(Dr. Yuli Doris Memy, SpTHT-KL(K), FICS) (Dr. Puspa Zuleika, SpTHT-KL(K),M.Kes,FICS)
Nip.197805122009122001 Nip. 197810072008122001
Pengarah
Direktur Utama dr . Mohammad Syahril, SpP, MPH
Direktur Medik dan Keperawatan dr. Zubaedah, SpP, MARS
Tim Penyusun dan Telaah
Ketua Divisi Dr. Puspa Zuleika, SpTHT-KL(K),M.Kes,FICS
Lembar Pengesahan.............................................................................................................................
Tim Penyusun......................................................................................................................................
Daftar Isi...............................................................................................................................................
Pendahuluan..........................................................................................................................................
Metode Penyusunan.............................................................................................................................
Isi.............................................................................................................................................................
1. Definisi.......................................................................................................................................
2. Anamnesis.................................................................................................................................
3. Pemeriksaan fisik.....................................................................................................................
4. Pemeriksaan penunjang..........................................................................................................
5. Kriteria diagnosis.....................................................................................................................
6. Diagnosis banding...................................................................................................................
7. Terapi.........................................................................................................................................
8. Edukasi....................................................................................................................................
9. Prognosis...................................................................................................................................
10. Kepustakaan...........................................................................................................................
Benda asing esofagus adalah semua benda, baik berupa bolus makanan atau
agen benda keras lainnya yang tertelan dengan sengaja atau tidak yang dapat menyebabkan
sumbatan dan perlukaan esofagus. Kasus tertelan benda asing paling banyak ditemukan
pada anak dengan kejadian puncak antara usia 6 bulan dan 6 tahun. Pada orang dewasa,
biasanya terjadi pada mereka dengan gangguan kejiwaan, retardasi mental, keracunan
alkohol, dan gangguan kesehatan. Penderita yang sering tertelan makanan biasanya pada
esofagusnya.
Jenis benda asing yang tertelan pada anak dan dewasa berbeda. Pada orang
dewasa, jenis yang banyak tertelan berasal dari makanan, biasanya berupa potongan
daging, tulang dan gigi palsu. Pada anak biasanya berupa mainan kecil, pernak-pernik
kecil dan uang logam. Sebanyak 80-90% benda asing dapat mencapai lambung tanpa
kesulitan, 10%-20% harus dikeluarkan dengan ekstraksi dan 1%-2% diantaranya
membutuhkan tindakan pembedahan. Benda asing, baik tajam atau tumpul dapat dengan
mudah melewati saluran pencernaan bagian distal bila sudah mencapai lambung, kecuali
pada benda asing yang berukuran lebih besar dari 2x5 cm agak sulit untuk lewat sehingga
diperlukan bantuan endoskopi untuk mengeluarkannya. Kadang-kadang meskipun kecil
tetapi terbuat dari logam, seperti koin dan baterai cakram agak sulit untuk melewati
lambung. Posisi benda asing dapat dimonitor dengan pemeriksaan radiografi.
Komplikasi lokal benda asing esofagus yang biasanya terjadi berhubungan
dengan perubahan mukosa antara lain edema, ulserasi, perdarahan, obstruksi lumen,
gangguan pernapasan dan perforasi. Selain itu komplikasi juga bisa mengenai kavitas
torakalis. Dalam penatalaksanaan benda asing esofagus perlu dipertimbangkan berbagai
faktor antara lain kondisi penderita, waktu tertelan, jenis benda asing, lokasi, penyakit
esofagus lainnya dan riwayat operasi sebelumnya. Tujuan penatalaksaan dalam kasus ini
selain untuk menghilangkan obstruksi dan gejala juga untuk mencegah komplikasi akibat
benda asing itu sendiri.
PPK ini disusun berdasarkan acuan pada Panduan Praktek Klinis, Panduan Praktek Klinis
Tindakan dan Clinical Pathway PERHATI-KL volume 1 dan 2 tahun 2015
Penyusunan PPK ini dilakukan dengan mempertimbangkan sumber daya yang tersedia di
RSMH meliputi:
1. Alat medis (diagnostik dan terapeutik) dan kompetensi yang tersedia di RSMH
2. Ketersediaan dan restriksi obat di Formularium RSMH dan Formularium
Nasional
3. Pagu pembiayaan BPJS untuk RSMH
PPK ini akan ditinjau kembali dan diperbaharui (jika diperlukan) sekurang-kurangnya 2
(dua) tahun sejak disahkan, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran.
1. Definisi
Benda asing esofagus adalah semua benda, baik berupa bolus makanan atau agen
benda keras lainnya yang tertelan dengan sengaja atau tidak yang dapat
menyebabkan sumbatan dan perlukaan esofagus.
Penderita yang tertelan benda asing akan menunjukkan tanda dan gejala klinis yang
berbeda-beda. Setelah tertelan, akan ada sensasi subjektif yang dapat menetap atau hilang
timbul pada saat menelan. Pada anak yang lebih tua dan dewasa normal dapat
mengidentifikasi benda yang tertelan dan menunjukkan tempat keluhannya. Nyeri menelan
dan sulit menelan, tidak bisa menelan ataupun banyak liur dapat dijumpai. Nyeri
substernal atau yang menjalar ke punggung kadang juga dikeluhkan. Anak kecil, penderita
retardasi mental dan gangguan jiwa biasanya datang dengan keluhan rasa tersedak, tidak
mau makan, muntah, keluar air liur, nafas berbunyi, air liur bercampur darah ataupun sesak
nafas. Pada anak kecil, gejala pernapasan sering lebih dominan dibanding gejala
pencernaan disebabkan masih lemahnya cincin trakea sehingga mudah tertekan oleh benda
asing. Anak-anak sering menahan kepalanya ke satu sisi atau cenderung ke posisi
menunduk.
Afagia yang disertai dengan air liur berlebih dapat terjadi bila terjadi obstruksi total
lumen esofagus yang biasanya disebabkan oleh impaksi daging makanan.Batuk atau
tersedak yang diikuti oleh adanya dispepsia persisten biasanya disebabkan oleh benda
asing yang berukuran besar.
Sindrom penetrasi hampir selalu terjadi pada orang dewasa, kecuali pada penderita-
penderita psikiatrik dan pemakai obat-obatan. Sindrom ini digambarkan dengan adanya
gangguan menelan yang disertai dengan nyeri daerah faring dan esofagus, yang kadang-
kadang disertai dengan batuk, tersedak, muntah dan hematemesis. Bila sindrom ini tidak
terdapat pada orang dewasa perlu dicurigai adanya kondisi-kondisi faring dan esofagus
yang abnormal.
Gejala yang mengarah pada gangguan pernapasan dapat terjadi karena :
1. Aspirasi sekresi yang berlebihan akibat usaha untuk menelan melewati esofagus
yang tersumbat benda asing
2. Erosi benda asing yang mengakibatkan perforasi pada esofagus ke trakea atau
bronkus.
3. Trauma yang terjadi pada laring akibat tindakan esofagoskopi (ektraksi benda
asing).
Keluhan yang dirasakan penderita tidak selamanya berhubungan dengan posisi
pasti benda asing dalam esofagus, contohnya bila keluhan dirasakan pada regio servikal
lateral, posisi benda asing biasanya terletak pada bagian atas krikofaring. Inervasi faringeal
oleh n.vagus dan glossofaringeus tampaknya berperan dalam menimbulkan sensasi
tersebut.
Pemeriksaan Esofagoskopi
Setiap kecurigaan adanya benda asing esofagus memelukan pemeriksaan
esofagoskopi biarpun pada pemeriksaan fisik dan radiologis negatif. Bila kecurigaan hanya
berdasarkanpada anamnesis pasien dan tidak ada gejala fisik atau pemeriksaaan radiologis
yang positf, pasien dievaluasi kembali dan diijinkan pulang bila tetap asimptomatis. Bila
ada gejala meskipun minimal, bahkan pemeriksaan fisik dan radiologis negatif,
esofagoskopi tetap dianjurkan. Akan tetapi esofagoskopi sebaiknya tidak dilakukan hanya
untuk membuat diagnosa preeliminary tetapi harus ditujukan untuk melakukan ekstraksi
dan mempersiapkan apa-apa untuk ekstraksi. Untuk pasien dengan hematemesis berat,
dengan kemungkinan adanya fistula pada pembuluh darah besar, dan pada pasien dengan
emfisema servikal atau mediastinum, menutup perforasi pemeriksaan secara endoskopi
harus dilakukan pada saat ekstraksi bedah dan tanpa ditunda.
Gambaran klinis:
- Gambaran klinis tergantung pada ukuran, bentuk, jenis dan lokasi tersangkutnya
benda asing tersebut.
- Riwayat tersangkut benda asing di saluran cerna
- Disfagia
- Nyeri menelan atau nyeri di daerah leher
- Regurgitasi
- Nyeri dada, epigastrium atau punggung
- Hipersalivasi
Pemeriksaan penunjang
- Rontgen torak polos
- Esofagoskopi diagnostik
- Esofagogram
- Laboratorium darah lengkap
Waktu
Benda asing yang tersangkut di esofagus tanpa memandang bentuknya, harus
diangkat dengan visualisasi langsung sesegera mungkin. Baterai arloji harus diangkat
segera, karena kemungkinan kebocoran bahan korosif dan menyebabkan perforasi dinding
esofagus. Benda asing tajam dapat menyebabkan perforasi tetapi kejadian ini sangat
jarang. Dianjurkan ekstraksi dilakukan dalam 6 jam pertama. Apabila ada tanda-tanda
perforasi revisi dan ekstraksi dilakukan dalam 1 – 3 jam. Penanganan kegawatdaruratan
bedah, terjadi bila ada fistula pada pembuluh darah besar, apabila tertelan benda asing
menyebakan hematemesis sentinel, harus dilakukan thorakotomi emergensi untuk
menyelamatkan nyawa pasien.
Syarat
Prosedur esofagoskopi harus dilakukan di rumahsakit dengan peralatan
esofagoskopi atau di ruang operasi dengan fasilitas anestesi umum, alat resusitasi.
Teknik
Berikut ini adalah tiga langkah yang harus dilakukan :
1. Evaluasi esofagoskopi
Saliva atau partikel makanan diangkat dengan menggunakan kanul suction atau forcep,
benda asing divisualisasi dan dilokalisir, posisi benda asing harus diketahui letaknya
terhadap esofagus, apabila benda asing besar dan menimbulkan perforasi atau terjadi
perdarahan hebat, lebih dipilih untuk melakukan operasi terbuka.
. Ekstraksi
Prosedur ekstraksi sebagai berikut :
1. Menstabilkan esofagoskopi
2. Menyentuh benda asing dengan ujung distal instrumen
3. Memegang bagian benda asing dengan kuat
4. Menarik benda asing ke dalam esofagoskopi
5. Mempertahankan stabilitas esofagoskopi, forsep dan benda asing
6. Dengan gerakan yang kontinyu dengan mempertahankan aksi esofagoskopi
sejajar esofagus dan faring, menarik bersama-sama tanpa mengakibatkan
gesekan atau impaksi benda asing
Penatalaksanaan
Pengobatan Intravena
1. Antibiotik
a. Dewasa
Lini pertama ; Amoxicillin Klavulanat 3x 650mg
Lini Kedua : Sefalosporin 1x2 gram
b. Anak
Amoxicillin 3x 30-50mg/KgBB
Quinolon
2. Analgetik / Antipiretik
a. Dewasa
Parasetamol 3x1 ampul
b. Anak
Parasetamol 3x10 mg/KgBB
Pengobatan Oral:
1. Antibiotik:
a. Dewasa
Lini pertama: Amoxicillin clavulanat 3x625mg
Lini kedua : Sefalosporin 2x500mg
b. Anak
i. Amoxicillin clavulanat syrup 3x1 sdt
ii. Cefadroxil syrup 2x1 sdt
2. Analgetik / antipiretik:
a. Dewasa : Parasetamol 3x1 tab
b. Anak
i. Parasetamol syrup 3x 1sdt
ii. Ibuprofen syrup 3x 1sdt
Penatalaksanaan Endokopi
- Esofagoskopi Ekstraksi dengan Esofagoskop kaku dalam narkose.
- Dilakukan dalam anestesi umum di ruang operasi