TINJAUAN PUSTAKA
Ruang internal laring meluas sepanjang pintu masuk laring ke batas bawah
kartilago krikoid. Ruang ini berbentuk piramida dengan dasar superiornya
menunjuk ke lidah dan puncaknya ke trakea. Ruang imternal laring memiliki
dasar, puncak, dan tiga bagian, satu posterior dan dua lateral. Bagian posterior
ruang internal laring adalah bagian dari dinding anterior faring dan memiliki dua
relung vertikal yang disebut sebagai sinus piriformis. Bentuk aspek lateral
ditentukan oleh kartilago laring dan terdiri dari tiga bagian, bagian atas yang
sesuai dengan tulang rawan tiroid, bagian bawah yang sesuai dengan tulang rawan
krikoid, dan bagian tengah yang disebut ruang krikotiroid. Apeks laring
membentuk lubang yang menyatu dengan trakea. Dasar laring berbentuk oval dan
berhubungan dengan faring. Ruang internal laring lebar di bagian superior dan
inferior tetapi menyempit di tengah, membentuk bagian yang disebut glotis, dan
membagi semua ruang menjadi tiga bagian: supraglotis, glotis, dan infraglotis.1
Pita suara, glotis, dan ventrikel laring merupakan bagian dari ruang glotis.
Pita suara adalah empat lipatan jaringan fibroelastis, dua di atas dan dua di bawah,
di anterior masuk ke dalam kartilago tiroid, dan di posterior di kartilago arytenoid.
Pita suara superior tipis, berbentuk pita, dan tidak memiliki elemen otot,
sedangkan pita suara inferior lebih lebar dan memiliki fasikulus berotot yang
menutupi seluruh panjangnya. Ruang antara pita suara superior lebih besar
daripada ruang antara pita suara inferior dan apabila dilihat dari atas tampak
empat pita suara di ruang laring. Pita suara inferior adalah satu-satunya yang
mampu mendekati satu sama lain sehingga mereka dianggap sebagai pita suara
sejati, sedangkan pita suara superior disebut sebagai pita suara palsu. Glotis
adalah bagian dari rongga laring yang dibentuk oleh empat pita suara dan bukaan
di antara lipatan tersebut. Ventrikel laring atau sinus Morgagni adalah fossa
fusiform yang terletak di antara pita suara superior (lipatan vokal sejati) dan pita
suara inferior (lipatan vestibular).1
2.1.4 Etiopatogenesis
Etiologi karsinoma laring belum diketahui secara pasti namun kejadiannya
dikaitkan dengan tingginya paparan mukosa laring ke berbagai agen karsinogenik.
Faktor risiko tersering untuk karsinoma sel skuamosa pada glotis adalah rokok.
Alkohol juga menjadi faktor penyebab kedua setelah rokok pada tumor ganas
laring.3,4 Kurangnya konsumsi buah dan sayur dapat meningkatkan risiko
terjadinya tumor ganas laring. Asap disel, kabut yang mengandung asam sulfat,
debu batu bara, cairan mesin, serbuk kayu, hidrokarbon polikistik dan asbes,
bahan-bahan ini termasuk karsinogenik dan dapat meningkatkan risiko terjadinya
tumor ganas laring. Human Papilloma Virus dapat menjadi agen penyebab
terjadinya tumor ganas laring dan telah dideteksi pada sekitar 5%-32% dari
jumlah sampel pada pasien tumor ganas laring.3
Tumor ganas laring diduga berasal dari lesi pretumor ganas. Lesi pretumor
ganas ini merupakan karakteristik dari perubahan sel atipikal dengan sel ganas
(gagalnya sel matur, atipia inti sel, peningkatan aktifitas mitosis) yang akan terjadi
apabila terpapar karsinogen terutama asap rokok dan alkohol. Lesi pretumor ganas
termasuk displasia (stadium mulai ringan sampai berat) dan carcinoma in situ
(mencapai seluruh ketebalan epitel).3 Paparan terhadap karsinogen yang berulang-
ulang akan menyebabkan struktur DNA sel normal akan terganggu sehingga
terjadi diferensiasi dan proliferasi abnormal. Adanya mutasi serta perubahan pada
fungsi dan karakteristik sel berakibat pada buruknya sistem perbaikan sel dan
terjadilah apoptosis serta kematian sel. Pro-onkogen akan terus meningkat
sementara tumor supressor gen menurun, keadaan ini mengakibatkan proliferasi
terus-menerus dari sel anaplastik yang akan mengambil asupan oksigen, darah dan
nutrien dari sel normal sehingga penderita akan mengalami penurunan berat
badan. Selain itu akan terjadi penurunan serta destruksi komponen darah,
penurunan trombosit menyebabkan gangguan perdarahan, penurunan jumlah
eritrosit menyebabkan anemia dan penurunan leukosit menyebabkan gangguan
status imunologi pasien. Proliferasi sel kanker yang terus berlanjut hingga
membentuk suatu masa mengakibatkan kompresi pada pembuluh darah sekitar
dan saraf sehingga terjadilah odinofagi, disfagi, dan nyeri pada kartilago tiroid.
Massa tersebut juga mengakibatkan hambatan pada jalan nafas. Iritasi pada nervus
laringeus menyebabkan suara menjadi serak. Jika mutasi yang terjadi sangat
progresif, kanker dapat bermetastasis ke jaringan sekitar dan kelenjar getah
bening.5
DAFTAR PUSTAKA
1. Albahout KS, Lopez RA. Anatomy, Head and Neck, Pharynx. Anatomy,
Head and Neck, Pharynx and Larynx. Dalam: StatPearls [Internet]. Treasure
Island (FL): StatPearls Publishing; 2020. [Disitasi 13 Juni 2021] Tersedia
di: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK544271/
2. Piazza C, Ribeiro J, Manuel BS, Paiva A, Peretti G. Anatomy and
physiology of the larynx and hypopharynx. Dalam: ResearchGate [Internet].
2016: 464, 470-1. [Disitasi 13 Juni 2021]. Tersedia di:
https://www.researchgate.net/publication/302503330
3. Sinha P, Okuyemi O, Haughey BH. Early laryngeal cancer. In: Johnson JT,
Rosen CA. Bailey’s head & neck surgery otolaryngology, 5th ed,
Philadelphia, William & Wilkins. 2014:1940- 56.
4. Rahman S, Budiman CJ, Swanda D. Diagnosis dan penatalaksanaan
karsinoma sel skuamosa glotis stadium dini. Jurnal Kesehatan Andalas.
2016; 5(2):479-485
5. Munir M. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
dan Leher: Keganasan di Bidang Telinga Hidung Tenggorok. 7th ed.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2020:162-173.