Anda di halaman 1dari 33

PORTOFOLIO PRAKTIKUM FARMASI SIMULASI

GERIATRI

Disusun Oleh:

1. Riza Silviana (PO.71.39.0.16.034)


2. Siti Aliyah Putri Daulay (PO.71.39.0.16.036)
3. Tiara Zaila Marta Ayu (PO.71.39.0.16.038)
4. Ulfa Azizah (PO.71.39.0.16.040)

Kelompok 4Genap/ Reguler IIA

Dosen Pembimbing :1. Dra. Ratnaningsih Dewi Astuti, Apt, M.Kes


2. Dra. Sarmalina Simamora, Apt, M.Kes
3. Dr. Drs. Sonlimar Mangunsong, Apt, M.Kes
4. Mona Rahmi Rulianti , Apt, M.Farm

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


JURUSAN FARMASI
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
LEMBAR PERSETUJUAN

PORTOFOLIO PRAKTIKUM FARMASI SIMULASI

DISPEPSIA

Disusun Oleh:

5. Riza Silviana (PO.71.39.0.16.034)


6. Siti Aliyah Putri Daulay (PO.71.39.0.16.036)
7. Tiara Zaila Marta Ayu (PO.71.39.0.16.038)
8. Ulfa Azizah (PO.71.39.0.16.040)

Telah diperiksa dan disetujui isinya sebagai tugas mata kuliah


Farmasi Simulasi Tahun Ajaran 2018/2019 di Poltekkes Kemenkes
Palembang Jurusan Farmasi pada tanggal 22 April 2018

Mengetahui,
Palembang, 23 November 2018
Dosen Pembimbing

Dr.Drs. Sonlimar Mangunsong, Apt, M.Kes

NIP.19630214199402100

i
DAFTAR ISI

Daftar Isi
BAB I. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang...................................................................................1
b. Tujuan Praktikum ...............................................................................2
c. Manfaat Praktikum .............................................................................2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Geriatri ..................................................................................3
B. Permasalahan pada Usia Lanjut ........................................................6
C. Pengertian Depresi ............................................................................9
D. Penyakit Demensia ............................................................................12
BAB III. TELAAH RESEP
A. Resep ................................................................................................18
B. Perhitungan Bahan ............................................................................18
C. Perhitungan Dosis .............................................................................18
D. Cara Pengerjaan Resep ....................................................................19
E. Aturan Pakai ......................................................................................20
F. Deskripsi Obat ...................................................................................20
G. Penyimpanan Obat ............................................................................22
H. Etiket .................................................................................................22
I. Salinan Resep ...................................................................................24
J. Perhitungan Harga.............................................................................24
BAB IV SKENARIO............................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA

ii
3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Usia lanjut merupakan periode yang unik dan sulit dalam hidup.
Usia lanjut adalah suatu tahap peralihan dalam arti bahwa baik pria
maupun wanita harus menyesuaikan diri pada semakin berkurangnya
tenaga mental dan fisik mereka juga harus belajar menerima peranan
yang pasif dan mau bergantung pada orang lain sebagai pengganti dari
peranan-peranan kepemimpinan aktif seperti masa lalu, dalam kalangan
keluarga maupun di tempat kerja.
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya
perlahan-lahan kemampuan jaringan lunak untuk memperbaiki diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan
yang diderita Hal ini dipicu oleh laju peningkatan reaksi radikal bebas dan
sistem penawar racun yang semakin berubah seiring berjalannya usia.
Kecepatan proses penuaan pada setiap individu berbeda-beda
tergantung sikap dan kemauan dalam mengendalikan proses penuaan.
Dalam hal ini pola hidup seseorang akan memberikan andil cukup
besar dalam proses penuaan. Tidak jarang seseorang yang berusia lanjut
tetap semangat, energic, optimis dan tidak merasa tua bahkan selalu
berusaha mempertahankan diri untuk dapat tampil lebih muda. (Darmojo,
2006).

Penyakit pada usia lanjut sering terjadi pada banyak organ


sehingga pemberian obat sering terjadi polifarmasi. Polifarmasi berarti
pemakaian banyak obat sekaligus pada seorang pasien, lebih dari
yang dibutuhkan secara logisrasional dihubungkan dengan diagnosis
yang diperkirakan. Diantara demikian banyak obat yang ditelan pasti
terjadi interaksi obat yang sebagian dapat bersifat serius dan sering
menyebabkan hospitalisasi atau kematian. Kejadian ini lebih sering
terjadi pada pasien yang sudah berusia lanjut yang biasanya
menderita lebih dari satu penyakit. Penyakit utama yang menyerang
lansia ialah hipertensi, gagal jantung dan infark serta gangguan

1
ritme jantung, diabetes mellitus, gangguan fungsi ginjal dan hati.
Selain itu, juga terjadi keadaan yang sering mengganggu lansia
seperti gangguan fungsi kognitif, keseimbangan badan, penglihatan
dan pendengaran. Semua keadaan ini menyebabkan lansia
memperoleh pengobatan yang banyak jenisnya (Darmansjah, 1994).
Oleh karena itu, pasien usia lanjut memerlukan pelayanan
farmasi yang berbeda dari pasien usia muda. Dan di portopolio ini
akan membahas tentang penggunaan obat pada usia lanjut,
berdasarkan resep tertentu.
B. Tujuan praktikum
1. Untuk menjadikan mahasiswa terampil dalam melayani kasus geriatri
2. Untuk menjadikan mahasiswa lacnar berkomunikasi kepada pasien
geriatri
C. Manfaat praktikum
1. Mamahasiswa mampu dan terampil dalam melayani kasus geriatri
2. Mahasiswa mampu dan lancar berkomunikasi kepada pasien geriatrI

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Geriatri
Istilah geriatri pertama kali digunakan oleh Ignas Leo Vascher
pada tahun 1909. Namun ilmu geriatri sendiri, baru berkembang pada
tahun 1935. Pada saat itulah diterapkan penatalaksanaan terpadu
terhadap penderita-penderita lanjut usia (lansia) dilengkapi dengan
latihan jasmani dan rohani (Martono dan Pranarka, 2010).
Pasien geriatri adalah pasien usia lanjut yang berusia lebih dari 60
tahun serta mempunyai ciri khas multipatologi, tampilan gejalanya tidak
khas, daya cadangan faali menurun, dan biasanya disertai gangguan
fungsional. Penderita geriatri berbeda dengan penderita dewasa muda
lainnya, baik dari segi konsep kesehatan maupun segi penyebab,
perjalanan, maupun gejala dan tanda penyakitnya sehingga, tatacara
diagnosis pada penderita geriatri berbeda dengan populasi lainnya
(Penninx et al., 2004).
a. Proses Penuaan
Menurut Constantindes (1994) dalam Nugroho (2004) menua atau
menjadi tua dapat diartikan sebagai suatu proses menghilangnya
secara pelahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri
atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga
tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan
yang diderita. Proses menua merupakan suatu proses fisiologik yang
berlangsung perlahan-lahan dan efeknya berlainan pada tiap individu.
Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan suatu proses
berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari
dalam maupun luar tubuh (Nugroho, 2004).
Proses menua pada seseorang sebenarnya sudah mulai terjadi
sejak pembuahan atau konsepsi dan berlangsung sampai saat
kematian. Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai
adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling
berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi

3
menimbulkan masalah secara umum maupun kesehatan jiwa secara
khusus pada usia lanjut (Kuntjoro, 2004).
Dengan demikian manusia secara progresif akan kehilangan daya
tahan terhadap infeksi dan akan menumpuk makin banyak distorsi
metabolik dan stuktural yang disebut sebagai penyakit degeneratif
seperti, hipertensi, aterosklerosis, diabetes melitus dan kanker yang
akan menyebabkan kita menghadapi akhir hidup dengan episode
terminal yang dramatik seperti stroke, infark miokard, koma asidosis,
metastasis kanker dan sebagainya (Martono dan Darmojo, 2004).
b. Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Usia Lanjut
Menurut Boedi Darmojo (2004), menjadi tua bukanlah suatu
penyakit atau sakit, tetapi suatu perubahan dimana kepekaan
bertambah atau batas kemampuan beradaptasi menjadi berkurang
yang sering dikenal dengan geriatric giant yang merupakan suatu
sindroma geriatri.
Sindroma geriatri adalah kumpulan gejala mengenai kesehatan
yang sangat sering dikeluhkan oleh para lanjut usia dan/atau
keluarganya. Sindroma itu bukanlah suatu penyakit, sehingga
diperlukan upaya penanganan lebih lanjut untuk mencari penyakit
yang mendasari timbulnya sindroma tersebut. Menurut Solomon et al.
(1994) terdapat beberapa masalah tersering yang dialami oleh
populasi geriatri diantaranya immobilitas (immobility), impaksi
(impaction), ketidakseimbangan (instability), iatrogenik (iatrogenic),
kemunduran intelektual (intellectual impairment), gangguan/susah
tidur (insomnia), inkontinensia (incontinence), menutup diri (isolation),
impoten (impotence), menurunnya sistem imun (imuno-defficiency),
mudah terkena infeksi, malnutrisi (inanition), serta gangguan
pengelihatan, pembauan, pendengaran dan lain-lain (Solomon et al.,
1994citKuswardhani et al., 2008). Perubahan yang terjadi pada lansia
diantaranya yaitu:
 Perubahan dari aspek biologis
 Perubahan yang terjadi pada sel seseorang menjadi lansia yaitu
adanya perubahan genetika yang mengakibatkan terganggunya
metabolisme protein,gangguan metabolisme Deoxyribonucleic

4
Nucleic Acid (DNA), terjadi ikatan DNA dengan protein stabil yang
mengakibatkan gangguan genetika, gangguan kegiatan enzim dan
sistem pembuatan enzim, menurunnya proporsi, protein diotak,
otot, ginjal darah dan hati, terjadinya pengurangan parenchim
serta adanya penambahan lipofuscin.
 Perubahan Psikologis.
Perubahan psikologis pada lansia sejalan dengan perubahan
secara fisiologis. Masalah psikologis ini pertama kali mengenai
sikap lansia terhadap kemunduran fisiknya (disengagement
theory) yang berarti adanya penarikan diri dari masyarakat dan
dari diri pribadinya satu sama lain. Lansia dianggap terlalu lamban
dengan daya reaksi yang lambat, kesigapan dan kecepatan
bertindak dan berfikir menurun. Perubahan psikis pada lansia
adalah besarnya individual differences pada lansia. Lansia
memiliki kepribadian yang berbeda dengan sebelumnya.
Penyesuaian diri lansia juga sulit karena ketidakinginan lansia
untuk berinteraksi dengan lingkungan ataupun pemberian batasan
untuk dapat beinteraksi.
 Perubahan seksual
Pada dasarnya perubahan fisiologis yang terjadi pada aktivitas
seksual pada usia lanjut biasanya berlangsung secara bertahap
dan menunjukkan status dasar dari aspek vaskuler, hormonal dan
neurologiknya (Darmojo dan Martono, 2004). Untuk suatu
pasangan suami istri, bila semasa usia dewasa dan pertengahan
aktivitas seksual mereka normal, akan kecil sekali kemungkinan
mereka akan mendapatkan masalah dalam hubungan seksualnya.
 Perubahan sosial
Umumnya lansia banyak yang melepaskan partisipasi sosial
mereka, walaupun pelepasan itu dilakukan secara terpaksa. Orang
lanjut usia yang memutuskan hubungan dengan dunia sosialnya
akan mengalami kepuasan. Pernyataan tadi merupakan
disaggrement theory. Aktivitas sosial yang banyak pada lansia
juga mempengaruhi baik buruknya kondisi fisik dan sosial lansia
(Santrock, 2004).

5
B. Permasalahan pada Usia Lanjut
Lanjut usia diukur menurut usia kronologis, fisiologis dan
kematangan mental. Ketiga hal tersebut seringkali tak berjalan sejajar
seperti yang diharapkan. Dalam ilmu geriatri yang dianggap penting
adalah usia fisiologis seseorang bukan usia kronologisnya. Meskipun
demikian, dengan berjalannya waktu, manusia berupaya dengan segala
macam cara agar sedapat mungkin dapat menunda atau memperlambat
proses penuaan, dengan begitu angka mortalitasnya pun dapat menurun
(Martono dan Pranarka, 2010).
Pada populasi usia lanjut konsep kesehatan agak berbeda dengan
konsep kesehatan pada populasi lain. Pada populasi usia lanjut ini
terdapat pengertian status/kapasitas fungsional yang dimanifestasikan
dengan aktivitas hidup sehari-hari. Kapasitas fungsional merupakan
keadaan lansia sebagai akibat dari interaksi antara fungsi kesehatan fisik,
psikologik, sosial-ekonomi dan religius spiritual. Interaksi dari hal-hal
tersebut merupakan gambaran kesehatan secara luas pada usia lanjut
(Martono dan Pranarka, 2010).
Ada beberapa permasalahan yang sering dihadapi oleh populasi
geriatri diantaranya:
 Permasalahan dari Aspek Fisiologis
Terjadinya perubahan normal pada fisik lansia yang dipengaruhi
oleh faktor kejiwaan sosial, ekonomi dan medik. Perubahan tersebut
akan terlihat dalam jaringan dan organ tubuh seperti kulit menjadi
kering dan keriput, rambut beruban dan rontok, penglihatan menurun
sebagian atau menyeluruh, pendengaran berkurang, indra perasa
menurun, daya penciuman berkurang, tinggi badan menyusut karena
proses osteoporosis yang berakibat badan menjadi bungkuk, tulang
keropos, massanya dan kekuatannya berkurang dan mudah patah,
elastisitas paru berkurang, nafas menjadi pendek, terjadi
pengurangan fungsi organ di dalam perut, dinding pembuluh darah
menebal sehingga tekanan darah tinggi, otot jantung bekerja tidak
efisien, adanya penurunan organ reproduksi terutama pada wanita,

6
otak menyusut dan reaksi menjadi lambat terutama pada pria, serta
seksualitas tidak terlalu menurun.
 Permasalahan dari Aspek Psikologis
Menurut Hadi Martono (1997) dalam Martono dan Pranarka
(2010), beberapa masalah psikologis lansia antara lain:
- Kesepian (loneliness), yang dialami oleh lansia pada saat
meninggalnya pasangan hidup, terutama bila dirinya saat itu
mengalami penurunan status kesehatan seperti menderita
penyakit fisik berat, gangguan mobilitas atau gangguan sensorik
terutama gangguan pendengaran harus dibedakan antara
kesepian dengan hidup sendiri. Banyak lansia hidup sendiri tidak
mengalami kesepian karena aktivitas sosialnya tinggi, lansia yang
hidup di lingkungan yang beranggota keluarga yang cukup
banyak tetapi mengalami kesepian.
- Duka cita (bereavement), pada periode duka cita ini merupakan
periode yang sangat rawan bagi lansia. Meninggalnya pasangan
hidup, teman dekat, atau bahkan hewan kesayangan bisa
meruntuhkan ketahanan kejiwaan yang sudah rapuh dari seorang
lansia, yang selanjutnya memicu terjadinya gangguan fisik dan
kesehatannya. Adanya perasaan kosong kemudian diikuti dengan
ingin menangis dan kemudian suatu periode depresi. Depresi
akibat duka cita biasanya bersifat self limiting.
- Depresi, persoalan hidup yang mendera lansia seperti
kemiskinan, usia, stress yang berkepanjangan, penyakit fisik yang
tidak kunjung sembuh, perceraian atau kematian pasangan,
keturunan yang tidak bisa merawatnya dan sebagainya dapat
menyebabkan terjadinya depresi. Gejala depresi pada usia lanjut
sedikit berbeda dengan dewasa muda, dimana pada usia lanjut
terdapat gejala somatik. Pada usia lanjut rentan untuk terjadi:
episode depresi berat dengan ciri melankolik, harga diri rendah,
penyalahan diri sendiri, idebunuh diri, penyebab terjadinya
depresi merupakan gabungan antara faktor-faktor psikologik,
sosial dan biologik. Seorang usia lanjut yang mengalami depresi
bisa saja mengeluhkan mood yang menurun, namun kebanyakan

7
menyangkal adanya depresi. Yang sering terlihat adalah
hilangnya tenaga/energi, hilangnya rasa senang, tidak bisa tidur
atau keluhan rasa sakit dan nyeri kecemasan dan perlambatan
motorik (Gumru and Arıcıoğlu, 2012).
- Gangguan cemas, terbagi dalam beberapa golongan yaitu fobia,
gangguan panik, gangguan cemas umum, gangguan stress
setelah trauma dan gangguan obsesif-kompulsif. Pada lansia
gangguan cemas merupakan kelanjutan dari dewasa muda dan
biasanya berhubungan dengan sekunder akibat penyakit medis,
depresi, efek samping obat atau gejala penghentian mendadak
suatu obat. Psikosis pada lansia, dimana terbagi dalam bentuk
psikosis bisa terjadi pada lansia, baik sebagai kelanjutan keadaan
dari dewasa muda atau yang timbul pada lansia.
- Parafrenia, merupakan suatu bentuk skizofrenia lanjut yang
sering terdapat pada lansia yang ditandai dengan waham (curiga)
yang sering lansia merasa tetangganya mencuri barang-
barangnya atau tetangga berniat membunuhnya. Parafrenia
biasanya terjadi pada lansia yang terisolasi atau diisolasi atau
menarik diri dari kegiatan sosial.
- Sindroma diagnosis, merupakan suatu keadaan dimana lansia
menunjukkan penampilan perilaku yang sangat mengganggu.
Rumah atau kamar yang kotor serta berbau karena lansia ini
sering bermain-main dengan urin dan fesesnya. Lansia sering
menumpuk barang-barangnya dengan tidak teratur. Karena
banyaknya permasalahan yang dihadapi oleh populasi geriatri,
maka penatalaksanaan penderita geriatri juga memerlukan
kerjasama suatu tim multi-disiplin yang bekerja secara inter-
disiplin. Tatalaksana holistik pada pasien geriatri harus
diperlihatkan dalam penatalaksanaan pelayanan kesehatan
(Kuswardhani et al., 2008).

8
C. Pengertian Depresi
Depresi merupakan kondisi emosional yang biasanya ditandai
dengan kesedihan yang amat sangat, perasaan tidak berarti dan
bersalah, menarik diri dari orang lain, tidak dapat tidur, kehilangan selera
makan, hasrat seksual dan minat serta kesenangan dalam aktivitas yang
biasa dilakukan. Depresi sering kali berhubungan dengan berbagai
masalah psikologis lain, seperti serangan panik, penyalahgunaan zat,
disfungsi seksual dan gangguan kepribadian (Davison dan Neale, 2006).
Depresi sebagai suatu gangguan suasana hati yang dicirikan
dengan tidak ada harapan dan patah hati, ketidakberdayaan yang
berlebihan, tidak mampu mengambil keputusan untuk memulai suatu
kegiatan, tidak mampu untuk berkonsentrasi, tidak punya semangat
hidup, selalu tegang dan mencoba untuk bunuh diri. Episode depresi
bisanya berlangsung selama kurang dari 9 bulan, akan tetapi pada 15-
20% penderita bisa berlangsung selama 2 tahun atau lebih (Gumru and
Arıcıoğlu, 2012).
Dalam pedoman penggolongan dan diagnosa gangguan jiwa di
Indonesia III (PPDGJ III) pada tahun 1993 disebutkan bahwa gangguan
utama depresi adalah adanya gangguan suasana perasaan, kehilangan
minat, menurunnya kegiatan, pesimisme menghadapi massa yang akan
datang. Pada kasus patologi, depresi merupakan ketidakmampuan
ekstrim untuk bereaksi terhadap rangsang, disertai menurunnya nilai dari
delusi, tidak mampu dan putus asa (Maslim, 2004).
- Gejala Umum Depresi
Menurut beberapa ahli, gejala depresi memiliki rentangan dan
variasi yang luas sesuai dengan berat ringannya depresi yang
dialami. Namun secara garis besar dapat dibagi menjadi gejala fisik,
gejala psikis, gejala sosial (Lumongga, 2009).
Gejala fisik yang sering terdapat pada penderita depresi adalah
gangguan pola tidur, memiliki perilaku pasif, menurunnya efisiensi dan
produktivitas kerja serta mudah merasa lelah, letih dan sakit. Gejala
psikis dari seorang penderita depresi adalah kehilangan rasa percaya
diri, cenderung memandang segala sesuatu dari sisi negatif dan
merasa diri tidak berguna. Sedangkan gejala sosial dari masalah

9
depresi biasanya adalah ketidakmampuan bersikap terbuka serta
tidak mampu secara aktif menjalin hubungan dengan lingkungan
sekalipun ada kesempatan (Lumongga, 2009)
- Depresi pada Geriatri
Lansia merupakan masa dimana semua orang berharap akan
menjalani hidup dengan tenang damai serta adanya dukungan dari
keluarga ataupun masyarakat. Pada kenyataannya berbagai
persoalan hidup yang dihadapi oleh lansia sepanjang hayatnya,
seperti penurunan fungsi organ-organ tubuh, konflik dengan keluarga
ataupun kondisi lainnya. Kondisi-kondisi hidup seperti ini dapat
memicu terjadinya depresi (Chan et al., 2007).
Depresi adalah gangguan kejiwaan yang paling umum pada lansia
yang dapat bermanifestasi sebagai depresi berat atau depresi ringan
ditandai dengan kumpulan gejala depresi. Pada beberapa penelitian
menyimpulkan bahwa depresi merupakan penyebab penderitaan
emosional tersering dan mengakibatkan penurunan kualitas hidup
pada lansia (Taqui et al., 2007).
Depresi merupakan suatu keadaan yang tidak normal pada
populasi geriatri. Kurangnya keterpaduan dalam perawatan kesehatan
dan pelayanan kesehatan mental telah membuat sistem yang tidak
komprehensif pada pasien geriatri dengan depresi (Kuswardhani et
al., 2008).
Secara umum depresi ditandai oleh suasana perasaan yang
murung, hilang minat terhadap kegiatan, hilang semangat, lemah,
lesu, dan rasa tidak berdaya. Pada pasien usia lanjut tampilan yang
paling umum adalah keluhan somatis, hilang selera makan dan
gangguan pola tidur (Dewi et al., 2007).
Depresi pada pasien geriatri sering berkomorbid dengan penyakit
lain, oleh karena itu gejala dan keluhannya sering tersamar dan
bertumpang tindih dengan kondisi penyakit lain yang diderita, bahkan
dengan proses penuaan normal sendiri. Hal ini akan menyulitkan
diagnosis yang berakibat tidak tertanganinya depresi, sehingga dapat
memperburuk prognosis, meningkatkan disabilitas dan mortalitas
(Dewi et al., 2007).

10
Penelitian tahun 2001 pada komunitas di seluruh dunia
menunjukkan bahwa angka depresi berat pada lansia adalah berkisar
dari 3%-15% (Hoyer and Roodin, 2003). Penelitian yang dilakukan di
Amerika pada tahun 2004 mengungkapkan bahwa depresi
mempengaruhi 13%-27% populasi lansia (National Institute of Mental
Health, 2004). Penelitian di Cina pada tahun 2006 menunjukkan
bahwa 26,5% lansia menderita depresi ringan dan 4,3% menderita
depresi berat (Gao et al., 2009). Penelitian pada tahun 2009
menyatakan bahwa prevalensi depresi pada lansia di asia tenggara
mencapai 58,2% (Wada, 2009).
Depresi pada geriatri bukan merupakan suatu keadaan yang
disebabkan oleh patologi tunggal, tetapi biasanya bersifat
multifaktorial. Pada usia lanjut, stres lingkungan sering menyebabkan
depresi (Martono dan Pranarka, 2010). Adapun cara untuk
mendiagnosis depresi pada usia lanjut dapat dimulai dengan
anamnesis dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan
penunjang seperti menggunakan skala depresi pada geriatri
(Kuswardhani et al., 2008).
Anamnesis merupakan hal yang sangat penting dalam diagnosis
depresi dan harus diarahkan pada pencarian terjadinya perubahan
perilaku dari sebelumnya. Aloanamnesis dengan keluarga terkadang
sangat membantu dalam menggali anamnesia dari pasien (Martono
dan Pranarka, 2010).
Gejala depresi pada usia lanjut sering hanya berupa apatis dan
penarikan diri dari aktivitas sosial. Tanda disfori atau sedih yang jelas
seringkali tidak didapatkan pada usia lanjut. Oleh karena hal tersebut,
terdapat skala yang membantu menapisdepresi pada geriatri. Skala
ini bernama Skala Depresi Geriatri (Geriatric Depression Scale) yang
dapat dilihat pada tabel 2.1 (Yesavage et al.,1982citDewi et al.,
2007).Demensia adalah sebuah sindrom yang berkaitan dengan
penurunan kemampuan fungsi otak, seperti berkurangnya daya ingat,
menurunnya kemampuan berpikir, memahami sesuatu, melakukan
pertimbangan, dan memahami bahasa, serta menurunnya

11
kecerdasan mental. Sindrom ini umumnya menyerang orang-orang
lansia di atas 65 tahun.
D. Penyakit Demensia
Penderita demensia umumnya akan mengalami depresi,
perubahan suasana hati dan perilaku, kesulitan bersosialisasi, hingga
berhalusinasi. Penderita tidak mampu hidup mandiri dan memerlukan
dukungan orang lain. Perlu diingat bahwa tidak semua orang yang
mengalami penurunan daya ingat atau penurunan kemampuan fungsi
otak dapat diasosiasikan dengan demensia. Periksakan ke dokter untuk
mengetahui kondisi yang dialami secara tepat. Demensia tidak dapat
disembuhkan, namun pengobatan secara dini dapat membantu
meredakan dan memperlambat perkembangan gejala, serta menghindari
komplikasi lebih lanjut.
- Penyebab Demensia
Demensia disebabkan oleh kerusakan pada sel saraf otak di
bagian tertentu, sehingga menurunkan kemampuan berkomunikasi
dengan saraf tubuh lainnya, dan mengakibatkan kemunculan gejala
sesuai dengan area otak yang mengalami kerusakan.
Ada berbagai macam kondisi dalam kasus demensia. Ada jenis
demensia yang berkembang secara progresif, dan ada juga kondisi
lain yang menyerupai demesia yang terjadi karena reaksi tertentu dan
dapat ditekan.
- Demensia Progesif
Demensia progesif adalah kondisi yang disebabkan oleh
kerusakan sel saraf otak tertentu dan dapat memburuk seiring waktu.
Kondisi ini umumnya tidak dapat dipulihkan secara tuntas. Beberapa
jenis demensia progresif meliputi:
 Penyakit Alzheimer. Merupakan penyebab demensia paling
umum. Penyebabnya masih belum diketahui, namun beberapa
kelainan genetik dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit ini.
Pada otak ditemukan plak berupa penggumpalan protein beta-
amyloid, juga jalinan jaringan fibrosa yang terbentuk oleh protein
tau.

12
 Demensia vaskuler. Gangguan pada pembuluh darah otak
merupakan penyebab demensia tertinggi kedua. Kondisi ini juga
dapat menyebabkan stroke dan penyakit lainnya yang berkaitan
dengan gangguan pada pembuluh darah.
 Lewy body dementia. Lewy body adalah penggumpalan protein
abnormal pada otak, yang juga bisa ditemukan pada Alzheimer
dan Parkinson.
 Demensia frontotemporal. Sekelompok penyakit yang ditandai
oleh degenerasi sel otak bagian frontal dan temporal, yang
umumnya diasosiasikan dengan perilaku, kepribadian, hingga
kemampuan berbahasa.
 Demensia campuran. Umumnya dialami oleh orang-orang lansia
di atas 80 tahun tanpa penyebab yang jelas. Biasanya demensia
campuran meliputi Alzheimer, demensia vaskuler, dan Lewy body
dementia.

- Gejala Demensia
Penderita demensia umumnya mengalami gejala sesuai dengan
penyebabnnya, dengan perubahan kognitif dan psikologis sebagai
gejala yang utama. Gejala yang umumnya dirasakan dari segi kognitif
meliputi:
 Hilang ingatan.
 Kesulitan berkomunikasi.
 Kesulitan berbahasa dan betutur kata.
 Sulit memecahkan masalah atau merencanakan sesuatu.
 Konsentrasi menurun.
 Sulit menilai situasi dan mengambil keputusan.
 Sulit mengkoordinasikan pergerakan tubuh
 Merasa bingung.
 Sedangkan gejala yang dirasakan dari segi psikologis meliputi:
 Depresi.
 Gelisah.
 Perubahan perilaku dan emosi.
 Merasa ketakutan (paranoid).

13
 Agitasi.
 Halusinasi.
Dalam kondisi parah, penderita dapat mengalami gejala lanjutan
seperti kelumpuhan di salah satu sisi tubuh, tidak mampu menahan
kemih, penurunan nafsu makan, hingga kesulitan menelan. Konsultasi
pada dokter sebaiknya dilakukan apabila seseorang mengalami salah
satu atau beberapa gejala demensia, guna mendapatkan
pemeriksaan lebih lanjut.
- Diagnosis Demensia
Demensia tidaklah mudah untuk didiagnosa dikarenakan
banyaknya gejala yang dapat mengindikasikan penyakit sejenis.
Selain menanyakan riwayat penyakit dan kesehatan pasien serta
keluarga, dilakukan juga pemeriksaan fisik dan serangkaian tes
lanjutan, yang meliputi:
 Tes kognitif dan neuropsikologis. Memeriksa kemampuan
berpikir, mengingat, orientasi, penilaian, konsentrasi, hingga
merangkai bahasa.
 Pemeriksaan neurologi. Memeriksa kemampuan motorik,
keseimbangan, rasa, dan refleks.
 Pemindaian. Memeriksa kondisi otot, jaringan, dan aliran
listrik saraf otak melalui CT scan, MRI, EEG, dan PET scan.
 Pemeriksaan darah. Memeriksa adanya kelainan yang dapat
memengaruhi fungsi otak seperti defisiensi vitamin B12, atau
penurunan fungsi kelenjar tiroid.
 Pemeriksaan cairan tulang belakang. Untuk mendeteksi jika
terdapat infeksi atau peradangan pada sistem saraf.
 Tes psikiatrik. Memeriksa jika penderita mengalami depresi
atau kondisi mental lainnya yang dapat mempengaruhi
kesehatan otak.
Pada kasus demensia progresif yang terdiagnosis, dokter akan
mengacu pada teori 5 tahap perkembangan kondisi untuk
menentukan tingkat keparahan demensia. Kelima tahap tersebut
meliputi:

14
Tahap 1: Kemampuan fungsi otak penderita masih dalam tahap
normal.
Tahap 2: Penderita mulai mengalami penurunan kemampuan fungsi
otak, tetapi masih mampu hidup secara mandiri.
Tahap 3: Penderita mulai sedikit kesulitan melakukan aktivitas sehari-
hari, namun masih dalam intensitas ringan.
Tahap 4: Penderita mulai memerlukan bantuan orang lain untuk
melakukan aktivitas sehari-harinya.
Tahap 5: Kemampuan fungsi otak penderita menurun drastis dan
tidak mampu hidup secara mandiri.
- Pengobatan Demensia
Tidak semua kasus demensia dapat dipulihkan. Pengobatan
demensia dapat dilakukan untuk meredakan gejala yang dialami dan
menghindari komplikasi. Pengobatan demensia meliputi pemberian
obat-obatan, terapi, hingga operasi.
- Obat-obatan
Beberapa jenis obat yang biasa digunakan untuk
mengatasi gejala demensia adalah:
1. Acetylcholinesterase inhibitors, untuk meredakan gejala
penyakit Alzheimer ringan, lewy bodies dan halusinasi sebagai
penyebab demensia. Efek samping yang mungkin dialami meliputi
mual, muntah, diare dan penurunan denyut jantung. Disarankan
untuk selalu memantau kondisi jantung melalui EKG saat
pengobatan.
2. Memantine, untuk memperlambat reaksi kimia dalam otak.
Umumnya diresepkan jika acetylcholinesterase inhibitors tidak
membantu atau demensia sudah memasuki tingkat keparahan
menengah. Efek samping yang mungkin dialami meliputi pusing,
sakit kepala, kehilangan keseimbangan, konstipasi, dan
hipertensi.
3. Antipsikotik, untuk meredakan perilaku penderita yang agresif
atau mengalami agitasi parah. Biasanya obat ini dikonsumsi
dalam waktu singkat untuk menghindari risiko efek samping
seperti mengantuk, masalah kardiovaskular, kesulitan

15
berkomunikasi, hingga tubuh kaku, khususnya bagi penderita
demensia yang disebabkan lewy bodies.
4. Antidepresan, untuk meredakan gejala depresi yang umumnya
terjadi pada penderita demensia.
Untuk gejala yang menyerupai demensia, suplemen
berikut akan disarankan:
1. Vitamin E, untuk memperlambat Alzheimer dan kondisi
demensia terkait. Vitamin E biasanya dikonsumsi dalam dosis
rendah untuk menghindari komplikasi seperti kematian, khususnya
bagi penderita penyakit jantung.
2. Asam folat omega 3. Walau masih memerlukan riset lebih
lanjut, omega 3 dipercaya dapat membantu menekan risiko
seseorang terserang demensia.
- Terapi
Beberapa terapi bersifat psikologis dilakukan untuk
meredakan gejala demensia, seperti:
1. Terapi stimulasi kognitif dan orientasi realitas, guna
menstimulasi daya ingat, kemampuan memecahkan masalah,
kemampuan berbahasa, meredakan disorientasi pikiran, hingga
meningkatkan kepercayaan diri penderita.
2. Terapi perilaku, guna menekan perilaku tidak terkontrol yang
terjadi karena depresi atau halusinasi.
3. Terapi okupasi, untuk mengajarkan penderita cara melakukan
aktivitas sehari-hari dengan aman dan disesuaikan dengan
kondisinya, sambil juga mengajarkan cara mengontrol emosi serta
mempersiapkan diri untuk perkembangan gejala lebih lanjut pada
demensia progresif.
4. Terapi validasi, dengan cara memperlihatkan empati dan
memahami kondisi penderita agar tidak mengalami depresi.
Walau dapat membantu meredakan kebingungan dan kegelisahan
penderita, terapi validasi belum memiliki bukti cukup dalam segi
efektivitasnya.
Selain terapi-terapi di atas, terdapat juga beberapa terapi
pendukung yang dapat dilakukan di rumah, seperti terapi musik,

16
aromaterapi, pijat, bermain dengan hewan peliharaan, hingga
melakukan aktivitas seni. Saat proses terapi, sangat disarankan
untuk memodifikasi perabotan rumah agar memudahkan penderita
bergerak dan menyingkirkan benda tajam agar tidak
membahayakan penderita.
- Operasi
Pada kasus demensia yang disebabkan oleh tumor otak,
cedera otak, atau hidrosefalus, tindakan operasi dapat disarankan.
Jika belum terjadi kerusakan permanen pada otak, tindakan
operasi dapat membantu memulihkan gejala.
- Pencegahan Demensia
Demensia tidak dapat dicegah, namun terdapat beberapa cara
yang dapat dilakukan untuk menekan risikonya, seperti:
 Berhenti merokok.
 Berolahraga secara teratur.
 Menjaga asupan nutrisi dan menerapkan pola makan sehat,
misalnya makanan rendah lemak dan tinggi serat.
 Kurangi asupan alkohol.
 Menjaga berat badan.
 Meningkatkan asupan vitamin D.
 Melatih otak secara berkala, seperti membaca dan bermain teka-
teki.
 Menjaga kesehatan, seperti mengontrol tekanan darah, kadar gula
darah, dan kolestrol.
 Menghindari terjadinya cedera di bagian kepala.

17
BAB III
TELAAH RESEP

A. Resep

B. Perhitungan Bahan
 Frisium Tab = 10 tablet
Diambil = 10 tablet
 Aloxtra = 15 tablet
Diambil = 15 tablet

C. Perhitungan Dosis
Frisium Tab
Klobazam 10 mg
a. Dosis Pakai
1x = 1 x 10 mg = 10 mg
1H = 1 x 10 mg = 10 mg

18
b. Dosis Maksimum
-
Aloxtra Tablet
Donepezin HCL 5 mg
a. Dosis Pakai
1 x = 1 x 10 mg = 10 mg
2 H = 1 x 10 mg = 10 mg
b. Dosis Maksimum
-

D. Cara Pengerjaan Resep


1. TTK menerima resep dari pasien, lalu memeriksa kelengkapan dan
keabsahan resep tersebut.
2. TTK akan memeriksa ada atau tidaknya obat dalam persediaan. Bila
obatyang dibutuhkan tersedia, kemudian dilakukan pemberian harga
dan memberitahukan- nya kepada pasien. Setelah pasien setuju
segera dilakukan pembayaran atas obat pada bagian kasir. Alamat
dan nomor telepon pasien dicatat. Bila obat hanya diambil sebagian
maka petugas membuat salinan resep untuk pengambilan sisanya.
Bagi pasien yang memerlukan kuitansi maka dapat pula dibuatkan
kuitansi.
3. Resep diberi nomor urut resep, selanjutnya nomor resep tersebut
diserahkan ke pasien untuk mengambil obat pada bagian penyerahan
obat.
4. Resep asli diserahkan ke bagian peracikan atau penyiapan obat. TTK
pada bagian peracikan atau penyiapan obat lalu meracik atau
menyiapkan obat sesuai dengan resep.
5. Setelah obat selesai disiapkan maka obat diberi etiket dan dikemas.
6. Sebelum obat diberikan dilakukan pemeriksaan kembali meliputi
nomor resep, nama pasien, kebenaran obat, jumlah dan etiketnya.
Juga dilakukan pemeriksaan salinan resep sesuai resep aslinya serta
kebenaran kuitansi.
7. Obat diserahkan kepada pasien sesuai dengan nomor resep lalu
pasiendiberi informasi tentang cara pemakaian obat dan informasi lain
yang diperlukan pasien.

19
8. Lembaran resep asli dikumpulkan menurut nomor urut dan tanggal
resepdan disimpan sekurang-kurangnya tiga tahun.
9. Pada setiap tahapannya, petugas apotek wajib membubuhkan paraf
atas apa saja yang dikerjakan pada resep tersebut, jika terjadi sesuatu

E. Aturan Pakai:

1.Frisium : 1 kali sehari setelah makan


2. Aloxtra : 1 kali sehari setelah makan

F. Deskripsi Obat

1. Frisium Tablet
Komposisi : Klobazam 10 mg
Indikasi : Kecemasan akut dan kronis, gangguan psikosomatik
psikovegetatif dan terapi tambahan pada epilepsi yang tidak cukup
dikendalikan oleh antikonvulsan
Kontra indikasi : Riwayat ketergantungan obat atau alkohol, penyakit otot
kronis progresif (myasthenia gravis), insufisiensi pernapasan yang berat,
penghentian sementara bernapas selam tidur (sleep apnoae syndrome),
gangguan hati yang berat.
Efek Samping : Sedasi yang menyebabkan kelelahan dan mengantuk.
Memperlambat waktu reaksi, mengantuk, emosi mati rasa, kebingungan,
sakit kepala, mulut kering, konstipasi, kehilangan nafsu makan, mual, pusing,
kelemahan otot, ataksia, tremor halus pada jari. Diperlambat atau bicara tidak
jelas (gangguan artikulqsi), unsteadiness of gait dan fungsi motorik lainnya,
gangguan visual, kenaikkan berat badan, kehilangan libido, gangguan
kesadaran, gangguan pernapasan.
Perhatian : Depresi pernapasan ( insufisiensi pernapasan akut atau
kronis), kelemahan otot, penyimpangan memori, gangguan ginjal atau hati,
ketergantungan fisik dan psikologis, alkohol atau riwayat penyalahgunaan
obat, rebound phenomenon and withdrawal syndrome. Dapat mengurangi
kemampuan mengendarai kendaraan atau mengoperasikan mesin.
Dosis :
1. Kecemasan :

 Awalnya 20-30 mg/ hari


 Anak-anak 3-15 tahun 5-10 mg/ hari

20
 Lansia : Pemeliharaan 10-15 mg/ hari

2. Epilepsi :

 Dewasa dan anak-anak >15 tahun awalnya 5-15 mg/ hari, ditingkatkan
secara bertahap hingga 60 mg/hari
 Anak-anak 3-15 tahun awalnya 5 mg/hari,
 Pemeliharaan : 0.3-1 mg/kgBB/ hari

2. Aloxtra tablet

Komposisi : Donepezil HCl 5 mg


Indikasi : Terapi simtotomatik dimensia ringan hingga berat pada
penyakit alzheimer.
Kontra Indikasi : Penderita alergi terhadap donepezil hidroklorida, derivat
piperidina atau zat lainnya
Efek samping : Diare, keram otot, lemah, mual, muntah, insomnia, pusing
Perhatian : Kelainan konduksi jantung supraventikuler, riwayat ulkus,
terapi dengan AINS, asma, PPOK, hamil, menyusui. Gangguan dalam
mengemudi atau mengoperasikan mesin.
Dosis : Dewasa atau lansia ; dimulai dengan sehari 5 mg menjelang
tidur malam selama satu bulan, kemudian ditingkarkan s/d 10 mg sehari 1
kali

21
G. Etiket

APOTEK SIMULASI FARMA


Jurusan Farmasi Poltekkes Palembang
Jl. Ismail Marzuki No. 5341/171 Telp. (0711) 352071 Palembang
Apoteker : Mona Rahmi Rulianti Apt., M.Farm
SIPA No. 503/IPA/0140/KPPT/2014
No. R/ : Nama :Tn. Triko M (60 tahun) Tgl : 20-04-2019

1 x Sehari 1 Tab/Kapsul/Bungkus/Cream Pagi


Sendok Makan (15 ml) Siang
Sendok Teh (5 ml) Sore
Malam

Sebelum Makan Sesudah Makan Sesudah mandi


Bersama MakanSuapan Pertama

Nama / Jumlah Obat : Frisium / 10 tablet


Tgl Kadaluarsa : Des 2021

22
APOTEK SIMULASI FARMA
Jurusan Farmasi Poltekkes Palembang
Jl. Ismail Marzuki No. 5341/171 Telp. (0711) 352071 Palembang
Apoteker : Mona Rahmi Rulianti Apt., M.Farm
SIPA No. 503/IPA/0140/KPPT/2014
No. R/ : Nama: Tn. Triko M (60 tahun) Tgl : 20-04-2019

1 x Sehari 1Tab/Kapsul/Bungkus/Cream Pagi


Sendok Makan (15 ml) Siang
Sendok Teh (5 ml) Sore
Malam

Sebelum Makan Sesudah Makan Sesudah mandi


Bersama MakanSuapan Pertama

Nama / Jumlah Obat : Aloxtra / 15 tablet


Tgl Kadaluarsa : Des 2021

23
H. COPY RESEP
SALINAN RESEP
Dari dokter : Artha Mulyo Sp. D
Pro : Tn. Triko M (60 tahun)
Dibuat tgl : 20-04-2019
No. Resep :

R/ Frisium No X
S 1 dd 1 tab
det
R/ Aloxtra tab No XV
S 1 dd 1 tab det

Palembang, 7 Mei 2019


P.C.C

Apoteker
Mona Rahmi Rulianti, M. Farm, Apt
SIPA No. 503/IPA/0276/KPPT/2014

I. PERHITUNGAN HARGA
No Nama Obat Jumlah Harga Total

1.

2.

24
BAB IV

SKENARIO

SKENARIO RESEP

Pada suatu sore di Apotek Farmasi Farma terlihat semua TTK


sedang beraktifitas dengan kegiatannya masing, lalu datanglah seorang
pria tua ke Apotek Farmasi Farma yang ingin menebus resep dokter.
TTK 1 : Selamat sore, ada yang bisa saya bantu pak?
Pasien : Saya mau tebus obat ini nak (pasien memberi resep pada TTK 1)
TTK 1 : Resep atas nama tuan Triko 60 tahun ya pak
Pasien : Iya benar nak
TTK 1 : Sebentar ya pak kita cek harga dan cek ketersediaan obatnya dulu.
Selagi menunggu bapak bisa duduk disana.
Pasien : Iya tapi ceet ya dek soalnya saya udah capek banget ini
TTK 1 : Iya pak
TTK 1 meminta TTK 3 untuk mengecek harga obat dan ketersediaan obat di
Apotek.
TTK 1 : Fa tolong cek harga obat sama stoknya ya.
Pasien : Iya Lay, tunggu sebentar
TTK 1 : Iya
TTK 3 meminta TTK 4 untuk mengecek persediaan obat pada Apotek ( TTK
3 memberikan kertas kerja pada TTK 4)
TTK 3 : Riza tolong cek stok obat-obat ini ya (kertas kerja diserahkan pada TTK
4)
TTK 4 : Iya, tunggu sebentar
TTK 4 mengecek ketersediaan obat- obat tersebut
TTK 4 : Ulfa ini semua obatnya ada
TTK 3 : Ok
TTK 3 memberitahu TTK 1
TTK 3 : Lay ini semua obatnya ada total seluruhnya Rp. 523.000,-
TTK 1 : Ok, saya konfirmasi ke pasien dulu

25
TTK 1 memberitahu pasien
TTK 1 : Resep atas nama Tn. Triko 60 tahun
Pasien : Iya saya nak, ada apa?
TTK 1 : Ini semua obatnya ada pak totalnya Rp. 523.000,-. Apa bapak mau
tebus semuanya?
Pasien : Iya saya tebus semuanya aja
TTK 1 : Iya pak, kita akan segera siapkan obatnya dan saya juga mau minta
alamat dan no.Hp bapak untuk administrasi Apotek saja pak.
Pasien : Iya mbak, alamat saya di Jl. Kedamaian Lr. Musyawarah no.110
Palembang, No Hp 081345678910
TTK 1 : Ok terima kasih pak, ini nomor antrinya pak, selagi menunggu bapak
bisa duduk kembali
TTK 1 memberikan resep ke TTK 3 untuk disiapkan.
TTK 1 : Fa ini semua obatnya ditebus, cepat ya.
TTK 3 : Ok
TTK 3 menyerahkan kembali kertas kerja dan meminta TTK 4 untuk menyiapkan
obatnya.
TTK 3 : Riza tolong siapkan obat- obat ini ya
TTK 4 : Ok, tunggu sebentar
TTK 4 telah menyiapkan obat-obatannya dan menyerahkannya kepada TTK
3
TTK 4 : Fa ini obatnya sudah selesai
TTK 3 : Ok
TTK 3 mengecek jumlah obat dan etiketnya lalu menyerahkan resep beserta
obat dan copy resepnya kepada TTK 1
TTK 3 : Lay ini obatnya sudah selesai, disini juga ada Copy resepnya
TTK 1 : Ok
TTK 1 memanggil pasien atas nama Tn Triko
TTK 1 : Ini pak obatnya sudah selesai, boleh saya minta nomor antriannya tadi
pak
Pasien : Iya nak nggak apa-apa
TTK 1 : Saya akan menjelaskan sedikit mengenai obatnya ya pak, yang pertama
ini ada Frisium tablet diminum satu kali sehari satu tablet setelah makan pada

26
malam hari sebelum tidur, obat ini dapat meyebabkan kantuk ya pak sehingga
saya anjurkan setelah menggunakan obat ini bapak jangan berkendara terlebih
dahulu dan obat ini untuk penenang dan yang ini ada Aloxtra tablet diminum
satu kali sehari satu tablet setelah makan saat menjelang tidur, obat ini untuk
mengurangi turunnya fungsi daya ingat otak. Jika bapak lupa disini semuanya
sudah tertulis ya pak.
Pasien : oh iya terima kasih nak
TTK 1 : Iya sama-sama pak, ini semuanya Rp. 523.000,-
Pasien : Ini nak uangnya
TTK 1 : Iya terima kasih pak, disini juga ada Copy resepnya pak, semoga lekas
sembuh ya
Pasien : Iya sama-sama

27
SKENARIO SWAMEDIKASI
Suatu sore cerah di Apotek Farmasi Farma semua TTK melakukakan
kegiatannya masing-masing lalu datanglah seorang ibu tua berusia 65 ingin
melakukan swamedikasi
TTK 2 : Selamat sore bu, ada yang bisa saya bantu
Pasien : Iya nak, saya mau cari obat
TTK 2 : Mau cari apa bu?
Pasien : Saya tuh ya sudah beberapa hari belakangan ini suka perih di ulu hati
trus juga rasanya saya kayak mau muntah gitu nak
TTK 2 : Apa ibu belakangan ini pola makannya ngak teratur?
Pasien : Iya nak, nenek agak susah makan karna gigi ibu sudah banyak yang
bolong
TTK 2 : Apa nenek suka makan makanan yang pedas dan asam?
Pasien : Kalau pedas sih ngak terlalu nak, tapi kalau asam sih iya, ibu suka
banget makanan asam
TTK 2 : Ya kalau begitu ibu terkena sakit Maag karna pola makannya yang tidak
teratur dan makan makanan yang asam tadi
Pasien : Wah Maag ya nak yaampun, ada obatnyakan nak?
TTK 2 : Iya buk ada, sebentar saya amvikan dulu obatnya. Ini obatnya buk saya
berikan Antasida tablet, ibu minum obat ini tiga kali sehari 30 menit sebelum
makan ya bu. Selain minum obat ibu juga harus makan dengan teratur dan
kurangi makan makanan yang asam karna dapat memicu naiknya asam
lambung.perbanyak juga makan buah-buahan dan sayuran ya bu.
Pasien : Oh iya nak, ini semua jadinya berapa nak?
TTK 2 : Ini harganya Rp._______ bu
Pasien : ini uangnya nak
TTK 2 : Iya terima kasih ya bu, semoga lekas sembuh.

28
DAFTAR PUSTAKA

Tjay, T. H., dan Rahardja, K., 2002, Obat-Obat Penting, Khasiat, Penggunaan
dan Efek Sampingnya, Edisi V, Cetakan Kedua, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim , 2000, Informasi Obat Nasional Indonesia, Departemen Kesehatan


Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pangawasan Obat dan Makanan,
Jakarta.

29

Anda mungkin juga menyukai