PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang
Laringitis merupakan peradangan yang terjadi pada pita suara
(laring)yang dapat menyebabkan suara parau. Pada peradangan ini seluruh
mukosa laring hiperemis dan menebal, kadang-kadang pada pemeriksaan
patologik terdapat metaplasi skuamosa. Laringitis ialah pembengkakan dari
membran mukosa laring. Pembengkakan ini melibatkan pita suara yang memicu
terjadinya suara parau hingga hilangnya suara. Laringitis kronik adalah proses
inflamasi pada mukosa pita suara dan laring yang terjadi dalam jangka waktu
lama. Infeksi pada laring dapat dibagi menjadi laringitis akut dan laringitis
kronis, maupun infeksi non infeksi, inflamasi lokal maupun sistemik yang
melibatkan laring. Laringitis akut biasanya terjadi mendadak dan berlangsung
dalam kurun waktu kurang dari 7 hari dan biasanya muncul dengan gejala yang
lebih dominan seperti gangguan pernafasan dan demam. Laringitis kronis
biasanya terjadi bertahap dan telah bermanifestasi beberapa minggu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. EMBRIOLOGI(2)
Faring, laring, trakea dan paru merupakan derivat foregut embrional
yang terbentuk sekitar 18 hari setelah terjadi konsepsi. Tidak lama sesudahnya
terbentuk alur faring median yang berisi petunjuk-petunjuk pertama sistem
pernafasan dan benih laring. Sulkus atau alur laringotrakeal mulai nyata sekitar
hari ke 21 kehidupan embrio. Perluasan alur ke kaudal merupakan primaordial
paru. Alur menjadi lebih dalam dan berbentuk kantung dan kemudianmenjadi
dua lobus pada hari ke 27 atau 28. Bagian yang paling proksimal dari tuba akan
menjadi laring. Pembesaran aritenoid dan lamina epitelial dapat dikenali pada
hari ke 33.Sedangkan kartilago, otot, dan sebagian besar pita suara terbentuk
dalam 3-4 minggu berikutnya.
Hanya kartilago epiglotis yang tidak terbentuk hingga masa midfetal.
Banyak struktur merupakan derivat aparatus brankialis.
2.2. ANATOMI(2)
Laring berada di depan dan sejajar dengan vetebre cervical 4 sampai 6,
bagian atasnya yang aka melanjutkan ke faring berbentuk seperti bentuk limas
segitiga dan bagian bawahnya yg akan melanjutkan ke trakea berbentuk seperti
sirkular.
Laring dibentuk oleh sebuah tulang yaitu tulang hioid di bagian atas dan
beberapa tulang rawan. Tulang hioid berbentuk seperti huruf U, yang
belakang.Plica vocalis palsu adalah dua lipatan membrana mukosa tepat di atas
plica vocalis sejati. Bagian ini tidak terlibat dalarn produksi suara.
medial,
ligamentum
krikotiroid
posterior,
ligamentum
(suprahioid), dan ada yang terletak dibawah tulang hyoid (infrahioid). Otot
ekstrinsik yang supra hyoid ialah M. Digastricus, M.Geniohioid, M.Stylohioid,
dan
M.Milohioid.
Otot
yang
infrahioid
ialahM.sternohioid
dan
Rongga laring.(2)
Batas atas rongga laring (cavum laryngis) ialah aditus laring, batas
bawahnya ialah bidang yang melalui pinggir bawah kartilago krikoid. Batas
depannya
ialah
permukaan
belakang
epiglottis,
tuberkulum
epiglotic,
ligamentum tiroepiglotic, sudut antara kedua belah lamina kartilago tiroid dan
arkus kartilago krikoid. Batas lateralnya ialah membran kuadranagularis,
kartilago aritenoid, konus elasticus, dan arkus kartilago krikoid, sedangkan batas
belakangnya ialah M.aritenoid transverses dan lamina kartilago krikoid.
Dengan adanya lipatan mukosa pada ligamentum vocale dan ligamentum
ventrikulare, maka terbentuklah plika vocalis (pita suara asli) dan plica
ventrikularis (pita suara palsu). Bidang antara plica vocalis kiri dan kanan,
disebut rima glottis, sedangkan antara kedua plica ventrikularis disebut rima
vestibuli. Plica vocalis dan plica ventrikularis membagi rongga laring dalam tiga
bagian, yaitu vestibulum laring , glotic dan subglotic.
Vestibulum laring ialah rongga laring yang terdapat diatas plica
ventrikularis. Daerah ini disebut supraglotic.Antara plica vocalis dan pita
ventrikularis, pada tiap sisinya disebut ventriculus laring morgagni.
Rima glottis terdiri dari dua bagian, yaitu bagian intermembran dan
bagian interkartilago. Bagian intermembran ialah ruang antara kedua plica
vocalis, dan terletak dibagian anterior, sedangkan bagian interkartilago terletak
Persyarafan(2)
Laring dipersarafi oleh cabang-cabang nervus vagus, yaitu n.laringeus
superior dan laringeus inferior (recurrent). Kedua saraf ini merupakan campuran
saraf motorik dan sensorik. Nervus laryngeus superior mempersarafi
m.krikotiroid, sehingga memberikan sensasi pada mukosa laring dibawah pita
suara. Saraf ini mula-mula terletak diatas m.konstriktor faring medial, disebelah
medial a.karotis interna, kemudian menuju ke kornu mayor tulang hyoid dan
setelah menerima hubungan dengan ganglion servikal superior, membagi diri
dalam 2 cabang, yaitu ramus eksternus dan ramus internus.
Ramus eksternus berjalan pada permukaan luar m.konstriktor faring
inferior dan menuju ke m.krikotiroid, sedangkan ramus internus tertutup oleh
m.tirohioid terletak disebelah medial a.tiroid superior, menembus membran
hiotiroid, dan bersama-sama dengan a.laringeus superior menuju ke mukosa
laring.
Nervus laringeus inferior merupakan lanjutan dari n.rekuren setelah saraf
itu memberikan cabangnya menjadi ramus kardia inferior. Nervus rekuren
merupakan lanjutan dari n.vagus.
Nervus rekuren kanan akan menyilang a.subklavia kanan dibawahnya,
sedangkan n.rekuren kiri akan menyilang aorta. Nervus laringis inferior berjalan
10
2.3. FISIOLOGI(2)
Laring berfungsi untuk proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi, menelan,
emosi serta fonasi.
Fungsi laring untuk proteksi ialah untuk mencegah makanan dan benda
asing masuk ke dalam trakea, dengan jalan menutup aditus laring dan rima glotis
secara bersamaan. Terjadi penutupan aditus laring ialah akibat karena
pengangkatan laring ke atas akibat kontraksi otot-otot ekstrinsik laring. Dalam
11
diatur oleh
12
peregangan plica vokalis. Bila plica vokalis dalam aduksi, maka m.krikotiroid
akan merotasikan kartilago tiroid kebawah dan kedepan, menjauhi kartilago
aritenoid. Pada saat yang bersamaan m.krikoaritenoid posterior akan menahan
atau menarik kartilago aritenoid ke belakang. Plika vokalis kini dalam keadaan
yang efektif untuk berkontraksi. Sebaliknya kontraksi m. Krikoaritenoid akan
mendorong kartilago aritenoid ke depan, sehingga plika vokalis akan
mengendor. Kontraksi serta mengendornya plika vokalis akan menentukan
tinggi rendahnya nada.
2.4. LARINGITIS AKUT
DEFINISI
Radang akut laring, pada umumnya merupakan kelanjutan dari
rinofaringitis akut atau manifestasi dari radang saluran nafas atas. Pada anak
dapat menimbulkan sumbatan, jalan nafas cepat karena rimaglotisnya relatif
lebih sempit, sedangkan pada orang dewasa tidak secepat pada anak anak.
ETIOLOGI 1,2,6,7
1. Laringitis akut ini dapat terjadi dari kelanjutan infeksi saluran nafas seperti
influenza atau common cold. infeksi virus influenza (tipe A dan B)
parainfluenza (tipe 1,2,3), rhinovirus dan adenovirus. Penyebab lain adalah
Haemofilus influenzae, Branhamella catarrhalis, Streptococcus pyogenes,
Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumoniae.
2. Penyakit ini dapat terjadi karena perubahan musim / cuaca
3. Pemakaian suara yang berlebihan
4. Trauma
13
5. Bahan kimia
6. Merokok dan minum-minum alkohol
7. Alergi
PATOFISIOLOGI
Hampir semua penyebab inflamasi ini adalah virus. Invasi bakteri
mungkin sekunder. Laringitis biasanya disertai rinitis atau nasofaringitis. Awitan
infeksi mungkin berkaitan dengan pemajanan terhadap perubahan suhu
mendadak, defisiensi diet, malnutrisi, dan tidak ada immunitas. Laringitis umum
terjadi pada musim dingin dan mudah ditularkan. Ini terjadi seiring dengan
menurunnya daya tahan tubuh dari host serta prevalensi virus yang meningkat.
Laringitis ini biasanya didahului oleh faringitis dan infeksi saluran nafas bagian
atas lainnya. Hal ini akan mengakibatkan iritasi mukosa saluran nafas atas dan
merangsang kelenjar mucus untuk memproduksi mucus secara berlebihan
sehingga menyumbat saluran nafas. Kondisi tersebut akan merangsang
terjadinya batuk hebat yang bisa menyebabkan iritasi pada laring. Dan memacu
terjadinya inflamasi pada laring tersebut. Inflamasi ini akan menyebabkan nyeri
akibat pengeluaran mediator kimia darah yang jika berlebihan akan merangsang
peningkatan suhu tubuh.8
14
PEMERIKSAAN PENUNJANG 2
1. Foto rontgen leher AP : bisa tampak pembengkakan jaringan subglotis
(Steeple sign). Tanda ini ditemukan pada 50% kasus.
2. Pemeriksaan laboratorium : gambaran darah dapat normal. Jika disertai
infeksi sekunder, leukosit dapat meningkat.
3. Pada pemeriksaan laringoskopi indirek akan ditemukan mukosa laring yang
15
DIAGNOSIS12,7
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
DIAGNOSA BANDING 2
1. Benda asing pada laring
2. Faringitis
3. Bronkiolitis
4. Bronkitis
5. Pnemonia
PENATALAKSANAAN 1,2,7
Umumnya penderita penyakit ini tidak perlu masuk rumah sakit, namun ada
indikasi masuk rumah sakit apabila :
Usia penderita dibawah 3 tahun
Tampak toksik, sianosis, dehidrasi atau axhausted
Diagnosis penderita masih belum jelas
Perawatan dirumah kurang memadai
16
Terapi :
1. Istirahat berbicara dan bersuara selama 2-3 hari
2. Jika pasien sesak dapat diberikan O2 2 l/ menit
3. Istirahat
4. Menghirup uap hangat dan dapat ditetesi minyak atsiri / minyak mint bila ada
muncul sumbatan dihidung atau penggunaan larutan garam fisiologis (saline
0,9 %) yang dikemas dalam bentuk semprotan hidung atau nasal spray.
5. Medikamentosa : Parasetamol atau ibuprofen / antipiretik jika pasien ada
demam, bila ada gejala pain killer dapat diberikan obat anti nyeri / analgetik,
hidung
tersumbat
dapat
diberikan
dekongestan
nasal
seperti
17
PROGNOSIS6
Prognosis untuk penderita laringitis akut ini umumnya baik dan
pemulihannya selama satu minggu. Namun pada anak khususnya pada usia 1-3
tahun penyakit ini dapat menyebabkan udem laring dan udem subglotis sehingga
dapat menimbulkan obstruksi jalan nafas dan bila hal ini terjadi dapat dilakukan
pemasangan endotrakeal atau trakeostomiaik
18
Common Causes of
Laryngitis
Infectious
Bacterial
Viral
Fungal
Contact
Reflux
Pollutants
Smoking
Inhaled Medications
Caustic Ingestions
Medical
Vocal misuse
Vocal abuse
Trauma
Allergic
Allergies
Dryness (Laryngitis Sicca)
Dehydration
Dry Atmosphere
Mouth Breathing
Medications
Thermal
Closed-Space Fire
Crack Pipe
Type of Laryngitis
Acute (Short-lived)
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
19
menyanyi (vokal abuse). Pada peradangan ini seluruh mukosa laring hiperemis,
permukaan yang tidak rata dan menebal.(15)
Gejala klinis yang sering timbul adalah berdehem untuk membersihkan
tenggorokan.Selain itu ada juga suara serak,Perubahan pada suara dapat
berfariasi tergantung pada tingkat infeksi atau iritasi, bisa hanya sedikit serak
hingga suara yang hilang total, rasa gatal dan kasar di tenggorokan, sakit
tenggorokan, tenggorokan kering, batuk kering, sakit waktu menelan. Gejala
berlangsung beberapa minggu sampai bulan.(15)
Pada pemeriksaan ditemukan mukosa yang menebal, permukaannya
tidak rata dan hiperemis. Bila terdapat daerah yang dicurigai menyerupai tumor,
maka perlu dilakukan biopsi.(15)
Pengobatan yang dilakukan tergantung pada penyebab terjadinya
laryngitis dan simtomatis. Pengobatan terbaik untuk langiritis yang diakibatkan
oleh sebab-sebab yang umum, seperti virus, adalah dengan mengistirahatkan
suara sebanyak mungkin dan tidak membersihkan tenggorokan dengan
berdehem. Bila penyebabnya
penyebab iritasi tersebut. Dengan menghirup uap hangat dari baskom yang diisi
air panas mungkin bisa membantu.Bila anak yang masih berusia batita atau
balita mengalami langiritis yang berindikasi karah croup, bisa digunakan
kortikosteroid seperti dexamethasone. Untuk laringitis kronis yang juga
berhubungan dengan kondisi lain seperti rasa terbakardi uluh hati, merokok atau
alkoholik, harus dihentikan.(7)
Untuk mencegah kekeringan atau iritasi pada pita suara :(5)(6)(7)(15)
20
1. Jangan merokok, dan hindari asap rokok dengan tidak menjadi perokok tidak
langsung. Rokok akan membuat tenggorokan kering dan mengakibatkan
iritasi pada pita suara.
2. Minum banyak air . Cairan akan membantu menjaga agar lendir yang
terdapat tenggorokan tidak terlalu banyak dan mudah untuk dibersihkan.
3. Batasi penggunaan alkohol dan kafein untuk mencegah tenggorokan kering .
Bila mengalami langiritis, hindari kedua zat tersebut diatas.
4. Jangan berdehem untuk membersihkan tenggorokan. Berdehem tidak akan
berakibat baik, karena berdehem akan menyebabkan terjadinya vibrasi
abnormal peda pita suara dan meningkatkan pembengkakan . Berdehem juga
akan menyebabkan tenggorokan memproduksi lebih banyak lendir dan
merasa lebih iritasi , membuat ingin berdehem lagi.
Pada laringitis kronis akibat alergi, pasien biasanya memiliki onset
bertahap dengan gejala yang ringan. Pasien dapat mengeluhkan adanya
akumulasi mukus berlebih dalam laring. Dalam pemeriksaan laringoskopi biasa
dijumpai sekresi mukus endolaringeal tebal dalam kadar ringan hingga sedang,
eritema dan edema lipatan pita suara serta inkompetensi glotis episodik selama
fase fonasi.(5)(6)
Pada kasus laringitis kronis alergi, tatalaksana meliputi edukasi kepada
pasien untuk menghindari faktor pemicu. Medikasi antihistamin loratadine atau
fexofenadine dipilih karena tidak memiliki efek samping dehidrasi. Sekresi
mukus yang tebal dan lengket dapat di atasi dengan pemberian guaifenesin.(7)(15)
B. LARINGITIS KRONIK SPESIFIK
1. LARINGITIS TUBERKULOSA
21
Penyakit ini hampir selalu sebagai akibat dari tuberkulosis paru. Sering
kali setelah diberikan pengobatan, tuberkulosisnya sembuh tetapi laringitis
tuberkulosanya menetap. Hal ini terjadi karena struktur mukosa laring yang
sangat lekat pada kartilago serta vaskularisasi yang tidak sebaik paru, sehingga
bila infeksi sudah mengenai kartilago, pengobatannya lebih lama. Infeksi kuman
ke laring dapat terjadi melalui udara pernafasan, sputum yang mengandung
kuman, atau penyebaran melaluialiran darah atau limfe. Tuberkulosis dapat
menimbulkan gangguan sirkulasi. Edema dapat timbul di fossa inter aritenoid,
kemudian ke aritenoid, plika vokalis, plika ventrikularis, epiglotis, serta
subglotik.(4)(8)
Secara klinis, laringitis tuberkulosis terbagi menjadi 4 stadium yaitu : (4)
22
termasuk pemeriksaan laring tak langsung untuk melihat laring melalui kaca
laring, maupun pemeriksaan laring langsung dengan laringoskopi. Pemeriksaan
penunjang seperti laboratorium dapat di temukannya tes BTA positif, dan
patologi anatomi.(3)(8)
Penatalaksanaannya berupa pembeian obat antituberkulosis primer dan
sekunder. Selain itu pasien juga harus mengistirahatkan suaranya. Beberapa
macam dan cara pemberian obat antituberkulosa :(9)
2. LARINGITIS LUETIKA(3)(5)
23
24
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn.B
Umur
: 44 tahun
Agama
: Islam
Jenis kelamin
: Laki-Laki
Pekerjaan
: Petani
Alamat
Tanggal datang
: 21 Oktober 2015
25
II. ANAMNESIS
Anamnesis
: Autoanamnesis
Keluhan Utama
Keluhan Tambahan
26
Keadaan umum
Kesadaran
: Compos Mentis
Vital Sign
:
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Suhu
: 36,7C
Nafas
: 21 x/ menit
Nadi
: 84 x/ menit
Status Lokalis
Telinga
I. Telinga Luar
Regio Retroaurikula
Kanan
Kiri
Aurikula
Lapang
Lapang
Abses
Sikatrik
Pembengkakan
Fistula
Jaringan Granulasi
Regio Zigomatikus
-
Lapang/sempit
Odeme
Hiperemis
Pembengkakan
Erosi
Krusta
sekret
27
(serous/seromukous/mukopus/pus)
Perdarahan
Bekuan darah
Cerumen plug
Epithelial plug
Jaringan Granulasi
Debris
Benda asing
Sagging
Exostosis
Putih
Putih
Bulat
Bulat
+ jam 5
+ jam 7
Warna
(putih/suram/hiperemis/hematoma)
Bentuk (oval/bulat)
Reflek cahaya
Retraksi
Bulging
Bulla
Rupture
Perforasi (sentral/perifer/marginal/attic)
Pulsasi
Sekret
(serous/seromukous/mukopus/pus)
(kecil/besar/subtotal/total)
Tulang pendengaran
Kolesteatoma
Polip
Jaringan granulasi
28
Kiri
2.
Tes Audiometri
Kanan
Kiri
Tidak ada
Tidak ada
Lateralisasi
lateralisasi
Sama dengan
Sama dengan
pemeriksa
-
pemeriksa
-
Audiogram
Frekuensi (Hz)
125
250
500
1000
2000
4000
8000
Tingkat
Pendengaran
Dalam
Desibles (dB)
29
Kanan
-
Kiri
-
Kanan
-
Kiri
-
Kanan
+
Kiri
+
Kanan
T.A.K
Kiri
T.A.K
T.A.K
T.A.K
T.A.K
T.A.K
T.A.K
T.A.K
T.A.K
T.A.K
Hidung
I. Tes Fungsi Hidung
- Tes aliran udara
- Tes penciuman
Teh
Kopi
Tembakau
II. Hidung luar
- Dosum nasi
- Akar hidung
- Puncak hidung
- Sisi hidung
- Ala nasi
- Deformitas
- Hematoma
- Pembengkakan
- Krepitasi
- Hiperemis
- Erosi kulit
- Vulnus
- Ulkus
- Tumor
- Duktus nasolakrimalis
(Tersumbat/tidak tersumbat)
30
T.A.K
Kanan
T.A.K
Kiri
- Sikatrik
- Stenosis
- Atresia
- Furunkel
- Krusta
- Sekret
Utuh
Utuh
- Utuh/tidak utuh
- Sikatrik
Lapang
Lapang
Eutropi
Eutropi
(serous/seromukus/mukopus/pus
)
b. Kolumela
- Ulkus
c. Cavum nasi
- Luasnya (lapang/cukup/sempit)
- Sekret
(serous/seromukus/mukopus/
Pus)
-
Krusta
Bekuan darah
Perdarahan
Benda asing
Rinolit
Polip
Tumor
d. Konka Inferior
- Mukosa
(erutropi/hipertrofi/atropi)
(basah/kering)
( licin/tak licin)
-
Warna (merah
31
muda/hiperemis/pucat/livide)
Tumor
i. Septum nasi
Merah Muda
Merah Muda
Eutropi
Eutropi
Merah muda
Merah Muda
- Mukosa
(erutropi/hipertropi/atropi)
( basah/kering)
(licin/tak licin)
Warna (merah
muda/hiperemis/pucat/livide)
Tumor
Deviasi ( ringan/sedang/berat)
(kanan/kiri)
(Superior/inferior)
(Anterior/Posterior)
(bentuk C/bentuk S)
Krista
Spina
Abses
Hematoma
Perforasi
Erosi Septum Anterior
32
2. Rinoskopi Posterior
- Postnasal drip
-
Kanan
-
Kiri
-
Merah Muda
Merah Muda
TAK
TAK
Lapang
Lapang
(merah muda/hiperemis)
-
Adenoid
Tumor
Koana (sempit/lapang)
Fossa Russenmullery
(tumor/tidak)
Licin
Licin
(secret/tuba)
Gambaran Hidung Bagian Posterior
Kanan
Kiri
33
Infraorbitalis
Frontalis
Kantus medialis
Pembengkakan
Transluminasi
-
Region infraorbitalis
Kanan
T.A.K
Kiri
T.A.K
Tenggorok
I. Rongga Mulut
- Lidah
(hiperemis/edema/ulkus/fissure)
( mikroglosia/makroglosia)
( leukoplakia/gumma)
( papiloma/kista/ulkus)
-
Gusi (hiperemis/edema/ulkus)
T.A.K
T.A.K
Bukal (hiperemis/edema)
T.A.K
T.A.K
T.A.K
T.A.K
T.A.K
T.A.K
T.A.K
T.A.K
(vesikel/ulkus/mukolel)
-
Palatum durum
(utuh/terbelah/pistel)
(hiperemis/ulkus)
(pembengkakan/abses/tumor)
(rata/tonus palatinus)
Kelenjar ludah
(pembengkakan/litiasisi)
(striktur/ranula)
Gigi geligi
(mikrodontia/makrodontia)
(anadontia/supernumeri)
(kalkulus/karies)
II. Faring
- Pallatum molle
Kanan
TAK
Kiri
TAK
34
(hiperemis/edema/asimetris/ulkus)
-
Uvula (edema/asimetris/bifida/elongating)
Simetris
Simetris
T.A.K
T.A.K
T.A.K
T.A.K
T.A.K
T.A.K
T.A.K
T.A.K
T1
T1
( pembengkakan/ulkus)
-
Pilar posterior(hiperemis/edema/perlengketan)
(pembengkakan/ulkus)
Rumus Gigi-Geligi
35
III. Laring
1. Laringoskopi tidak langsung
(indirect
- Dasar lidah (tumor/kista)
- Tonsila Lingualis (eutropi /
-
hipertropi)
Valekula (benda asing/tumor)
Fosa piriformis(benda
asing /tumor)
Epiglotis (hiperemis/ udem/
ulkus/ membran)
Aritenoid
Kanan
Kiri
Eutropi
Eutropi
Hiperemis, Udem
Hiperemis, Udem
Hiperemis, Udem
Hiperemis, Udem
Hiperemis, Udem,
Hiperemis, Udem,
Gerak simetris
Gerak simetris
Hiperemis, Udem
Hiperemis, Udem
Sempit
-
Sempit
-
(hiperemis/udem/ulkus/mem
-
bran)
Pita Suara
(hiperemis/udem/menebal),
(nodus/polip/tumor), (gerak
simetris/asimetris)
Pita suara palsu
(hiperemis/udem)
Rima glotis (lapang/sempit)
Trakea
36
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan Radiologi
1. Foto rontgen leher AP : bisa tampak pembengkakan jaringan subglotis
(Steeple sign). Tanda ini ditemukan pada 50% kasus.
Diagnosis Banding
Laringitis Akut
Epiglotitis Akut
Faringitis
Vocal Nodule
Diagnosis kerja
Laringitis Akut
Pengobatan
I
II
III
Istirahat
Diet : menghindari makanan pedas atau minum es
Medikamentosa
Tatalaksana medikamentosa antara lain Parasetamol atau ibuprofen /
antipiretik jika pasien ada demam 3x500mg. Pemberian antibiotika yang
adekuat yakni : ampisilin 100 mg/kgBB/hari, intravena, terbagi 4 dosis
atau kloramfenikol : 50 mg/kgBB/hari, intra vena, terbagi dalam 4 dosis
atau sefalosporin generasi 3 (cefotaksim atau ceftriakson) lalu dapat
37
VI
VII Prognosis
Quo ad vitam: Bonam
Quo ad functionam: Dubia e bonam
38
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan laporan kasus yang telah dilaporkan seorang pasien laki-laki, usia
21 tahun datang ke poli THT RSUD BARI dengan keluhan suara serak sejak 2 minggu
sebelum berobat ke rumah sakit. Os mengaku kadang-kadang suaranya hilang terutama
pada saat bangun tidur. Os juga mengeluh batuk dan nyeri pada tenggorokan. Riwayat
demam ada. Tidak ada keluhan pada telinga kanan Os. Keluhan sesak nafas, bersinbersin, hidung tersumbat, dan gangguan pendengaran disangkal.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik laringoskopi indirect didapatkan epiglotis,
aritenoid, dan pita suara tampak hiperemis dan udem, gerakan pita suara simetris kanan
dan kiri, serta rima glotis tampak sempit.
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, maka pasien didiagnosis
menderita Laringitis Akut.
Laringitis akut merupakan radang akut laring, pada umumnya merupakan
kelanjutan dari rinofaringitis (commond cold). Pada anak laringitis akut ini dapat
menimbulkan sumbatan jalan nafas, sedangkan pada orang dewasa tidak secepat pada
anak.
39
DAFTAR PUSTAKA
1. Roezin A. Sistem Aliran Limfa Leher.Dalam:Soepardi EA. Buku
Ajar llmuKesehatan Telinga HidungTenggorok Kepala & Leher.Edisi ke-6.
Jakarta. Balai Penerbit FKUI . 2007. h. 174-177.
2. Cohen James . Anatomi dan Fisiologi laring. Boies Buku Ajar Penyakit THT.
Edisi ke-6. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran.EGC. 1997. h. 369-376
3. Lee KJ. Essential Otolaryngology. Head and Neck Surgery, 6th ed. Appleton &
Lange Stamfort,Connecticut P.
4. Hermani B, Abdurrachman H, Cahyono A. Kelainan Laring.Dalam: Soepardi
EA. Buku Ajar llmuKesehatan Telinga HidungTenggorok Kepala & Leher.Edisi
ke-6. Jakarta. Balai Penerbit FKUI . 2007.h. 237-242
5. Berlliti S, Omidi M. Chronic Laryngitis, Infectious or Allergic. Didapatkan dari
url : http://www.emedicine.com/ent/topics354.htm. Diunduh pada tanggal 21
Oktober 2015.
40
15. Banovetz JD.Gangguan Laring Jinak. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Edisi ke6. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran.EGC. 1997. h. 378-396
41