Anda di halaman 1dari 11

Laryngitis

Abstrak
Sistem pernapasan berperan penting untuk mengatur pertukaran oksigen dan karbon
dioksida antara udara dan darah. Pertukaran okesigen dan karbon dioksida terjadi melalui
mekanisme pernapasan. Pertukaran oksigen dan karbon dioksida dapat terjadi dengan adanya
saluran pernafasan yang terdiri dari saluran pernafasan atas dan bawah. saluran pernapasan
atas yang terdiri dari hidung, faring, larynx. Sedangkan saluran pernfasan bawah terdiri dari
trachea, bronkus, brokiolus, alveolus. Laryngitis merukan saah satu gangguan saluran
pernafasan atas yang menyerang terjadi pada larynx. Gangguan ini disebabkan umumnya oleh
infeksi virus dan pengguanaan suara yang berlebihan.

Kata kunci: System pernapasan, saluran pernapasan, laryngitis

Abstract
Respiratory system an important role to regulate the exchange of oxygen and carbon
dioxide between air and blood. The exchange of oxygen and carbon dioxide occurs through
the respiratory mechanism. The exchange of oxygen and carbon dioxide can occur in the
presence of respiratory tract consisting of upper and lower respiratory tract. the upper
respiratory tract consisting of the nose, pharynx, larynx. While the lower channel consists of
trachea, bronchus, brokiolus, alveolus. Laryngitis involves an upper respiratory tract
disorder that occurs in the larynx. This disorder is caused mainly by viral infections and
excessive use of sound

Key words: Respiratory system, respiratory tract, laryngitis


Pendahuluan
Sistem pernapasan berperan penting untuk mengatur pertukaran oksigen dan karbon
dioksida antara udara dan darah. Oksigen diperlukan oleh semua sel untuk menghasilkan
sumber energi, adenosin trifosfat (ATP). Pertukaran oksigen dan karbon dioksida dapat terjadi
dengan adanya saluran yang membantu menyalurakan udara yang dari paru ke lingkukan
maupun dari lingkungan ke paru. Saluran pernapasan terbagi menjadi dua yaitu saluran
pernapasan atas yang terdiri dari hidung, faring, larynx. Sedangkan saluran pernfasan bawah
terdiri dari trachea, bronkus, brokiolus, alveolus. Salah satu bagian yang cukup mengganggu
saat terjadi gangguan yaitu bagian larynx karena dapat menggangu aktivitas contohnya saat
berkomunikasi, menurunkan kondisi tubuh yang kurang baik dan lain-lain.1

Makroskopik Larynx & Mikroskopik Larynx


Secara makrospkopik dan mikroskopik, laryng tersusun atas tulang rawan, otot,
lipatan kantung dan bibir suara pembuluh-pembuluh darah yang memperdarahi, serta nervus
yang mempersarafi laryng. Laring merupakan saluran udara yang bersifat sphincter dan juga
organ pembentuk suara, membentang antara lidah sampai trachea. Laring juga
menghubungkan faring dengan trachea.2,3
1. Tulang rawan larynx;1,2,3
a) Cartilago thyreoidea, merupakan tulang rawan hialin yang mempunyai empat sisi,
yaitu laminae dextra dan sinistra yang bertemu di tengah seperti busur, pada bagian
atas terpat prominetia laryngea atau jakun, bagian belakang terdapat lempeng yang
menyamdang Cornu superius dan inferius yang berfungsi sebagai titik-titik insersi
ligament-ligamen.
b) Cartilago cricoidea, berbentuk seperti cincin, bagian atas terdapat permukaan sendi
untuk cartilag arytenoidea, sedangkan bagian bawah terdapat permukaan sendi
cartilage thyroidea. Tepi bawah cartilage cricoidea berhubungan dengan trachea
melalui sebuah hubungan ligamental.
c) Cartilago epiglottis, mengandung sebuah kerangka tulang rawan elastis. Cartilago
epiglottis menjamin agar epiglottis kembali ke posisi semua dengan sendirinya pada
akhir fase menelan.
d) Cartilago arytenoidea, merupakan tulang rawan hialin yang berbentuk piramds\ yang
memiliki tiga permukaan yaitu facies anterolateral, posterior medialis. Basis dari
tulang rawan arytenoidea memiliki dua juluran yaitu proc. Vocalis dan proc.
Muscularis dan seuah apex.
e) Cartilago Corniculatum, berbentuk lancip, merupakan tulang rawan elastis, melekat
pada bagian ujung kartilago aritenoid.
f) Cartilago Cuneiforme berupa batang-batang kecil yang membantu menopang
jaringan lunak.         
2. Otot-otot larynx;2,3
a) Otot larynx luar, hanya terdapat satu yaitu M. cricothyroideus. Kontraksi otot M.
cricothyroideus memiringkan cartilage cricoidea ke belakng sehingga pita suara
menegang. M. cricothyroideus dan M. vocalis digolongkan kedalam otot penegang.
M. cricothyroideus diinversi oleh N. leryngeus superior ramus externus.
b) Otot larynx dalam, Mm. cricoarytenoideus posterior dan lateralis, M.
thyroarytenoideus, M. aryepiglotticus. Otot-otot ini berinversi pada cartilage
arytenoidea dapat mengubah posisi plica vocalis. Karena itu, otot-otot ini
digolongkan sebagai otot penyetel.
3. Lipatan kantung dan bibir suara;2,3
a) Plica vestibulares, mengandung lig. Vestibulare. Diantara plica vestibulare terdapat
rima vestibularis. Dibawah plica vestibularis terdapat plica vocalis. Mempunyai
epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet, terdapat kelenjar campur dan
mempunyai jaringan limfoid.
b) Plica vocalis, mengandung pita suara (Lig. Vocale) dan otot suara (M.vocalis).
diantara plica vocalis terdapat celah suara (rima glottidus), yang lebih sempit
daripada rima vestibuli. Diliputi epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk, tidak
terdapat kelenjar campur.
4. Perdarahan larynx, pasokan darah Larynx diperoleh melalui dua arteri besar yaitu A.
laryngea superior yang merupakan cabang dari A. carotis externa dan A. laryngea
inferior berasal dari daerah aliran A. subclavia. System draignase vena, V. laryngea
superior yang mengalir lebih lanjut ke vena jugularis interna. V. laryngea inferior
bermuara di Plexus thyroideus impar.2
5. Persarafan larynx, dipersarafi cabang Int & Ext N. laryngeus Sup, N. Laryngea
reccurent.2

Mekanisme Pernafasan
a. Awitan Inspirasi: Kontraksi Otot-otot Inspirasi

Otot-otot inspirasi utama, adalah otot yang berkontraksi untuk melakukan inspirasi
sewaktu bernapas tenang, mencakup diafragma dan otot interkostalis eksternal. Pada saat
awitan inspirasi, kontraksi otot inspirasi membuat rongga toraks membesar. Otot inspirasi
utama adalah diafragma, yang dipersarafi oleh saraf frenikus. Diafragma dalam keadaan
relaksasi berbentuk kubah yang menonjol ke atas ke dalam rongga toraks. Ketika
berkontraksi, diafragma turun dan memperbesar volume rongga toraks dengan meningkatkan
ukuran vertikal. Selama pernapasan tenang, diafragma menurun sekitar 1 cm selama inspirasi,
tetapi selama pernapasan berat, diafragma dapat menurun sebesar 10 cm. Dinding abdomen,
jika melemas, menonjol keluar sewaktu inspirasi karena diafragma yang turun menekan isi
abdomen ke bawah dan ke depan. Tujuh puluh lima persen pembesaran rongga toraks sewaktu
bernapas tenang dilakukan oleh kontraksi diafragma.
Dua set otot interkostalis terletak di antara iga, otot interkostalis eksternal di atas otot
interkostalis internal. Kontraksi otot interkostal eksternal, yang serat-seratnya berjalan ke
bawah dan depan antara dua iga yang berdekatan, memperbesar rongga toraks dalam dimensi
lateral (sisi ke sisi) dan antero-posterior (depan ke belakang). Ketika berkontraksi, otot
interkostalis eksternal mengangkat iga dan selanjutnya sternum ke atas dan ke depan. Saraf
interkostalis mengaktifkan otot-otot interkostalis ini selama inspirasi.
Peran otot inspirasi tambahan, pada saat inspirasi dalam akan lebih banyak udara
yang dihirup. Dapat dilakukan dengan mengontraksikan diafragma dan otot interkostalis
eksternal secara lebih kuat dan dengan mengaktifkan otot inspirasi tambahan untuk semakin
memperbesar rongga toraks. Kontraksi otot tambahan ini yang terletak di leher, mengangkat
sternum dan kedua iga pertama. Akibatnya, terjadi peningkatan aliran masuk udra sebelum
tercapai keseimbangan dengan tekanan atmosfer yaitu tercapai pernapasan yang lebih dalam.4,5
b. Awitan Ekspirasi : Relaksasi Otot-otot Inspirasi
Pada akhir inspirasi, otot inspirasi melemas. Diafragma mengambil posisi aslinya
yang seperti kubah ketika melemas. Ketika otot interkostalis eksternal melemas, sangkar iga
yang sebelumnya terangkat turun karena gravitasi. Sewaktu paru mengalami rekoil dan
kembali mengecil, tekanan intra-alveolus meningkat karena jumlah molekul udara yang lebih
banyak yang semula terkandung di dalam volume paru yang besar pada akhir inspirasi kini
termampatkan ke dalam volume yang lebih kecil. Pada ekspirasi biasa, tekanan intra-alveolus
meningkat sekitar 1 mmHg di atas tekanan atmosfer menjadi 761 mmHg dan meninggalkan
paru menuruni tekanan gradien tekanannya. Aliran keluar udara berhenti ketika tekanan intra-
alveolus menjadi sama dengan tekanan atmosfer dan gradien tidak lagi ada.
Ekspirasi dapat menjadi aktif untuk mengosongkan paru secara lebih tuntas dan lebih
cepat daripada yang dicapai selama pernapasan tenang, misalnya pernapasan dalam ketika
olahraga. Untuk mengeluarkan lebih banyak udara, tekanan intra-alveolus harus lebih
ditingkatkan di atas tekanan atmosfer daripada yang dicapai oleh relaksasi biasa otot inspirasi
dan rekoil elastik paru. Untuk menghasilkan ekspirasi paksa atau aktif tersebut, otot-otot
ekspirasi harus lebih berkontraksi untuk mengurangi volume rongga toraks dan paru. Otot
ekspirasi paling penting adalah otot dinding abdomen. Sewaktu otot abdomen berkontraksi,
terjadi peningkatan tekanan intra-abdomen yang menimbulkan gaya ke atas pada diafragma,
mendorongnya semakin ke atas pada diafragma. Sewaktu otot abdomen berkontraksi terjadi
peningkatan intra-abdomen yang menimbulkan gaya ke atas pada diafragma, mendorongnya
semakin ke atas ke dalam rongga toraks daripada posisi lemasnya sehingga ukuran vertikal
rongga toraks menjadi semakin kecil.
Otot ekspirasi lain adalah otot interkostalis internal, yang kontraksinya menarik iga
turun dan ke arah dalam, mendatarkan dinding dada dan semakin mengurangi ukuran rongga
toraks. Kerja ini tepat berlawanan dengan otot interkostal eksternal. Perbedaan antara tekanan
intra-alveolus dan atmosfer kini menjadi lebih besar daripada ekspirasi pasif sehingga lebih
banyak udara keluar menuruni gradien tekanan sebelum mencapai keseimbangan. Sebagai
contoh, jika tekanan di dalam toraks meningkat 10 mmHg, tekanan intra-pleura menjadi 766
mmHg dan tekanan intra-alveolus menjadi 770 mmHg tetap terdapat perbedaan tekanan 4
mmHg. 4,5
c. Hubungan Antar Tekanan
Udara mengalir masuk dan keluar paru selama tindakan bernapas karena berpindah
mengikuti gradien tekanan antara alveolus dan atmosfer yang berbalik arah secara bergantian
yang ditimbulkan oleh siklik otot pernapasan. Terdapat tiga tekanan berbeda yang berperan
pentin dalam ventilasi : 4,5
- Tekanan Atmosfer, adalah tekanan yang ditimbulkan oleh berat udara di atmosfer pada
benda di permukaan bumi. Pada ketinggian permukaan laut, tekanan ini sama dengan
760 mmHg. Tekanan atmosfer berkurang seiring dengan penambahan ketinggian di atas
permukaan laut karena lapis-lapisan udara di atas permukaan bumi juga semakin
menipis.
- Tekanan Intra-alveolus / Intra-pulmonal, adalah tekanan di dalam alveolus.Karena
aveolus berhubungan dengan atmosfer melalui saluran napas penghantar, udara cepat
mengalir menuruni gradien tekanannya setiap kali tekanan intra-alveolus berada di
tekanan atmosfer, udara terus mengalir hingga kedua tekanan seimbang.
- Tekanan Intra-pleura, adalah tekanan di dalam kantong pleura. Tekanan ini, yang juga
dikenal sebagai tekanan intratoraks. Adalah tekanan yang ditimbulkan diluar paru di
dalam rongga toraks. Tekanan intrapleura biasanya lebih rendah daripada tekanan
atmosfer, rata-rata 756 mmHg saat istirahat.

Mekanisme Pertukaran Gas

Tujuan bernapas adalah secara kontinu memasok O2 segar untuk diserap oleh darah
dan secara konstan mengeluarkan CO2 dari darah. Darah bekerja sebagai sistem transpor
untuk O2 dan CO2 antara paru dan jaringan, dengan sel jaringan mengekstraksi O2 dari darah
dan mengeliminasi CO2 ke dalamnya. Pertukaran gas di tingkat kapiler paru dan kapiler
jaringan berlangsung secara difusi pasif sederhana O2 dan CO2 menuruni gradien tekanan
parsial.

Gradien tekanan parsial, adalah perbedaan dalam tekanan parsial antaradarah kapiler
dan struktur sekitar. Terdapat gradien tekanan parsial antara udara alveolus dan darah kapiler
paru. Demikian juga, terdapat gradien tekanan parsial antara darah kapiler sistemik. Suatu gas
selalu berdifusi menuruni gradien tekanan parsialnya dari daerah dengan tekanan parsial tinggi
ke daerah dengan tekanan parsial yang lebih rendah, serupa dengan difusi menuruni gradien
konsentrasi.

Sewaktu melewati parum darah mengambil O2 dan menyerahkan CO2 dengan difusi
menuruni gradien tekanan parsial yang terdapat antara darah dan alveolus. Ventilasi secara
terus-menerus mengganti O2 alveolus dan mengeluarkan CO2 sehingga gradien tekanan parsial
antara darah dan alveolus dipertahankan. Darah yang masuk ke kapiler paru adalah darah vena
sistemik yang dipompa ke dalam paru melalui arteri paru. Darah ini baru kembali dari jaringan
tubuh relatif kekurangan O2 dengan PO2 40 mmHg, dan relatif kaya CO2 dengan PCO2 46
mmHg. Sewaktu mengalir ke paru darah ini terpajan ke udara alveolus, karena PO 2 alveolus
100 mmHg adalah lebih tinggi daripada PO 2 kapiler yaitu 40 mmHg, O2 berdifusi menuruni
gradien tekanan parsialnya dari alveolus ke dalam darah hingga tidak lagi terdapat gradien.
Sewaktu meninggalkan kapiler paru, darah memiliki PO 2 sama dengan po2 alveolus yaitu 100
mmHg.

Gradien tekanan parsial CO2 memiliki arah berlawanan. Darah yang masuk ke kapiler
paru memiliki PCO2 46 mmHg, sementara PCO 2 alveolus hanya 40 mmHg. Karbon dioksida
berdifusi dari darah ke dalam alveolus hingga PCO 2 darah seimbang dengan PCO2 alveolus.
Karena itu, darah yang meninggalkan kapiler paru memiloko PCO 2 40 mmHg. Setelah
meninggalkan paru, darah yang kini memiliki PO2 100 mmHg dan PCO2 40 mmHg kembali
ke jantung dan kemudian dipompa ke jaringan tubuh sebagai darah arteri sistemik.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Transfer Gas menembus Membran Alveolus4,5

Pengaruh pada
Kecepatan Transfer
Faktor Gas menembus Catatan
Membran Alveolus
Kecepatan difusi
meningkat, seiring Penentu utama kecepatan difusi
Gradien Tekanan Parsial O2 dan CO2 meningkatnya gradien
tekanan parsial
- Luas permukaan sama
selama kondisi istirahat
- Meningkat, selama
olahraga (semakin
Luas permukaan membran alveolus Kecepatan difusi banyak kapiler paru
meningkat, seiring yang terbuka ketika
meningkatnya luas curah jantung meningkat
permukaan dan alveolus
mengembang seiring
dengan semakin
dalamnya bernapas)
- Menurun, pada keadaan
patologis misalnya
emfisema dan kolaps
paru
- Normal, ketebalan tidak
Kecepatan difusi berubah
Ketebalan sawar yang memisahkan menurun, seiring - Meningkat, pada kedaan
udara dan darah di membran alveolus dengan meningkatnya patologis misalnya
ketebalan edema paru, fibrosis
paru dan pneumonia
Keepatan difusi
meningkat, seiring Konstanta difusi CO2 adalah 20
Konstanta Difusi meningkatnya konstanta kali lipat daripada O2
difusi

Infeksi Saluran Napas Atas Infeksi saluran napas atas adalah infeksi yang disebabkan oleh
mikroorganisme di struktur saluran napas atas yang tidak berfungsi untuk pertukaran gas,
termasuk rongga hidung, faring, dan laring yang dikenal dengan ISPA antara lain pilek,
faringitis, laringitis dan influenza tanpa komplikasi. Sebagian ISPA disebabkan virus,
meskipun bakteri juga dapat terlibat sejak awal atau bersifat sekunder terhadap infeksi virus.
Semua jenis infeksi mengaktifkan respon imun dan inflamasi sehingga terjadi pembengkakan
dan edema jaringan yang terinfeksi. Reaksi inflamasi menyebabkan peningkatan produksi
mukus yang berperan menimbulkan ISPA, yaitu kongesti atau hidung tersumbat, sputum
berlebihan dan rabas hidung (pilek). Sakit kepala, demam ringan dan malaise juga dapat
terjadi akibat inflamasi. 4,5

Pertahanan terhadap Infeksi Pernapasan

Meskipun saluran napas secara langsung terpajan dengan lingkungan, infeksi relatif
jarang terjadi dan jarang meluas menjadi infeksi saluran napas bawah yang mengenai bronkus
atau alveolus. Terdapat banyak mekanisme perlindungan di sepanjang saluran napas untuk
mencegah infeksi. Refleks batuk mengeluarkan benda asing dan mikroorganisme, serta
mengeluarkan mukus yang terakumulasi. Terdapat lapisan mukosiliaris yang terdiri dari sel-
sel yang berlokasi dari bronkus ke atas dan memproduksi mukus, serta sel-sel silia yang
melapisi sel-sel penghasil mukus. Sel penghasil mukus menangkap partikel asing, dan silia
bergerak secara ritmis untuk mendorong mukus dan semua partikel yang terperangkap ke atas
cabang pernapasan ke nasofaring tempat mukus tersebut ditelan.

Proses kompleks ini kadang-kadang disebut sebagai sistem eskalator mukosiliaris,


silia adalah struktur lembut yang mudah rusak atau cedera oleh berbagai stimulus berbahaya,
termasuk asap rokok. Apabila mikroorganisme dapat lolos dari mekanisme pertahanan
tersebut dan membuat koloni di saluran napas atas, lini penting pertahanan ketiga sistem imun,
akan bekerja untuk mencegah mikroorganisme tersebut sampai ke saluran napas bawah.
Respons ini diperantarai oleh limfosit, tetapi juga melibatkan sel darah putih lainnya misalnya
makrofag dan neutrofil yang tertarik ke area tempat proses inflamasi berlangsung. Apabila
terjadi gangguan mekanisme pertahanan di sistem pernapasan, atau apabila
mikroorganismenya sangat virulen, dapat terjadi infeksi sauran napas bagian bawah. 4,5

Laryngitis
Adalah suatu kondisi dimana pita suara membengkak sehingga suara menjadi serak.
Pita suara adalah lipatan membran mukosa pada laring. Saat meradang, suara yang melewati
pita suara menyebabkan suara parau. Laringitis biasanya hilang dalam waktu 2-3 minggu,
namun penyakit ini dapat bertahan lebih lama sehingga disebut laringitis kronis.6
Laringitis cukup sering terjadi, penyakit ini biasanya pada orang yang banyak bekerja
dengan banyak bicara, menyanyi, orang yang rutin terpapar asap rokok atau mengkonsumsi
alkohol berlebih. Tanda-tanda dan gejala:6
a. Demam
b. Batuk kering
c. Sakit tenggorok
d. Suara parau
e. Tenggorok kering atau gatal
f. Pembesaran kelenjar getah bening atau kelenjar di leher

Penyebab paling sering biasanya karena flu, terlalu banyak menggunakan suara
(menyanyi atau berteriak) dan infeksi virus, terdapat penyebab lain:6

a. Reaksi alergi
b. Infeksi
c. Bronkitis
d. Trauma
e. Pneumonia

Kesimpulan

Larynx merupakan bagian dari saluran pernafasan atas. Jika bagian larynx mengalami
gangguan dapat menimbulkan gelaja yang menggangu system pernapasan dan aktivitas
manusia. Selain sebagai saluran pernafasan pada larynx juga terdapat plica vocalis yang
berperan dalam membentuk suara, sehingga jika terjadi gangguan pada larynx dapat
mempengaruhi suara. Laryngitis merupakan salah satu contoh gangguan pada larynx yang
disebabkan antaralain karena infeksi virus dan terlalu banyak menggunakan suara.
Berdasarkan letak dari laryxk yang komponen yang terdapat di larynx, maka larynx perlu
dijaga.
Daftar Pustaka

1. Ethel Sloane. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Edisi pertama. Jakarta: EGC,
2004.h.266-274

2. Schünke M, Schulte E, Schumacher U, Voll m, Wesker Karl. Prometheus atlas anatomi


manusia. Edisi 3. Jakarta:EGC;2017:h. 202-9
3. Editor. Hartono H. Histologi dasar junqueira. Edisi 12. Diterjamahkan dari Mescher AL.
junqueira’s basic histology. Jakarta:EGC;2017:h.295
4. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-8. Jakarta : Penerbit buku
kedokteran EGC;2017:402-508
5. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-22. Diterjemahkan oleh Novianti
A, Dany F, Resmisari T, Rachman LY, Muttaqin H, Nugroho AW, et all. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2008.
6. Perhimpunan dokter paru Indonesia. Diunggah pada 24 Mei 2017. Diakses dari
http://www.klikpdpi.com/modules.php?name=News&file=print&sid=7862, pada 18 Mei
2018.

Anda mungkin juga menyukai