Anda di halaman 1dari 18

Panduan Praktik Klinis

Benda Asing Esofagus

RSUP. Dr. Mohammad Hoesin Palembang


2019
Versi Dokumen

Draft PPK versi ke- 2

Last updated pada tanggal: 4 February 2019

Kode ICD-10 T.18.1

Panduan Praktik Klinis – RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang ii


Lembar Pengesahan

Panduan Praktik Klinis Benda Asing Esofagus

telah membaca dan menyetujui,

Kepala Departemen Kepala Divisi

(Dr. Yuli Doris Memy, SpTHT-KL(K), FICS) (Dr. Puspa Zuleika, SpTHT-KL(K),M.Kes,FICS)
Nip.197805122009122001 Nip. 197810072008122001

telah disahkan di Palembang, pada tanggal 4 Februari 2019


oleh:

dr . Mohammad Syahril, SpP, MPH


Direktur Utama

Panduan Praktik Klinis – RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang iii


Tim Penyusun

Pengarah
Direktur Utama dr . Mohammad Syahril, SpP, MPH
Direktur Medik dan Keperawatan dr. Zubaedah, SpP, MARS
Tim Penyusun dan Telaah
Ketua Divisi Dr. Puspa Zuleika, SpTHT-KL(K),M.Kes,FICS

Staf Divisi Dr. Adelien, Sp.THT-KL, FICS

Panduan Praktik Klinis – RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang iv


Daftar Isi

Lembar Pengesahan.............................................................................................................................
Tim Penyusun......................................................................................................................................
Daftar Isi...............................................................................................................................................
Pendahuluan..........................................................................................................................................
Metode Penyusunan.............................................................................................................................
Isi.............................................................................................................................................................
1. Definisi.......................................................................................................................................
2. Anamnesis.................................................................................................................................
3. Pemeriksaan fisik.....................................................................................................................
4. Pemeriksaan penunjang..........................................................................................................
5. Kriteria diagnosis.....................................................................................................................
6. Diagnosis banding...................................................................................................................
7. Terapi.........................................................................................................................................
8. Edukasi....................................................................................................................................
9. Prognosis...................................................................................................................................
10. Kepustakaan...........................................................................................................................

Panduan Praktik Klinis – RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang v


Pendahuluan

Benda asing esofagus adalah semua benda, baik berupa bolus makanan atau
agen benda keras lainnya yang tertelan dengan sengaja atau tidak yang dapat menyebabkan
sumbatan dan perlukaan esofagus. Kasus tertelan benda asing paling banyak ditemukan
pada anak dengan kejadian puncak antara usia 6 bulan dan 6 tahun. Pada orang dewasa,
biasanya terjadi pada mereka dengan gangguan kejiwaan, retardasi mental, keracunan
alkohol, dan gangguan kesehatan. Penderita yang sering tertelan makanan biasanya pada
esofagusnya.
Jenis benda asing yang tertelan pada anak dan dewasa berbeda. Pada orang
dewasa, jenis yang banyak tertelan berasal dari makanan, biasanya berupa potongan
daging, tulang dan gigi palsu. Pada anak biasanya berupa mainan kecil, pernak-pernik
kecil dan uang logam. Sebanyak 80-90% benda asing dapat mencapai lambung tanpa
kesulitan, 10%-20% harus dikeluarkan dengan ekstraksi dan 1%-2% diantaranya
membutuhkan tindakan pembedahan. Benda asing, baik tajam atau tumpul dapat dengan
mudah melewati saluran pencernaan bagian distal bila sudah mencapai lambung, kecuali
pada benda asing yang berukuran lebih besar dari 2x5 cm agak sulit untuk lewat sehingga
diperlukan bantuan endoskopi untuk mengeluarkannya. Kadang-kadang meskipun kecil
tetapi terbuat dari logam, seperti koin dan baterai cakram agak sulit untuk melewati
lambung. Posisi benda asing dapat dimonitor dengan pemeriksaan radiografi.
Komplikasi lokal benda asing esofagus yang biasanya terjadi berhubungan
dengan perubahan mukosa antara lain edema, ulserasi, perdarahan, obstruksi lumen,
gangguan pernapasan dan perforasi. Selain itu komplikasi juga bisa mengenai kavitas
torakalis. Dalam penatalaksanaan benda asing esofagus perlu dipertimbangkan berbagai
faktor antara lain kondisi penderita, waktu tertelan, jenis benda asing, lokasi, penyakit
esofagus lainnya dan riwayat operasi sebelumnya. Tujuan penatalaksaan dalam kasus ini
selain untuk menghilangkan obstruksi dan gejala juga untuk mencegah komplikasi akibat
benda asing itu sendiri.

Panduan Praktik Klinis – RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang 1


Metode Penyusunan

PPK ini disusun berdasarkan acuan pada Panduan Praktek Klinis, Panduan Praktek Klinis
Tindakan dan Clinical Pathway PERHATI-KL volume 1 dan 2 tahun 2015

Penyusunan PPK ini dilakukan dengan mempertimbangkan sumber daya yang tersedia di
RSMH meliputi:
1. Alat medis (diagnostik dan terapeutik) dan kompetensi yang tersedia di RSMH
2. Ketersediaan dan restriksi obat di Formularium RSMH dan Formularium
Nasional
3. Pagu pembiayaan BPJS untuk RSMH

PPK ini akan ditinjau kembali dan diperbaharui (jika diperlukan) sekurang-kurangnya 2
(dua) tahun sejak disahkan, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran.

Panduan Praktik Klinis – RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang 2


Isi

1. Definisi
Benda asing esofagus adalah semua benda, baik berupa bolus makanan atau agen
benda keras lainnya yang tertelan dengan sengaja atau tidak yang dapat
menyebabkan sumbatan dan perlukaan esofagus.

Panduan Praktik Klinis – RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang 3


2. Anamnesis

Penderita yang tertelan benda asing akan menunjukkan tanda dan gejala klinis yang
berbeda-beda. Setelah tertelan, akan ada sensasi subjektif yang dapat menetap atau hilang
timbul pada saat menelan. Pada anak yang lebih tua dan dewasa normal dapat
mengidentifikasi benda yang tertelan dan menunjukkan tempat keluhannya. Nyeri menelan
dan sulit menelan, tidak bisa menelan ataupun banyak liur dapat dijumpai. Nyeri
substernal atau yang menjalar ke punggung kadang juga dikeluhkan. Anak kecil, penderita
retardasi mental dan gangguan jiwa biasanya datang dengan keluhan rasa tersedak, tidak
mau makan, muntah, keluar air liur, nafas berbunyi, air liur bercampur darah ataupun sesak
nafas. Pada anak kecil, gejala pernapasan sering lebih dominan dibanding gejala
pencernaan disebabkan masih lemahnya cincin trakea sehingga mudah tertekan oleh benda
asing. Anak-anak sering menahan kepalanya ke satu sisi atau cenderung ke posisi
menunduk.
Afagia yang disertai dengan air liur berlebih dapat terjadi bila terjadi obstruksi total
lumen esofagus yang biasanya disebabkan oleh impaksi daging makanan.Batuk atau
tersedak yang diikuti oleh adanya dispepsia persisten biasanya disebabkan oleh benda
asing yang berukuran besar.
Sindrom penetrasi hampir selalu terjadi pada orang dewasa, kecuali pada penderita-
penderita psikiatrik dan pemakai obat-obatan. Sindrom ini digambarkan dengan adanya
gangguan menelan yang disertai dengan nyeri daerah faring dan esofagus, yang kadang-
kadang disertai dengan batuk, tersedak, muntah dan hematemesis. Bila sindrom ini tidak
terdapat pada orang dewasa perlu dicurigai adanya kondisi-kondisi faring dan esofagus
yang abnormal.
Gejala yang mengarah pada gangguan pernapasan dapat terjadi karena :
1. Aspirasi sekresi yang berlebihan akibat usaha untuk menelan melewati esofagus
yang tersumbat benda asing
2. Erosi benda asing yang mengakibatkan perforasi pada esofagus ke trakea atau
bronkus.
3. Trauma yang terjadi pada laring akibat tindakan esofagoskopi (ektraksi benda
asing).
Keluhan yang dirasakan penderita tidak selamanya berhubungan dengan posisi
pasti benda asing dalam esofagus, contohnya bila keluhan dirasakan pada regio servikal
lateral, posisi benda asing biasanya terletak pada bagian atas krikofaring. Inervasi faringeal
oleh n.vagus dan glossofaringeus tampaknya berperan dalam menimbulkan sensasi
tersebut.

Panduan Praktik Klinis – RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang 4


3. Pemeriksaan fisik
Meliputi faring dan laringoskopi indirek (untuk melihat benda asing
hipofaring, retensi air liur, edema pada regio aritenoid), palpasi servikal (untuk mengetahui
emfisema subkutan, kekenyalan regio jugular, nyeri pada waktu pergerakan laring secara
aktif dan pasif), auskultasi kardiopulmoner, palpasi abdominal dan pengukuran suhu.
Pasien yang datang dengan keluhan tertelan benda asing yang disertai dengan
pembengkakan, eritema, perabaan lunak dan krepitasi pada leher dapat dicurigai adanya
perforasi pada daerah orofaring atau esofagus bagian proksimal.

Panduan Praktik Klinis – RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang 5


4. Pemeriksaan penunjang
Setiap kecurigaan adanya benda asing esofagus, harus dilakukan pemeriksaan
radiologis. Pemeriksaan radiologis jaringan lunak regio servikal dan foto thorak,
diperlukan untuk mengetahui letak benda asing radioopak dan adanya empisema sekunder
daerah servikal atau mediastinal yang disebabkan oleh perforasi. Gambaran radiologis
empisema servikal tahap dini terlihat pada daerah servikal bagian lateral yaitu disebelah
dorsal otot krikofaring, di dalam rongga retroviseral di depan korpus vertebra servikal VI,.
Pada orang dewasa kadang sulit membedakan benda asing tulang dengan kalsifikasi
kartilago krikoid atau thiroid. Penggunaan barium merupakan kontraindikasi oleh karena :
1. Mengganggu visualisasi endoskopi karena dapat menutupi benda asing atau
laserasi mukosa
2. Mempunyai resiko tinggi pada kasus-kasus yang disertai perforasi mediastinal
3. Bisa terjadi aspirasi barium
Benda asing dengan radioopak tinggi seperti koin, kuku, baterai cakram, yang
mempunyai densitas yang lebih besar dari jaringan tubuh. Benda asing radiolusen yang
mempunyai densitas lebih rendah dibanding jaringan tubuh, mengandung udara yang
banyak, dapat terlihat meskipun sulit. Kayu (tusuk gigi) akan diabsorpsi oleh cairan dan
dalam beberapa jam densitasnya akan sam dengan jaringan tubuh sehingga tidak bisa
dilihat.

Pemeriksaan Esofagoskopi
Setiap kecurigaan adanya benda asing esofagus memelukan pemeriksaan
esofagoskopi biarpun pada pemeriksaan fisik dan radiologis negatif. Bila kecurigaan hanya
berdasarkanpada anamnesis pasien dan tidak ada gejala fisik atau pemeriksaaan radiologis
yang positf, pasien dievaluasi kembali dan diijinkan pulang bila tetap asimptomatis. Bila
ada gejala meskipun minimal, bahkan pemeriksaan fisik dan radiologis negatif,
esofagoskopi tetap dianjurkan. Akan tetapi esofagoskopi sebaiknya tidak dilakukan hanya
untuk membuat diagnosa preeliminary tetapi harus ditujukan untuk melakukan ekstraksi
dan mempersiapkan apa-apa untuk ekstraksi. Untuk pasien dengan hematemesis berat,
dengan kemungkinan adanya fistula pada pembuluh darah besar, dan pada pasien dengan
emfisema servikal atau mediastinum, menutup perforasi pemeriksaan secara endoskopi
harus dilakukan pada saat ekstraksi bedah dan tanpa ditunda.

Panduan Praktik Klinis – RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang 6


5. Kriteria diagnosis

Gambaran klinis:
- Gambaran klinis tergantung pada ukuran, bentuk, jenis dan lokasi tersangkutnya
benda asing tersebut.
- Riwayat tersangkut benda asing di saluran cerna
- Disfagia
- Nyeri menelan atau nyeri di daerah leher
- Regurgitasi
- Nyeri dada, epigastrium atau punggung
- Hipersalivasi

Pemeriksaan penunjang
- Rontgen torak polos
- Esofagoskopi diagnostik
- Esofagogram
- Laboratorium darah lengkap

Panduan Praktik Klinis – RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang 7


6. Diagnosis banding
Benda asing bronkus

Panduan Praktik Klinis – RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang 8


7. Terapi
A. Penanganan Esofagoskopi
Indikasi
Ekstraksi esofagoskopi adalah pilihan terapi untuk benda asing esofagus,
kontraindikasi absolut untuk esofagoskopi adalah adanya hematemesis berat, kemungkinan
fistula pada pembuluh darah yang diakibatkan oleh benda asing yang menimbulkan
perforasi. Tanda-tanda perforasi memerlukan tindakan ekstraksi benda asing dengan revisi
bedah untuk drainage dan penutupan perforasi. Apabila benda asing dapat diekstraksi
secara endoskopi tanpa menimbulkan kerusakan pada esofagus, prosedur dapat
dikombinasi (ekstraksi endoskopi dan revisi bedah).

Waktu
Benda asing yang tersangkut di esofagus tanpa memandang bentuknya, harus
diangkat dengan visualisasi langsung sesegera mungkin. Baterai arloji harus diangkat
segera, karena kemungkinan kebocoran bahan korosif dan menyebabkan perforasi dinding
esofagus. Benda asing tajam dapat menyebabkan perforasi tetapi kejadian ini sangat
jarang. Dianjurkan ekstraksi dilakukan dalam 6 jam pertama. Apabila ada tanda-tanda
perforasi revisi dan ekstraksi dilakukan dalam 1 – 3 jam. Penanganan kegawatdaruratan
bedah, terjadi bila ada fistula pada pembuluh darah besar, apabila tertelan benda asing
menyebakan hematemesis sentinel, harus dilakukan thorakotomi emergensi untuk
menyelamatkan nyawa pasien.

Syarat
Prosedur esofagoskopi harus dilakukan di rumahsakit dengan peralatan
esofagoskopi atau di ruang operasi dengan fasilitas anestesi umum, alat resusitasi.

Teknik
Berikut ini adalah tiga langkah yang harus dilakukan :
1. Evaluasi esofagoskopi
Saliva atau partikel makanan diangkat dengan menggunakan kanul suction atau forcep,
benda asing divisualisasi dan dilokalisir, posisi benda asing harus diketahui letaknya
terhadap esofagus, apabila benda asing besar dan menimbulkan perforasi atau terjadi
perdarahan hebat, lebih dipilih untuk melakukan operasi terbuka.

. Ekstraksi
Prosedur ekstraksi sebagai berikut :
1. Menstabilkan esofagoskopi
2. Menyentuh benda asing dengan ujung distal instrumen
3. Memegang bagian benda asing dengan kuat
4. Menarik benda asing ke dalam esofagoskopi
5. Mempertahankan stabilitas esofagoskopi, forsep dan benda asing
6. Dengan gerakan yang kontinyu dengan mempertahankan aksi esofagoskopi
sejajar esofagus dan faring, menarik bersama-sama tanpa mengakibatkan
gesekan atau impaksi benda asing

3 .Esofagoskopi setelah prosedur dilakukan (evaluasi)


Dengan esofagoskop optik daerah bekas tempat asing dieksplorasi untuk mengevaluasi
adanya tanda-tanda laserasi. Esofagus dibawah lokasi impaksi diperiksa sampai ke
gaster untuk melihat adanya kelainan-kelaian esofagus yang dapat menimbulkan

Panduan Praktik Klinis – RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang 9


impaksi. Sementara esofagus diatas lokasi inkarserasi diperiksa untuk mendeteksi
adanya cedera akibat manuver. (Level of Evidence IIIB, Derajat rekomendasi C)

Penanganan Post Ekstraksi


Bila ekstraksi sangat sulit dilakukan dan timbul laserasi dalam sampai ke lapisan muskuler
maka dilakukan penanganan konservatif dengan pemantauan secara radiologi dan klinis
yang ketat, pada kasus dimana secara endoskopi atau secara tampak tanda-tanda perforasi
penanganan bedah dalam 3 jam pertama yang dipertahankan sampai 10 hari. Dilakukan
pemasangan NGT.

Penatalaksanaan
Pengobatan Intravena
1. Antibiotik
a. Dewasa
Lini pertama ; Amoxicillin Klavulanat 3x 650mg
Lini Kedua : Sefalosporin 1x2 gram
b. Anak
Amoxicillin 3x 30-50mg/KgBB
Quinolon

2. Analgetik / Antipiretik
a. Dewasa
Parasetamol 3x1 ampul
b. Anak
Parasetamol 3x10 mg/KgBB

Pengobatan Oral:
1. Antibiotik:
a. Dewasa
Lini pertama: Amoxicillin clavulanat 3x625mg
Lini kedua : Sefalosporin 2x500mg
b. Anak
i. Amoxicillin clavulanat syrup 3x1 sdt
ii. Cefadroxil syrup 2x1 sdt

2. Analgetik / antipiretik:
a. Dewasa : Parasetamol 3x1 tab
b. Anak
i. Parasetamol syrup 3x 1sdt
ii. Ibuprofen syrup 3x 1sdt

Penatalaksanaan Endokopi
- Esofagoskopi Ekstraksi dengan Esofagoskop kaku dalam narkose.
- Dilakukan dalam anestesi umum di ruang operasi

Terapi Bedah Terbuka


- Dilakukan oleh Dr. Spesialis Bedah Toraks
- Tindakan bedah terbuka dilakukan apabila benda asing gagal dikeluarkan dengan
tindakan endoskopi
- Apabila terjadi komplikasi tindakan endoskopi.

Panduan Praktik Klinis – RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang 10


8. Edukasi
Berdasarkan temuan klinis pada anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Edukasi pada keluarga penting untuk mengetahui keadaan pasien dan kemungk
inan yang mungkin terjadi. Materi yang disampaikan berupa:
1. Pengertian penyakit
2. Tanda dan gejala penyakit
3. Hasil pemeriksaan fisik dan diagnosis
4. Penatalaksanaan penyakit termasuk operatif maupun non operatif
5. Kemungkinan komplikasi penyakit
a. Perlukaan / robekan esofagus
- Sering disebabkan oleh BA tajam atau sekunder nekrosis.
- Perlukaan berupa robekan mukosa.
b. Perforasi esofagus
c. Mediastinitis dan secar yang dapat menyebabkan lethal septic shock .
d. Abses mediastinal atau servikal
e. Fistula antara esofagus dengan trakea, bronkus utama, pleura, perikardium
dan pembuluh darah besar (aorta, subclavia, carotid).
6. Prediksi kesembuhan (prognosis)

Panduan Praktik Klinis – RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang 11


9. Prognosis
Benda asing yang tertelan akan lewat 8% hingga 90% secara spontan dalam 3
hingga 7 hari. Anak-anak dengan cedera kerongkongan dari baterai diskus perlu tindak
lanjut jangka pendek dan jangka panjang untuk mencari komplikasi yang berkaitan dengan
erosi atau perforasi dan penyempitan kerongkongan. Orang dewasa dengan tumbukan
makanan memiliki kelainan 85% hingga 90% dari waktu dan akan membutuhkan evaluasi
dan pengobatan kelainan yang digaris bawahi.
10. Kepustakaan
1. Schiratzki H: Removal of Foreign Body in The Esofagus. Archives of
Otolaryngology. Vol 102, Number 4. 238-240.2015
2. Bailey BJ. Head and Neck Surgery – Otolaryngology, Fifth Edition, Lippincott
Williams & Wilkins, Philadelphia, 2014.
3. Al Lawati TT, Al Marhoobi R. Patterns and Complications of Ingested Foreign
Bodies in Omani Children. Oman Med J. 2018 Nov;33(6):463-467.
4. Gretarsdottir HM, Jonasson JG, Björnsson ES. Etiology and management of
esophageal food impaction: a population based study. Scand. J. Gastroenterol. 2015
May;50(5):513-8.
5. Alfonzo MJ, Baum CR. Magnetic Foreign Body Ingestions. Pediatr Emerg
Care. 2016 Oct;32(10):698-702
6. Bekkerman M, Sachdev AH, Andrade J, Twersky Y, Iqbal S. Endoscopic
Management of Foreign Bodies in the Gastrointestinal Tract: A Review of the
Literature. Gastroenterol Res Pract. 2016;2016:8520767.
7. Kim J. E., Ryoo S. M., Kim Y. J., et al. Incidence and clinical features of
esophageal perforation caused by ingested foreign body. The Korean Journal of
Gastroenterology. 2015;66(5):255–260.

Anda mungkin juga menyukai