Anda di halaman 1dari 12

Makassar, 15 Januari 2019

LAPORAN PENGAYAAN FISIOLOGI

Tutor : dr. Rasfayanah F. Matto, M.Kes


Kelompok 9
Andi Bau Syatirah Ninnong. M (110 2017 0138)
Irsanti Sasmita Tauhid (110 2017 0141)
Agnia Ulya Aftha (110 2018 0124)
Melan Septiany Mulyadi (110 2018 0130)
Syahrul Rifa’at (110 2018 0137)
Devita Nurul Ainiah (110 2018 0150)
Ifa Latifah (110 2018 0156)
Rismayana Aris (110 2018 0184)
Idrus Alatas (110 2018 0191)
Rezha Eka Putra (110 2018 0203)
Sitti Ainun Mw. Pettawali (110 2018 0218)
Indadzi Arsyi Iwan (110 2018 0230)
Muh. Farhan Irawan (110 2018 0237)

Fakutas Kedokteran
Universitas Muslim Indonesia
Makassar
2018
Skenario 4: Seorang Wanita Usia 20 Tahun Datang Ke Dokter Praktek
Dengan Keluhan Nyeri Pada Saat Mencium Bau Yang Dialami Sejak 2
Hari Lalu

1. Jelaskan fisiologi penghidu


2. Jelaskan mekanisme proses mencium bau (Dalam bentuk video)
3. Jelaskan mekanisme fisiologi pengecapan (Video)
4. Jelaskan mekanisme proses menelan makanan (dalam bentuk tabel dan video)
5. Jelaskan mekanisme terjadinya hipotermi dan demam (dalam bentuk video)
6. Jelaskan proses mengenal warna pada saat melihat
7. Jelaskan mekanisme terjadinya bunyi (dalam bentuk tabel dan video)
8 Jelaskan kerja dari indera peraba, tekan dan gatal serta sebutkan masing-
masing reseptornya
9. Jelaskan mekanisme terjadinya hipotermi dan demam (dalam bentuk video)
10. Bagaimanakah alur mekanisme refleks fisiologis bisep dan trisep?
11. Bagaimanakah alur mekanisme refleks fisiologis APR dan KPR?
1. Fisiologi Penghidu
Proses awal informasi olfaktorius terjadi di dalam bulbus olfaktorius.
Mukosa olfaktorius (penghidu), suatu bercak mukosa 3 cm 2 di atap
rongga hidung, mengandung 3 jenis sel: Sel reseptor olfaktorius, sel
penunjang, dan sel basal.
 Sel penunjang mengeluarkan mucus yang melapisi saluran
hidung
 Sel basal adalah precursor untuk sel reseptor olfaktorius
baru
 Sel reseptor olfaktorius adalah neuron aferen yang bagian
reseptornya terletak di mukosa olfaktorius dan akson aferen
ke dalam otak, berfungsi mendeteksi bau atau aroma
Akson sel-sel reseptor olfaktorius membentuk saraf olfaktorius.
Bagian resepetor sel olfaktorius terdiri dari tonjolan yang membesar
dan mengandung beberapa silia Panjang. Silia ini mengandung
tempat untuk mengikat odoran; molekul yang dapat dihidu. Silia ini
terproyeksi ke dalam mucus yang melapisi permukaan dalam
rongga hidung, akan membentuk alas yang padat pada mucus,
akan bereaksi terhadap bau di udara dan merangsang sel-sel
olfaktorius. Pada membrane olfaktorius, tersebar banyak glandula
bowman yang kecil yang neyekresi mucus ke permukaan
membrane olfaktorius.
2. Mekanisme Proses Mencium Bau
 Substansi yang berbau tercium pada saat kontak dengan
permukaan membran olfaktorius, mula-mula menyebar secara
difusi ke dalam mucus yang menutupi silia
 Lalu berikatan dengan protein reseptor di membrane setiap
silium. Bau tersebut berikatan dengan bagian reseptor yang
melipat ke arah luar
 Bagian dalam protein yang melipat akan berpasangan
membentuk Grotein-G
 Perangsangan protein reseptor: subunit alfa akan memecahkan
diri dari Protein-G dan mengaktivasi adenilat siklase
 Siklase yang teraktivasi mengubah molekul adenosin trifosfat
intrasel menjadi adenosin monofosfat siklik (CAMP)
 CAMP ini mengaktivasi protein membrane lain, yaitu gerbang
kanal ion natrium yang akan membuka “gerbangnya”,
memungkinkan sejumlah besar ion natrium mengalir melewati
membrane ke reseptor di dalam sitoplasma sel
 Ion natrium meningkatkan potensial listrik sehingga
merangsang neuron olfaktorius dan menjalankan potensial aksi
ke dalam SSP melalui N. Olfaktorius
3. Mekanisme Fisiologi Pengecapan
 Kemoreseptor untuk sensasi kecap terkemas dalam kuncup-
kuncup kecap
 Setiap kuncup kecap memiliki pori kecap yang dilewati oleh
cairan dalam mulut untuk berkontak dengan permukaan sel
reseptor
 Membran plasam mikrovilus mengandung tempat reseptor
yang berikatan secara selektif dengan molekul zat kimia. Bahan
kimi dalam bentuk terlatur dan larut dalam air liur dapat melekat
ke sel reseptor dan memicu sensasi rasa
 Pengikatan bahan kimia pemicu rasa dengan sel reseptor akan
mengubah kanal ion sel sehingga timbul depolarisasi
 Kanal ion kalsium terbuka, menyebabkan ion kalsium masuk
yang mendorong pelepasan neurotransmitter (serotonin atau
ATP)
 Memicu potensial aksi di ujung terminal serat saraf afferent
 Ujung terminal afferent saraf cranialis bersinaps dengan
kuncup-kuncup kecap
 Sinyal masukan sensorik dikirim melalui sinaps di batang otak
dan thalamus ke daerah gustatorik korteks

Papilla pada lidah:


 Circumvallate Papilla (bagian posterior lidah)
 Foliate Papilla (bagian margo lidah)
 Fungiform Papilla (bagian anterior lidah)
 Fuliformis Papilla (bagian posterior lidah)
Rasa yang dapat dikecap oleh lidah:
 Manis
 Asin
 Asam
 Pahit
 Umami
4. Mekanisme Proses Menelan Makanan
Menelan merupakan mekanisme yang kompleks, pada umumnya
menelan dapat dibagi menjadi :
1) Tahap Oral (volunter)
Bila makanan sudah siap untuk ditelan, “secara sadar”
makanan ditelan atau digulung ke arah porterior ke dalam faring oleh
tekanan lidah ke atas dan kebelakang terhadap palatum. Dari sini,
proses menelan terjadi seluruhnya atau hampir seluruhnya
berlangsung secara otomatis dan umumnya tidak dapat dihentikan.
2) Tahap Faringeal (involunter)
Sewaktu makanan memasuki bagian posterior mulut dan faring,
bolus merangsang daerah epitel reseptor menelan disekeliling pintu
faring, khususnya pada tiang-tiang tonsil, dan sinyal- sinyal dari sini
berjalan kebatang otak untuk mencetuskan serangkaian kontraksi otot
faringeal secara otomatis sebagai berikut : trakea tetutup -> esofagus
terbuka, dan suatu gelombang peristaltik cepat dicetuskan oleh sistem
saraf faring mendorong lobus makanan kedalam esofagus bagian
atas, seluruh proses terjadi dalam waktu kurang dari 2 detik.

3) Tahap Esofageal (involunter)


Esofagus terutama berfungsi untuk menyalurkan makanan
secara cepat dari faring ke lambung, dan gerakannya diatur secara
khusus untuk fungsi tersebut. normalnya, esofagus memperlihatkan
dua tipe gerakan peristaltik : peristaltik primer dan peristaltik sekunder.
Peristaltik primer hanya merupakan kelanjutan dari gelombang
peristalting yang dimulai difaring dan menyebar ke esofagus ke dalam
lambung selama tahap faringeal dari proses menelan. Jika gelombang
peristaltik primer gagal mendorong semua makanan yang telah masuk
esofagus ke dalam lambung, terjadi gelombang peristaltik sekunder
yang dihasilkan dari pergerakan esofagus oleh makanan yang
tertahan, gelombang ini terus berlanjut sampai semua makanan
dikosongkan ke dalam lambung.
TAHAP PROSES ORGAN YANG
TERLIBAT
ORAL Bolus makanan Gigi, lidah, palatum
ditekan atau di gulung
ke arah posterior ke
dalam faring. Proses
ini dilakukan secara
sadar
FARINGEAL Bersifat involunter atau Faring, epiglotis
tidak disadari ,
membantu jalannya
makanan melalui
faring ke dalam
esofagus
ESOFAGEAL Fase involunter lain Esofagus
yang mengangkut
makanan dari faring ke
lambung dengan cara
gerak peristaltik

5. Mekanisme Hipotermi dan Demam


Hipotermi:
Hipotermi terjadi jika subuh kehilangan suhunya lebih cepat dari
pada tubuh dapat memproduksi suhunya. Kehilangan suhu tubuh
dapat terjadi jika permukaan kulit tidak tertutupi, terkena hembusan
angin, dan akan lebih berbahaya lagi apabila mengenakan pakaian
yang basah. Saat suhu tubuh turun, tubuh dan otak akan memberikan
respon berupa keluarnya hormone dari kelenjar tiroid dan adrenal
untuk meningkatkan metabolisme tubuh seperti darah, denyut jantung,
dan tekanan darah. Di otak, hipotalamus membuat pembuluh darah
menyempit agar tubuh tidak kehilangan suhunya, serta merangsang
otot-otot untuk menggigil higga menyebabkan metabolisme semakin
cepat 5x lipat dari biasanya. Jika tubuh sudah tidak dapat merespon
lingkungan yang dingin, maka tubuh seseorang dapat terjadi
hipotermia dan membuat otak menjadi lebih dingin dari biasanya yang
dapat menyebabkan pusing serta kerusakan otak permanen.
Demam:
Demam atau Pyrexia adalah suatu keadaan dimana tubuh memiliki
suhu yang lebih tinggi dari pada suhu normal tubuh. Suhu normal
tubuh berkisar sekitar 37oC. Demam bukan sebuah penyakit,
melainkan sebuah gejala dari penyakit dasar.
Di otak, suhu tubuh diatur oleh hypothalamus, yang selanjutnya jika
terjadi inflamasi maka cairan kimia akan dikeluarkan yakni pyrogens
(Interleukin). Pyrogens ini akan merangsang hypothalamus untuk
meningkatkan suhu tubuh dan terjadilah demam. Adapun faktor-faktor
yang menyebabkan demam antara lain: infeksi (virus, bakteri, dll),
penyumbatan pembul

6. Proses Mengenal Warna Pada Mata


Gelombang cahaya mengalami divergensi (memncar keluar) ke
semua arah dari setiap titik sumber cahaya. Gerakan maju suatu
gelombang cahaya dalam arah tertentu dikenal sebagai berkas
cahaya. Berkas cahaya divergen yang mencapai mata harus
dibelokkan ke dalam agar dapat difokuskan kembali ke satu titik (titik
fokus) di retina pekacahaya agar diperoleh bayangan akurat sumber
cahaya.

7. Mekanisme Terjadinya Bunyi

Gelombang Suara
Getaran Membran
Timpani
Getaran Tulang
Telinga Tengah
Getaran Jendela Oval

Gerakan Cairan di
dalam Koklea
Getaran Jendela Bundar

Menekuknya rambut di sel rambut Pembuyaran energi


reseptor dalam organ corti sewaktu (tidak ada persepsi
getaran membrane belapis menggeser bunyi)
rambut-rambut ini relative terhadap
membrane tektorium diatasnya, yang
berkontak dengan rambur tersebut
Perubahan potensial berjenjan
di sel reseptor

Perambatan potensial aksi ke korteks


Perubahan frekuensi potensial aksi
8. yang
Kerjadihasilkan
dari Indera auditorius di lobus temporalis otak
di sarafPeraba,
auditoriusTekanan, Gatal serta Masing-masing
untuk persepsi suara
Reseptornya

Meraba sesuatu Rangsangan Impuls

Diterima oleh
Sistem saraf Sistem saraf ujung-ujung
pusat tepi saraf

Respon

Reseptor pada kulit:


 Merkel Disc : Untuk mendeteksi sentuhan dari
orang yang tidak dikenal
 Meisner Corpuscle : Untuk mendeteksi sentuhan dari
orang yang dikenal
 Reseptor Rufrinis : Untuk mendeteksi panas
 Reseptor Endcrause : Untuk mendeteksi dingin
 Reseptor Paccini : Untuk mendeteksi tekanan
 Reseptor Free Never Ending : Untuk mendeteksi rasa sakit

10. Alur Mekanisme Refleks Fisiologis Biceps dan Triceps


- Refleks bisep, dilakukan dengan pasien dengan membiarkan
lengan untuk lemas dan membentuk sedikit sudut lebih dari 90° di
siku kemudian, pasien memflexikan siku sementara istirahat dan
meraba fossa cubital. Tendon akan terasa tebal dan seperti tali.
Setelah itu, diketuk menggunakan palu perkusi lalu akan
menghasilkan flexi lengan pada sendi siku.

Arcus refleks:
 Reseptor : Tendo M. Biceps
 Jalur afferent : N. Musculocutaneus
 Pusat integrasi : Medula Spinalis (C5-C6)
 Jalur efferen : N. Musculocutaneus
 Efektor : M. Biceps Brachii

- Refleks trisep, lengan membentuk sudut kanan dibantu oleh lengan


bawah harus menjuntai ke bawah langsung disiku. Ketuk bagian
tendonnya sehingga menghasilkan refleks ekstensi lengan bawah
pada sendi siku.
Arcus refleks:
 Reseptor : Tendo M. Triceps
 Jalur afferen : Serabur sensorik N. Radialis
 Pusat integrasi : Medula spinalis (C6-C8)
 Jalur efferen : Serabut motorik N. Radialis
 Efektor : M. Tricpes Brachii

11. Alur Mekanisme Refleks Fisiologis APR dan KPR


- Refleks KPR, orang coba didudukkan di tempat yang lebih tinggi
sehingga kedua tungkai tergantung. Lalu diketuk menggunakan
palu perkusi pada bagian tungkai patella sehingga terjadi ekstensi
tungkai disertai dengan kontraksi M. Quadriceps.
Arcus Refleks:
 Reseptor : Tendon Patella atau Ligamentum Patella
 Jalur afferen : Serabut sensorik N. Femoris
 Pusat integrasi : MS (L2-L4)
 Jalur efferen : Serabut motorik N. Femoris
 Efektor : M. Quadriceps Femoris

- Refleks APR, tungkai diflexikan pada sendi lutut dan kaki


didorsoflexikan. Lalu ketuk tendo Achilles menggunakan palu
perkusi sehingga terjadi plantor flexi dari kaki dan kontraksi dari M.
Gastrocnemius.
Arcus Refleks:
 Reseptor : Tendon Achilles
 Jalur afferen : Serabut sensorik N. Tibialis
 Pusat integrasi : MS (L4-S3)
 Jalur efferen : Serabut motorik. Tibialis
 Efektor : M. Gastrocnemius
DAFTAR PUSTAKA
 Guyton & Hall. 2007. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
 Sherwood, Lauralee. 2014. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem.
Jakarta: EGC
 Penuntun Praktikum Fisiologi Blok Biomedik I. 2018. Makassar:
Fakultas Kedokteran UMI

Anda mungkin juga menyukai