DISUSUN OLEH:
Kelompok 12
Ferianto
04121004022
Cindy Hulwani
04121004023
04121004025
Aisyah Humairah
04121004026
Seperti pola gerakan voluntary lain, berbicara berasal dari cerebral cortex.
Selain itu cerebelum dan batang otak bersama dengan neuron sensori, dapat
memodifikasi dan meregulasi impuls ke neuron motorik yang mengaktivasi
berbagai otot yang terlibat dalam bicara. Bicara juga tergantung pada koordinasi
dari neuron motorik di bagian servikal dan thoraks tulang belakang yang
menginervasi otot yang terlibat dalam pernafasan. Proses bicara terdiri dari dua
tahapan utama, yaitu:1
1. Pertama, formasi di pikiran yang akan diungkapkan begitu juga pilihan
kata yang digunakan (sensorik).
2. Kedua, motor control dari berbagai jalur dan tindakan vokalisasi
(motorik).
Tahap awal dari bicara melibatkan area asosiasi sensori dari otak dan regio
khusus yang disebut wernickes area. Area ini berada di bagian posterior dari
gyrus superior temporal. Jika area wernicke pada hemisfer dominan (hemisfer kiri
untuk orang bertangan kanan) rusak, orang tersebut akan mengalami wernickes
aphasia, dimana ia dapat mengerti pembicaraan atau tulisan orang, namun tidak
dapat menerjemahkan pikiran yang diungkapkan tulisan tersebut. 1
Regio lain adalah area broca yang juga terlibat dalam bicara. Area ini
berada di prefrontal dan regio fasial premotor dari korteks, sekitar 95% berada di
hemisfer kiri. Pola kecakapan motor untuk mengontrol laring, bibir, mulut, sistem
respirasi dan otot asesori lain yang terlibat dalam bicara semua dimulai disini.
Kerusakan dari broca menyebabkan sesorang mampu untuk memutuskan apa
yang akan ia katakan, namun tidak dapat menghasilkan kata dari sistem vocal,
kecuali suara yang sulit dipahami. Ini disebut motor aphasia. 1
Regio fasial dan langeal dari motor cortex, mengaktifkan motor yang
terlibat dalam artikulasi, dan serebelum, basal ganglia dan sensory cortex,
membantu dalam mengontrol urutan dan intensitas dari kontraksi otot. Kerusakan
dari regio-regio tersebut dapat menyebabkan partial atau total inability untuk
berbicara jelas.1
Saraf yang
mempersarafi
Nervus Laringeus
rekuren
Fungsi Otot-otot
Relaksasi Pita
Suara
Adduksi Pita Suara
Abduktor
Cabang Eksterna,
Nervus Laringeus
Superior
Tensor
M. Krikoaritenoid
Posterior
M. Krikotiroid
Kontraksi Pita
Suara
Abduksi Pita Suara
Kontraksi Pita
Suara
Ada beberapa mekanisme yang terjadi dalam tubuh kita selama terjadinya
proses berbicara, antara lain:
1. Respirasi
Respirasi adalah pertukaran gas dari dalam tubuh manusia dengan
lingkungannya. Gas dibawa ke dalam sel tubuh dengan menarik napas mengambil
oksigen ke dalam (inspirasi) dan mengeluarkan produk sisa pernapasan berupa
karbondioksida dengan menghembuskan napas (ekspirasi). Dalam proses ini
organ yang paling berperan adalah paru-paru.2,3
Peran respirasi adalah untuk memberikan sumber energi secara tepat dan
efisien selama berbicara. Organ pernapasan terdiri dari paru-paru, trakea, bronki,
dada dan difragma yang berguna dalam aktivitas pernapasan dengan adanya
perubahan pada volume paru-paru yang disebabkan oleh pergerakan dada dan
difragma.2
Ketika kita menarik napas, kita memperbesar rongga dada dengan
memperluas tulang rusuk sekitar paru-paru dan dengan menurunkan diafragma
yang berada di bagian bawah paru-paru dan memisahkan paru-paru dari perut.
Tindakan ini menurunkan tekanan udara di paru-paru, sehingga udara terburuburu masuk melalui vocal tract, turun ke trakea, masuk ke paru-paru.
Trakea, yang disebut sebagai "wind pipe", adalah pipa panjang berukuran
12 cm dan diameter 1,5-2 cm yang berjalan dari paru-paru ke epiglotis. Epiglotis
adalah massa kecil, atau "switch," yang mengalihkan makanan agar tidak
memasuki trakea. Ketika kita makan, epiglotis jatuh, memungkinkan makanan
untuk melewati tabung yang disebut kerongkongan dan masuk ke perut 3.
Pertukaran gas terjadi di dalam alveoli, kantung udara yang terdapat di
dalam paru paru. Sumber energi dalam sinyal bicara adalah aliran udara
2. Fonasi
Sumber energi untuk berbicara adalah aliran pernapasan udara dari paru
paru, tapi yang mengubah energi tersebut menjadi suara yang dapat didengar dan
yang berperan sebagai motor energi yang menghasilkan suara adalah laring.
Terdapat 2 cara dalam menghasilkan suara dengan menggunakan organ berbicara,
yaitu2:
a. Pertama: generasi quasiperiodic gelombang suara melalui vibrasi pita
suara,
b. Kedua: generasi sumber variasi hidung dengan mengontrol aliran udara di
atas pita suara. Pembentukan tersebut disebut vokalisasi.
Laring adalah organ fonasi yang mengubah aliran udara pernapasan dari
paru-paru menjadi sumber suara1. Laring berperan penting dalam mengatur nada
dan kualitas suara. Laring adalah sistem yang rumit terdiri dari tulang rawan, otot,
dan ligamen, yang fungsi utamanya dalam speech production, untuk mengontrol
pita suara atau vocal fold.3 Vocal fold adalah dua masa daging, ligamen, dan otot
yang membentang dibagian depan dan belakang laring. Glotis adalah orifice
seperti celah antara dua lipatan.
Vocal fold terikat tetap di depan laring di mana mereka melekat pada
kartilago tiroid stasioner. Kartilago tiroid terletak di bagian depan (atau jakun)
dari sisi laring. Vocal fold bebas untuk bergerak di bagian belakang dan samping
laring, mereka melekat pada dua kartilago arytenoid yang bergerak dalam gerakan
geser di belakang laring bersama dengan kartilago krikoid.
Ukuran glotis dikendalikan sebagian oleh kartilago arytenoid, dan
sebagian oleh otot-otot dalam lipatan. Sifat penting lain dari vocal fold, selain
ukuran glotis adalah ketegangan mereka. Ketegangan dikendalikan terutama oleh
otot dalam lipatan, serta tulang rawan di sekitar lipatan.
Pita suara serta epiglotis saling berdekatan selama makan sehingga
memberikan mekanisme perlindungan kedua. Vocal fold palsu di atas lipatan
vokal, memberikan perlindungan yang ketiga. Mereka juga memanjang dari jakun
ke aritenoid. Mereka dapat ditutup dan dapat bergetar, tetapi mereka cenderung
terbuka selama speech production.4 Dapat dilihat bahwa triple barrier disediakan
di tenggorokan melalui aksi epiglotis, pita suara palsu, dan pita suara
sesungguhnya. Ketiganya ditutup selama menelan dan terbuka lebar saat bernafas.
Proses 3-8 adalah siklus vibrasi pita suara dan vibrasi akan berlanjut
selama adanya tekanan udara dari paru paru yang menjadi sumber energi suara
untuk berbicara. Gelombang suara dibentuk oleh glotis mempunyai periode yang
sebanding dengan vibrasi pita suara. Gelombang suara yang dibentuk terutama
selama ratio terbuka, memiliki hubungan dengan intensitas dan nada suara yang
dihasilkan. Suara kuat dan rendah memiliki waktu ratio membuka yang kecil
sedangkan suara kecil dan nada tinggi adalah sebaliknya 2.
Pada suara rendah (Low Voice) dan suara besar (strong voice) pita suara
membuka secara membuka secara maksimal, akan tetapi perbedaan keduanya
yakni terdapat pada tekanan subglottalnya. Pada suara rendah tekanan
subglottalnya lebih kecil dibandingkan dengan suara besar.
Pada suara tinggi (high voice) dan suara kecil (weak voice) pita suara
membuka secara minimal, akan tetapi perbedaanya juga terdapat pada tekanan
subglottalnya. Pada suara tinggi, tekanan subglottalnya lebih besar dibandingkan
dengan suara kecil, sehingga menimbulkan banyak gelombang suara pada suara
tinggi.
Pada suara falsetto dan bisikan (whisper) pita suara membuka sebagian
tetapi pada falsetto tekanan subglottalnya lebih besar dibandingkan dengan
tekanan subglottal suara bisikan.
Intensitas suara selama berbicara diatur oleh tekanan paru-paru sedangkan
nada yang dihasilkan ditentukan oleh jumlah vibrasi pita suara. Tekanan pada pita
suara meningkatkan frekuensi vibrasi dan peningkatan masa pita suara
menentukan tinggi rendahnya nada suara. Laki-laki memiliki suara yang lebih
rendah daripada wanita dikarenaka ukuran laring laki-laki lebih besar daripada
wanita, dan pita suara laki-laki (17-25 mm) lebih panjang dari pada pita suara
perempuan (12,5 17,5).
adanya perbedaan ukuran dan bentuk dari organ-organ penghasil suara antara
setiap orang. 5
Laring mempunyai reseptor hormon tiroid dan hormon seks yang terletak
pada nukleus dan sitoplasma sel.6 Reseptor tersebut adalah TR-alpha, TR-beta7 ,
ER, PgR dan AR.8,9 Reseptor hormon pada laring menyebabkan laring akan
sangat responsif pada perubahan hormon. Hal ini berdampak pada perubahan
laring yang mempengaruhi fungsi pita suara.
Pada laki-laki saat pubertas sekitar usia 9-11 tahun kadar testosteron dan
dihydrotestosteron (DHT) akan meningkat. Reseptor androgen (AR) akan
merespon, memicu pembesaran ukuran kartilago laring, otot-otot dan ligament
laring. Ukuran laring makin tebal dan panjang, terjadi pertumbuhan ke arah
posterior-anterior, protrusi ke arah Adams apple. Perubahan pada laring akan
menyebabkan turunnya suara laki-laki sekitar satu oktaf, hal ini yang
menyebabkan perubahan suara pada laki-laki saat pubertas.10
Pada perempuan usia pubertas umumnya dimulai dari usia 9 tahun, pada
masa ini suara wanita tidak berubah drastis seperti laki-laki, pada wanita hanya
turun sekitar 1/3 oktaf. Ukuran laring tidak terlalu banyak berubah, perubahan
terbesar terjadi pada panjang laring, pertumbuhan ke arah posterior. Tetapi, suara
wanita berubah saat siklus menstruasi. Saat awal menstruasi, terjadi fase folikuler
yang ditandai dengan peningkatan kadar estrogen dan penurunan kadar
progesterone. Reseptor estrogen (ER) dan reseptor progesterone (PgR) pada laring
akan merespon. Saat fase ini terjadi edema pada pita suara dan peningkatan aliran
darah. Polisakarida di pita suara akan terurai dan dapat mengikat air lebih mudah,
terjadi akumulasi cairan di pita suara. Pada pertengahan siklus menstruasi terjadi
fase luteal, kadar progesterone akan meningkat lebih besar dari kadar estrogen.
Progesteron akan memicu pengelupasan epitel laring dan menghambat
proliferasi sel. Hal ini juga membuat sekresi kelenjar saliva lebih kental yang
menyebabkan penurunan getaran pada pita suara dan meningkatnya kerusakan sel.
Perubahan ini lah yang bertanggung jawab atas perubahan suara saat siklus
menstruasi.10
Menstruasi
Fase folikuler
Estrogen
Progesteron
Polisakarida terurai
Mengikat air
Akumulasi cairan
Fase luteal
Progesteron
Estrogen
pengelupasan epitel laring dan
menghambat proliferasi sel
viskositas sekresi kelenjar saliva
Kerusakan sel
Getaran pita suara
Perubahan suara pada perempuan
Skema 4. Mekanisme perubahan suara perempuan saat siklus menstruasi
3.
Resonansi
4.
Artikulasi
Artikulasi merupakan pergerakan mulut dan lidah yang membentuk suara
menjadi fonem. Daerah artikulasi adalah bagian saluran suara yang tidak bergerak
tetapi disentuh oleh organ artikulasi sewaktu berlakunya sesuatu lafaz. Organ
artikulasi (artikulator) merupakan organ lisan di dalam saluran suara yang terlibat
dalam pengeluaran bunyi bahasa.12
b. Artikulator pasif
Merupakan organ dalam saluran suara yang tidak bergerak seperti
gigi atas dan palatum keras.
2. Bunyi
Dari proses terjadinya bicara, bunyi merupakan salah satu aspek
yang mempengaruhi terjadinya suatu suara. Dengan adanya dihasilkan
bunyi seseorang akan mudah melakukan suatu interaksi. Bunyi dihasilkan
dengan adanya udara dan dibantu dengan organ artikulasi yang berada
pada daerah artikulasi (place of articulaton) serta bagaimana cara
artikulasi (manner of articulation) atau sama sekali tidak adanya
artikulasi.14
Pada dasarnya bunyi bahasa terdiri dari, yaitu konsonan dan
vokal.13
a. Bunyi konsonan, dihasilkan dengan keadaan rongga mulut atau
hidung yang sempit atau bahkan tertutup dengan adanya
pergerakan artikulasi.
b. Bunyi vokal, dihasilkan dengan membentuk rongga mulut
sedemikian rupa sehingga mengeluarkan bunyi dengan tidak
Striktur
Keadaan hubungan posisional artikulator aktif dengan
artikulator pasif. Oleh karena vokal tidak ada artikulasi,
striktur untuk vokal ditentukan oleh jarak lidah dengan langit
langit. Menurut strikturnya, vokal dibedakan atas empat
macam.
1) Vokal tertutup, yaitu vokal yang dibentuk dengan lidah
diangkat setinggi mungkin mendekati langit langit dalam
Bentuk Bibir14
Berdasarkan bentuk bibir pada waktu vokal diucapkan, vokal
dibedakan atas tiga macam.
1) Vokal bulat, yaitu vokal yang diucapkan dengan
bentuk bibir bulat, misalnya vokal [o,u]
2) Vokal netral, yaitu vokal yang diucapkan dengan
bentuk bibir dalam posisi netral, dalam arti tidak bulat
tetapi juga tidak terbentuk lebar, misalnya vokal [a]
terbuka bulat.
3) Vokal tak buat, yaitu vokal yang diucapkan dengan
bentuk bibir tidak bulat atau terbentang lebar.
Misalnya vokal [l, e, a, , ]
Voicing16
Voicing memiliki pengertian bahwa pita suara
digunakan, jika pita suara tidak digunakan, suara disebut
voiceless. Voiced dan voiceless sering ditujukan pada bagian
glotis dengan dan tanpa getaran (vibrasi) dari pita suara.
Dalam posisi normal, lipatan dari pita suara terpisah atau
dikatakan glotis terbuka. Ketika tepi pita suara lipatannya
Tempat Artikulasi12
menyentuh
alveolar
ridge
(bagian
yang
yang merupakan voiced : /n/ (nip), /d/ (dip), /z/ (zip) dan /l/ (lip).
Dan yang merupakan voiceless adalah /t/ (tip) dan /s/ (sip). Pada
artikulasi ini dapat dilakukan dengan ujung lidah atau daun lidah.
Cara Artikulasi 12
Suara pada bahasa dapat diklasifikasikan dalam beberapa
Nasal (sengauan)
Konsonan dihasilkan pada kedua hidung dan
mulut. Alat artikulasi pada mulut, tetapi udara keluar
melalui hidung karena velum yang merupakan bagian
palatum lunak pada bagian belakang atas mulut
diturunkan dan membiarkan udara menuju hidung.
Contoh /m/ (hum), /n/ (hun) dan /ng/ (hung). Untuk
/m/, penutupan dibuat dua bibir bersamaan. /n/ dibuat
dengan ujung atau daun lidah menyentuh alveolar
ridge. /ng/ dibuat dengan belakang lidah menyentuh
velum.
yang
menyempit,
yang
secara
Gambar. Posisi lidah dan velum untuk produksi /g/ dan /k/
-
Frikatif
Dalam
menghasilkan
frikatif,
terdapat
Affrikatif
Suara yang mulainya stop tetapi kemudian dibuka
dengan
sedikit
menjadi
frikatif,
dibandingkan
dengan obstruent.
Approximant
Satu
artikulator
bergerak
menutup
menutup
untuk
menyentuhnya
atau
gerak
isyarat
membulat.
/h/
Sistem Konsonan12
Klasifikasi sistem berdasarkan tempat artikulasi dan cara
artikulasi
suara.
Hubungan
pada
terjadinya
fonem
(Initial
Internal
Final)
dimer
dim)
- Stops
/b/ voiced bilabial stop (bit
obi
lob)
- Frikatif
/v/ voiced labiodental fricative (vas
over
stove)
offer
stuff)
- Afrikatif
/j/ voiced lingua-prepalatal affricative (je
leje
ej)
lecet
etch)
affricative
- Approximant
/l/ voiced (lingua-alveolar)(lala
pala
pal)
lateral approximant
Cara Artikulasi
Nasal
m
Lingua-alveolar
Lingua-velar
ng
Labiodental
Frikatif
v
Voicing
Stops
voiced
b
voiceless
p
voiced
d
voiceless
t
voiced
g
voiceless
k
Voicing Afrikatif
voiced
lingua-dental
Lingua-alveolar
linguaprepalatal
f
th
(thing)
th
(then)
z
s
voiceless
voiced
voiceless
voiced
voiceless
voiced
j
voiceless
ch/c
Approximant
Central Voicing Lateral
w
voiced
voiceless
voiced
l
voiceless
sh
Bilabial
Lingua-alveolar
Linguaprepalatal
voiced
voiceless
Lingua-palatal
y
voiced
voiceless
Glottal
voiced
h
voiceless
Tabel 2. Sistem Terjadinya Konsonan
Adapun suara perut (ventriloquisme) merupakan modifikasi dari suara
normal, hanya saja perbedaanya terletak pada bagian artikulasinya. Pada suara
perut, pola pengucapannya tidak menggunakan suara labial, sehingga membuat
bibir dan rahang tidak bergerak saat berbicara. Huruf-huruf yang seharusnya
diucapkan dengan suara labial diganti dengan gabungan huruf serta pola
pengucapan yang berbeda sehingga suara yang dihasilkan menyerupai suara
labial. Contohnya pengucapan huruf f diganti dengan th, m diganti dengan
Nah atau neh, P diganti dengan kl, Q diganti dengan Koo, Vdiganti
dengan th, dan W diganti dengan ooh.
Rangsangan auditori
Thalamus
Korteks auditori
(girus heschls)
Korteks motorik
(lobus frontal)
Respirasi
Fonasi
Resonansi
Artikulasi
2) Bibir
Panjang bibir atas dalam keadaan normal dengan protrusif premaksila dapat
menunjukkan bibir yang lebih pendek dan dapat berpengaruh pada penutupan
bilabial. Saat bibir atas pendek, akan terjadi kesulitan dalam memproduksi bunyi
bilabial (p, b, m).
3) Lidah
a. Macroglossia adalah keadaan dimana lidah sangat besar. Lidah tidak
cukup menempati jarak rongga mulut sehingga protrusi melewati alveolar
ridge. Makroglosia dapat mempengaruhi produksi dari bunyi linguaalveolar (ch, d, n, L, t) dan menyebabkan perubahan suara berdesis frontal
atau lateral (s,z)
b. Microglossia kebalikan dari macroglossia, yaitu ukuran lidah yang kecil
terutama dalam relasi dengan jarak pada rongga mulut. Keadaan ini dapat
menyebabkan kesulitan menghasilkan bunyi lingua-alveolar (ch, d, n, L, t),
tetapi sering tidak ada efek merusak pada proses berbicara
c. Ankyloglossia atau tongue tie adalah kondisi dimana frenulum lingualis
secara kongenital pendek dan melekat pada ujung lidah bagian
anteriornya. Ankyloglossia sedikit berpengaruh pada proses berbicara
karena sangat sedikit peran ujung lidah yang diperlukan dalam
memproduksi bunyi yang normal. Dalam proses berbicara normal, fungsi
lidah paling jauh adalah melawan bagian palatal dari insisivus rahang atas
4) Palatum
Ketika palatal arch dalam keadaan rendah, datar, atau sempit, hal ini
membatasi jarak dari rongga mulut yang dapat menyebabkan protrusi pada
lidah. Lidah yang protrusi dapat mempengaruhi ujung lidah dalam posisi
yang abnormal untuk artikulasi ujung lidah (ch, d, n, L,s,t, z)
Overjet adalah relasi horizontal gigi insisivus rahang atas dan rahang
bawah dalam keadaan oklusi yang diukur dari permukaan labial dari
insisivus mandibula ke permukaan labial dari insisivus maksila.
Apabila insisivus rahang atas letaknya lebih ke anterior dan overjet
lebih dari 2 mm dapat dikatakan gigi tersebut labioversi. Labioversi
mempengaruhi proses berbicara dengan menghalangi penutupan bibir.
Hal ini mengubah produksi suara bilabial. Artikulasi bilabial akan
diganti dengan bunyi labiodental.
Huruf yang
Keadaan
Organ
Gigi
dihambat
Bunyi lingua-
s, z
alveolar
maxilaris
d, s,t, z
s tidak jelas
s jadi berdesis
Ankyloglosia
ch, d, n, L
Microglossia
s,t, z
Macroglossia
Maksila yang relatif kecil
Lidah
Rahang
Palatum
Gigi
linguoversi
Completecross bite
Deep bite atau deep over bite
Bunyi bilabial
Bibir
bibir jadi
Gigi
lebih pendek
p,b
Bunyi
f, v
labiodental
Rahang
Gigi
th
dental
Bunyi lingua-
palatal
Rahang
tebal
Gigi
DAFTAR PUSTAKA
1. Berkovit, B. K. B. Master Dentisty Vol.3 Oral Biology. Elsevier. 2011.
2. Seiichi Nakagawa, Kiyohiro Shikano dan Yoichi Tohkura. Speech,
Hearing and Network Models. Japan: Ohmsha, Ltd. 1995.
3. Dronkers and Ogar. Editorial: Brain Areas Involved in Speech Production.
Guarantors of Brain, 2004; Vol 127: p 1461-1462.
4. P.B. Denes and E.N. Pinson, The Speech Chain: The Physics and Biology
of Spoken Language, Anchor Press-Doubleday, Garden City, NY, 1973.
Aspect of Communication Sciences and Disorder.
5. A. Barney, C.H. Shadle, and P.O.A.L. Davies, Fluid Flow in a Dynamical
Mechanical Model of the Vocal Folds and Tract. 1: Measurements and
Theory, J. Acoustical Society of America, vol. 105, no. 1, pp. 444455,
Jan. 1999.
6. Newman SR, Butler J, Hammond EH, Gray SD. Preliminary report on
hormone receptors in the human vocal fold. J Voice. 2000 Mar;14(1):7281.
7. Altman KW, Haines GK 3rd, Vakkalanka SK, Keni SP, Kopp
PA, Radosevich JA. Identification of thyroid hormone receptors in the
human larynx. Laryngoscope. 2003 Nov;113(11):1931-4.
8. Jan W. Brunings, Janneke J.B.F.G. Schepens, Carine J. Peutz-Kootstra,
Kenneth W. Kross.The Expression of Estrogen and Progesterone
Receptors in the Human Larynx. Journal of Voice. 2013 May;27(3);376
380
9. Chen B1, Wang J, Li W, Ji W. Expression of androgen receptor and
estrogen receptor in carcinoma of larynx. Department of Otolaryngology,
201 Hospital of PLA, Liaoyang 111000, China.2006 Jul;20(14):649-51.
10. Sameep Kadakia, Dave Carlson, and Robert T. Sataloff. The Effect of
Hormones on the Voice. Journal of Singing, May/June 2013; 69(5);571
574..
11. Chaer, Abdul. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta. 2007.
12. Hamann Cornelia, Schmitz Carmen. 2005. Phonetics and Phonology
Reader for First Year English Linguistics. University of Oldenburg.
13. Pennington Martha C. 1996. Phonology in English Language Teaching:
An International Approach. USA : Routledge.A
14. Dardjowidjojo Soenjono. 2003. Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman
Bahasa Manusia. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia Anggota IKAPI.A
15. Khusartanti, Yuwono Untung, Lauder Multamia RMT. 2005. Pesona
Bahasa Langkah awal Memahami Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
16. Benesty, Sondhi, Huang. 2008. Springer Handbook of Speech Processing.
USA : Springer.