjar parotis, sekitar 70%
saliva di kavum oral diproduksi oleh kelenjar ini. (Desta)

c) Kelenjar Sublingual
Anatomi:

Kelenjar

ini

terletak

antara

dasar

mulut

dan

muskulus

mylohyoidmerupakan suatu kelenjar kecil diantara kelenjar-kelenjar

mayorlainnya.b.
Duktus utama yang membantu sekresi disebut duktus Bhartolinyang
terletak berdekatan dengan duktus mandibular dan duktus Rivinus

yang berjumlah 8-20 buah.


Kelenjar ini tidak memiliki kapsul yang dapat melindunginya. (Tri

Utari)
Kelenjar Sublingua adalah sepasang kelenjar yang terletak di bawah
lidah di dekat kelenjar submandibula. Sekitar 5% air liur yang masuk

ke kavum oral keluar dari kelenjar ini. (Desta)


2) Kelenjar Saliva Minor
a) Kelenjar lingualis
b) Kelenjar bucalis
c) Kelenjar Labialis
d) Kelenjar palatinal (Tri Utari)

Terdapat lebih dari 600 kelenjar liur minor yang terletak di kavum oral
di dalam lamina propria mukosa oral. Diameternya 1-2mm. Kelenjar ini
biasanya merupakan sejumlah asinus yang terhubung dalam lobulus kecil.
Kelenjar liur minor mungkin mempunyai saluran ekskresi bersama dengan
kelenjar minor yang lain, atau mungkin juga mempunyai saluran sendiri.
Secara alami, sekresi utamanya adalah mukous (kecuali Kelenjar Von Ebner)
dan mempunyai banyak fungsi, seperti membasahi kavum oral dengan saliva.
Masalah gigi biasanya berhubungan dengan kelenjar liur minor.
Kelenjar Von Ebner terletak di papilla sirkumvalata lidah. Kelenjar ini
mensekresikan cairan serous yang memulai hidrolisis lipid. Kelenjar ini adalah
komponen esensial indra perasa. (Desta)

h. Gigi
Berikut ini merupakan jenis gigi :
1) Incisivus: memotong makanan
2) Kaninus : menyobek makanan
3) Permolar menggiling makanan
4) Molar : menghaluskan makanan
Gigi terdiri dari jaringan periodontal yang berfungsi menahan dampak tekanan
oklusal ( shock absorption) :
1) Gusi
2) Ligamen periodontal
3) Sementum
4) Tulang alveolar (Ririn)
4. Fisiologi Pengunyahan
Kebanyakan proses mengunyah disebabkan oleh suatu refleks mengunyah :
a. Adanya bolus makanan di dalam mulut pada awalnya menimbulkan
penghambatan refleks otot untuk mengunyah.
b. Menyebabkan rahang bawah turun ke bawah.
c. Penurunan ini kemudian menimbulkan rebound kontraksi.

d. Secara otomatis mengangkat rahang bawah yang menimbulkan pengatupan gigi,


tetapi juga menekan bolus melawan dinding mulut, yang menghambat otot rahang
bawah sekali lagi, menyebabkan rahang bawah turun dan kembali rebound pada
saat yang lain dan ini terjadi berulang-ulang.
5. Patofisiologi gangguang pengunyahan :
Gangguan TMJ yang umum ditemukan secara klinis adalah sindrom disfungsi
TMJ, juga disebut sebagai sindrom disfungsi sakit pada mandibular, artrosis
mandibular, artrosis TMJ dan sindrom sakit myofasia.
Sindrom disfungsi TMJ bukanlah penyakit penuaan, umumnya terjadi pada
pasien usia antara 20 tahun dan 40 tahun, paling sering ditemukan pada wanita. Fase
awal gejalanya terkait dengan adanya bunyi klik (clicking), subluksasi dan dislokasi
berulang.
Penyebabnya banyak, kemungkinan karena faktor degeneratif yang diikuti
pembentukan jaringan fibrous pada sendi, diskus dan kepala kondilus. Awalnya
dijumpai penipisan rawan sendi terutama pada kondilus mandibularis, kemudian
diikuti peretakan dan erosi atau eburnisasi. Akibatnya menjadi keras sehingga tekanan
normal pada diskus yang juga telah terjadi pengerasan dan penipisan menjadi cidera
dan/atau berubah bentuk. Hal ini yang menimbulkan bunyi klik atau bahkan
penguncian ketika depresi luas. Pada degeneratif diperberat faktor lain seperti
kebiasaan mengunyah makanan dengan satu sisi rahang dapat menyebabkan iritasi
diskus satu sisi berlebihan yang dapat menyebabkan kerusakan diskus ipsilateral. Hal
tersebut akan mudah terjadi bila bentuk rahang asimetri,tumbuhnya molare akhir yang
miring atau bentuk gigi yang tidak simetri, gigi molar tanggal satu sisi, semuanya
dapat menyebabkan kerusakan atau perubahan bentuk diskus satu sisi. Kebiasaan
mengerat gigi pada waktu tidur terkadang tanpa disadari juga menggerakkan rahang,
dalam jangka waktu lama dan dengan frekuensi yang sering dapat menyebabkan
gangguan pada TMJ seperti pada hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Richard
Price (11 Februari 2004). (Tri Utari)
6. Gangguan mastikasi dan etiologinya :
a. Bruxism : dimana menyebabkan TMJ linui dan atrisi pada gigi geligi sehingga
pengunyahan tidak sempurna.
b. Overclosure : penutupan mandibula yang berlebih. (Anggi)
c. Trismus yaitu keterbatasan dari pergerakan rahang yang berhubungan dengan TMJ
dan otot mastikasi , untuk penatalaksanaannya perlu di perhatikan kedua

komponen yang terlibat yaitu TMJ dan otot-otot pengunyahan, serta dapat di
lakukan terapi efektif dalam gerakan pasif pada kedua komponen yaitu TMJ dan
otot-otot pengunyahan. (Agguna & Zulfa)
d. Myofascial Pain dysfunction syndrome
Adalah kumpulan gejala yang timbul karena kelainan hubungan bidang oklusi
dengan sendi rahang.
Etiologi
Spasme otot pengunyahan karena ekstensi berlebihan, kontraksi berlebihan, atau
kelelahan. Penyebab tersering adalah kelelahan otot pengunyahan yang dapat
disebabkan kebiasaan menggeretakkan gigi (grinding atau clenching)
Manifestasi Klinis
Nyeri, trismus, gerakan kondilus dapat dirasakan (clicking) dan gerakan rahang
unilateral atau bilateral terbatas. Bila 2 dari 4 manifestasi tadi ditemukan, maka
MPDS dapat ditegakkan.
Komplikasi
Deviasi mandibula, sindrome contens
Pemeriksaan penunjang
Foto rontgen dari sendi rahang
Penatalaksanaan
Diterapi secara konservatif, seperti pemberian analgesik, antiinflamasi
nonsteroid, dizepam 3-4 x 2-10 mg sebagai terapi simptomatis, terapi psikis,
dan latihan untuk merubah kebiasaan. Kelainan dapat dilihat dengan
pemeriksaan radiologi, bila tidak ditemukan di bawa ke neurologi atau
psikiatri, bila ditemukan kelainan organik, maka diterapi secara bedah atau

non bedah. (Khaleda)


Gejala Gangguan Sendi Rahang
Gejala kelainan STM dapat dikelompokkan menjadi rasa nyeri, bunyi, dan

disfungsi.Rasa nyeri adalah gejala yang bersifat subjektif dan sulit dievaluasi.Dan
setiap orang memiliki ambang batas yang berbeda dan penerimaan yang berbeda
terhadap rasa nyeri, dan mungkin juga terdapat faktor psikogenik.Beberapa istilah
yang digunakan untuk menunjukkan sifat rasa nyeri, berdenyut-denyut, terbakar,
dan samar-samar.Daerah penyebaran rasa nyeri yang paling sering dari sendi
adalah telinga, pipi, dan daerah temporal.Bunyi keletuk sendi terdengar sewaktu
pasien membuka dan menutup mulut. Ketidakmampuan untuk mengoklusikan
gigigigi dengan normal.Kekakuan sendi merupakan keluhan yang paling sering
terjadi.Kadangkala terdapat keterbatasan membuka dan gerakan mandibula yang
terbatas, saat mengunyah tidak terdapat koordinasi rahang sehingga dirasakan
tidak nyaman waktu mengunyah. Dan keluhan lain adalah sakit kepala.

Pada kasus dengan pasien yang menggunakan satu sisi untuk mengunyah
gejala yang jelas terlihat bila dilakukan pemeriksaan rongga mulut.Dengan
terbentuknya kalkulus, adanya karies pada satu sisi yang tidak digunakan untuk
mengunyah karena aliran saliva yang berkurang pada sisi tersebut, dan adanya
bunyi yang timbul dari pasien selama pergerakan mandibula. Bunyi tersebut dapat
berupa:
Bunyi click : bunyi yang keras dan singkat terdengar klik, seperti saat

mengunci pintu.
Bunyi pop : bunyi yang terdengar pop, seperti letupan singkat saat membuka

tutup botol.
Bunyi krepitasi : suara gesekan (kresek-kresek) yang terdengar saat membuka
mulut, dihasilkan oleh gerakan diskus artikularis melewati permukaan yang
tidak rata.

Penyebab Kelainan TMJ :


Kelainan STM dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu : gangguan fungsi
akibat adanya kelainan struktural dan gangguan akibat adanya penyimpangan dalam
aktifitas salah satu komponen fungsi sistem mastikasi (disfungsi). Kelainan sistem
STM akibat kelainan struktural jarang dijumpai dan terbanyak dijumpai adalah
disfungsi seperti kebiasaan mengunyah pada satu sisi.

Kelainan Struktural
Kelainan structural adalah kelainan yang disebabkan oleh perubahan struktur
persendian akibat gangguan pertumbuhan, trauma eksternal, penyakit infeksi, atau
neoplasma, dan umumnya jarang dijumpai.Kelainan structural pada STM dapat
menyebabkan kerusakan pada jaringan, kondilus, ataupun keduanya.Konsekuensi
yang mungkin terjadi adalah dislokasi, hemarthrosis, atau fraktur kondilus.Pasien
yang mengalami dislokasi tidak dapat menutup mulut dan terdapat kelainan open
bite anterior, serta dapat tekanan pada satu atau kedua saluran pendengaran. Kelainan
struktural akibat traumapada STM dapat menyebabkan suatu edema, atau hemorrhage
didalam sendi. Kelainan struktural akibat penyakit infeksi dapat mempengaruhi sistem
musculoskeletal yang banyak melibatkan STM, penyakit penyakit tersebut antara
lain osteoarthtritis / osteoarthrosis dan rheumatoid arthritis.

Gangguan Fungsional

Gangguan fungsional adalah masalah masalah STM yang timbul akibat


fungsi yang menyimpang karena adanya kelainan pada posisi dan atau fungsi gigi
geligi, atau otot-otot kunyah. Dan pada keadaan menggunakan satu sisi dalam
mengunyah termasuk gangguan fungsional dari kelainan STM. (Desta)

Faktor-faktor Etiologi TMJ


Faktor faktor etiologi dari TMJ dapat berupa dari rasa nyeri yang

merupakan gangguan sendi yang dapat berasal dari struktur jaringan lunak
intrakapsular sendi atau struktur jaringan tulang itu sendiri. Rasa nyeri berasal dari
struktur tulang biasanya hanya muncul setelah hilangnya jaringan fibrosa permukaan
artikularis sendi. Bilamana hal ini terjadi kondisi yang diakibatkan disebut arthritis.6
Trauma pada TMJ dapat tejadi karena faktor internal (seperti otot kunyah)
ataupun karena faktor eksternal (seperti pukulan) menyebabkan kerusakan pada
jaringan dan kondilus sehingga terjadi dislokasi, hemarthrosis, atau fraktur kondilus.
Myofacial pain dysfunction syndrome merupakan kelainan TMJ yang dapat
mengakibatkan kegoyangan gigi yang hebat (hypermobility), keausan permukaan
oklusal dan rasa nyeri pada otot-otot wajah. Pemicu dari sindroma tersebut adalah
spasme otot kunyah sebagai dampak gangguan psikologis.
Nyeri pada otot adalah suatu bentuk penyakit yang ada didalam tubuh dapat
terjadi karena stimulus seperti panas, tekanan, atau bahan kimia. Penyakit ini
mempunyai efek yang berhubungan dengan sensoris, motoris, atau autonom. Nyeri
yang berasal dari otot adalah penyebab nyeri yang sering terjadi pada kepala dan
leher.Rasa nyeri pada otot adalah suatu penyakit yang dirasakan menyebar seperti
adanya tekanan yang bervariasi, dapat dirasa sebagai berbagai perubahan intensitas
tekanan.Rasa nyeri tersebut tidak mudah dilokalisir, dan sulit diidentifikasi oleh
pasien. Dengan kata lain, sumber dan lokasi dari nyeri dapat berbeda. Nyeri pada otot
di daerah orofasial dipengaruhi oleh kerja fungsional otot selama pengunyahan.
Dari faktor oklusi yang mana bila terjadi ketidakseimbangan oklusi dapat
terjadi disfungsi pada sendi temporomandibula.Pada hal ini gigi-geligi memegang
peranan penting untuk menjaga agar oklusi dapat berkontak dengan baik antara gigigigi antagonisnya. Gigi gigi tetangga yang hilang secara bertahap akan mengalami

perubahan posisi, dimana perubahan tersebut menyebabkan gerakan artikulasi tidak


lancar, dan pada gigi lawannya akan mengalami ekstrusi. Kebiasaan mengunyah satu
sisi atau unilateral juga mengakibatkan disfungsi oklusal.Sehingga tidak jarang
dijumpai pasien yang mengunyah satu sisi mengalami gangguan sendi dan penyakit
rongga mulut yang komplit. Dari gangguan sendi rahang yang mengakibatkan bunyi
ketika membuka dan menutup mulut, sampai kejadian penyakit periodontal yang
mengakibatkan mobilisasi gigi karena timbulnya kalkulus pada sisi rahang yang
digunakan untuk mengunyah sehingga timbul kalkulus yang dapat membuat jaringan
periodontal dibawahnya menjadi tidak kuat dan pada akhirnya akan goyah.
Seperti halnya pada penelitian yang dilakukan oleh Saheeb, diketahui bahwa
pengunyahan pada satu sisi dapat mengakibatkan myalgia pada otot pengunyahan
akibat hiperaktivitas dari otot-otot tersebut. Sehingga menimbulkan rasa nyeri pada
temporomandibular joint.

Kebiasaan Mengunyah dengan Unilateral


Kebiasaan mengunyah dengan satu sisi merupakan kebiasaan pengunyahan

yang buruk. Dimana tanpa disadari sistem pengunyahan yang dilakukan itu dapat
mengakibatkan pengaruh yang buruk pada kesehatan rongga mulut. 1 Pada kasus
dengan mengunyah satu sisi, pasien sering tidak memperhatikan bahwa pada di sisi
lain timbul beberapa gejala yang memang terkadang tidak menimbulkan rasa sakit.
Kebiasaan mengunyah satu sisi pada pasien yang sering ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari ini memiliki beberapa faktor pendukung yang menjadikan kebiasaan
mengunyah satu sisi.
Berdasarkan sebuah penelitian, didapatkan hasil bahwa pada orang yang
mengunyah di satu sisi, TMD tidak hanya dirasakan pada sisi yang biasa dipakai
untuk mengunyah, tetapi juga pada sisi yang berlawanan. Rasiosakit pada sisi yang
berlawanan dari sisi yang biasa digunakan mengunyah dengan sakit pada sisi yang
biasa digunakan mengunyah adalah 1:2, jadi bukan merupakan hal yang mengejutkan
apabila ada pasien yang mengalami sakit pada sisi yang berlawanan dari sisi yang
biasa digunakan mengunyah.
Faktor Pendukung Kebiasaan Mengunyah Unilateral
Faktor kehilangan gigi

Pasien yang telah hilang satu atau lebih gigi memiliki kecenderungan untuk
mengunyah unilateral.Pada gigi yang hilang secara otomatis gigi yang berperan
sebagai gigi antagonisnya tidak begitu berfungsi secara normal.Pada pasien dengan
kehilangan gigi lebih dari satu, dapat menimbulkan resiko untuk terjadi nya karies
bahkan lebih parah lagi adalah kalkulus.Dikarenakan pada sisi yang tidak ada gigi
pada salah satu sisi biasanya tidak enak digunakan untuk mengunyah sehingga
memunculkan kebiasaan untuk mengunyah satu sisi yang masih lengkap.Secara
alamiah, gerakan pengunyahan mempunyai efek untuk timbulnya karang gigi atau
kalkulus. Karena itu, gigi-gigi yang tidak dipakai untuk mengunyah akan mudah
terjadi kalkulus yang merupakan faktor etiologi dari penyakit periodontal. Selain itu,
otot otot pipi yang kurang bergerak karena tidak mengunyah, lama kelamaan akan
menjadi lisut dan wajah terlihat kempot.
Faktor Trauma
Kebiasaan mengunyah satu sisi juga dapat disebabkan oleh trauma.Trauma
dibagi menjadi 2 yaitu :
a) Macrotrauma : trauma besar yang tiba-tiba dan mengakibatkan perubahan
struktural, seperti pukulan pada wajah atau kecelakaan.
b) Microtrauma : Trauma ringan tapi berulang dalam jangka waktu yang lama,
seperti bruxism dan clenching. Kedua hal tersebut dapat menyebabkan
microtrauma pada jaringan yang terlibat seperti gigi, sendi rahang, atau otot.
Faktor Otot Kunyah
Kelainan otot dari STM menjadi keluhan yang paling umum terjadi pada
pasien.Kelainan otot dapat disebabkan karena infeksi/peradangan, dan trauma yang
menyebabkan terbentuknya fibrosis pada otot sehingga otot tidak bebas bergerak dan
menyebabkan rasa sakit.
Faktor Psikologis
Adanya faktor psikologis yang berupa tingkah laku,emosi, dan kepribadian
dapat menjadi faktor pendukung dalam gangguan sendi rahang dan menjadi penyebab
utama dari sindrom rasa sakit disfungsi.Psikolog Freud klasik menunjukkan bahwa
kelainan sendi mungkin merupakan reaksi perubahan mulut dan otot, karena sifatnya
yang ekspresif, bekerja sebagai focus tegangan emosi. Jadi, konflik ini dikeluarkan

dalam bentuk parafungsional seperti bruxizm dan aktivitas otot lain yang tidak
normal.
Emosi sering terlihat dari wajah dimana ekspresi wajah tersebut berhubungan
erat dengan otot kunyah.Hal ini dapat berupa ketegangan otot yang besar atau
aktivitas parafungsional oromuskular. (Desta)
Etiologi TMD
Gangguan sendi Temporomandibula merupakan permasalahan yang sering
dibicarakan dalam terbitaan yang membahas masalah kesehatan. Hal tersebut kadang
kurang

ditekankan

bahwa

penyakit

atau

gangguan

fungsi

dari

sendi

temporomandibula bukan merupakan suatu gejala yang tunggal tetapi lebih terdiri dari
sejumlah keadaan yang merupakan kumpulan dari beberapa gejala, sehingga disebut
sebagai suatu sindrom.
Temporomandibular disorders (TMD) atau gangguan sendi temporomandibula
terjadi sebagai akibat dari masalah yang berhubungan dengan sendi rahang dan otototot di sekitar wajah yang mengontrol proses pengunyahan dan gerakan rahang.
Cedera pada sendi temporomandibular, atau otot kepala dan leher dapat menyebabkan
TMD. Penyebab lainnya adalah, bruksisme, dislokasi tulang, osteoarthritis atau
rheumatoid arthritis dan stres yang dapat menyebabkan otot-otot wajah dan rahang
menjadi tegang.

Stres adalah suatu tipe energi. Bila terjadi stres, energi yang timbul akan
disalurkan ke seluruh tubuh. Pelepasan secara internal dapat mengakibatkan
terjadinya gangguan psikotropik seperti hipertensi, asma, sakit jantung, dan/atau
peningkatan tonus otot kepala dan leher. Dapat juga terjadi peningkatan aktivitas
otot nonfungsional seperti bruxism atau clenching yang merupakan salah satu
etiologi TMD. Diagnosis dari penyakit atau gangguan sendi temporo mandibula
tergantung pada permeriksaan klinis dan riwayat penyakit yang menyeluruh serta
evaluasi gambaran radiografis. Evaluasi struktur ekstra-artikular yang terkait

merupakan bagian ke satuan pemeriksaan klinis lengkap.


Kebiasaan buruk (bad habbit)
contoh: menggigit kuku, menguap dan tertawa terlalu lebar, menopang dagu.

(Nanik).
e. Dislokasi

Dilokasi adalah pergeseran proc condylaris ke arah anterior dari eminentia


articularis dan ke superior saat membuka mulut. kontraksi otot dan spasme akan
mengunci proc. condylaris dalam posisi ini. Etiologi : trauma
f. Closed lock
Pergeseran discus ke anterior dan mengalami deformasi tertahan dianterior
dari proc. Condylaris.
g. Kelainan internal (clicking)
Jika perlekatan meniscus pada kutub proc. condylaris lateral mengendur
atau terpus, atau jika zona bilaminar mengalami kerusakan atau degenerasi akibat
trauma atau penyakit sendi menyebabkan stabilitas sendi terganggu --> pergeseran
discus kearah anteromedial akibat tdk ada penahan terhadap m. pterygoideus
sehinga menimbulkan kliking. (Arief)
h. Atritis
Artritis adalah keradanagn sendi temporomandibular. Etiologi : trauma,
infeksi. Trauma akut/kronis menyebakan atritis yang ditandai dengan sendi yang
terasa nyeri dan sakit
Atritis rheumatid: keadaan progresif ditandai dengan pembengkakan, rasa
sakit yang hilang datang dan keterbatasan luas pergerakan sendi, biasanya

terjadi pada dua sisi (bilateral)


Penyakit sendi degenaratif: orteoatritis , merupakan jenis atritis yang paling
sering ditemukan dan cukup banyak mengenai indivudu diatas 40 tahun

sebagai tanda ketuaan


Atritis septik: TMJ mudah terkena infeksi melalu rute hematogen akibat
luka /pembedahan/penyebaran langsung, jarang terjadi ditandai dengan

pembengkakan temporal, rasa sakit pada saat mandibula bergerak.


Ankilosis : pada TMJ bisa terjadi satu atau dua sisi, etiloginya karena trauma
dan infeksi tapi juga bisa karena dipemgaruhi oleh perkembangan dari atritis

rheumatid.
Neoplasia (Ririn)
i. Trauma :
Hemartrosis : disebabkan karena benturan pada regio anterior dari mandibula
dapat menyebabkan cedera tidak langsung pada TMJ. Pergeseran traumatik ke
posterior dari proc. Condylaris mandibulae dapat menyebabkan cedera
pembuluh darah sehingga timbul perdarahan intrakapsular. Keadaan ini secara
klinis dapat tampak sebagai nyeri sendi bila di raba, sakit pada pergerakan

mandibula, gigitan terbuka posterior unilateral. (Tri Utari)


Dislokasi

Terjadi karena mendibula mengalami benturan atau pukula dalam posisi


terbuka. Pukulan anterior akan menekan symphysis lebih jauh ke arah
inferoposterior, sehingga mengakibatkan pergeseran ayng melebihi batas
normal, yang akhirnya menimbulkan dislokasi. Berlawanan dengan closed
lock traumatic yang menimbulkan rasa sakit dan keterbatasan membuka
mulut, dislokasi menyebabkan penahanan atau pembatasan pergerakan
penutupan mandibula. (Tri Utari)
j. Sindroma gangguan fungsi oklusi dan nyeri miofasial
Disfungsi nyeri miofasial :ditandai dengan nyeri orofasial, bunyi sendi,
nyeri raba dari otot yang bersangkutan dan keterbatasan pergerakan

mandibula. (Tri Utari)


Spasme otot : miospasme/kekjangan otot, yaitu kontraksi tak sadar dari

satu atau sekelompok otot yang terjadi secara tiba-tiba. (Tri Utari)
Miositis : keradangan pada otot pengunyahan menyebabkan timbulnya
nyeri dan gangguan pengunyahan yang hampir menyerupai pada kejang
otot. Perbedaannya adalah adanya keradangan dan pembengkakan lokal.

(Tri Utari)
Sindroma gangguan fungsi oklusal : kehilangan gigi dalam jumlah banyak
akan meningkatkan kerentanan terhadap perubahan beban fungsional
sendi. (Tri Utari)

7. Pemeriksaan klinis TMJ :


a. Inspeksi
Untuk melihat adanya kelainan sendi temporomandibular perlu diperhatikan
gigi, sendi rahang dan otot pada wajah serta kepala dan wajah. Apakah pasien
menggerakan mulutnya dengan nyaman selama berbicara atau pasien seperti
menjaga gerakan dari rahang bawahnya. Terkadang pasien memperlihatkan
kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik selama interview seperti bruxism.
b. Palpasi :

Masticatory muscle examination: Pemeriksaan dengan cara palpasi sisi kanan


dan kiri pada dilakukan pada sendi dan otot pada wajah dan daerah kepala.

Temporalis muscle, yang terbagi atas 3 segmen yaitu anterior, media, dan
posterior.

Zygomatic arch (arkus zigomatikus).

Masseter muscle

Digastric muscle

Sternocleidomastoid muscle

Cervical spine

Trapezeus muscle, merupakan Muscular trigger point serta menjalarkan nyeri


ke dasar tengkorang dan bagian temporal

Lateral pterygoid muscle

Medial pterygoid muscle

Coronoid process

Muscular Resistance Testing: Tes ini penting dalam membantu mencari


lokasi nyeri dan tes terbagi atas 5, yaitu :

Resistive opening (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri pada ruang


inferior m.pterigoideus lateral)

Resistive closing (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri pada m.


temporalis, m. masseter, dan m. pterigoideus medial)

Resistive lateral movement (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri pada


m. pterigoideus lateral dan medial yang kontralateral)

Resistive protrusion (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri pada m.


pterigoideus lateral)

Resistive retrusion (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri pada bagian


posterior m. temporalis)

c. Pemeriksaan tulang belakang dan cervical : Dornan dkk memperkirakan bahwa


pasien dengan masalah TMJ juga memperlihatkan gejala pada cervikal. Pada
kecelakaan kendaraan bermotor kenyataannya menunjukkan kelainan pada
cervikal maupun TMJ. Evaluasi pada cervikal dilakukan dengan cara :

Menyuruh pasien berdiri pada posisi yang relaks, kemudian dokter menilai
apakah terdapat asimetris kedua bahu atau deviasi leher.

Menyuruh pasien untuk menghadap kesamping untuk melihat postur leher


yang terlalu ke depan.

Menyuruh pasien untuk memutar (rotasi) kepalanya ke setiap sisi, dimana


pasien seharusnya mampu untuk memutar kepala sekitar 80 derajat ke
setiap sisi.

Menyuruh pasien mengangkat kepala ke atas (ekstensi) dan ke bawah


(fleksi), normalnya pergerakan ini sekitar 60 derajat e. Menyuruh pasien
menekuk kepala kesamping kiri dan kanan, normalnya pergerakan ini 45
derajat

d. Auskultasi : Joint sounds


Bunyi sendi TMJ terdiri dari clicking dan krepitus. Clicking adalah
bunyi singkat yang terjadi pada saat membuka atau menutup mulut, bahkan
keduanya. Krepitus adalah bersifat difus, yang biasanya berupa suara yang
dirasakan menyeluruh pada saat membuka atau menutup mulut bahkan keduanya.
Krepitus menandakan perubahan dari kontur tulang seperti pada osteoartrosis.
Clicking dapat terjadi pada awal, pertengahan, dan akhir membuka dan menutup
mulut. Bunyi click yang terjadi pada akhir membuka mulut menandakan
adanya suatu pergeseran yang berat. TMJ clicking sulit didengar karena
bunyinya halus, maka dapat didengar dengan menggunakan stetoskop.
e. Range of motion:
Pemeriksaan pergerakan Range of Motion dilakukan dengan pembukaan mulut
secara maksimal, pergerakan dari TMJ normalnya lembut tanpa bunyi atau nyeri.
Mandibular range of motion diukur dengan :

Maximal interticisal opening (active and passive range of motion)

Lateral movement

Protrusio movement

Pemeriksaan penunjang
a. Transcranial radiografi : Menggunakan sinar X, untuk dapat menilai kelainan,
yang harus diperhatikan antara lain:

Condyle pada TMJ dan bagian pinggir kortex harus diperhatikan

Garis kortex dari fossa glenoid dan sendi harus dilihat.

Struktur condyle mulus, rata, dan bulat, pinggiran kortex rata.

Persendian tidak terlihat karena bersifat radiolusen.

Perubahan patologis yang dapat terlihat pada condyle diantaranya flattening,


lipping.

b. Panoramik Radiografi : Menggunakan sinar X, dapat digunakan untuk melihat


hampir seluruh regio maxilomandibular dan TMJ. Kelemahan dari pemeriksaan
ini antara lain :
Terdapatnya bayangan atau struktur lain pada foto X ray.
Fenomena distorsi, dimana terjadi penyimpangan bentuk yang sebenarnya

yang terjadi akibat goyang saat pengambilan gambar.


Gambar yang kurang tajam. Kelainan yang dapat dilihat antara lain fraktur,
dislokasi, osteoatritis, neoplasma, kelainan pertumbuhan pada TMJ.

c. CT Scan : Menggunakan sinar X, merupakan pemeriksaan yang akurat untuk


melihat kelainan tulang pada TMJ. (Bagus, Desta, dan Nanik)
Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan klinis untuk pasien dengan kemungkinan gangguan fungsi/penyakit TMJ
sebagian besar didasarkan atas pengamatan/ pemanfaatan, palpasi dan auskultasi.
a. Oklusi.
Gangguan oklusi secara umum bisa langsung diperiksa, yaitu misalnya gigitan
silang (crossbite), gigitan dalam (deep overbite), gigi supra erupsi dan daerah tak bergigi
yang tidak direstorasi, adanyabruxism.
b. Pembukaan antar insisal
Pembukaan antar insisal bervariasi lebarnnya, tetapi biasanya pada orang
dewasa sekitar 40 hingga 50 mm.
c. Pergerakan lain
Pergeseran lateral juga diukur, biasanya pada titik atau garis tengah, dan
dibandingkan kesimetrisannya (angka yang didapat biasanya 8 hingga 10 mm).
gangguan internal misalnya dislokasi discus, akan membatasi pergeseran ke sisi yang
berlawanan.
d. Palpasi
Palpasi otot pengunyahan secara bimanual, terutama otot maseter dan
temporalis serta otot leher dan bahu.
Dalam mendiagnosis pasien diperlukan riwayat yang menyeluruh. Keluhan
utama yang paling sering dirasakan pada penyakit/gangguan fungsi sendi
temporomandibula adalah rasa nyeri dan rasa tidak enak, yang disertai dengan kliking
atau keluhan sendi lainnya.
Rasa sakit/nyeri. Bila pasien merasakan adanya rasa nyeri, maka yang paling
penting untuk diketahui adalah lokasi, sifat, dan lama terjadinya rasa nyeri/sakit
tersebut.

Bunyi sendi. Jika pasien mengeluh adanya bunyi sendi atau kliking (suara
berkeretak), maka saat timbulnya dan perubahan pada suara sendi tersebut

merupakan informasi yang perlu diketahui.


Perubahan luas pergerakan. Penyembuhan kliking seringkali diikuti oleh keluhan
baru, yaitu nyeri akut dan berkurangnya luas pergerakan yang nyata, khususnya
pada jarak antar insisal, dimana penemuan inimerupakan petunjuk utama

terjadinya closed lock.


Perubahan oklusi. Beberapa penderita mengeluhkan perubahan gigitan. Keluhan
ini dapat merupakan tanda terjadinya perubahan degenerative tingkat lanjut atau

spasme otot akut.


Informasi keadaan kolateral. Setelah riwayat utama diperiksa secara menyeluruh,
selanjutnya dapat dikumpulkan informasi keadaan kolateral. Kondisi-kondisi lain
yang mengenai kepala dan leher, seperti sinusitis akut atau kronis, sakit pada

telinga, dll.
Perawatan sebelumnya. Kronologi perawatan sebelumnya baik pemberian obat,

mekanis, maupun secara bedah juga dicatat.


Stress. Untuk menentukan dengan tepat keadaan emosional pasien biasanya
dibutuhkan beberapa kunjungan dengan kemungkinan pengiriman/rujukan untuk
evaluasi psikologis, dan terapi control stress selanjutnya. (Zulfa)

Pemeriksaan Klinis
a. Oklusi
Pemeriksaan gigi secara menyeluruh dengan meperhatikan khususnya faktor oklusi.
Gangguan oklusi secara umum yang diperiksa: crossbite, deep overebite
b. Pemeriksaan antat insisal
Lebarnya biasanya pada orang dewasa sekitar 40-50 m. Diukur dengan penggaris
milimeter atau jangka. Pada keaadaan closed lock luas pergerakan berkurang dan
pembukaan sering terbatas hanya sekitar 25-30 mm. Spasme otot juga meneybabkan
keterbatasan pembukaan antar insisal yang nyata
c. Palpasi : dilakukan perkutan maupun peroral dan melibatkan jaringan lunak dan keras.
Palpasi otot: kombinasi palpasi bidigital perkutan dan peroral pada

M.suprahhyoideus dan sublingualis


Palpasi servikal: palpasi M. Sternocleidomastoideus, M.trapezius dan otot-otot

lain.
d. Auskultasi stetoskop pada sendi memungkinkan penetuan sifat dan waktu timbulnya
bunyi abnormal secara lebih tepat. Penentuan kliking dan besar pembukaan insisal
dipermudah dengan auskultasi. (Ririn)

8. Pencegahan dalam TMD salah satunya adalah mengunyah satu sisi dapat dicegah
dengan memperbaiki kontak oklusi, menghindari faktor stress terutama stress
emosional dan menghindari aktivitas parafungsional dari TMJ.
9. Perawatan TMD :

Perawatan

Fisik

Penatalaksanaan
Konservatif

Penatalaksanaan
Bedah

Mekanik

Obat-obatan

Penatalaksanaan konservatif :
1) Fisik
a. Hindari makanan yang membutuhkan pembukaan mulut yang lebar atau pengunyahan
yang berat.
b. Memotong-motong makanan menjadi potongan kecil-kecil sebelum memakannya
dapat mengurangi beratnya pengunyahan. Juga menghindarkan mengunyah permen
karet, menggigit kuku, memecah es atau kacang dengan gigi.
c. Istirahat dan pembatasan luas gerakan mandibula juga mengurangi nyeri otot dan rasa
tidak enak.
d. Pasien diinstruksikan untuk membatasi jarak antar insisal pada saat membukamulut,
untuk menghindari kliking.
e. Pemijatan otot yang nyeri dapat membantu dan menghilangkan gejalan nyeri kronis.
2) Mekanik
Biasanya menggunakan splint untuk menjauhkan dan memeperbaiki oklusi yang
ditujukan untuk menormalkan rangsangan sensoris yang timbul dari adanya gangguan
fungsi oklusal.
3) Obat-obatan
Karena keradangan merupakan bagian dari penyakit sendi maka diindikasikan
penggunaan anti-radan non-steroid. Aspirin ,ibuprofen dan naproxen merupakan obat

yang efektif yang digunakan secara luas . Bila terjadi spasme otot dapat diberikan
relaksan otot yaitu chlorzokazon, metaxalone, dan diazepam.
Perawatan Bedah
1) Kondilektomi
Yaitu pemotongan kondilus. Prosedur yang banyak menyebabkan kerugian ini jarang
digunakan lagi kecuali pada kasus-kasus langka, misalnya hiperplasia pros.
Condylaris yang aktif.
2) Eminektomi
Yaitu dilakukan pemotongan eminensia (tonjolan). Eminektomi untuk dislokasi
kronis, indikasi utama untuk eminektomi adalah dislokasi kronis kambuhan dari pros.
Condylaris mandibulae yang tidak bisa ditangani dengan cara konservatif.
3) Menisektomi
Yaitu pemotongan meniscus. Indikasi untuk perforasi dickus yang tidak dapat
diperbaiki, deformasi discus yang menggangu fungsi dan kerusakan artrotik yang
meluas. (Tri Utari dan Ririn)
Penatalaksanaan konserfatif :
a. Terapi fisik : kompres panas kadang juga dingin pada oto yang kaku seringkali dapat
menghilangkan nyeri otot dan kaku. Pembatasan luas pergerakan mandibula. Hindari
pengunyahan permen karet, menggigit kuku, memecah es/kacang.
b. Manipulasi : mengurangi dislokasi mandibular dan pergerakan discus ke
anterior/keadaan closed-lock. Perbaikan dilakukan dengan tekanan ke bawah.
Manipulasi juga digunakan untuk mengurangi discus yang bergeser ke anterior.
c. Obat-obatan : karna radang merupakan bagian dari gangguan fungsi/ penyakit sendi
baik intra maupun ekstra artikular, maka diindikasikan penggunahan bahan anti
radang non-steroid.
Penatalaksanaan bedah : dipilih setelah penanganan secara konservatif gagal mencapai
hasil yang dikehendaki. Kasus yang membutuhkan bedah adalah ankilosis tulang, eksisi
neoplasia, hiperplasia processus condylaris, rekontruksi processus condylaris, dana penangan
beberapa fraktur subcondylaris secara pembedahan. (Anggi)
10. Hubungan olkusi menurut andrew (1972) :
a. Hubungan tepat antar gigi M1 terhadapbidang sagital.
b. Angulasi mahkota gigi incisivus yang tepat terhadap bidang transversal.
c. Inklinasi mahkota gigi incisivus yang tepat terhadap bidang sagital.
d. Tak ada rotasi gigi.

e. kontak yg akurat dari gigi-gigi individual dalam masing masing lengkung gigi,
tanpa celah dan berjejal.
f. bidang oklusal datar atau sedikit melengkung.
11. Maloklusi yang berdampak pada mastikasi :
a. Permasalahan dalam proses makan
Berkurangnya kemampuan membuka mulut menyebabkan berkurangnya
asupan nutrisi penderita trismus. Penderita tidak sanggup memakan makanan
dalam porsi yang biasa. Penderita biasanya akan mengalami penurunan berat
badan dan mengalami kekurangan gizi. Hal ini perlu diperhatikan bila penderita
tersebut membutuhkan suatu proses penyembuhan setelah menjalani proses
pembedahan, khemoterapi, atau radiasi. Kehilangan berat badan sebesar 10 % dari
berat badan awal memiliki indikasi terjadi intake gizi dan kalori yang kurang pada
penderita.
Masalah di atas juga timbul akibat gangguan menelan pada penderita
trismus, hal tersebut berhubungan dengan pembentukan bolus makanan yang
terganggu akibat proses salivasi dan pergerakan lidah yang tidak sempurna. Selain
itu akan banyak ditemukan sisa makanan yang tidak seluruhnya ditelan.
Kombinasi dari gangguan pada otot mastikasi, pembentukan bolus yang tidak
sempurna dan peningkatan dari sisa makanan akan menyebabkan aspirasi dari sisa
makanan tersebut.
b. Permasalahan dalam kesehatan gigi dan mulut
Gangguan dalam membuka mulut akan dapat menimbulkan gangguan
pada kesehatan gigi dan mulut. Kesehatan gigi dan mulut yang jelek akan dapat
menimbulkan karies yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi. Infeksi yang
lebih

lanjut

terutama

pada

mandibula

akan

menyebabkan

terjadinya

osteoradionekrosis. Osteoradionekrosis ini terdapat pada penderita kanker yang


menjalani terapi pada mandibula. Meskipun jarang terjadi, gangguan ini dapat
mengganggu fungsi rahang dan menjadi fatal. Hal ini terjadi akibat matinya
jaringan tulang mandibula oleh radiasi. Pada keadaan ini terapi yang dibutuhkan
adalah oksigen hiperbarik.
c. Permasalahan dalam proses menelan dan berbicara.
Kebanyakan dari penderita trismus akan mengalami gangguan menelan
dan berbicara. Berbicara akan terganggu jika mulut tidak dapat terbuka secara
normal sehingga bunyi yang dihasilkan tidak akan sempurna. Proses menelan
akan terganggu jika otot mengalami kerusakan, laring tidak akan sanggup
dielevasikan secara sempurna saat bolus makanan melaluinya.

d. Permasalahan akibat immobilasi sambungan rahang


Meskipun gejala utama trismus adalah ketidakmampuan dalam membuka
mulut, hal lain yang sangat perlu mendapat perhatian adalah permasalahan pada
temporomadibular joint. Saat temporomadibular joint mengalami immobilisasi,
proses degeneratif akan timbul pada sambungan tersebut, perubahan ini hampir
mirip dengan perubahan yang terjadi pada proses artritis, dan biasanya akan
diikuti oleh nyeri dan proses inflamasi. Jika tidak ditangani segera proses ini akan
terus berlanjut dan kerusakan akan menjadi permanen. Dan juga akan dapat timbul
proses degenarasi pada otot-otot pengunyah sehingga jika terus berlanjut akan
menimbulkan atropi pada otot tersebut.
e. Respon Imunitas Rongga Mulut
Saat terjadi trismus yang salah satunya disebabkan oleh inflamasi bakteri,
tubuh akan merespon dengan respon inflamasi salah satunya edema yang
ditunjukkan oleh adanya bengkak. Dimana, edema ini kemungkinan berada
pada M.Pterygoideus medialis sehingga menyebabkan trismus.
12. Macam-macam refleks pengunyahan :
a. Refleks sederhana
Terjadi sangat cepat bdiluar kesadaran,biasa disebut refleks monosinaps
yang hanya memiliki satu sinaps pada lengkung refleks, meliputi depresi
mandibula dan refleks miotatik.
b. Refleks kompleks
Macam-macam refleks rahang :
a. Reflex miotatik Jaw closing reflex
Refleks ini terjadi ketika dagu diketuk oleh karena itu disebut jaw jerk reflex.
b. Jaw opening reflex
Refleks ini berfungsi untuk melindungi jaringan lunak mulut dan bibi dari
kemungkinan terluka oleh makanan yang keras atau tajam.
c. Jaw unloading reflex
Merupakan refleks pengunyahan yang terjadi ketika beban pengunyahan tibatiba emnghilang. Sangat penting bagi otot rahang untuk berhenti berkontraksi saat
resistensi otot jaw closing tiba-tiba berkurang. Misalnya ketika menggigit kacang
yang keras.
d. Horizontal jaw reflex
Merupakan gerakan lateral ke bawah dan atas, juga menggeser horizontal
untuk menggiling makanan diantara gigi molar.
13. Gerakan mandibula :

Gerakan memutar/engsel yaitu suatu perpindahan mandibula pada sumbu

transversa meleawati pusat kondilus.


Gerakan translasi/meluncur yaitu suatu perpindahan dari keseluruhan amdibula
dalam hubungan anteroposterior dana tau medialateral.

Macam-macam gerakan sendi pada rahang karena gabungan 2 gerakan di atas :


a. Elevasi
Mengangkat mandibula dan menutup mulut disebabkan oleh kontraksi bilateral dari 3
pasang otot yaitu m.temporalis,m.masseter,m.pterygoideus medialis.
b. Depresi
Menekan mandibula kebawah dan membuka mulut disebabkan terutama oleh kontaksi
bilateral dari otot m.pterygoideus lateralis

dibantu oleh m.suprahyoidea dan

m.infrahyoidea khusunya m.digasticus dan omohyoideus.


c. Retruksi
Berasal dari kontarksi bialteral serabut posterior m.temporalis dibantu oleh
m.suprahyoidea khusunya m.digastricus venter anterior dan posterior.
d. Protusi
Memajukan mandibula disebakan oleh kontrakis m.pteygoideus lateralis.
e. Gerakan lateralis
Disebakan oleh kontaksi m.pterygoideus lateralis .

Berikut ini adalah hadist mengenai adab dalam makan :


Di antara adab makan adalah membagi perutmu menjadi tiga bagian, yaitu sepertiga
untuk makanan, sepertiga untuk minum dan sepertiga untuk bernafas, Rasulullah SAW
bersabda:
Tidaklah seorang anak Adam mengisi sesuatu yang lebih buruk dari perutnya, cukuplah
bagi anak Adam beberapa suap untuk menegakkan tulang punggungnya, dan jika dia harus
mengerjakannya maka hendaklah dia membagi sepertiga untuk mkanannya, sepertiga untuk
minumannya dan sepertiga untuk nafasnya.

BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
1. Sistem stomatognatik : adalah suatu sistem atau unit fungsional yang terdiri dari
beberapa jaringan dengan asal dan struktur yang bervariasi, akan tetapi bekerja
dalam suatu kesesuaian untuk melaksanakan tugas masing-masing berdasaran
fungsinya.
Pengunyahan : adalah proses penghancuran partikel makanan didalam mulut
dibantu dengan saliva yang dihasilkan oleh kelenjar ludah sehingga merubah
ukuran dan konsistensi makanan yang akhirnya membentk bolus yang mudah
ditelan.
2. Fungsi mastikasi : Fungsi pengunyahan memotong dan menggiling makanan,
membantu mencerna sellulosa, memperluas permukaan, merangsang sekresi
saliva,

mencampur

makanan

dengan

saliva, melindungi

mukosa,

dan

mempengaruhi pertumbuhan tulang rahang.


3. Anatomi dari sistem mastikasi : Tulang rahang, temporomandibular joint, otot
mastikasi, persarafan, gigi, glandula salivarius, dan lidah.
B. Saran
Mahasiswa dapat menggali informasi lebih dalam.

DAFTAR PUSTAKA
Jurnal Alasan Masyarakat Kelurahan Satrio Tumpaan tidak Menggunakan Gigi Tiruan
oleh Hermina Ponsibidang FKG Sam Ratulangi Manado.
Jurnal Peran Stress terhadap Gangguan Sendi Temporomandibula oleh Rony Utomo
& Erna Kurnikasari dalam www.pustaka.unpad.ac.id.
Jurnal Perbedaan Pengaruh Penambahan Mobilisasi Roll Slide pada Intervensi
Ultrasonik terhadap Pengurangan Nyeri pada Kasus Disfungsi Discus Temporo Mandibular
Joint (TMJ) oleh J. Handjono UI (2008).
Pedersen GW. Buku ajar praktis bedah mulut. Alih bahasa: Purwanto, Basoeseno.
Jakarta: ECG, 1996:29-100.
Sherwood, Lauralee. 2012. Fisiologi Manusia Edisi 6. Jakarta: EGC.
Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : EGC.
Scanlon, Valerie C. Dan Tina Sanders. 2007. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi Edisi
3. Jakarta : EGC.
Scheid, Ricne C. 2014. Woelfel Anatomi Gigi Edisi 8. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai