Anda di halaman 1dari 31

Makassar, 29 November 2018

LAPORAN PENGAYAAN 1 BIOKIMIA

• Tutor : dr. dr. Sry Wahyuni Gayatri, M.Kes

Kelompok 7

Amalia sri anjani (110 2018 0193)

Nuzul shafira alie (110 2018 0192)

Idrus alatas (110 2018 0191)

Handi Ardiansyah (110 2018 0201)

Fahmi Satrio Hidayat (110 2018 0196)

Widya dian pratiwi S. (110 2018 0197)

Sri Sisilawati Jamil (110 2018 0199)

Nur Olivia Ananda (110 2018 0194)

Aulia Isra (110 2018 0198)

Fakutas Kedokteran
Universitas Muslim Indonesia
Makassar
2018
1. MONOSAKARIDA
Monosakarida merupakan monomer dari polisakarida yang terdiri satu unit gula.
Monosakarida tidak berwarna, merupakan kristal padat yang bebas larut di dalam air
karena mengandung gugus -OH, tetapi tidak larut dalam pela
rut nonpolar, mempunyai rumus empiris (CH2O)n. Kerangka monosakarida adalah
rantai karbon berikatan tunggal yang tidak bercabang. Satu di antara atom karbon
berikatan ganda terhadap suatu atom oksigen, membentuk gugus karbonil; masing-
masing atom karbon lainnya berikatan dengan gugus hidroksil.

Monosakarida memiliki ciri-ciri yaitu:

a. Monosakarida terdiri dari satu unit gula


Monosakarida disebut juga gula sederhana, terdiri dari satu unit gula, yaitu satu
unit polihidroksi aldehida atau polihidroksi keton. Monosakarida terdiri dari satu unit
gula, maka monosakarida tidak dapat dihidrolisis menjadi bentuk yang
sederhana.Contoh monosakarida yaitu glukosa, fruktosa, dan galaktosa. Glukosa dan
fruktosa merupakan polihidroksi aldehida karena glukosa dan galaktosa mengandung
gugus aldehid (aldosa). Sedangkan fruktosamengandung gugus keton (ketosa).

H H
H
C O H C OH
C O
H C OH C O
H C OH
H C H H C H
HO C H
H C H H C OH
H C OH

H C OH H C O H C OH

H C OH H C O H C OH

H H H

Glukosa Galaktosa Fruktosa

Gambar 1.1 Glukosa, Fruktosa, Galaktosa. Gugus C=O yang dilingkari


menunjukkan gugus aldehid (pada glukosa dan galaktosa), gugus keton (pada
fruktosa).
b. Monosakarida dapat memutar bidang polarisasi
Semua monosakarida, kecuali dihidroksiaseton, mengandung satu atau lebih
atom karbon khiral (karbon asimetri atau tidak simetri) yaitu atom karbon yang
mengikat empat atom atau gugus yang berlainan karena pada molekul tersebut tidak
terdapat bidang simetri, terdapat dalam bentuk isomer optik. Isomer optik adalah
rumus molekul sama tetapi berbeda arah putar cahaya terpolarisasi, ada yang
memutar ke kanan ada yang memutar ke kiri.Molekulmonosakarida yang memutar
ke kanan diberi awalan D (dekstro), sedangkan monosakarida yang memutar ke kiri
diberi awalan L (levo). Adanya atom karbon khiral menyebabkan
monosakaridadapat memutar bidang polarisasi. Contoh aldosa yang paling
sederhana, yaitu gliseraldehida yang mengandung hanya satu pusat kiral.

D-Gliseraldehida D-Glukosa D-Galaktosa


Gambar 1.2 Golongan D-aldosa yang mempunyai 3-6 atom karbon,
diperlihatkan dengan rumus struktur berantai lurus. Atom karbon dalam
lingkaran warna hitam merupakan pusat khiral.

H C OH

C O

H C OH

H
Gambar 1.3 Dihidroksiaseton, tidak memiliki pusat khiral

Akan tetapi, karena banyak dari aldosa yang mempunyai dua atau lebih pusat
khiral, muncul awalan -D (dekstro) dan -L (levo), digunakan untuk menujukkan
konfigurasi dari karbon khiral yang paling jauh dari atom karbon karbonil (C=O).
Sementara untuk dihidroksiaseton tidak memiliki struktur D dan L karena tidak
terdapat atom C khiral.

D-Glukosa L-Glukosa
Gambar 1.4 D-Glukosa dan L-Glukosa diperlihatkan dengan rumus struktur
berantai lurus.

Gambar 1.5 D-Glukosa, D-Galaktosa, dan D-fruktosa diperlihatkan dengan


rumus struktur berantai lurus.
c. Monosakarida dapat berbentuk terbuka (linier) atau berbentuk cincin (siklik)
Struktur berbagai aldosa dan ketosa di tulis dalam bentuk rantai lurus, contohnya
triosa dan treosa yang memiliki 3 atom dan 4 atom karbon pada kerangkanya.

Triosa Treosa
Gambar 1.5 Triosa yang memiliki 3 atom karbon dan Treosa yang memiliki 4
atom karbon
Sedangkan monosakarida yang memiliki 5 atom karbon (pentosa) atau 6 atom
karbon (heksosa) pada kerangkanya, maka berbentuk siklik atau cincin.

Gambar 1.6 Glukosa dengan bentuk rantai lurus dan bentuk cincin

Pembentukan cincin piranosa pada D-Glukosa akibat reaksi antara aldehida dan
alkohol membentuk senyawa turunan yang disebut hemiasetal (Gambar 1.8), yang
mengandung suatu atom karbon asimetri, C-1 atom karbon pada aldehid glukosa
bentuk rantai terbuka bereaksi dengan gugus hidroksil pada C-5 yang membentuk
suatu ikatan kovalen. Senyawa cincin yang beranggotakan 6 karbon ini disebut
piranosa karena senyawa ini menyerupai senyawa cincin dengan 6 anggota yang
disebut piran.
Gambar 1.7 Pembentukan kedua bentuk D-glukopiranosa. Jika gugus aldehida
pada C1 dan gugus hidroksil pada C5 menghasilkan α-D-Glukopiranosa dan β-
D-Glukopiranosa.

Gambar 1.8 Aldehida dapat bereaksi dengan alkohol membentuk hemiasetal.


Karbon karbonil menjadi atom khiral pada reaksi ini.
Pusat asimetrik tambahan timbul sewaktu glukosa membentuk cincin, C-1 atom
karbon karbonil pada bentuk rantai terbuka menjadi pusat asimetrik pada bentuk
cincin, sehingga didapatkan bentuk α-D-glikopiranosa dan β-D-glikopiranosa. α-D-
glikopiranosa anomer dengan β-D-glikopiranosa, anomer adalah bentuk isomer dari
monosakarida yang berbeda satu dengan lainnya hanya dalam konfigurasi di sekitar
atom karbon hemiasetal. Tanda α (alfa) berarti bahwa gugus hidroksil terikat pada C-1
berada di bawah bidang cincin, sedangkan β (beta) berarti gugus hidroksil di atas
bidang cincin.

Gambar 1.9 Bentuk piranosa D-Glukosa (α-D-Glukopiranosa dan β-D-


Glukopiranosa)

Pada monosakarida dengan gugus keton, atom karbon C-2 fruktosa bentuk
rantai terbuka dapat bereaksi dengan gugus hidroksil pada atom karbon C-5,
membentuk senyawa cincin yang beranggotakan 5 karbon, yang menyerupai senyawa
beranggotakan-lima furan, senyawa tersebut disebut furanosa. Pembentukan cincin
furanosa pada D-Fruktosa akibat reaksi antara keton dan alkohol membentuk senyawa
turunan yang disebut hemiketal (Gambar 2.1),
Gambar 2.0 Bentuk rantai lurus D-Fruktosa dan bentuk cincin α-D-
fruktofuranosa dan β-D-fruktofuranosa

Gambar 2.1 Keton dapat bereaksi dengan alkohol membentuk hemiketal.


Karbon karbonil menjadi atom khiral pada reaksi ini.

Pada bentuk cincin furanosa dari fruktosa gugus hidroksilnya terikat dengan atom C-
2, sehingga terdapat pula bentuk alfa (α) dan beta (β).

Gambar 2.2 Bentuk cincin α-D-fruktofuranosa, β-D-fruktofuranosa, dan Gugus


Furan
d. Monosakarida merupakan gula pereduksi
Monosakarida (glukosa, fruktosa, dan galaktosa) termasuk dalam gula pereduksi
karena memiliki gugus OH yang bebas tidak terikat dengan atom manapun, gugus OH
ini terikat pada atom C nomor 1.

D-Glukosa D-Galaktosa D-Fruktosa

Monosakarida (sebagai senyawa reduktor) mereduksi senyawa-senyawa pengoksidasi


(oksidator) seperti ferisianida, hidrogen atau ion kupri (Cu2+). Pada reaksi ini, gula
dioksidasi pada gugus karbonil (C=O) dan senyawa pengoksidasi menjadi tereduksi.
Glukosa dan monosakarida lain yang mampu mereduksi senyawa pengoksidasi
disebut gula pereduksi.
O O

R C H + CuO Cu2O + R C OH

+
Cu2+Cu

Gambar 2.3 Monosakarida (reduktor) mereduksi Cu2+ menjadi


Cu+membentuk D-Glukonat

2. DISAKARIDA
Disakarida adalah karbohidrat yang terdiri dari dua monosakarida yang
berikatan kovalen terhadap sesamanya. Pada kebanyakan disakarida, ikatan yang
menghubungkan kedua monosakarida itu disebut ikatan glikosida (glikosidik).
Ikatan glikosida dibentuk jika gugus hidroksil pada salah satu gula bereaksi dengan
gugus hidroksil pada karbon anomer pada gula yang lain. Dengan kata lain terbentuk
dengan kondensasi gugus hidroksil atom karbon nomor 1 dari suatu monosakarida
dengan gugus hidroksil dari salah satu nomor karbon (2, 4, 6) monosakarida lainnya.

Gambar 2.4 Ikatan Glikosidik pada Disakarida

Disakarida yang paling banyak terdapat di alam adalah maltosa, laktosa,


dansukrosa.
a. Maltosa
Maltosa dihasilkan dari hidrolisis pati oleh enzim β-amilase. Maltosa
mengandung dua residu Ɒ-glukosa yang dihubungkan dengan ikatan glikosida di
antara atom karbon ke 1(C-1) dari glukosa yang pertama dan atom karbon 4 (C-4) dari
glukosa yang kedua.

Gambar 2.5 Struktur Maltosa memiliki ikatan α(1→4)

Konfigurasi atom karbon anomer dalam ikatan glikosida di antara kedua residu
Ɒ-glukosa di atas adalah bentuk α, sehingga ikatan ini dilambangkan sebagai α(1→4).
Kedua residu glukosa pada maltosa berbentuk piranosa (segi enam). Residu glukosa
kedua pada maltosa dapat berada dalam bentuk α atau bentuk β. Bentuk yang paling
banyak dijumpai adalah bentuk β. Bentuk α dibentuk oleh kerja enzim air liur
(amilase) terhadap pati. Maltosa dihidrolisa oleh enzim usus maltosa yang spesifik
terhadap ikatan α(1→4). Maltosa adalah gula pereduksi karena gula ini memiliki
gugus karbonil yang berpotensi bebas, yang dapat dioksidasi.

b. Laktosa
Laktosa terdapat pada susu yang dihidrolisis menghasilkan Ɒ-glukosa dan Ɒ-
galaktosa. Keduanya berikatan melalui ikatan β(1→4). Disakarida jenis ini
merupakan gula pereduksi karena memiliki gugus karbonil yang berpotensi bebas
pada residu glukosa.

Gambar 2.6 Struktur Laktosa memiliki ikatan β(1→4)


Laktosa mengalami hidrolisis oleh enzim laktase dari sel-sel mukosa usus. Pada
sebagian orang yang mengonsumsi laktosa, mereka menunjukkan gejala intoleran
terhadap laktosa. Pada orang-orang seperti ini, laktosa yang termakan dalam jumlah
besar melalui susu menyebabkan diare berair, sakit mulas, dan aliran zat makanan
pada usus menjadi abnormal. Hal tersebut karena pada orang-orang seperti itu
memiliki sedikit enzim laktase pada ususnya. Sedikitnya enzim laktase tersebut dapat
bersifat menurun kepada keturunannya.

c. Sukrosa
Gula ini biasa disebut gula tebu merupakan disakarida dari glukosa dan
fruktosa. Karbon anomer kedua unit monosakarida pada sukrosa berikatan satu
dengan yang lain, sehingga sukrosa tidak mengandung atom karbon anomer bebas.
Jadi sukrosa bukanlah gula pereduksi. Sukrosa apabila dihidrolisis akan menghasilkan
α-D-Glukosa dan β-D-Fruktosa. Sukrosa tersusun oleh molekul glukosa dan fruktosa
yang dihubungkan oleh ikatan 1,2-α-glikosidik.

Gambar 2.7 Struktur Sukrosa memiliki ikatan α(1→2)


Sukrosa merupakan gula yang paling manis di antara ketiga jenis disakarida
yang umum dijumpai. Sukrosa dibentuk oleh banyak tanaman tetapi tidak terdapat
pada hewan tingkat tinggi. Pada banyak tanaman, sukrosa merupakan bentuk utama
dalam transport gula hasil fotosintesis dari daun ke bagian-bagian lain tanaman. Hal
ini karena atom karbon anomernya yang terikat, jadi melindungi sukrosa dari oksidasi
atau hidrolisis oleh enzim-enzim tanaman. Hewan dibantu enzim sukrase atau enzim
invertase untuk menyerap molekul sukrosa. Enzim tersebut mengkatalisa hidrolisis
sukrosa menjadi D-glukosa dan D-fruktosa yang dapat terserap ke dalam aliran darah.
Selain ketiga disakarida di atas, jenis disakarida lainnya, yaitu selobiosa, dan
isomaltosa.
Selobiosa merupakan disakarida yang membentuk selulosa, mempunyai ikatan
β(1→4) dan merupakan gula pereduksi.

Gambar 2.8 Struktur Selobiosa memiliki ikatan β(1→4)

Isomaltosa merupakan disakarida yang diperoleh dengan hidrolisis beberapa


polisakarida tertentu. Hampir sama dengan maltosa hanya saja mempunyai ikatan
α(1→6).

Gambar 2.9 Struktur Isomaltosa memiliki ikatan α(1→6)

3. POLISAKARIDA
Polisakarida merupakan salah satu golongan karbohidrat yang terdiri dari
rantai panjang yang mempunyai ratusan atau ribuan unit monosakarida. Terdapat dua
jenis polisakarida yaitu homopolisakarida dan heteropolisakarida.
a. Homopolisakarida
Homopolisakarida merupakan polisakarida yang mengandung satu jenis unit
monosakarida. Contoh suatu homopolisakarida yaitu pati yanghanya mengandung
unit-unit glukosa.
Ikatan α (14)
D-glukosa
Gambar 3.0 Struktur Pati (Amilosa) mengandung satu jenis monosakarida

b. Heteropolisakarida
Heteropolisakarida merupakan polisakarida yang mengandung dua atau lebih
jenis unit monosakarida yang berbeda. Contoh suatu heteropolisakarida yaitu asam
hialuronat yang mengandung dua jenis unit gula. Asam hialuronat ini tersusun dari
asam D-glukoronat dan N-asetilglukosamina. Kedua turunan monosakarida yang
berbeda ini dihubungkan oleh ikatan glikosida β(1,3) membentuk satu unit disakarida
yang kemudian berhubungan dengan unit disakarida yang sama dengan ikatan
glikosida β(1,4) dan seterusnya.

D-glukoronat
Ikatan β (13) Ikatan β (14)

N-asetil
glukosamina

Gambar 3.1 Struktur Asam hialuronat yang mengandung dua jenis


monosakarida
a. Pati
Pati biasa dijumpai pada golongan umbi seperti kentang dan pada biji-bijian
seperti jagung. Ada dua jenis polimer glukosa yang berperan sebagai penyusun
pati,yaitu amilosa dan amilopektin.
1) Amilosa
Amilosa memiliki rantai-rantai unit D-glukosa yang panjang, tidak bercabang,
dan digabungkan oleh ikatan α(14).

D-glukosa
Ikatan α (14)
 Amilosa

Gambar 3.2 Struktur Pati (Amilosa) yang berbentuk rantai panjang, tidak
bercabang

2) Amilopektin
Amilopektin terdiri dari rantai-rantai bercabang yang dibentuk oleh 24-30 residu
glukosa yang disatukan dengan ikatan glikosidik oleh ikatan α(14) di rantai dan
oleh ikatan α(16) di titik percabangan.

Glukosa

Gambar 3.3 Struktur Pati (Amilopektin) yang berbentuk rantai bercabang


Contoh makanan dalam kehidupan sehari-hari yang mengandung masing-
masing amilosa dan amilopektin, yaitu nasi dan lemper. Jika kita memakan nasi atau
lemper akan memberikan pengaruh yang berbeda bagi tubuh. Ketika kita memakan
nasi, tubuh kita akan terasa lebih cepat pulih tenaganya dibandingkan dengan ketika
kita memakan lemper. Hal itu terjadi seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa nasi
mengandung amilosa yang memiliki struktur yang tidak bercabang sehingga amilosa
lebih cepat dicerna dan diubah menjadi energi dibandingkan dengan amilopektin pada
lemper. Amilopektin memiliki struktur rantai bercabang sehingga membuat proses
mencerna menjadi lebih lama karena amilopektin tidak segera diubah menjadi energi.

b. Glikogen
Glikogen banyak ditemukan pada urat hati dan urat daging. Glikogen
merupakan polisakarida bercabang dari D-glukosa dalam ikatan α(14). Ikatan pada
percabangan adalah α(16). Dibandingkan dengan amilopektin, pada glikogen lebih
banyak terdapat percabangan dan strukturnya lebih kompak.

6
5
4 1
3 2 Ikatan α(16)
6
5 D-glukosa
4 1
3 2

6 6
5 5
4 1 4 1
3 2 3 2

Ikatan α(14)

Gambar 3.4 Struktur Glikogen yang memiliki ikatan α(14)

Contoh makanan dalam kehidupan sehari-hari yang mengandung glikogen


yaitu daging. Ketika kita memakan daging, kita merasa tenaga kita tidak pulih begitu
saja setelah mengonsumsinya. Seperti yang telah dijelaskan diatas, hal ini terjadi
karena glikogen yang terkandung didalam daging memiliki struktur yang bercabang-
cabang dan lebih kompak dibandingkan dengan amilopektin.

Amilopektin Glikogen

Gambar 3.5 Perbandingan Struktor Amilopektin dan Glikogen. Glikogen


memiliki struktur yang bercabang-cabang dan lebih kompak dibandingkan
dengan amilopektin.

c. Selulosa
Selulosa banyak dijumpai dalam dinding sel tumbuhan.

Gambar 3.6Selulosa yang berupa Mikrofibil Selulosa pada Dinding Sel


Tumbuhan
Selulosa merupakan homopolisakarida linear tidak bercabang, terdiri dari 10.000 atau
lebih unit D-glukosa yang dihubungkan oleh ikatan β(14) glikosida.

D-Glukosa

Gambar 3.7 StrukturSelulosa berbentuk rantai linier, tak bercabang

Dalam kehidupan sehari-hari sering kita jumpai orang mengonsumsi makanan


seperti pecel yang salah satu sayurannya adalah genjer. Kita tahu bahwa didalam
genjer terkandung selulosa. Apabila kita mengonsumsi selulosa maka zat akhir yang
dibuang oleh tubuh juga berupa selulosa karena didalam tubuh kita tidak terdapat
enzim selulase yang berfungsi untuk mencerna selulosa sehingga selulosa tersebut
tidak dicerna oleh tubuh. Namun untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan serat kita
perlu mengonsumsi selulosa. Serat ini biasa ditemukan pada sayur dan buah yang
mana diperlukan oleh tubuh untuk memperlancar proses pencernaaan dan untuk
membentuk sisa pencernaan yang berupa kotoran (feses).

d. Kitin
Kitin merupakan polisakarida linear dan rantainya tak bercabang yang tersusun
atas polimer N-asetil D-glukosamin yang digabungkan oleh ikatan β(1 4). Kitin juga
memiliki monomer berupa molekul glukosa dengan cabang yang mengandung
nitrogen. Kitin merupakan struktural ekstraseluler yang berfungsi penyusun kutikula
arthropoda.
D-glukosa

Ikatan β

1 4

gugus
Gugus
amino
asetil

Gambar 3.8 StrukturKitin yang tersusun atas polimer N-asetil D-glukosamin


yang digabungkan oleh ikatan β(1 4).

e. Peptidoglikan
Dinding bakteri terdiri dari kompleks polimer polisakarida yang mengandung
rantai berbagai asam amino, tetapi rantai asam aminonya tidak sepanjang rantai asam
amino pada protein, sehingga disebut peptidoglikan bukan glikoprotein. Dinding sel
ini terdiri dari kerangka struktural berikatan kovalen yang mengelilingi sel secara
sempurna. Struktur ini tersusun dari rantai polisakarida panjang, paralel, dan saling
berhubungan silang terhadap sesamanya pada selang tertentu oleh rantai polipeptida
pendek. Rantai polisakarida tersebut terdiri dari unit monosakarida N-asetil-D-
glukosamin dan asam N-asetilmuramat secara berganti-ganti dan dihubungkan oleh
ikatan β(14). Setiap unit N-asetilmuramat berlekatan dengan suatu rantai samping
tetrapeptida. Rantai samping tetrapeptida tersebut terdiri dari L-alanin, D-asam
glutamat, asam diaminopimeat, dan D-alanin.
N-asetil N-
glukosamin asetilmura
mat
β (1,4)

Gambar 3.9 StrukturPeptidoglikan

f. Pektin
Pektin merupakan polimer linear dari asam D-galakturonat yang berikatan dengan
α (1 4) glikosidik dengan beberapa gugus asam karboksilat yang termetilasi. Pektin
berbentuk serbuk kasar maupun halus, warna putih kekuningan dan hampir tidak
berbau. Pektin diperoleh dari buah-buahan seperti apel dan jenis jeruk. Pektin banyak
digunakan sebagai zat pembuat jel dalam jeli buah.
α (1,4)

Gambar 4.0 Struktur Kitin dengan ikatan glikosidik dengan α (1 4)

g. Lignin
Kerangka dinding sel tumbuhan terdiri dari lapisan-lapisan serat selulosa yang
panjang, melebar dan saling bersimpangan yang lebih kuat dari pada baja dengan
diameter sama. Kerangka ini diliputi oleh matriks seperti semen yang terdiri dari
polisakarida struktural jenis lain dan bahan polimer lain yang disebut lignin. Pada
bagian berkayu dari dahan pohon, dinding sel bersifat tebal dan mampu bertahan
terhadap gaya tekanan tinggi.
Struktur kimia lignin sangat kompleks dan tidak berpola sama. Lignin memiliki
gugus aromatik dan penyusunnya terdiri dari p-koumaril alkohol, koniferil alkohol,
dan sinapil alkohol.
Lignin dapat dibagi ke dalam beberapa kelompok menurut unsur strukturalnya,
yaitu:
1. Lignin guaiasil: terdiri dari koniferil alkohol dan p-coumaryl alkohol,terdapat
pada kayu daun jarum.
2. Lignin guaiasil-siringil: terdiri darikoniferil alkohol dan sinapil alkohol
merupakan ciri kayu daun lebar dan pada kayu tropis.
Glikokonjugat
Glikokonjugat istilah setara digunakan untuk menamakan molekul yang mengandung 1
atau lebih rantai karbohidrat terikat secara kovalen pada protein (untuk membentuk
glikoprotein atau proteoglikan), atau lipid (untuk membentuk glikolipid).
1. Glikoprotein
Hampir semua protein plasma pada manusia kecuali albumin adalah glikoprotein. Protein
terdapat dalam jaringan dan membran sel. Radikal prostetiknya adalah karbohidrat, yaitu
oligosakarida rantai pendek atau rantai panjang. Monomer monosakarida oligosakarida ini
dapat berupa manosa, galaktosa, xilosa, arabinosa, N-asetilglukosamin, dan N-
asetilgalaktosamin. Hubungan antara oligosakarida dan protein sederhana penysunnya adalah
secara kovalen. Hal ini terjadi antara salah satu monosakarida dan salah satu residu asam
amino asparagin, treonin, serin, hidroksi prolin, hidroksi lisin dari rantai polipepetida protein
sederhana, penyusun glikoprotein tersebut.
Glikoprotein mempunyai banyak peranan dalam tubuh, antara lain sebagai :
Fungsi Glikoprotein
Molekul struktural Kolagen
Pelumas dan zat Musin
pelindung
Molekul pengangkut Transferin, seruloplasmin
Molekul imunologis Imunoglobulin, antigen histokompatibilitas
Hormon Chorionic gonadotropin, thyroid stimulating hormon
(TSH)
Enzim Beragam, misalnya fosfatase alkali
Tempat pengenalan- Berbagai protein yang terlibat dalam interaksi antarsel
perlekatan sel (mis: sperma-oosit), virus-sel, bakteri-sel, dan hormon-sel
Antibeku Protein plasma tertentu pada ikan air dingin
Berinteraksi dengan Lektin, selektin, (lektin perekat sel), antibodi
karbohidrat spesifik
Reseptor Berbagai protein yang berperan dalam kerja hormon dan
obat
Memengaruhi pelipatan Kolneksin, kalretikulin
protein tertentu
Regulasi perkembangan Notch dan analognya, protein kunci dalam perkembangan
Hemostasis (dan Glikoproteinspesifik di membran permukaan trombosit
trombosis)

Beberapa fungsi rantai oligosakarida


 Memodulasi sifat fisitoimia, misalnya kelarutan, kekentalan, muatan, konformasi,
denaturasi, dan tempat pengikatan utnuk bakteri dan virus
 Melindungi dari proteolisis, dari bagian dalam atau luar sel
 Memengaruhi proses proteolisis protein prekursor menjadi produk yang lebih kecil
 Terlibat dalam aktivitas biologis misalnya, aktivitas gonadotropin korion manusia
(hCG)
 Memenagruhi inersi ke dalam membran, migrasi intrasel, penyortiran, dan sekresi
 Memengaruhi perkembangan dan diferensiasi mudigah
 Mungkin memengaruhi tempat metastasis yang dipilih oleh sel kanker

Glikoprotein dengan kadar heksosaminalebih dari 4% disebut mukoprotein. Beberapa


hormon, seperti intertisial stimulating hormon (ICSH), pregnant mares serum gonadotropin
(PMSG) dan human chorionic gonadotropin (HCG) merupkan glikoproten.
Proteoglikan juga merupakan suatu glikoprotein. Oligosakarida yang merupakan
gugus prostetik protein ini disebut glikoprotein. Glikoprotein tersusun atas unit-unit
disakarida berulang yang selalu terdapat glukosamina atau galaktosamina. Pada hidrolisis
proteoglikan diperoleh protein sederhana dan glikoaminoglikan penyusunnya.
Gula utama yang ditemukan pada glikoprotein manusia

Gula Tipe Singkata Gula Keterangan


n nukleotida
Galaktosa Heksosa Gal UDP-Gal Subterminal terhadap NeuAc sering ditemukan
pada glikoprotein terkait -N, juga ditemukan
diinti trisakarida proteoglikan
Glukosa Heksosa Glc UDP-GLC Terdapat selama biosintesis glikoprotein -N,
tetapi biasanya tidak terdapat dalam
glikoprotwein matur. Terdapat di beberapa
faktor pembekuan
Manosa Heksosa Man GDP-Man Gula umum pada glikoprotin terkait -N
Asam N- Asam sialat (9 NeuAc CMP-NeuAc Sering merupakan gula terminal pada
asetilneuraminat atom c) glikoprotein terkait –N dan –O. Asam sialat jenis
lain juga ditemukan, tetapi NeuAc adalah spesies
utama pada manusia. Gugus asetil juga mungkin
terdapat sebagai spesies O-asetil dan N-asetil
Fukosa Deoksiheksosa Fuc GDP-Fuc Mungkin eksternal di glikoprotein terkait –N dan
–O atau internal, yang berkaitan dengan residu
GlcNac yang meleka pada Asn pada spesies
terkait –N. Mungkin juga terdapat secara internal
yang melekat pada OH Ser
N- Aminoheksosa GalNac UDP-GlcNAc Terdapat pada glikoprotein terkait –N dan –O
asetilgalaktosam
in
N- Aminoheksosa GalNac UDP-GlcNAc Pada glikoprotein terkait –N, gula melekat pada
asetilglukosami rantai polipeptida melalui Asn juga ditemukan di
n tempat lain pada oligosakarida protein ini.
Banyak protein nukleus memiliki GlcNAc
melekat pada OH Ser atau Thr sebagai gula
tunggal
Xilosa Pentosa Xyl UDP-Xyl Pada banyak proteoglikan, Xyl melekat pada OH
Ser. Sebaliknya, Xyl melekat pada dua residu
Gal, membentuk suatu trisakarida penghubung.
Xyl juga ditemukan di t-PA dan faktor
pembekuan tertentu
2. Proteoglikan
Proteoglikan adalah protein yang mengandung glikosaminoglikan-glikosaminoglikan
yang di satuka oleh ikatan kovalen. Telah ditemukan sedikitnya 30 jenis proteoglikan, dan
dinamai sindekan, betaglikan, serglisin, perlekan, argeka, versikan, dekorin, biglikan, dan
fibromodulin. Distribusi jaringan, sifat protein inti, kandungan glikosaminoglikan, dan fungsi
proteoglikan tersebut bervariasi. Protein yang terikat secara kovalen pada glikosaminoglikan
dinamai PROTEIN INTI. Protein ini terbulkti sulit untuk diisolasi dan ditentukan
karasteristiknya , tetap pemakaian teknologi DNA rekombinan mulai menghasilkan informasi
penting tentang struktur protein tersebut. Jumlah karbohidrat dalam suatu proteoglikan
biasanya jauh lebih banyak daripada jumlah karbohidrat pada glikoprotein dan mungki
membentuk hingga 95% dari beratnya. Agrekan merupakan suatu proteoglikan khusus tipe
utama yang di temukan di tulang rawan. Agrekan berukuran sangat besar (sekitar 2x10 3 kDa)
dengan sruktur keseluruhannya yang mirip dengan sikat botol. Protein mengandung satu untai
panjang asam hialuronat (salah satu tipe GAG) tempat protein penghubung (link protein)
melekat secara non-kovalen. Sebaliknya, protein penghubung tersebut berinteraksi secara
nonkovalen dengan molekul protein inti tempat menonjolnya rantai GAG lain (dalam hal ini
keratan sulfat dan kondroitin sulfat).
Terdapat paling sedikit tujuh glikosaminoglikan (GAG); asam hialuronat,kondroitin
sulfat, keratan sulfat 1 dan II, heparin, heparan sulfat, dan dermatan sulfat. GAG adalah suatu
polisakarida tidak bercabang yang terbentuk dari disakarida berulang yang salah satu
komponennya sselalu merupakan gula amino, (karena itu dinamai GAG), baik D-glukosamin,
atau D-galaktosamin. Komponen lain pada disakarida berulang (kecuali pada keratin sulfat)
adalah asam uronat, baik asam L-glukuronat (GlcUA) atau 5 epimernya, asam L-iduronat
(IdUA). Kecuali asam hialuronat, semua GAG mengandung gugus sulfat, bagai sebagai O-
ester atau N-sulfat (pada heparin dan heparan sulfat). Asam hialuronat merupakan
pengecualian karena tidak terdapat bukti yang jelas bhwa senyawa ini melekat secara kovalen
pada protein, seperti defenisi tentang proteoglikan. Baik GAG maupun proteoglikan terbukti
sulit di teliti, sebagian karena kompleksitas kedua molekul tersebut. Walaupun demikian,
keduanya adalah komponen utama subtansu dasar (ground subtance); GAG dan proteoglikan
memiliki sejumlah peran biologis penting; dan kedua zat tersebut terlibat dalam sejumlah
proses penyakit-karena itu, minat terhadap GAG dan proteoglikan meningkat pesat.

3. Glikolipid (glikosfingolipid)
Glikolipid tersebar luar disetiap jaringan tubuh, terutama di jaringan saraf seperti
otak. Senyawa golongan ini terdapat terutama di lapisan luar membran plasma, tempat
senyawa iniikut memventuk karbohidrat permukaan sel.
Glikolipid utama yang terdapat di jaringan hewan adalah glikosfingolipid. Golongan ini
mengandung seramid dan satu atau lebih gula. Galaktosilseramid adalah glikosfingolipid
utama di otak dan jaringan saraf lain, dan jumlahnya relatif sedikit di jaringan lain. Senyawa
ini mengandung sejumlah asam lemak C14 khas, misalnya asam serebronar.
Galaktosilseramid diubah menjadi sulfgalktosilseramid (sulfatida) yang terdapat
dalam jumlah besar dalam mielin. Glukosilseramid adalah glikosfingolipid sederhana yang
paling menonjol di jaringan selain saraf serta juga terdapt di otak dalam jumlah sedikit.
Galsiosida adalah glikosfingolipid kompleks yang berasal dari glukosilseramid ang
mengandung satu atau lebih molekul asam sialat. Asam neuraminat adalah asam sialat utama
yang terdapat di jaringan manusia. Gangliosida juga terdapoat di jaringan saraf dalam
konsentrasi tinggi. Senyawa golongan ini mempunyai fungsi reseptor dan fungsi lain.
Gangliosida yang paling sederhana di jaringan adalah GM3 yang mengandung seramid, satu
molekul glukosa, dan satu molekul NeuAc. Dalam tata nama singkat yang digunakan, G
mewakili gangliosida; M adalah spesies yang mengandung monosialo; dan subscript 3 adalah
angka yang ditentukan berdasrkan migrasi kromatografik GM1, suatu gangliosida yang lebih
kompleks yang berasal dari GM3, menarik secara biologis karena diketahui merupakan
reseptor di usus manusia untuk toksin kolera. Gangliosida lain dapat mengandung satu
sampai lima molekul asam sialat, yang menghasilkan di-, trisialo-gangliosida, dst
 Frukto-oligosakarida (FOS)
Frukto-oligosakarida Berasal dari sayur-sayuran. FOS banyak ditemukan pada bawang
merah, asparagus, artichoke, dan juga tomat. Struktur kimianya terdiri dari molekul glukosa
yang terikat pada dua, atau tiga, atau empat molekul fruktosa yang masing-masing
membentuk kestosa, nystosa, dan fruktosil-nistosa, inilah yang disebut frukto-oligosakarida.

 Galakto-oligosakarida (GOS)
Merupakan komponen dari susu sapi. GOS didapat dari laktosa melalui proses
transgalaktosilasi dengan menggunakan enzim beta-D-galaktosidase. Struktur kimianya
terdiri dari molekul glukosa dan galaktosa yang saling berikatan satu sama lain.

 Inulin
Inulin adalah suatu polisakarida fruktosa (dan karenanya, merupakan fruktosan) yang
terdapat dalam ubi dan akar dahlia, artichoke, dan dandelion. Senyawa ini mudah larut dalam
air dan digunakan untuk menentukan laju filtrasi glomerulus, tetapi tidak dihidrolisis oleh
enzim usus.

 Dekstrin
 Dekstrin merupakan salah satu produk hasil hidrolisa pati berwarna putih kuning (SII, 1985),
hidrolisis pati dapat dilakukan oleh asam atau enzim. Pati akan mengalami proses pemutusan
rantai oleh enzim atau asam selama pemanasan menjadi molekul yang lebih kecil. Ada
beberapa tingkatan dalam reaksi hidrolisis tersebut, yaitu molekul pati mula-mula pecah
menjadi unit rantai glukosa yang lebih pendek (6 – 10 molekul) yang disebut dekstrin.
Dekstrin kemudian pecah menjadi maltosa yang selanjutnya dipecah lagi menjadi unit
terkecil glukosa (Somaatmadja, 1970).
 Dekstrin adalah karbohidrat yang dibentuk selama hidrolisis pati menjadi gula panas, asam
atau enzim (SNI, 1989). Nama lain dekstrin adalah artificial gum, starch gum, tapioca,
vegetable gum. Dekstrin mempunyai rumus kimia (C6H10O5)n dan memiliki struktur serta
karakteristik intermediate antara pati dan dextrosa.
 Dekstrin merupakan hasil hidrolisis pati yang tidak sempurna. Proses ini juga melibatkan
alkali dan oksidator. Pengurangan panjang rantai tersebut akan menyebabkan perubahan sifat
dimana pati yang tidak mudah larut dalam air diubah menjadi dekstrin yang mudah larut.
Dekstrin bersifat sangat larut dalam air panas atau dingin, dengan viskositas yang relatif
rendah. Sifat tersebut mempermudah penggunaan dekstrin apabila digunakan dalam
konsentrasi yang cukup tinggi (Lineback dan Inlett,1982) dalam ebookpangan.
 Dekstrin putih dihasilkan dengan pemanasan suhu sedang (79-121oC), mengguanakan katalis
asam seperti HCl atau asam asetat dengan karakteristik produk berwarna putih hingga krem.
Dekstrin kuning dihasilkan dengan pemanasan suhu tinggi (149-190o C) menggunakan
katalis asam dengan karakteristik produk berwarna krem hingga kuning kecoklatan. Dekstrin
kuning hasil pemanasan kering (tanpa air) seperti penyangraian dan pemanggangan akan
menyebabkan dekstrin terpolimerasi membentuk senyawa coklat yang disebut pirodekstrin
(Gaman dan Sherington, 1981) dalam ebookpangan.
Berdasarkan reaksi warnanya dengan yodium, dekstrin dapat diklasifikasikan atas
amilodekstrin, eritrodekstrin dan akrodekstrin. Pada tahap awal hidrolisa, akan dihasilkan
amilodekstrin yang masih memberikan warna biru bila direaksikan dengan yodium. Bila
hidrolisa dilanjutkan akan dihasilkan eritrodekstrin yang akan memberikan warna merah
kecoklatan bila direaksikan dengan yodium. Sedangkan pada tahap akhir hidrolisa, akan
dihasilkan akrodekstrin yang tidak memberikan warna bila direaksikan dengan yodium
(Ebookpangan, 2006).

 Selulosa
Selulosa merupakan suatu polimer glukosil tidak bercabang, mengandung ikatan, dan unit
disakarida berulang adalah selobiosa.
Hampir 50% karbohidrat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan adalah selulosa, karena
selulosa merupakan bagian yang terpenting dari dinding sel tumbuh-tumbuhan. Selulosa tidak
dapat dicerna oleh tubuh manusia, oleh karena tidak ada enzim untuk memecah selulosa.
Meskipun tidak dapat dicerna, selulosa berfungsi sebagai sumber serat yang dapat
memperbesar volume dari faeses, sehingga akan memperlancar defekasi.
Dahulu serat digunakan sebagai indeks dalam menilai kualitas makanan, makin tinggi
kandungan serat dalam makanan maka nilai gizi makanan tersebut dipandang semakin buruk.
Akan tetapi pada dasawarsa terakhir ini, para ahli sepakat bahwa serat merupakan komponen
penyusun diet manusia yang sangat penting. Tanpa adanya serat, mengakibatkan terjadinya
konstipasi (susah buang air besar), haemorrhoid (ambeyen), divertikulosis, kanker pada usus
besar, appendicitis, diabetes penyakit jantung koroner dan obesitas.

 Glikokaliks
 Selubung sel = “Cell coat” = glikokalik
Glikokaliks merupakan pembungkus glikoprotein dan polisakarida yang mengelilingi
banyak sel. Pada sel, bakteri glikokaliks membentuk massa serabut yang menonjol keluar sel
dan dengan cara demikian sel melekat ke permukaan. Glikokaliks juga melindungi sel dari
jejas dan berfungsi dalam pengenalan sel-sel.

Gambaran membran limfosit dgn menggunakan mikroskop elektron


 Glikoforin
Glikoforin adalah kelompok protein transmembran sel eritrosit. Protein ini melekat ke
oligosakarida pada permukaan membran sel sebelah luar dan dengan protein kontraktil
(spektrin dan aktin) pada permukaan sitoplasma, beberapa di antaranya membawa antigen
darah. Defek pada glikoforin C menyebabkan eliktositosis, sferositosis, dan piropoikilositos

DAFTAR PUSTAKA

Arbianto, Purwo. 1994. Biokimia Konsep-konsep Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.

Girindra, Aisjah. 1986. Biokimia Satu. Jakarta: PT Gramedia.

Hart, Harold, dkk. 2003. Kimia Organik Edisi Kesebelas. Jakarta: Erlangga.

Lehninger, Albert L. 1982. Dasar-dasar Biokimia Jilid Satu. Alih bahasa oleh Maggy
Thenawijaya. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Murray, Robert K, dkk. 2012. Biokimia Harper Edisi 29. Alih Bahasa oleh Lilian Roma
Manurung dan Lydia I. Mandera. Jakarta: EGC.

Pine, Stanley H, dkk. 1988. Kimia Organik 2. Bandung: ITB.

Styer, Lubert. 2000. Biokimia. Jakarta: EGC.

Nofriadi, Edo, 2009, “Keragaman Nilai Lignin Terlarut Asam (acid soluble lignin) dalam
Kayu Reaksi Pinus merkusii Jungh et de vriese dan Gnetum gnemon linn”, Intitut
Pertanian Bogor Fakultas Kehutanan, Skripsi.

Anda mungkin juga menyukai