( KIE )
C.P.L. :
Pendahuluan
Seorang dokter yang baik adalah yang mampu berempati terhadap masalah yang dihadapi
pasien. Oleh karena itu, keterampilan berkomunikasi penting untuk diajarkan pada mahasiswa
kedokteran gigi..
Komunikasi dokter gigi-pasien yang efektif, idealnya merupakan suatu kolaborasi atas
dasar kesetaraan, sehingga sifat komunikasinya bukan bersifat paternalistik melainkan suatu
konseling, ketika dokter menegakkan diagnosis, kemudian menawarkan alternatif terapi, lalu
diikuti bimbingan kepada pasien untuk memilih alternatif terbaik.
KIE merupakan salah satu metode pencegahan noninvasif yang diberikan terhadap orang
tua dan anak mengenai cara membersihkan gigi, modifikasi diet, informasi perawatan
pencegahan yang dapat dilakukan di klinik dokter gigi, dan pentingnya melakukan kontrol
berkala.
KIE merupakan bagian yang sangat penting dalam upaya pencegahan karies dan gingivitis.
KIE yang dilakukan oleh dokter gigi bertujuan untuk membangun kemampuan menjaga
kebersihan gigi dan mulut yang dilakukan di rumah dan memberikan perspektif pentingnya
melakukan kontrol rutin sehingga karies dan gingivitis dapat dicegah. KIE yang diberikan oleh
dokter gigi bersifat verbal dan nonverbal. KIE verbal termasuk edukasi kesehatan gigi dan mulut
pada orang tua dan anak. KIE nonverbal adalah ketika dokter gigi memberikan contoh atau
memperagakan teknik membersihan gigi dan mulut dengan sikat gigi dan benang gigi. KIE
verbal dan nonverbal tersebut diberikan sesuai dengan usia anak.
Pada bayi (usia 0 sampai 1 tahun)
pembersihan plak sebaiknya dimulai sejak gigi pertama anak erupsi. Pembersihan
dilakukan dengan menggunakan kasa lembab atau kain lembut bersih yang dibungkus pada jari.
Kemudian, lakukan pemijatan pada gigi dan gusi. Anak dapat diposisikan dengan berbagai cara
namun posisi yang paling umum adalah posisi arm-cradled yaitu posisi anak sebaiknya dipangku
dan didekap pada satu tangan dengan tangan lainnya melakukan pembersihan Posisi ini juga
memberikan rasa aman pada bayi. Pembersihan dilakukan sekali sehari
sikat gigi sebaiknya diperkenalkan ke dalam prosedur pembersihan plak. Sikat gigi untuk
anak-anak dipilih menurut usia anak maka bentuk kepala, ukuran, dan gagang sikat pun harus
sesuai dengan kelompok usia anak. Dengan kesesuaian ini diharapkan sikat gigi dapat
menjangkau seluruh permukaan gigi dan tidak menyebabkan gingiva terluka akibat gesekan dari
sikat gigi yang terlalu besar. Sikat gigi anak sebaiknya memiliki bulu sikat yang lembut dengan
kepala sikat yang bulat untuk mencegah bulu sikat dan bentuk kepala yang tajam melukai sisi
dalam mulut anak. Dokter gigi dapat merekomendasikan kepada orang tua agar anak memilih
sendiri sikat gigi yang disukainya. Dengan demikian diharapkan anak menjadi lebih koopoeratif
dan antusias merawat gigi dengan model sikat gigi yang menarik. Selain cara memilih, orang tua
juga sebaiknya mengetahui cara merawat sikat gigi. Sikat gigi harus dibersihkan di bawah air
mengalir setelah penggunaan. Jika sikat gigi disimpan bersamaan dengan sikat gigi lain,
sebaiknya pisahkan sikat gigi agar kepala sikat gigi tidak saling bersentuhan agar menghindari
komtaminasi mikroorganisme antar sikat gigi. Sikat gigi anak dapat diganti setiap dua bulan.
Ketidakmampuan anak kelompok usia ini untuk meludah dan adanya potensi tertelannya
fluoride, maka pasta gigi fluoride dapat diberikan pada anak usia 2-3 tahun dan harus dilakukan
dengan hati-hati serta dalam jumlah minimal (“smear”/ sebesar satu beras). Sebagian besar
anak gemar menirukan orang tua sehingga dapat berlatih menyikat gigi. Pembersihan plak anak
membutuhkan dampingan orang tua. Orang tua masih harus menjadi primary provider
kesehatan gigi dan mulut anak. Penggunaan instrumen
pembersihkan plak lainnya sering tidak diperlukan, walau terkadang pemakaian benang gigi
(flossing) dapat diindikasikan untuk anak dengan kontak interproksimal rapat.
Posisi anak dan orang tua dalam pembersihan plak penting untuk diketahui. Posisi yang
umum dilakukan adalah posisi “lap-to-lap” yaitu saat satu orang dewasa mengontrol gerakan
tubuh anak sementara satu orang dewasa lainnya menyikat gigi. Penting bagi orang tua memuji
anak selama prosedur
kemampuan menggunakan sikat gigi sendiri sudah mulai meningkat. Namun, orang tua masih
memegang tanggung jawab sebagai primary provider prosedur kebersihan gigi mulut. Seringkali
orang tua sudah merasa anaknya sudah terampil menggunakan sikat gigi sehingga dokter gigi
perlu menekankan pada orang tua bahwa pada usia anak 3-6 tahun orang tua masih harus
menyikat gigi anak-anak mereka. Tertelannya fluoride masih menjadi kekhawatiran pada anak
kelompok usia ini, mayoritas anak telah mengerti cara meludah pasta gigi setelah penyikatan
gigi. Jumlah pasta gigi sebaiknya sebesar kacang polong atau pea-sized.
Posisi anak dan orang tua juga merupakan hal yang penting untuk diketahui. Salah satu metode
yang dilakukan adalah orang tua berdiri di belakang anak dan keduanya menghadap ke arah
yang sama. Kepala anak bersandar pada salah satu lengan orang tua dan lengan lainnya
menyikat gigi anak. Tangan yang tidak menyikat gigi dapat digunakan untuk menarik pipi anak.
Penggunaan agen kontrol plak secara umum tidak dianjurkan.
Anak dapat lebih bertanggung jawab terhadap kebersihan gigi dan mulutnya. Keterlibatan
orang tua masih dibutuhkan. Namun, orang tua beralih peran sebagai pengawas aktif. Pada
paruh kedua tahap ini, mayoritas anak telah mampu melakukan pembersihan gigi mulut dasar
(menyikat gigi dan penggunaan benang gigi). Orang tua dapat membantu menyikat gigi atau
membantu penggunaan benang gigi pada daerah-daerah yang sulit dijangkau. Orang tua harus
secara aktif memeriksa gigi anak secara rutin. Penggunaan agen disclosing setelah anak
menyikat gigi sangat bermanfaat untuk memvisualisasi plak yang belum dibersihkan dengan
baik. Pada usia ini, penggunaan pasta gigi berfluoride sangat penting. Gel fluoride ataupun
nfluoride kumur dapat diberikan pada anak dengan risiko karies. Penggunaan klorheksidin
dapat dianjurkan bagi anak dengan risiko karies dan penyakit periodontal yang tinggi.
Pada kelompok usia ini juga dapat diajarkan teknik menyikat gigi dengan teknik Bass.
Teknik Bass ini menekankan penempatan ujung bulu sikat di bagian margin gingiva untuk
membersihkan plak supragingiva dan subgingiva. Sikat gigi ditempatkan pada bidang oklusal
mencakup tiga sampai empat gigi dan dimulai dari gigi yang terletak paling distal. Kemudian,
bulu sikat ditempatkan pada margin gingiva dengan sudut 450 terhadap sumbu panjang
gigi.Lalu, dilakukan gerakan memutar pendek ke arah depan dan belakang tanpa mengangkat
ujung bulu sikat. Gerakan ini menyebabkan bulu sikat masuk ke area sulkus gingiva dan
sebagian area interproksimal gigi.
Metode Bass: Bulu sikat ditempatkan 450 terhadap sumbu panjang gigi.
Menyikat dilakukan dengan gerakan memutar ke depan dan ke belakang.
Metode Bass: Posisi bulu sikat pada area margin gingiva. Bulu sikat sedikit memasuki sulkus gingiva
Dokter gigi memberikan edukasi terhadap diet yang dikonsumsi anak. Diet adalah faktor risiko
karies paling penting. Pencatatan riwayat asupan makanan sangat berguna dalam
mengidentifikasi anak dengan risiko karies tinggi. Mengubah kebiasaan makan seseorang
merupakan tantangan yang sulit. Oleh karena itu, nasihat harus diberikan secara individual,
praktis, dan realistis. Nasihat yang diberikan adalah frekuensi makan lebih penting untuk
diperhatikan dibandingkan kuantitas makanan. Peningkatan frekuensi makan menyebabkan
peningkatan durasi paparan asam hasil fermentasi bakteri pada permukaan gigi. Oleh karena
itu, mengudap antar jam makan utama sebaiknya dihindari. Konsumsi minuman bersoda, jus
buah dan minuman olahraga yang terlalu sering sebaiknya dihindari. Minuman tersebut bersifat
kariogenik, sangat erosif dan tinggi kalori. Apabila anak berhasil mengikuti nasihat, permen
dapat digunakan sebagai imbalan. Namun, harus dibatasi hanya pada saat makan utama.
Edukasi juga diberikan pada orang tua bahwa makanan dengan label “no added sugar”
mengandung gula alami yang tinggi. Sebaiknya nasihat diet yang diberikan tidak seluruhnya
negatif, alternatif postitif juga harus diberitahu seperti mengunyah permen karet bebas gula
yang dapat meningkatkan laju alir saliva, membantu remineralisasi serta mencegah
demineralisasi. Nasihat terbaik adalah “berikan gigimu waktu istirahat” yaitu setidaknya diberi
jeda 2 jam antara waktu makan dan kudapan.
Deskripsi Kegiatan
Penutup
Keterampilan komunikasi pada orang tua dan anak sangatlah penting dalam
menyampaikan informasi dan edukasi kesehatan gigi dan mulut. Keterampilan komunikasi
efektif merupakan satu dari tujuh kompetensi yang harus dimiliki seorang doktergigi.
Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) yang diberikan pada orangtua dan anak diharapkan
dapat terjadi suatu proses pencegahan penyakit gigi dan mulut pada anak sehingga tidak
mempengaruhi tumbuh kembang anak.
Referensi
1. McDonald, R., Avery, D., & Dean, J. (2011). Dentistry for The Child and Adolescent (9th
ed.). Missouri: Mosby/Elsevier.
2. Centre for Oral Health Strategy. (2014). Early Childhood Oral Health Guidelines for Child
Health Professionals, 3rd Edition. North Sydney.
3. American Dental Association. (2007). A Look at Toothbrush. Journal of American Dental
Association, 138, 1288.
4. Baruah, K. (2017). A review on toothbrushes and tooth brushing methods. International
Journal of Pharmaeutical Science Invention, 6(5), 29–38.
SKENARIO
Seorang ibu datang ke klinik gigi membawa anaknya.Dari anamnesa ibunya menjelaskan
belum mengetahui cara merawat gigi yang baik dan benar untuk mencegah beberapa
penyakit gigi dan mulut pada anak yang penyebabnya multifaktor.Status anak :
Nama : malik
Usia : 11 bulan
Skor
No Langkah/Kegiatan Keterangan Skor
0 1 2
A Persiapan Awal
1: Memberi kesempatan
bertanya namun tidak memberi
penjelasan atas apa yang
dipertanyakan
2: Memberi kesempatan
bertanya dan memberi
penjelasan atas apa yang
dipertanyakan
9 Menutup kegiatan Komunikasi 0: tidak memberi kesimpulan
Informasi, dan Edukatif (KIE) dan tidak menutup kegiatan
1: menutup kegiatan tanpa
memberi kesimpulan /memberi
kesimpulan dan tidak menutup
kegiatan
2: memberi kesimpulan dan
menutup kegiatan
Keterangan Global Performance Scale (GPS):
Skor 0 : Underline
Skor 1 : Borderline GPS :
Skor 2 : Lulus
Komentar / feedback :
...................................................................................................................................................
……………………………………………………………………………………………………………………………….
Instruktur Mahasiswa
(.......................................) (..................................................)