Oleh:
Arga Scorpianus
Renardi
G99142112
Pembimbing :
dr. Antonius Christanto, M.Kes., Sp.THT-KL
KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU THT-KL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR. MOEWARDI
RSUD PANDAN ARANG
BOYOLALI
2015
PENDAHULUAN
Suara merupakan produk akhir akustik dari suatu sistem yang lancar,
seimbang, dinamis dan saling terkait, melibatkan respirasi, fonasi, dan
resonansi. Tekanan udara subglotis dari paru, yang diperkuat oleh otot-otot
perut dan dada, dihadapkan pada plika vokalis. Suara dihasilkan oleh
pembukaan dan penutupan yang cepat dari pita suara, yang dibuat bergetar oleh
gabungan kerja antara tegangan otot dan perubahan tekanan udara yang cepat.
Tinggi nada terutama ditentukan oleh frekuensi getaran pita suara.
Bunyi yang dihasilkan glotis diperbesar dan dilengkapi dengan kualitas
yang khas (resonansi) saat melalui jalur supraglotis, khususnya faring.
Gangguan pada sistem ini dapat menimbulkan gangguan suara. Setiap keadaan
yang menimbulkan gangguan dalam getaran, ketegangan serta gangguan dalam
pendekatan kedua pita suara kiri dan kanan akan menimbulkan suara parau.
(Hermani dan Kartosoediro, 2010)
Hampir sepertiga dari populasi telah mengalami gangguan produksi suara
pada saat yang bersamaan. Serak lebih sering terjadi pada kelompok-kelompok
tertentu seperti guru dan orang tua, tetapi semua kelompok umur dan jenis
kelamin dapat terkena dan sangat berdampak pada status kesehatan serta
kualitas hidup seseorang. Serak menyebabkan kunjungan perawatan kesehatan
lebih seringdan beberapa miliardolar hilang akibat menurunya produktivitas
kerja yang berkaitan dengan absensi. Serak sering disebabkan oleh keadaankeadaan yang ringan dan dapat sembuh sendiri, namun dapat juga merupakan
gejala dari kondisi yang berat dan memerlukan diagnosis dan penatalaksanaan
segera. Suara serak dan disfonia adalah istilah yang sering digunakan secara
bergantian, meskipun suara serak adalah gejala dari perubahan kualitas suara
sementara disfonia adalah diagnosis. (Schwartz et al., 2009)
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Hoarseness/Dysphonia (suara serak) didefinisikan sebagai kelainan yang
ditandai oleh perubahan kualitas suara, tinggi-rendahnya, kenyaringannya
ataupun
upaya
memproduksi
suara
yang
menyebabkan
gangguan
Fisiologi,
dan
Mekanisme
Patofisiologi
Suara
Parau
(Hoarseness)
Terdapat 3 sistem organ pembentuk suara yang saling berintegrasi untuk
menghasilkan kualitas suara yang baik, yaitu : sistem pernapasan, laring, dan
traktus vokalis supraglotis.
Sistem respirasi berfungsi sebagai pompa yang menghasilkan aliran udara
spontan dan terus-menerus melalui glotis. Hal ini didukung oleh otot-otot dada,
perut, diafragma yang berperan dalam pernapasan. Selama bersuara, udara
yang terpompa menghasilkan perbedaan takanan melalui celah glottis yang
sempit yang menandai suatu efek Bernaulli. Mengikuti inhalasi, otot dinding
perut berkontrasi untuk memudahkan aliran udara yang tetap melalui glottis.
Sistem pernapasan menghasilkan sebuah aliran udara tetap yang
mendukung sebuah nada suara biasa dan ketika meningkat akan mengahasilkan
volume suara yang lebih keras. Lemahnya otot dinding perut, penyakit pada
paru atau sebab umum lain dapat mempengaruhi pengaturan kapasitas sistem
pernapasan yang nantinya akan mempengaruhi kualitas dari suara yang
dihasilkan.
1. Anatomi
Laring merupakan organ pembentuk suara yang kompleks yang terdiri
dari beberapa tulang rawan serta jaringan otot yang dapat menggerakan pita
suara. Laring merupakan bagian terbawah dari saluran napas bagian atas.
Bentuknya menyerupai limas segitiga terpancung, dengan bagian atas lebih
besar daripada bagian bawah. Batas atas laring adalah aditus laring, batas
bawah adalah kaudal kartilago krikoid. Bangunan kerangka laring tersusun
dari satu tulang, yaitu tulang hioid, dan beberapa buah tulang rawan.
Tulang hioid berbentuk seperti huruf U, permukaan atas dihubungkan
dengan lidah, mandibular, dan tengkorak oleh otot dan tendo. Sewaktu
menelan, kontraksi otot-otot ini menarik laring ke atas, sedangkan jika diam,
maka otot ini bekerja membuka mulut dan membantu menggerakan lidah.
ligamentum
ventrikularis,
ligamentum
vokale
yang
intrinsik
laring
adalah
m.krikoaritenoid
lateral,
m.
berkisar 3-5 mm dan pada posisi intermedian 7 mm. Pada posisi abduksi
ringan pembukaan pita suara kira-kira 14 mm dan pada abduksi penuh kirakira 18-19 mm.
Bidang antara plika vokalis kiri dan kanan, disebut rima glotidis,
sedangkan antara plika ventrikularis, disebut rima vestibuli. Plika vokalis
dan plika ventrikularis membagi rongga laring dalam 3 bagian, yaitu
vestibulum laring, glotik dan subglotik. Vestibulum laring adalah rongga
laring yang terdapat di atas plika ventrikularis. Daerah ini disebut daerah
supraglotik. Antara plika vokalis dan plika ventrikularis, pada tiap sisinya
disebut ventrikulus laring morgagni. Rima glottis terdiri dari 2 bagian, yaitu
bagian intermembran dan bagian interkartilago. Bagian intermembran
adalah ruang antara kedua plika vokalis, dan terletak di bagian anterior,
sedangkan bagian interkartilago terletak antara kedua puncak kartilago
aritenoid, dan terletak di bagian posterior. Daerah subglotik adalah rongga
laring yang terletak di bawah pita suara (plika vokalis). Pada orang dewasa
dua pertiga bagian pita suara adalah membran sedangkan pada anak-anak
bagian membran ini hanya setengahnya. Membran pada pita suara terlibat
dalam pembentukan suara dan bagian kartilago terlibat dalam proses
penapasan. Jadi kelainan pada pita suara akan berefek pada proses bersuara
dan atau pernapasan, tergantung lokasi kelainannya.
Traktus vokalis supraglotis merupakan organ pelengkap yang sangat
penting karena suara yang dibentuk pada tingkat pita suara akan diteruskan
melewati traktus vokalis supraglotis. Di daerah ini suara dimodifikasi oleh
beberapa struktur oral faringeal (seperti lidah, bibir, palatum dan dinding
faring), hidung dan sinus. Organ tersebut berfungsi sebagai articulator dan
resonator. Perubahan pada posisi, bentuk, atau kekakuan pada dinding
faring, lidah, palatum, bibir dan laring akan merubah dari produksi kualitas
suara.
Persarafan
vagus, yaitu n. laringis superior dan n. laringis inferior. Kedua saraf ini
merupakan campuran saraf motorik dan sensorik. Nervus laringis superior
Terjadinya
penutupan
aditus
laring
ialah
karena
2. Fungsi Respirasi
Adalah
dengan
mengatur
besar
kecilnya
rima
glottis.
Bila
terjadinya
perubahan
tekanan
udara
didalam
traktus
terutama laring. Suara tersebut mungkin terdengar lemah, berat, kasar, atau
terjadi perubahan volume atau pitch (tinggi rendah suara). Setiap keadaan
yang menimbulkan gangguan dalam getaran, gangguan dalam ketegangan
serta gangguan dalam pendekatan (aduksi) kedua pita suara kiri dan kanan
akan menimbulkan suara serak.
Perubahan dari suara biasanya berkaitan dengan gangguan pada pita
suara yang merupakan bagian pembentuk suara yang terdapat di larynx.
Selama bernafas, pita suara saling menjauh (gambar 3). ketika berbicara
atau bernyanyi, pita suara saling mendekat (gambar 4), dan udara keluar dari
paru, getaran udara menghasilkan suara. Semakin tebal dan semakin kecil
ukuran pita suara, getaran yang dihasilkan semakin cepat. Semakin cepat
getaran suara yang dihasilkan semakin tinggi. Pembengkakan pada pita
suara dapat mengakibatkan tidak menyatunya kedua pita suara sehingga
dapat terjadi perubahan pada suara.
a. Nodules paling sering didapatkan pada anak-anak dan wanita. Pada lakilaki jarang. Ada hubungannya dengan penyalahgunaan suara dan nodulini
timbul bilateral, lembut, lesinya bulat terletak pada sepertigaanterior dan
dua pertiga posterior dari pita suara.
b. Polipslebih sering didapatkan pada laki-laki dan sangat kuat berhubungan
dengan merokok. Polips berupa massa yang lembut, bisatunggal atau
multipel dan paling sering unilateral.
c. Kistalaringeal biasanya berupa sumbatan
kelenjar
mukus
atau
terinfeksi
virus
dengan
didapatkan
lesi
berupa
condyloma pada vulva. Bayi mungkin mendapat infeksi ini saat lahir baik
melaluikontaminasi pada cairan amnion sebelum lahir atau saat lahir
melaluivagina.
b. Hemangioma merupakan tumor jinak pembuluh darah, mungkin timbul
pada daerah jalan nafas dan menyebabkan suara parau atau lebih sering
stridor.
c. Limphagioma ( higroma kistik) merupakan tumor pembuluh limfa.
Sering timbul didaerah kepala dan leher dan dapat mengenai pada jalan
nafas yang menyebabkan stridor atau suara serak.
5. Tumorganas
6. Trauma.
a. Endotracheal intubasi
Fraktur pada laring. Trauma langsung pada laring dapat menyebakan
fraktur kartilago laring yang menyebabkan lokal hematoma atau
mengenai saraf.
b. Benda asing
7. Penyakit sistemik
a. Endokrin: hypothyroidisme, acromegaly
b. Rheumatoid arthritis berdampak pada kaitan antar sendi pada laring
c. Penyakit Granulomatous contoh. sarcoid, Wegener's, syphilis, TB
1. Laringoskopi fibreoptik.
2. Stroboskopi (videolaryngostroboscopy)
Pemeriksaan
ini
dapat
DAFTAR PUSTAKA
Hermani B, Kartosoediro S. (2010). Suara Parau. Dalam: Soepardi EA, Iskandar
HN (editors). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
Leher Edisi ke VI. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 190-94.
Schwartz SR, Cohen SM, Dailey SH. (2009). Clinical Practice Guidelines :
Hoarseness (dysphonia). In : Otolaryngology Head And Neck Surgery. Vol
141.
Raymond HF and Shahram NM (2009). Hoarseness in adult. Am Fam Physician;
80(4):363-370.