Anda di halaman 1dari 30

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Laring Laring merupakan bagian terbawah dari saluran napas bagian atas. Bentuknya menyerupai limas segitiga terpancung, dengan bagian atas lebih besar daripada bagian bawah.5 Laring terletsk dibagian anterior leher setinggi corpus vertebrae cervicalis III-VI. Laring menghubungkan bagian inferior faring dengan trachea.6 Batas atas laring adalah aditus laring, batas bawah adalah kaudal kartilago krikoid. Bangunan kerangka laring tersusun dari satu tulang, yaitu tulang hioid, dan beberapa buah tulang rawan. Tulang hioid berbentuk seperti huruf U, permukaan atas dihubungkan dengan lidah, mandibula, dan tengkorak oleh otot dan tendo. Sewaktu menelan, kontraksi otot-otot ini menarik laring keatas, sedangkan jika diam, maka otot ini bekerja membuka mulut dan membantu menggerakan lidah.5 Tulang rawan yang menyusun laring adalah kartilago epiglotis, kartilago krikoid, kartilago aritaenoid, kartilago kornikulata, dan kartilago tyroid. Kartilago krikoid dihubungkan dengan kartilago tiroid dengan ligamentum krikotiroid. Bentuk kartilago krikoid berupa lingkaran membentuk sendi dengan kartilago tiroid membentuk artikulasi krikotiroid. Terdapat 2 buah (sepasang) kartilago aritenoid yang terletak dekat permukaan belakang laring, dan membentuk sendi

dengan kartilado krikoid, disebut artikulasi krikoaritenoid. Sepasang kartilago kornikulata (kiri dan kanan) melekat pada kartilago aritenoid di daerah apeks, sedangkan sepasang kartilago kuneiformis terdapat di dalam lipatan ariepiglotik, dan kartilago triticea terletak di dalam ligamentum hiotiroid lateral.5 Ligamentum yang membentuk susunan laring adalah ligamentum

seratokrikoid (anterior, lateral, dan posterior), ligamentum krikotiroid medial, ligamentum krikotiroid posterior, ligamentum kornikulofaringeal, ligamentum hiotiroid lateral, ligamentum hiotiroid medial, ligamentum hioepiglotika, ligamentum ventrikularis, ligamentum vokale yang menghubungkan kartilago aritenoid dengan kartilago tiroid, dan ligamentum tiroepiglotika.5

Gambar 1. Anatomi Laring

Gerakan laring dilaksanakan oleh kelompok otot ekstrinsik dan intrinsik. Otot-otot ekstrinsik terutama bekerja pada laring secara keseluruhan, sedangkan otot-otot intrinsik menyebabkan gerak bagian-bagian laring sendiri. Otot-otot ekstrinsik laring ada yang terletak di atas tulang hioid (suprahioid) dan ada yang terletak di bawah tulang hioid (infrahioid). Otot-otot ekstrinsik yang suprahioid adalah m.digastrikus, m.geniohioid, m.stilohioid, m.milohioid. Otot-otot yang infrahioid adalah m. sternohioid, m.omohioid, m.tirohioid. Otot-otot ekstrinsik laring yang suprahioid berfungsi menarik laring ke bawah, sedangkan yang infrahioid berfungsi menarik laring keatas.5 Otot-otot intrinsik laring adalah m.krikoaritenoid lateral,

m.tiroepiglotika,m.vokalis, m.tiroaritenoid, m.ariepiglotika, dan m.krikotiroid. otot-otot initerletak pada bagian lateral laring. Otot-otot intrinsik laring yang terletak di posterior, adalah m.aritenoid transversum, m.aritenoid oblik,

m.krikoaritenoid posterior.5 Sebagain besar otot-otot intrinsic adalah otot aduktor (kontraksinya akan mendekatkan kedua pita suara ke tengah) kecuali m.krikoaritenoid posterior yang merupakan otot abductor (kontraksinya akan menjauhkan kedua pita suara ke lateral).5 Batas atas rongga laring (cavum laringeus) adalah aditus laringeus, batas bawahnya adalah bidang yang melalui pinggir bawah kartilago krikoid. Batas

depannya

adalah

permukaan

belakang

epiglottis,

tuberkulum

epiglotik,

ligamentum tiroepiglotik, sudut antara kedua belah lamina kartilago tiroid dan arkus kartilago krikoid. Batas lateralnya adalah membrana kuadrangularis, kartilago aritenoid, konus elastikus, dan arkus kartilago krikoid, sedangkan batas belakangnya adalah m. Aritenoidtransversus dan lamina kartilago krikoid. Dengan adanya lipatan mukosa pada ligamentum vokale dan ligamentum ventrikulare, maka terbentuklah plikavokalis (pita suara asli) dan plika ventrikularis (pita suara palsu).5

Gambar 2. Anatomi laring tampak lateral, dan potongan midsagital

Bidang antara plika vokalis kiri dan kanan, disebut rima glotis, sedangkan antara plika ventrikularis, disebut rima vestibuli. Plika vokalis dan plika ventrikularis membagi rongga laring dalam 3 bagian, yaitu vestibulum laring, glotik dan subglotik. Vestibulum laring adalah rongga laring yang terdapat di atas plika ventrikularis. Daerah ini disebut daerah supraglotik. Antara plika vokalis dan plika ventrikularis, pada tiap sisinya disebut ventrikulus laring morgagni. Rima glottis terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian intermembran dan bagian interkartilago. Bagian intermembran adalah ruang antara kedua plika vokalis, dan terletak di bagian anterior, sedangkan bagian interkartilago terletak antara kedua puncak kartilago aritenoid, dan terletak di bagian posterior. Daerah subglotik adalah rongga laring yang terletak di bawah pita suara (plika vokalis).5 Traktus vokalis supraglotis merupakan organ pelengkap yang sangat penting karena suara yang dibentuk pada tingkat pita suara akan diteruskan melewati traktus vokalis supraglotis. Di daerah ini suara dimodifikasi oleh beberapa struktur oral faringeal (seperti lidah, bibir, palatum dan dinding faring), hidung dan sinus. Organ tersebut berfungsi sebagai articulator dan resonator. Perubahan pada posisi, bentuk, atau kekakuan pada dinding faring, lidah, palatum, bibir dan laring akan merubah dari produksi kualitas suara.7 Saraf-saraf laring berasal dari nervus vagus melaluli ramus internus dan ramus externus nervus laryngeus superior dan nervus laryngeus recurens. Nervus laryngeus superior dilepaskan dari pertengahan ganglion inferius cabang nervus

vagus yang terletak pada ujung superior trigonum caroticum. Saraf ini berakhir menjadi dua cabang di dalam sarung carotis : nervus laryngeus internus (sensoris dan otonom) dan nervus laryngeus externus (motoris). Nervus laryngeus internus yang lebih besar antara kedua cabang terminal tadi, menembus membarana thyroidea bersama arteri laryngea superior dan mengantar serabut sensoris kepada membrane mukosa laring yang terdapat superior dari plica vocalis, termasuk permukaan superior plica vocalis. Nevus laryngeus externus menurun di belakang m. sternotyroideus bersam arteria thyroidea superior. Mula-mula letaknya pada m.constrictor pharyngis inferior dan kemudian menembus otot ini dan mempersarafinya serta juga m.cricothyroideus.6 Nervus laryngeus recurens mempersarafi semua otot larng intrinsic, kecuali m.cricothyroideus yang dipersarafi oleh nervus laryngeus externus. Nervus laryngeus recurens juga mebawa serabut sensoris kepada membrane mukosa laring inferior dari plica vocalis. Bagian akhirnya, yakni nervus laryngeus inferior, memasuki laring dengan melintas di sebelah dalam tepi inferior m.constrictor pharyngis inferior. Saraf ini terpecah menjadi ramus anterior dan ramus posterior yang mengiringi arteria laryngea inferior kedalam laring.6

10

Gambar 3. Memperlihatkan pembuluh darah dan persarfan laring Pendarahan untuk laring terdiri dari 2 cabang, yaitu a.laringis superior dan a. laringis inferior. Arteri laringis superior merupakan cabang dari a. tiroid superior. Arteri laringis superior berjalan agak mendatar melewati bagian belakang membrana tirohioid bersama-sama dengan cabang internus darin.laringis superior kemudian menembus membrana ini untuk berjalan ke bawah di submukosa dari dinding lateral dan lantai dari sinus pirifomis, untuk mempendarahi mukosa dan otot-otot laring. Arteri laringis inferior merupakan cabang dari a.tiroid inferior dan bersama-sama dengan n. laringis inferior berjalan ke belakang sendi krikotiroid,

11

masuk laring melalui daerah pinggir bawah dari m.konstriktor faring inferior. Di dalam laring arteri itu bercabang-cabang, mempendarahi mukosa dan otot serta beranastomosis dengan a.laringis superior. Pada daerah setinggi membran krikotiroid a.tiroid superior juga memberikan cabang yang berjalan mendatari sepanjang membrane itu sampai mendekati tiroid. Kadang-kadang arteri ini mengirimkan cabang yang kecil melalui membrane krikotiroid untuk mengadakan anastomosis dengan a.laringis superior. Vena laringis superior dan vena laringis inferior letaknya sejajar dengan a.laringissuperior dan inferior dan kemudian bergabung dengan vena tiroid superior dan inferior.5 Pembuluh limfe untuk laring banyak, kecuali di daerah lipatan vocal. Di sini mukosanya tipis dan melekat erat dengan ligamentum vokale. Didaerah lipatan vocal pembuluh limfa dibagi dalam golongan superior dan inferior. Pembuluh eferen dari golongan superior berjalan lewat lantai sinus piriformis dan a.laringis superior, kemudian ke atas, dan bergabung dengan kelenjar dari bagian superior rantai servikal dalam. Pembuluh eferen dari golongan inferior berjalan ke bawah dengan a.laringis inferior dan bergabung dengan kelenjar servikal dalam, dan beberapa di antaranya menjalar sampai sejauh kelenjar supraklavikular.5 B. Fisiologi Laring Laring berfungsi untuk proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi, menelan, emosi serta fonasi, dapat digambarkan sebagai berikut :4,8,9

12

1. Fungsi Proteksi Untuk mencegah makanan dan benda asing masuk kedalam trakea, dengan jalan menutup aditus laring dan rima glottis secara bersamaan. Terjadinya penutupan aditus laring ialah karena pengangkatan laring keatas akibat kontraksi otot-otot ekstrinsik laring. Dalam hal ini kartilago aritenoid bergerak kedepan akibat kontraksi m.tiroaritenoid dan m. aritenoid. Selanjutnya, m. ariepiglotika berfungsi sebagai sfingter. Penutupan rima glottis terjadi karena adduksi plika vokalis. Kartilago aritenoid kiri dan kanan mendekat karena adduksi otot-otot ekstrinsik. Selain itu dengan reflek batuk, benda asing yang telah masuk kedalam trakea dapat dibatukkan keluar. Demikian juga dengan bantuan batuk, sekret yang berasal dari paru dapat dikeluarkan. 2. Fungsi Respirasi Dengan mengatur besar kecilnya rima glottis. Bila m.krikoaritenoid posterior berkontraksi akan menyebabkan prosesus vokalis kartilago aritenoid bergerak kelateral, sehingga rima glotis terbuka. 3. Fungsi Sirkulasi Dengan terjadinya perubahan tekanan udara didalam traktus trakebronkial akan dapat mempengaruhi sirkulasi darah dari alveolus, sehingga mempengaruhi sirkulasi darah tubuh. Dengan demikian laring berfungsi juga sebagai alat pengatur sirkulasi darah.

13

4. Fungsi laring dalam membantu proses menelan Dengan 3 mekanisme, yaitu gerakan laring bagian bawah keatas, menutup aditus laringis dan mendorong bolus makanan turun ke hipofaring sehingga tidak masuk ke dalam laring. 5. Fungsi untuk mengekspresikan emosi Seperti berteriak, mengeluh, menangis, dan lain-lain. Untuk fonasi, membuat suara serta menentukan tinggi rendahnya nada. Tinggi rendahnya nada diatur oleh peregangan plika vokalis. Bila plika vokalis dalam aduksi, maka m.krikotiroid akan merotasikan kartilago tiroid ke bawah dan depan, menjauhi kartilago aritenoid. Pada saat yang bersamaan m. krikoaritenoid posterior akan menahan atau menarik kartilago aritenoid ke belakang. Plika vokalis kini dalam keadaan yang efektif untuk berkontraksi. Sebaliknya kontraksi m. krikoaritenoid akan mendorong kartilago aritenoid ke depan, sehingga plika vokalis akan mengendor. Kontraksi serta

mengendornya plika vokalis akan menentukan tinggi rendahnya nada. C. Proses Pembentukan Suara Terdapat 3 sistem organ pembentuk suara yang saling berintegrasi untuk menghasilkan kualitas suara yang baik, yaitu : sistem pernapasan, laring, dan traktus vokalis supraglotis. Sistem respirasi berfungsi sebagai pompa yang menghasilkan aliran udara spontan dan terus-menerus melalui glotis. Hal ini

14

didukung oleh otot-otot dada, perut, diafragma yang berperan dalam pernapasan. Selama bersuara, udara yang terpompa menghasilkan perbedaan takanan melalui celah glottis yang sempit yang menandai suatu efek Bernaulli. Mengikuti inhalasi, otot dinding perut berkontrasi untuk memudahkan aliran udara yang tetap melalui glottis. Sistem pernapasan menghasilkan sebuah aliran udara tetap yang mendukung sebuah nada suara biasa dan ketika meningkat akan mengahasilkan volume suara yang lebih keras. Lemahnya otot dinding perut, penyakit pada paru atau sebab umum lain dapat mempengaruhi pengaturan kapasitas sistem pernapasan yang nantinya akan mempengaruhi kualitas dari suara yang dihasilkan.7 Sistem produksi suara, pusat kontrol suara dan penghubung keduanya mempengaruhi kualitas suara yang dihasilkan : 10,11 1 .Sistem produksi suara Larynx (voice box) terdiri atas kartilago dan otot-otot serta memiliki sepasang pita suara yang akan saling menjauh saat inspirasi dan mendekat saat ekspirasi. Pita suara dapat saling mendekat dan menjauh sehingga dapat mengatur jumlah udara yang melewatinya. Frekuensi getaran yang melalui pita suara dapat berubah secara cepat oleh karena otot di sekitar pita suara dan tekanan udara saat bernafas, sehingga timbul nada pada suara yang diproduksi. Pharynx dan cavum oris keduanya bertindak

15

sebagai resonator. Suara yang dihasilkan merupakan hasil koordinasi dari lidah, rahang bawah, palatum mole. Proses ini dinamakan artikulasi. 2. Pusat kontrol suara Kontrol suara berada pada otak yang menerima dan mengirimkan kembali rangsang dari berbagai tempat yang berbeda seperti diafragma, otot-otot dinding dada, abdomen, larynx, pharynx, cavum oris, palatum mole dan rahang bawah serta mengkoordinasi seluruh bagian tersebut 3. Neuron penghubung Syaraf yang berperan penting dalam membawa sinyal dari otak menuju otot-otot penghasil suara adalah n.laryngeus yang merupakan cabang langsung dari N. Vagus.

Gambar 4. Pita suara saat menarik nafas dalam, posisi respirasi

16

Gambar 5. Pita suara tertutup, posisi fonasi

Gambar 6. Pita suara terbuka, terdapat celah sempit antara bagianinterkartiloago, posisi berbisik D. Definisi Suara Serak Suara serak adalah istilah yang sering digunakan pasien untuk

menggambarkan perubahan dalam kualitas suara.1 Hoarseness (Parau) adalah Suatu keadaan dimana terdapat kesulitan dalam memproduksi suara ketika

17

mencoba berbicara, atau perubahan suara pada nada dan kualitasnya. Suara tersebut mungkin terdengar lemah, berat, kasar atau parau.2 Perubahan dari suara biasanya berkaitan dengan gangguan pada pita suara yang merupakan bagian pembentuk suara yang terdapat di larynx. Selama bernafas, pitasuara saling menjauh, ketika berbicara atau bernyanyi, pita suara saling mendekat, dan udara keluar dari paru, getaran udara menghasilkan suara.8 Semakin tebal dan semakin kecil ukuran pita suara, getaran yang dihasilkan semakin cepat. Semakin cepat getaran suara yang dihasilkan semakin tinggi. Pembengkakan pada pita suara dapat mengakibatkan tidak menyatunya kedua pita suara sehingga dapat terjadi perubahan pada suara.6,11 E. Etiologi Suara Serak Banyak faktor yang dapat menyebabkan suara parau. Sebagian besar bukan masalah yang serius dan dapat hilang dalam waktu yang singkat.Penyebab yang paling sering adalah laringitis akut yang biasanya muncul karena common cold , infeksi saluran pernapasan atas, atau iritasi saat bersuar akeras seperti berteriak saat olah raga atau konser musik rock.11 Suara parau dapat terjadi dalam waktu lama apabila seseorang menggunakan suara berlebihan, terlalu keras, atau menggunakan suara dalam waktu yang sangat lama. Kebiasaan ini mengakibatkan timbulnya vocal nodule ataupun polip pada pita suara. Vocal nodule sering terjadi pada anak-anak dan dewasa yang berteriak saat bermain atau bekerja. Polip dan nodul dapat merupakan suatu keganasan akan tetapi hal ini jarang terjadi.8

18

Penyebab suara parau yang biasa terjadi pada orang dewasa adalah refluk gastroesofageal ketika asam lambung naik ke esofagus dan mengiritasi pita suara. Beberapa pasien dengan refluk gastroesofageal yang mengalami perubahan suara, tidak menunjukkan gejala lain seperti rasa terbakar pada uluhati. Biasanya, suara memburuk di pagi hari dan membaik di siang hari. Pasien ini merasakan ada sesuatu yang mengganjal di tenggorokan, stagnas imukus atau keinginan berdehem untuk membersihkan tenggorokan.11 Penyebab lain suara parau adalah merokok. Rokok dapat

merupakan penyebab keganasan di tenggorokan, sehingga apabila perokok mengalamisuara parau disarankan untuk segera menemui ahli THT.11 Penyebab suara parau dapat bermacam macam yang prinsipnya menimpa laring dan sekitarnya. Penyebab ini dapat berupa:7 1. Kelainan Kongenital a. Laringomalasia Merupakan penyebab tersering suara bising atau parau saat bernafas pada bayi baru lahir. b. Laringeal webs Merupakan suatu selaput jaringan pada laring yang sebagian menutup jalan udara. 75 % selaput ini terletak diantara pita suara, tetapi selaput ini juga dapat terletak diatas atau dibawah pita suara. c. Paralisis pita suara

19

Bisa terjadi saat lahir, baik mengenai satu atau kedua pita suara. Gangguan congenital yang melibatkan system saraf pusat tatu dada seperti umor pada rongga dada (mediastinum) atau trauma saat lahir dapat menyebabkan kerusakan saraf pada laring yang mempersarafi pita suara. 2. Infeksi a. Infeksi virus Infeksi terbanyak yang menyebabkan suara parau adalah infeksi virus. Virus penyebab yang paling sering yaitu rhinovirus (common cold virus), adenovirus, influenza virus dan

parainfluenzavirus. b. Infeksi bakteri Infeksi bakteri pada daerah laring bisa terjadi, epiglottitis bacterial oleh Hemophilus influenzae type B(HiB) merupakan salah satu yang sering terjadi dan kadang dapat menimbulkan infeksi yang fatal. Bakteri penyebab yang lain yaitu Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumonia tetapi jarang. c. Infeksi jamur Infeksi jamur candida pada mulut dan tenggorokan kadang bias menyebabkan suara parau pada anak yang sehat, tetapi ini merupakan komplikasi yang jarang terjadi kecuali anak dengan

20

imunosupresi syndrome). 3. Peradangan Laring5 a. Laringitis akut

(kemoterapi,

HIV,

atau Immune

deficiency

Radang akut laring pada umumnya merupakan kelanjutan dari rinofaringitis. Pada laringits. Terdapat gejala radang umum, seperti demam, dedar ( malaise), serta gejala lokal , seperti suara parau sampai afoni, nyeri ketika menelan atau berbicara, serta gejala sumbatan laring. Pada pemeriksaan tamapak mukosa laring hiperemis,

membengkak, terutama diatas dan dibawah pita suara. b. Laringitis Kronis Pada peradangan ini seluruh mukosa laring hiperemis dan menebal, dan kadang-kadang pada pemeriksaan patologik terdapat metaplasia skuamosa. Gejalanya ialah suara parau ang menetap, rasa tersangkut ditenggorok, sehingga pasien sering berdehem tanpa mengeluarkan secret, karena mukosa yang menebal. Pada pemeriksaan tampak mukosa menebal, permukaanya tidak rata dan hiperemis, bila terdapat daerah yang dicurigai menyerupai tumor, maka dapat dilakukan biopsy. c. Laringitis Kronis Spesifik (1). Laryngitis tuberculosis

21

Secra klinis, laryngitis tuberculosis terdiri dari 4 stadium, yaitu: (a). stadium infiltrasi Yang pertama mengalami pembengkakan dan hiperemis adalah mukosa laring bagian posterior. Kadang-kadang pita suara terkena juga. Pada stadium ini mukosa laing bewarna pucat. Kemudian didaerah didaerah submukosa terbentuk tuberkel, sehingga mukosa tidak rata, timbul bintik-bintik yang bewarna kebiruan. Tuberkel yang berdekatan akan bersatu, sehingga mukosa diatasnya meregang. Pada suatu saat akan pecah dan timbul ulkus. (b). stadium ulserasi Ulkus yang timbul pada akhir stadium infiltrasi membesar. Ulkus ini dangkal. Dasarnya ditutupi oleh perkijiuan, serta sangat dirasaka nyeri pada pasien. (c). Stadium perikondritis Ulkus makin dalam, sehingga mengenai kartilago laring, dan yang paling sering terkena adalah kartilago aritenoid dan epiglottis. Denga demikian terjadi kerusakan tulang rawan, sehingga terbentuk nanah yang berbau, proses ini akan berlanjut, dan terbentuk sequester. Pada stadium ini keadaan umum pasien sangat buruk dan dapat meninggal dunia. Bila pasien dapat bertahn maka proses akan berlanjut.

22

(d). stadium fibrotuberkulosis Pada stadium ini terbentuk fibrotuberkulosis pada dinding posterior, pita suara dan sjubglotik. (2). Laringitis Luetika Radang menahun ini jarang ditemukan. Pada stadium tertier terjadi pembentukan guma. Apabila guma pecah, maka timbul ulkus yang mempunyai sifat khas, yaitu sangat dala, bertepi dengan dasar yang keras, bewarna merah tua serta mengeluarkan eksudat yang bewarna kekuningan. Ulkus ini tidka menyebabkan nyeri dan menjalar sangat cepat, sehingga bila tidak terbentuk proses ini mmenjadi perikondritis. 4. Lesi jinak laring5 a. Nodule pita suara Kelainan ini biasanya disebabkan oelh penyalahgunaan suara dalam waktu yang lama. Terdapat suara parau, kadang-kadang disertai dengan batuk. Prediliksi nodul terletak di sepertiga anterior pita suara dan sepertiga medial. Nodal biasanya bilateral dan sering ditemukan pada dewasa muda. b. Polip pita suara Polip pita suara bertangkai. Lesi biasanya terletak disepertiga anterior, sepertiga tengah bahkan diseluruh pita suara. Lesi biasanya unilateral.

23

c. Kista pita suara Kista pita suara pada umumnya termasuk kista retensi kelenjar liour minor laring, teerbentuk akibat tersumbatnya kelenjar tersebut. Factor iritasi kronis, GERD, dan ninfeksi diduga berperan sebagai factor predisposisi. Kista terletak dalam lamina propia superfisialis, menempel pada memberan basal epitel atau ligamentum vokalis. 5. Tumor Jinak a. Papilloma Merupakan tumor jinak yang sering didapatkan pada

saluran pernapasan. Disebabkan oleh Human papilloma virus (HPV). Ibu mungkin terinfeksi virus dengan didapatkan lesi berupa condyloma pada vulva. Bayi mungkin mendapat infeksi ini saat lahir baik melalui kontaminasi pada cairan amnion sebelum lahir atau saat lahir melalui vagina b. Hemangioma Merupakan tumor jinak pembuluh darah, mungkin timbul pada daerah jalan nafas dan menyebabkan suara parau atau lebih sering stridor.

24

c. Limphagioma ( higroma kistik) Merupakan tumor pembuluh limfa. Sering timbul didaerah kepala dan leher dan dapat mengenai pada jalan nafas yang menyebabkan stridor atau suara parau. 6. Tumor ganas Tumor ganas laring terutama yang mengenai daerah glottis sering bermanifestasi klinis berupa suara parau. 7. Trauma a. Endotracheal intubasi pada pembedahan atau resusitasi bias menyebabkan suara parau. b. Fraktur pada laring Trauma langsung pada laring dapat menyebakan fraktur kartilago laring yang menyebabkan lokal hematoma atau mengenai saraf. c. Benda asing Benda asing yang termakan oleh anak-anak bisa masuk ke laring dan menyebabkan suara parau dan kesulitan bernafas

25

F. Faktor Resiko Faktor resiko terjadinya suara parau :4,11 1.Bernafas pada lingkungan yang tidak bersih 2.Pubertas berkaitan dengan pelebaran laring 3.Merokok (juga merupakan faktor resiko utama terjadinya karsinomaLaring) 4.Penyalahgunaan obat-obatan 5.Refluks gastroesofagus 6.Pekerjaan yang menggunakan suara sebagai modal utama misal : guru dan aktor 7.Penggunaan steroid dalam jangka waktu lama 8.Minum alkohol, kopi berlebihan 9.Berteriak 10.Kebiasaan sering batuk untuk membersihkan 11.Stres, gelisah, depresi dapat menyebabkan tremor pita suara G. Gejala Klinis Keluhan yang menyertai suara parau bervariasi pada setiap orang tergantung intensitas dan etiologi yang mendasari suara parau tersebut, dapatdirasakan sementara atau intermiten maupun terus-menerus atau kontinu.Gejala klinis yang umum, antara lain : 4,9,11 1.Rasa gatal di tenggorokan 2.Perasaan adanya benda asing di tenggorokan 3.Suara tercekat di tenggorokan 4.Ketidakmampuan menghasilkan suara yang jernih

26

5.Perubahan suara baik disertai nyeri tenggorokan atau tidak 6.Nyeri dan sulit menelan 7. Batuk H. Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.3,4,11 1. Anamnesis a. Riwayat merokok dan minum alkohol, dimana dapat mengiritasi mukosa mulut dan laring dan beresiko kanker kepala leher b. Riwayat pekerjaan, pola/ tipe pemakaian suara seperti menyanyi berteriak c. Keluhan yang berhubungan meliputi nyeri, disfagia, batuk, susah bernapas d. Keluhan refluks gastroesofageal seperti merasakan asam di mulut pada pagi hari e. Penyakit sinonasal (rhinitis alergi atau sinusitis kronik) f. Kelainan neurologis g. Riwayat trauma atau pembedahan 2. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan klinis meliputi meliputi pemeriksaan umum

(statusgeneralis ), pemeriksaan THT termasuk pemeriksaan laring tak langsung untuk melihat laring melalui kaca laring, maupun pemeriksaan

27

laring

langsung

dengan

laringoskop

atau

dengan

mikroskop,

mikrolaringoskopi dan bedah mikro laring.9,11 Visualisasi laring mungkin diperlukan untuk menentukan kondisi dari pita suara apakah ada lesi atau gerakan yang abnormal yang mendasari kelainan suara. Secara umum, pemeriksaan laring harus dilakukan jika suara parau menetap selama lebih dari 2 minggu.7 3. Pemeriksaan penunjang Untuk mendiagnosis suara parau diperlukan evaluasi

lanjut(pemeriksaan penunjang) yang mendetail karena sebagian besar penderita dengan suara parau tidak mencari pertolongan medis karena keluhan ini biasanya berlangsung singkat. Beberapa pemeriksaan

penunjang untuk mendiagnosis suara parau :9,11 1. Pemeriksaan laboratorium darah ( rutin, hitung eosinofik dan IgE ) untuk mengethui adanya infeksi dan alergi yangmendasari) 2. Pemeriksaan rontgen, CT scan, MRI untuk mengetahui adanya sinusitis, deformitas struktur fonasi. 3. Laringostomi untuk melihat pita suara apakah ada nodul, kista, polip, dan kanker tenggorokan 4. Pemeriksaan mikrobiologik dengan kultur usap tenggorok 5. USG tiroid untuk mendeteksi kanker tiroid yang menyebabkan paralisis pita suara

28

I. Penatalaksanaan Pengobatan suara serak harus sesuai dengan kelainan atau penyakit yang menjad etiologinya.5 Apabila suara serak timbul akibat kelelahan bersuara, maka perlu beberapa langkah pencegahan maupun terapi. Bila belum timbul keluhan, pencegahan merupakan hal yang terpenting. Beberapa peneliti menyarankan untuk minum air setiap beberapa saat setelah berbicara. Laki-laki yang minum air akan dapat membaca dengan kualitas suara yang baik dalam waktu yang lebih lama dibandingkan dengan yang tidak diberi minum air. Hal yang sama didapatkan pada penyanyi karaoke amatir. Istirahat bersuara merupakan salah satu tehnik untuk mengistirahatkan organ-organ pembentuk suara.9,11 Faktor-faktor lain yang menjadi faktor risiko terjadinya kelelahan bersuara juga harus diperhatikan. Penggunaan alkohol, merokok, dan obat-obatan tertentu sebaiknya dihindari karena dapat mempengaruhi kondisi permukaan plikavokalis. Salah satu penyebab iritasi laring adalah refkuks dari esofagus. Hal ini dapat mempercepat kelelahan bersuara karena akan mengakibatkan hilangnya lapisan mukus permukaan pita suara serta terkelupasnya epitel. Beberapa hal yang dianjurkan untuk mencegah refluks antara lain, pertama menghindari konsumsi kafein dan coklat karena akan mengakibatkan relaksasi spinkter esofagus. Kedua, hindari makan dan minum pada jam tidur dan sebaiknya tunggu 2-3 jam setelah makan baru kemudian tidur atau posisi ditinggikan. Bila sudah ada gejala refluks

29

mungkin diperlukan obat-obatan untuk menetralisir asam lambung atau mengurangi produksinya.9,11 Ada beberapa pendekatan penatalaksanaan: 1. Pertama, terapi suara dengan komponen utama berupa edukasi dasar anatomi dan fisiologi produksi suara. Pasien harus mengerti hubungan antara gangguan suara dan penyebabnya sehingga lebih menyadari apa yang boleh dilakukan dan apa yang dihindari. 2. Kedua, konservasi suara yang prinsipnya lebih praktis dan realistis dibandingkan terpai suara. Caranya adalah dengan mengurangi

penggunaan suara atau istirahat bersuara (vocal rest) pada pasien dengan laringitis akut, disamping pemberian obat-obatan, yang bertujuan mengurangi oedem jaringan. Perlu juga mengurangi sumber

penyalahgunaan suara dan menggunakan alat pengeras suara. 3. Terapi tingkah laku suara ditujukan untuk meningkatkan aspek teknik penggunaan suara termasuk pernapasan perut, latihan penggunaan tinggi nada dan istirahat yang benar 4. Terapi medikamentosa terutama ditujukan untuk mengurangi

oedem jaringan dengan pemberian obat-obat anti inflamasi steroid atau nonsteroid. Indikasi penggunaan antibiotik atau dekongestan antihistamin pada pasien dengan suara parau jarang walaupun pada pasien juga terdapat rhinosinusitis atau bakterial laringotrakeitis, yang mungkin menyebabkan terjadi komplikasi pada pasien dengan suara parau.

30

5. Indikasi tindakan bedah dilakukan tergantung penyebab dari suara parau. Misalnya adanya suatu nodul atau polip yang terdapat pada pita suara maka tindakan bedah faktor mungkin pencetus diperlukan terbentuknya selain nodul juga atau harus polip

menghilangkan

akibat penyalahgunaan suara. Pada beberapa kondisi tertentu suara parau memerlukan terapi yang spesifik. Penatalaksanaan secara umum dapat dilakukan sebagai berikut : 4,10.11 1. Terapi konservatif dimana Setiap tindakan dilakukan untuk

mengidentifikasi dan menghilangkan faktor penyebab seperti stres, merokok, dan alkohol. Minum banyak air putih dapat mencegah tenggorokan dari kekeringan.Istirahat berbicara selama dua sampai tiga hari. 2. Terapi Wicara yaitu Speech therapist memegang peranan penting dalam memberikan terapi terhadap pasien dengan gangguan pada suara, misal oleh karena vocal nodule 3. Terapi medikamentosa dengan obat dimana infeksi saluran pernafasan atas seringkali disebabkan oleh infeksi virus. Tirah baring, pemberian parasetamol atau larutan aspirin gargle dapat diberikan. Pemberian antibiotik dianjurkan jika terdapat infeksi bakteri. Nasal spray diberikan pada pasien dengan inflamasi kronik sinus. Pada pasien

31

dengan

gastroesofageal

refluk,

dapat

diberikan

medikasi

untuk mengurangi sekresi asam lambung. 4. Pembedahan dianjurkan untuk diagnosis (contoh:biopsi) dan terapi (contoh:mengambil massa tumor dan laser surgery). Operasi dapat dilakukan dengan fibreoptic endoscope dengan anestesi umum. Pembedahan pada penyebab suara parau non-cancer hanya

diindikasikan jika penatalaksanaan dengan cara lain gagal. J. Pencegahan 4 1. Mengistirahatkan suara dengan cara berbisik atau tidak berbicara 2. Mengonsumsi banyak cairan dan istirahat 3. Mengevaluasi apakah memiliki infeksi jamur atau tidak, khususnya pada orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah atau menggunakan inhaler kortikosteroid untuk asma 4. Mengatasi jumlah asam berlebih di perut jika akibat acid reflux 5. Belajar teknik bernapas, berbicara dan bernyanyi yang tepat 6. Menghindari rokok, asap rokok dan alkohol 7. Mengurangi kontak atau paparan iritasi seperti debu atau uap dari zat kimia.

32

BAB III KESIMPULAN

Suara serak adalah istilah yang sering digunakan pasien

untuk

menggambarkan perubahan dalam kualitas suara. Hoarseness (Parau) adalah Suatu keadaan dimana terdapat kesulitan dalam memproduksi suara ketika mencoba berbicara, atau perubahan suara pada nada dan kualitasnya. Suara tersebut mungkin terdengar lemah, berat, kasar atau parau. Suara serak merupakan suatu gejala tetapi jika prosesnya berlangsung lama maka merupakan tanda awal dari penyakit yang serius di daerah tenggorok. Berbagai dampak yang mungkin timbul akibat suara parau, yaitu dampak terhadap kualitas hidup dan kelainan permanent pada laring. Suara serak dapat disebabkan oleh kelainan kongenital, infeksi, inflamasi, tumor, dan trauma. Penatalaksanaannya terdiri dari terapi konservatif, terapi suara, terapi medika mentosa dan terapi operatif.

33

Anda mungkin juga menyukai