Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

Logopedi adalah bagian ilmu fonetik yang mempelajari dan mendalami cara

bicara, terutama memperbaiki cara bicara. Dalam ilmu logopedi terdapat beberapa hal

yang didalami seperti perkembangan bicara, mekanisme bicara, pembentukan suara

ucapan bicara, serta kelainan fungsi bicara.1

Dalam perkembangan perilaku, komunikasi dipandang sebagai suatu masalah

yang penting dalam kehidupan manusia normal dan sehat. Semakin berkembangnya

pendidikan profesi kesehatan gigi khususnya dibidang kesehatan gigi anak, maka

perlu dipelajari lebih mendalam mengenai perilaku komunikasi normal dan patologis

akibat kelainan organ-organ produksi suara.1-2

Bicara adalah suatu hal yang unik bagi manusia dan merupakan salah satu

cara berbahasa. Ditinjau dari fungsinya, bahasa adalah alat komunikasi yang

digunakan manusia untuk saling berhubungan, sedangkan bicara atau bunyi bahasa

(bahasa lisan) adalah sistem psikofisiologis yang mempergunakan berbagai bagian

sistem organ tubuh dan pikiran agar manusia dapat mengkomunikasikan suatu

informasi antar sesamanya.3

Bicara yang normal dihasilkan oleh integrasi aktivitas struktur fisik dan sistem

saraf. Proses fisik yang terlibat dalam bicara antara lain respirasi, fonasi, resonansi

dan artikulasi. Dalam makalah ini pembahasan ditekankan mengenai mekanisme

1
2

bicara yang berhubungan dengan fonasi dan resonansi. 1,4

Kelainan bicara dan bahasa menandakan adanya masalah dalam komunikasi

dan bagian-bagian yang berhubungan dengannya seperti fungsi organ bicara.

Keterlambatan dan kelainan mungkin bervariasi, mulai dari yang ringan atau tidak

ada pengaruhnya terhadap kehidupan sehari-hari dan sosialisasi, sampai yang tidak

mampu untuk mengeluarkan suara atau tidak memahami dan tidak mempergunakan

bahasa Hanya sebagian kecil anak-anak yang mengalami kelainan bicara dan bahasa

kategori sangat berat. Walaupun demikian, karena pentingnya bahasa dan

keterampilan berkomunikasi dalam kehidupan anak-anak, meskipun kelainan atau

gangguannya ringan, hal tersebut akan berpengaruh negatif terhadap kehidupannya.2-3


3

BAB II

FONASI DAN RESONANSI

Fonasi adalah proses dalam menghasilkan bunyi vokal (suara). Istilah fonasi

dirujuk kepada suara atau bisikan yang dihasilkan oleh getaran pita suara dan

berkaitan dengan mekanisme bicara. Dengan demikian, hal-hal yang tidak berkaitan

dengan bicara, walaupun merupakan hasil produksi getaran pita suara, tidak dapat

disebut fonasi, misalnya batuk dan mendehem. Oleh karena itu, fonasi didefinisikan

sebagai proses fisiologis yang mengubah aliran udara dalam vokal tract menjadi

energi akustik didalam laring. Pemahaman tentang fonasi merupakan pemahaman

mengenai laring beserta seluruh komponennya, vokal tract serta korelasinya dengan

pemahaman produksi bicara yang terbatas pada bunyi vokal saja. Untuk

menghasilkan berbagai tipe suara maka pita suara tersebut harus bergetar. Getaran

terjadi melalui pembangkitnya yaitu aliran udara.

Dalam proses ini banyak terjadi perubahan atau pergantian pergerakan,

sehingga seseorang dapat menghasilkan bermacam-macam suara seperti berbicara

dengan suara nyaring atau lembut, bernada tinggi atau rendah, berbicara dengan suara

jelas, serak, hingga nyaring menghentak. Kadangkala bunyi suara dapat diiringi

dengan perasaan cemas, perasaan gembira atau banyak lagi sikap dan emosi yang
4

dibawa didalam suara. Suara-suara yang disebutkan diatas, dihasilkan oleh berbagai

unsur gabungan elemen suara pada laring serta mendapat resonansi di daerah yang

berhubungan dengan sistem pernapasan diatas laring.1-2,4-5

Mekanisme fonasi dapat dijelaskan sebagai berikut. Udara dari dalam paru-

paru mengalir keluar melalui bronkus, trakhea dan berhenti di laring, di bawah pita

suara. Berhentinya udara disini, disebabkan oleh menutupnya pita suara. Udara di

bawah pita suara ini terus bertambah, sehingga tekanannya semakin besar dan

memaksa pita suara terbuka sehingga mengakibatkan terpencarnya udara. Oleh

karena semakin berkurangnya volume udara dari bawah pita suara, menyebabkan

tekanan subglotal berkurang. Hal ini menjadikan pita suara menutup kembali.

Selanjutnya peristiwa tersebut diulang dan berlangsung terus menerus menghasilkan

tekanan udara yang bergantian.4-5

2.1 Organ Fonasi

Proses dalam menghasilkan bunyi vokal (suara) juga dipengaruhi oleh organ-

organ yang terlibat dalam proses fonasi. Organ yang terlibat dalam kegiatan fonasi

antara lain pita suara, laring serta otot-otot ekstrinsik dan intrinsik laring.1,2,4,5

2.1.1 Laring

Laring berperan sebagai vibrator, dimana dalam hal ini unsur yang berperan adalah

pita suara. Pita suara didefinisikan sebagai lipatan di sepanjang dinding lateral laring
5

yang dapat diregangkan dan diatur posisinya serta berada dalam batas posisi laring.1,5

Fungsi laring antara lain :

1). Tempat lewatnya udara yang menghubungkan faring dan trakea.

2). Spincter, untuk menghalangi masuknya makanan dalam faring.

3). Organ bicara

Laring berada pada bagian anterior leher setinggi korpus vertebra servikal

ketiga sampai keenam yang menghubungkan faring dan trakhea. Kerangka laring

berbentuk piramida terbalik terdiri atas sembilan tulang rawan yang berhubungan

melalui ligamentum dan membran. Dari sembilan tulang rawan tersebut, terdapat tiga

tulang rawan tunggal, yaitu : kartilago tiroid, krikoid dan epiglotis. Selain itu, juga

terdapat tiga tulang rawan yang berpasangan, yaitu aritenoid, kornikulata dan

kuneiformis.

Gambar 1. Anatomi Laring 1


6

Bagian terbesar yang merupakan tubuh laring terdiri atas tulang rawan tiroid.

Didalam tubuh laring terdapat membran, ligamen, mukosa, otot dan saraf. Bagian

bawah yang merupakan tempat kedudukannya paling kokoh terdiri atas tulang rawan

krikoid. Tulang rawan krikoid membentuk tempat-tempat yang berhubungan dengan

tulang rawan aritenoid, tiroid, trakea dan membentuk selaput elastis kuat berupa

konus elastikus (pita suara), dimana ujung anteriornya melekat pada tempat

pembentukannya, sedangkan ujung posteriornya dapat begerak pada kedua tulang

rawan aritenoid.1

Gambar 2. Ligamen dan Membran Laring 1

Laring dipersarafi oleh nervus vagus. Saraf sensoris terdapat pada mukosa

laring di atas plika vokalis yang berasal dari ramus laringeus internus, cabang

laringeus superior. Di bawah plica vokalis, mukosa laring dipersarafi oleh nervus

laringeus rekurens. 1,4-6


7

Laring terdiri atas dua kelompok otot, yaitu otot intrinsik dan ektrinsik. Otot

intrinsik terdiri dari otot yang mengendalikan aditus larynges, yaitu otot

arythenoideus oblique, dan otot yang dapat menggerakkan plika vokalis, yaitu : otot

cricothyroideus (tensor), otot cricoarythenoideus lateralis (abductor), otot

arythenoideus transversus (abductor), otot thyroepiglotis, otot thyroarythenoideus

externus (relaksor) dan otot thyroarythenoid internus (otot vokalis).1,4-6

Gambar 3. Otot Instrinsik . A. Gambaran Posterior B. Gambaran Lateral 1

Otot ektrinsik terdiri dari otot elevator dan depresor laring. Otot elevator

meliputi otot stylohyoideus, otot digastricus, otot mylohyoideus dan otot

geniohyoideus. Sedangkan otot depresor meliputi : otot omohyoideus, otot

sternohyoideus, otot sternothyriodeus serta otot thyrohyoideus.4,6

Bagian terpenting laring adalah pita suara yang terdiri atas 2 pasang lipatan

memanjang dalam arah antero-posterior. Masing-masing lipatan disebut ligamen

vocal dan ligamen ventrikularis. Bidang antara ligamen kiri dan kanan disebut rima

glottidis, sedangkan antara kedua ligamen ventrikularis disebut rima vestibular


8

Gambar 4. Pita suara 6

Unsur vibrator pada laring adalah pita suara yang membentang sepanjang

dinding lateral laring, diregangkan dan diatur posisinya oleh beberapa otot khusus

laring, sehingga terdapat perbedaan regangan dan ruangan yang membentuk celah

pada pita suara dengan bermacam ukuran yang menimbulkan suara.2

A. Voiceless

Terjadi pada saat inspirasi, kedua pita suara saling menjauh dan membuka secara

penuh (full abduction) sehingga udara dengan bebas dapat lewat diantaranya tanpa

menimbulkan suara (voiceless).

B. Voiced

Aliran udara yang lewat dengan bebas dan cepat pada waktu inspirasi,

menciptakan ruang hampa parsial dan menyebabkan kedua pita suara saling

mendekat, aliran udara terhenti, timbul tekanan di belakang pita suara, pita suara

kembali terbuka, sehingga terbentuk pola getaran yang terus menerus, kemudian

menghasilkan suara (voiced).


9

Jumlah getaran per detik disebut frekuensi, istilah psikologisnya adalah pitch.

Pitch berhubungan dengan nada dan keras suara, intensitas suara, serta kualitas suara.

Lebih cepat getaran, lebih tinggi pitchnya. Kecepatan getaran biasanya ditentukan

oleh massa, panjang dan tekanan suatu benda waktu bergetar. Frekuensi getaran yang

dikeluarkan oleh laring dapat diubah dengan dua macam cara. Pertama, suatu

perubahan dapat dicapai dengan meregangkan atau mengendurkan pita suara. Kedua,

frekuensi suara berubah dengan mengubah bentuk dan massa tepi-tepi pita suara.

Frekuensi tinggi dihasilkan oleh kontraksi berbagai otot thyroarythenoideus, sehingga

tepi pita suara meruncing dan menipis. Frekuensi bass dihasilkan oleh kontraksi otot

thyroarythenoideus sehingga tepi pita suara melebar dengan massa yang besar saling

mendekat.2

Gambar 5. Posisi pita suara pada waktu inspirasi, berbisik dan fonasi.2

Ukuran pita suara balita umur 14 hari panjangnya 3 mm, umur 1 tahun

panjang pita suara 5,5 mm, umur 5 tahun panjang pita suara 7,5 mm, umur 6,5 tahun
10

panjang pita suara 8 mm, umur 15 tahun panjang pita suara 9,5 mm. Pada laki-laki

dewasa panjang pita suara 23 mm, sedangkan pada perempuan dewasa panjang pita

suara 17 mm. Pada tipe soprano 14 – 18 mm, tenor 22 mm dan pada tipe bass 25

mm.2

Sumber suara fonasi yang diproduksi melalui pita suara dengan intensitas

yang lemah, meskipun sudah mempunyai warna, tetapi masih sulit untuk

diidentifikasi. Oleh karena itu resonator memberikan variasi warna suara (frekuensi,

intensitas, kualitas). Resonator adalah tempat suara fonasi lewat menuju udara luar

yang nantinya akan menjadi suara bicara, memberi variasi pada frekuensi suara

fonasi, sehingga meningkatkan intensitas dan kualitas suara menjadi resonansi yang

dapat dikenal identitasnya.2,6

Resonansi berhubungan dengan respon bunyi terhadap getaran suatu benda

dan pulsasi udara dalam suatu ruangan. Permukaan ruangan sebagai organ resonator

adalah penting untuk menghasilkan suara resonansi. Susunan permukaan yang tajam

dan keras akan menghasilkan frekuensi yang tinggi. Misalnya saluran yang

merupakan tempat udara lewat dalam sistem organ bicara tidak merupakan saluran

lurus, tetapi merupakan saluran dengan banyak tahanan, seperti terdapatnya thyroid

prominence atau adam’s apple. Struktur ini pada laki-laki lebih tajam dibandingkan

dengan perempuan. Pada laki-laki membentuk sudut 90 derajat, sedangkan pada

perempuan membentuk sudut 120 derajat.2

Resonansi dalam hal suara bicara berkaitan dengan respon bunyi dari molekul
11

udara yang terdapat didalam rongga mulut, rongga hidung, rongga bukal yaitu rongga

yang terdapat di antara bibir, pipi dan gigi, serta rongga faring, rongga laring dan

trakhea. Untuk singkatnya rongga tersebut dikenal dengan istilah vocal tract yang

berfungsi sebagai sumber bunyi sekaligus berfungsi sebagai resonator.2,6

Organ resonator secara spesifik merupakan bagian dari vocal tract yang terdiri

atas rongga faring, rongga mulut, rongga hidung dan sinus. Rongga-rongga tersebut

terdapat diatap rongga mulut sekitar hidung yaitu sinus paranasalis. Struktur

resonator ini tidak memberikan kekuatan pada aliran udara, tetapi menyimpan dan

mengkonsentrasikan kekuatan udara yang sudah ada pada suara faring. Suara laring

yang sudah diresonansi masih belum merupakan suara bicara.2

Ciri-ciri resonansi sangat bervariasi pada tiap orang. Selain merupakan aspek

yang sangat penting bagi efektivitas bicara. Peneliti terdahulu percaya, bahwa suara

yang dihasilkan pada pita suara mempunyai komposisi yang sangat mendasar dan

kaya akan bunyi, kemudian berbagai resonator disiapkan untuk memberikan getaran

pada suara tersebut dengan hembusan udara yang dihasilkan oleh lipatan-lipatan pita

suara dan pada akhirnya diresonansi sebagai frekuensi tertentu. Organ yang terlibat

pada resonansi diantaranya adalah faring, rongga mulut, hidung dan sinus

paranasalis.2,5,6
12

BAB III

PERKEMBANGAN KOMUNIKASI DAN BICARA

Secara umum bahasa yang normal harus memenuhi syarat seperti sesuai

dengan pikiran, perasaan dan kehendak/kemauan, tidak menarik perhatian si

pendengar maupun si pembicara sendiri, serta tidak menimbulkan gangguan

psikososial dalam mengadakan komunikasi dengan lingkungannya. Refleks awal dari

faktor neuromotor pada saat pemberian makanan dan kecacatan rongga mulut

mungkin akan mengganggu perkembangan dari penghisapan, penelanan dan

pemberian makanan, sehingga akan berdampak dalam menghasilkan ucapan untuk

bicara atau berkomunikasi. Artikulasi berhubungan dengan produksi ucapan,

berbicara/berbahasa akibat modifikasi aliran pernafasan dengan menggunakan alat-

alat produksi bicara. Masalah kelainan-kelainan yang terjadi dapat bervariasi mulai

dari distorsi suara ringan seperti cadel sampai pembicaraan yang tidak dapat
13

dipahami.3

Proses pembelajaran bahasa berjalan mulai dari pemahaman kosakata,

penggabungan kata-kata sampai menjadi kalimat sehingga bahasa yang didengar dan

dikatakan menjadi bahasa yang dimengerti. Suara dihasilkan ketika pita suara dalam

laring di vibrasi sehingga perubahan aliran udara dan bentuk lipatan vokal dapat

mempengaruhi kekerasan nada dan kualitas suara. Lancar atau tidaknya dalam

berkomunikasi menunjukkan kegagapan pada berbagai usia. Artikulasi, kualitas

suara, dan kefasihan dapat dipengaruhi oleh adanya abnormalitas dalam pernafasan

(aliran udara ke luar dan ke dalam paru-paru), fonasi (suara yang dihasilkan oleh

laring), dan resonansi suara (getaran di dalam sistem vokal). Kelainan seperti ini

sangat bervariasi dalam tingkatannya, dan dapat terjadi secara tersendiri, bersama-

sama dengan yang lain, atau berhubungan dengan kondisi patologis bahasa lainnya.

Neurofisiologi yang normal seperti adanya selaput dan otot yang baik untuk

pernafasan dan pengucapan sangat penting untuk keterampilan bicara agar

berkembang dengan baik. Kelainan klinis berupa adanya hambatan struktural dalam

pengucapan termasuk di dalamnya bibir, gigi, gerakan lidah yang terbatas, cleft up,

dan/atau cleft palate merupakan sejumlah sindrom yang sering menandai malformasi

depan kepala.7

Dalam mempelajari proses bahasa, maka mekanisme bicara tidaklah

sesederhana seperti yang kita bayangkan. Mekanisme bicara merupakan suatu proses

yang sangat rumit. Untuk mempermudah pembelajaran, harus mendapatkan


14

gambaran bagaimana mekanisme bicara tersebut dimulai, fungsi apa saja yang

berperan, dan bagaimana fungsi-fungsi tersebut berhubungan. Terdapat beberapa hal

yang perlu diperhatikan dalam mempelajari mekanisme bicara, antara lain:3,7

1. Mekanisme pernapasan yang ditandai dengan masuknya oksigen ke dalam

paru-paru, pertukaran O2 dan CO2 kemudian berakhir dengan keluarnya CO2

dari dalam tubuh. Dalam mekanisme bicara, pernapasan bukan hanya sebagai

kebutuhan untuk hidup, tetapi merupakan modal dasar dan sumber energi

utama dalam produksi bicara dan bahasa.

2. Mekanisme fonasi merupakan proses produksi suara yang dimulai dari

perubahan suara dimana terjadi perubahan udara dari dalam traktus vokalis

setelah proses ekspirasi selesai, sehingga udara yang keluar dihambat oleh

pita suara.

3. Mekanisme resonansi berupa peningkatan intensitas bunyi melalui modifikasi

rongga sekitar sumber bunyi. Modifikasi rongga-rongga faring akan

meningkatkan intensitas fonasi, sehingga dapat diterima telinga sebagai bunyi

bicara dengan berbagai variannya

4. Mekanisme artikularis merupakan bagian akhir dari mekanisme bicara dan

merupakan proses pembentukan gelombang udara yang mempunyai intensitas

dan frekuensi tertentu menjadi bunyi.


15

BAB IV

TUMBUH KEMBANG BICARA PADA ANAK

Kemampuan berbicara merupakan indikator seluruh perkembangan anak,

karena melibatkan kemampuan kognitif, sensoris motorik, psikologis, emosi dan

lingkungan disekitar anak. Seorang anak tidak akan mampu berbicara tanpa

dukungan dari lingkungannya.7

Tumbuh kembang seorang anak dipengaruhi oleh berbagai kondisi lingkungan

sekitar. Faktor keturunan berperan kira-kira 40% dan faktor lingkungan 60%. Untuk

mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, maka kebutuhan dasar anak

harus terpenuhi meliputi kebutuhan fisik, kebutuhan emosi dan kebutuhan stimulasi.
16

Jika terdapat satu saja kebutuhan dasar yang tidak cukup atau tertunda, maka hal

tersebut dapat mengakibatkan pola dan kecepatan pertumbuhan dan perkembangan

anak terhambat, kecerdasan menurun, gangguan emosi, kelainan tingkah laku, cacat,

bahkan kematian.7

Berbicara merupakan salah satu tahap penting perkembangan batita.

Perkembangan berbicara pada setiap anak memang berbeda. Ada anak yang telah

mampu berbicara lancar sebelum 12 bulan, namun ada pula anak yang masih sulit

untuk berbicara padahal usianya sudah lebih dua tahun, tetapi sebagian besar anak

sudah dapat berbicara (meskipun baru satu suku kata) pada usia18 bulan.7-8

Proses berbicara meliputi kegiatan memperhatikan, mendengarkan, berfikir,

memahami, menginginkan, dan membutuhkan bicara. Kegiatan ini juga memerlukan

koordinasi otot-otot yang benar untuk berbicara. Meskipun anak belum mampu

berbicara, namun jauh sebelum itu dia telah mampu memahami apa yang

disampaikan kepadanya. Hal ini merupakan tahap awal persiapan berbicara yaitu

mengamati. Dalam fase ini anak mengamati cara orang tua berbicara. Bagaimana cara

mengkoordinasikan otot – otot dan bentuk bibir. Selain itu, anak juga merekam

bunyi-bunyian yang mudah dicerna.7-8

Setelah melalui fase mengamati anak akan melanjutkannya pada fase

peniruan. Anak akan belajar bicara dengan meniru kata atau bunyi-bunyian yang

paling sering didengar dan tertatanam dalam benaknya. Beberapa cara melatih anak

berbicara antara lain:8


17

1. Sering mengajak anak berbicara, meskipun anak belum dapat mengucapkan

sepatah kata pun. Dengan sering memberi rangsangan kepada anak ia akan sadar

bahwa berbicara merupakan kebutuhan dan anak akan mulai belajar.

2. Ajari anak mengucapkan kata yang telah dipenggal sehingga lebih mudah

dikatakan, seperti: mengajari anak untuk mengucapkannya kata batu menjadi “Ba

– Tu” , kata mama menjadi “Ma-Ma” , kata sapi menjadi “Sa-Pi” dan seterusnya.

3. Bernyanyi bersama anak akan lebih memudahkan mereka menghafal kata dan

menyimpannya dalam memori.

4. Gunakan media untuk merangsang perkembangan bicaranya, misalnya dengan

gambar-gambar menarik, warna-warna terang dan mainan tiga dimensi.

5. Mendorong anak untuk berbicara walau sekacau apa pun yang dia katakan.

Walaupun anda tidak mengerti apa yang disampaikan anak, hargailah anak

dengan menanggapi ocehannya seolah-olah anda mengerti.

6. Salah satu meode paling ampuh mengajari anak berbicara adalah memintanya

untuk memilih. Biasanya anak akan mengucapkan kata yang terakhir dia dengar,

seperti : “Adik mau pisang atau apel?” Maka anak akan menjawab apel. Lalu jika

dibalik, “Adik mau apel atau pisang?” Maka dia akan menjawab pisang.

Meskipun anak hanya meniru apa yang didengar pada saat terakhir, namun jika

hal ini terus diasah akan membantu anak pintar berbahasa.

7. Ajari anak berbicara dengan kata-kata yang benar. Meskipun jika anak cadel dalam
18

mengucapkan sesuatu, maka orang tua harus tetap mengucapkannya secara

sempurna. Hal ini mengajarkan padanya makna kata – kata yang benar dan bukan

orang tua yang ikut berbicara seperti yang diucapkan anak. Misalnya : Anak

mengucapkan “bola dengan boya”. Maka orangtua harus dengan tegas

mengulangi dengan kata yang benar.

BAB V

KESIMPULAN

Proses maturasi bicara dan kemampuan bahasa merupakan salah satu ciri- ciri

penting pada perkembangan anak sejak bicara membentuk perilaku. Hal ini

dipengaruhi oleh berbagai faktor. Meskipun sebagian besar anak mencapai

kemampuan bicara tanpa kesulitan, 5-10% anak justru mengalaminya. Abnormalitas

bicara selalu dikaitkan dengan gajala gangguan psikoneurologi yang berpengaruh


19

pada pertumbuhan, perkembangan dan proses belajar

Peranan keluarga sangat berperan penting dalam menstimulasi anak agar

dapat berbicara dengan baik. Proses bicara berbeda sesuai dengan keadaan psikologis

dan tahap tumbuh kembang anak. Apabila anak tidak diajak berbicara maka tidak

menutup kemungkinan anak akan terlambat dalam berbahasa dan tentunya dapat

memberikan efek yang kurang baik saat anak beranjak dewasa.

DAFTAR PUSTAKA

1. Guyton, A.C. 1994. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 7th ed. EGC. ( Hal 162-4)

Haroen, E.R. 2008.

2. Buku Pegangan Kuliah Mahasiswa PPDGS LOGOPEDI edisi 12. Sumedang. (Hal

17-22)
20

3. Utomo Budi R.Deteksi Perubahan Suara Kasus Logopedik Pada Perawatan Gigi

Anak.Majalah Kedokteran Gigi 2008; 15(1):85-94

4. Liebgitt, B. Dasar-dasar Anatomi Kedokteran Gigi. EGC.1995: (Hal 267- 321).

5. Novida. 2008. Udara Memungkinkan Kita Bicara. http://id.shvoong.com/exact-

sciences/biology/1833678-udara-memungkinkan-kita-berbicara. (26 September

2012)

6. Sicher, H.Oral Anatomy.3rd ed. St Louis The C.V Mosby Co.1960: (82-314)

7. Eko Jaenudin. Stimulasi Keluarga Pada Perkembangan Bicara Anak Usia 6-36

Bulan Di Kelurahan Kuningan Semarang Utara. Departemen Ilmu Kesehatan Anak

FK Universitas Diponegoro Semarang 2000.37-40

8. Topan.Melatih Balita Berbicara. 2009.

http://www.yayasanmdf.org/home/index.php?view=article&catid=2:artikel&id=82:

melatih-balita-berbicara&format=pdf. ( 26 September 2012)

Anda mungkin juga menyukai