DISUSUN OLEH :
PENDAMPING :
1
HALAMAN PENGESAHAN
Mini Project
Penyusun :
Pendamping,
2
DAFTAR ISI
Halaman Sampul……………………………………………………….......…….1
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………2
DAFTAR ISI ……………...………………………………………………...........3
BAB I
PENDAHULUAN...................................................................................................5
1.1 Latar Belakang……………………….…………………...…………………5
1.2 Rumusan Masalah…………………………………….……………………..6
1.3 Tujuan……………………………………….…...….………………………6
1.3.1 Tujuan Umum…………………………………………………………6
1.4 Manfaat…………………………………………………...…………….…...6
1.4.1 Manfaat Teoritis…………………………………………………….....6
1.4.2 Manfaat Praktis………………………………………………………..6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................8
2.1 Definisi Dispepsia…...…...…………...
………………………………………………8
2.2 Etiologi Dispepsia….………………………………………………………..8
2.3 Klasifikasi Dispepsia.…….……………………………………………….....9
2.4 Patofisiologi Dispepsia...…………………………………………………...10
2.5 Tanda dan Gejala Dispepsia..………………………………………………15
2.6 Kriteria dan Diagnostik Dispepsia..………………………………………..15
2.7 Penatalaksanaan Dispepsia……...…………………………………………18
BAB III
METODE PENELITIAN....................................................................................22
3.1 Perancangan Penelitian…………………………………………………….22
3.2 Populasi dan Sampel……………………………………………………….22
3.3 Instrumen Penelitian………………………………………………………..22
3.4 Variabel Penelitian…………………………………………………………22
3
3.5 Teknik Pengumpulan Data…………………………………………………22
3.6 Cara Analisis Data………………………………………………………….22
3.7 Waktu dan Tempat Penelitian……………………………………………...23
BAB IV
PROFIL UMUM PUSKESMAS SUKAMAJU……………………………….24
4.1 Profil Komunitas Umum………………………………………………….. 24
4.2 Data Geografis……………………………………………………………..24
4.3 Data Demografis…………………………………………………………...25
4.4 Sumber Daya Kesehatan…………………………………………………...25
4.5 Sarana Pelayanan Kesehatan………………………………………………27
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………………………30
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………………33
6.1 Kesimpulan………………………………………………………………..33
6.2 Saran………………………………………………………………………33
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..34
4
BAB I
PENDAHULUAN
Dispepsia adalah kumpulan gejala penyakit saluran cerna bagian atas yang
mengenai lebih dari 29% individu dalam suatu komunitas dan gejalanya
bervariasi pada setiap individu.
Kumpulan gejala ini dikenal dengan istilah sindroma dispepsia yang terdiri
atas keluhan rasa tidak nyaman di perut bagian atas, mual, muntah, kembung,
cepat merasa kenyang, rasa perut penuh, dan sendawa.
Data dari pustaka Negara Barat prevalensi dispepsia sekitar 7-41%, tetapi
hanya 10-20% yang mencari pertolongan medis.
Populasi Amerika Serikat yang terkena dispepsia adalah 25% dari total
penduduknya per tahun dan hanya 5% dari jumlah penderita tersebut yang
mengunjungi dokter layanan primer.
Berdasarkan profil data kesehatan Indonesia tahun 2006 yang diterbitkan
Depkes RI pada tahun 2007, dispepsia menempati urutan ke-10 dengan
proporsi 1,52% (34.029 kasus) dari 10 kategori jenis penyakit terbanyak
dirawat inap di seluruh rumah sakit yang ada Indonesia (Kementerian
Kesehatan, 2007) dan pada tahun 2010 kasus dispepsia mengalami
peningkatan yaitu menduduki peringkat ke-5 dari 10 besar penyakit rawat
inap di rumah sakit dengan jumlah kasus laki-laki 9.594 (38,82%) dan
perempuan 15.122 (61,18%), sedangkan untuk penyakit rawat jalan dispepsia
menduduki peringkat ke-6 dengan jumlah kasus laki-laki 34.981 dan
perempuan 53.618 serta didapatkan 88.599 kasus baru dan 163.428
kunjungan.
Dispepsia merupakan kelainan yang tidak mengancam jiwa, namun gejala
5
membutuhkan kunjungan medis berulang, yang akan meningkatkan biaya
Tujuan Umum
1.4 Manfaat
Manfaat teoritis
Manfaat Praktis
2. Bagi Puskesmas
6
3. Bagi Penulis
selanjutnya.
4. Bagi masyarakat
Utara.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dispepsia adalah perasaan tidak nyaman atau nyeri pada abdomen bagian
atas atau dada bagian bawah. Salah cerna (indigestion) mungkin digunakan oleh
merupakan kumpulan gejala berupa keluhan nyeri, perasaan tidak enak perut
bagian atas yang menetap atau episodik disertai dengan keluhan seperti rasa penuh
heartburn, regurgitasi.
Beberapa perubahan dapat terjadi pada saluran cerna atas akibat proses
penuaan, terutama pada ketahanan mukosa lambung. Kadar asam lambung lansia
Sebagai suatu gejala atau sindrom, dispepsia dapat disebabkan oleh berbagai
penyakit:
c. Penyakit hepatobilier
8
d. Kolesisitis kronik, pankreatitis kronik, hepatitis, hepatoma, steatohepatitis,
keganasan
e. Penyakit sistemik
gagal ginjal
dibagi atas dispepsia organik dan dispepsia fungsional. Dispepsia organik adalah
apabila penyebab dispepsia sudah jelas, misalnya ada ulkus peptikum, karsinoma
adalah apabila penyebab dispepsia tidak diketahui atau tidak didapati kelainan
9
Dispepsia terbagi atas dua subklasifikasi, yakni dispepsia organik dan
dan perasaan cepat kenyang, sedangkan epigastric pain syndrome merupakan rasa
nyeri yang lebih konstan dirasakan dan tidak begitu terkait dengan makan seperti
peptikum masih belum seluruhnya dapat diterangkan secara pasti. Hal ini
heterogen, namun sudah terdapat banyak bukti dari hasil penelitian para ahli yang
tekanan agresif (HCL dan pepsin) yang menyebabkan ulserasi dan tekanan
10
Patofisiologi dispepsia fungsional dapat diterangkan melalui beberapa teori
dibawah ini:
1. Infeksi H. Pylori
saat ini masih terus diselidiki dan menjadi perdebatan dikalangan para
lambung jika lambung dalam keadaan kosong pada jangka waktu yang
2. Ketidaknormalan Motilitas
11
duodenum. Pengosongan makanan bertahap dari corpus lambung
4. Faktor Psikososial
Faktor psikis dan stresor seperti depresi, cemas, dan stres ternyata
manifestasi klinik dispepsia yang lebih berat. Jadi semakin tinggi nilai
12
Gangguan sekresi pada lambung dapat terjadi karena gangguan jalur
Pada keadaan ini terjadi peningkatan kortisol dari korteks adrenal akibat
Pada keadaan ini konflik emosi yang timbul diteruskan melalui korteks
sistem saraf otonom vegetatif. Sistem saraf otonom terdiri dari dua
13
sehingga menimbulkan gangguan akomodasi lambung dan rasa cepat
efek inhibisi pada organ lainnya salah satunya adalah organ lambung.
bila terjadi stres yang berulang atau kronis, maka akan terjadi disregulasi
kegagalan dari mekanisme umpan balik negative. Faktor psikis dan stres
14
limfosit B dan Limfosit T, dan terjadi ketidakcocokan neuropeptida dan
adanya nyeri dan atau rasa tidak nyaman pada perut bagian atas. Apabila
15
fungsional. Penting diingat bahwa dispepsia fungsional merupakan diagnosis
tidak ada kelainan yang bersifat organik pada pemeriksaan endoskopi. Roma
c) Nyeri epigastrium
bagian atas)
sebelum diagnosis.
terpenuhi:
seminggu.
16
2. Perasaan cepat kenyang yang membuat tidak mampu
kali seminggu.
sebelum diagnosis.
Kriteria penunjang:
terpenuhi:
17
Kriteria terpenuhi bila gejala-gejala di atas terjadi sedikitnya dalam
sebelum diagnosis.
Kriteria penunjang:
College of Gastroenterology, pasien usai <55 tahun dan tanpa tanda bahaya
pylori >10%, atau terapi empiris dengan PPI bila prevalensi infeksi H. pylori
<10%. Sebuah penelitian di sebuah rumah sakit swasta di Jakarta dengan jumlah
karena kaitan yang sangat erat antara infeksi bakteri ini dengan ulkus
akan diminta untuk menelan urea yang telah ditandai dengan karbon aktif.
18
Setelah 10-30 menit, karbon dioksida pada napas ekspirasi akan terdeteksi
bila infeksi positif. Pasien harus berhenti terapi penghambat asam lambung
Bila lini pertama gagal, terapi diulangi menggunakan terapi lini kedua, yang bila
masih gagal lagi dilanjutkan dengan terapi lini ketiga. Namun seringkali meskipun
Bila prevalensi infeksi H. pylori rendah, pasien tanpa tanda bahaya dan
hasil tes H. pylori negatif dapat langsung diberikan terapi empiris untuk
menekan asam lambung. Terapi PPI dosis standar sekali sehari selama 4-8
minggu, namun bila perbaikan belum terjadi dalam 2-4 minggu, dosis
dapat ditambah atau diganti dengan obat golongan lain, seperti prokinetik
atau antidepresan.
porsi lebih kecil, hindari makanan tinggi lemak, pedas atau asam yang
19
gambaran dominan sindrom distress post-prandial. Sementara pasien
bermanfaat.
Regimen Durasi
Lini pertama
PPI rabeprazole 20 mg tiap 12 jam + amoksisilin 1 g tiap 7 hari
20
12 jam + klaritromisin 500 mg tiap 12 jam, atau
PPI lanzoprazol 30 mg/omeprazole 20 mg/pantoprazole 10 hari
40mg/esomeprazol 40 mg tiap 12 jam + amoksisilin 1 g
tiap 12 jam + klaritromisin 500 mg tiap 12 jam
Lini kedua
PPI (seperti di atas) + Bismuth subsalisilat 525 mg tiap 6 14 hari
jam + metronidazole 250 mg tiap 6 jam + tetrasiklin 500
mg tiap 6 jam
Lini ketiga
PPI (seperti di atas) + Levofloksasin 500 mg tiap 12 jam 10 hari
+ amoksisilin 1 g tiap 12 jam
Tabel 1. Pilihan Regimen Terapi Eradikasi Infeksi H. pylori
*Bila alergi amoksisilin, dapat diganti dengan metronidazole 400 mg tiap 12 jam
21
BAB III
METODE PENELITIAN
Populasi pada penelitian ini ialah pasien yang datang berobat pada poli
total sampling. Dengan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah
dispepsia.
22
3.7 Waktu dan Tempat Penelitian
23
BAB IV
beralamat di Jalan Pramuka No.19 Sukamaju, Kec Sukamaju, Kab Luwu Utara
dengan Kode Puskesmas; P732204101 yang terdiri atas UGD 24 jam, instalasi
rawat inap umum dan bersalin, instalasi rawat jalan (poli umum, poli gigi, KIA,
tidak jauh dengan budaya dan kebiasaan masyarakat Indonesia pada umumnya,
yakni giat gotong royong dan perilaku kekeluargaan masih sangat menonjol dalam
kehidupan masyarakatnya.
Sukamaju yang beribu kota Sukamaju terletak antara 01 53, 19-02 55 36
dengan :
24
Luas wilayah kecamatan Sukamaju tercatat 208,2 km dan secara
iklim tropis, dengan curah hujan rata-rata 188,75 mm dan hari hujan rata-rata
Dari 14 desa yang terluas adalah Desa Tamboke dengan luas wilayah
63,11 km2, sedangkan yang terkecil adalah desa Wonosari dengan luas wilayah
0,89 km2.
25.636 jiwa yang terdiri dari laki-laki 12.873 jiwa perempuan 12.763 jiwa dan
tersebar di 14 desa, dengan jumlah penduduk terbesar yakni 3.558 jiwa mendiami
desa Sukamaju, dan jumlah penduduk terkecil yakni 847 jiwa mendiami desa
Sukadamai
139 orang, tersebar di beberapa desa yaitu Pustu, Polindes dan Poskesdes.
N
JENIS TENAGA JUMLAH PENDIDIKAN KETERANGAN
o
PUSKESMAS INDUK
25
4 Perawat 2 SPK + D3 Keperawatan Fungsional
Jumlah 28 Orang
D3 = 10
1 Bidan 14 Fungsional
D IV = 4
2 Bidan PTT
Jumlah 14 Orang
Promotor
6 1 S1 Kontrak
Kesehatan
26
Jumlah 12 Orang
TENAGA SUKARELA
1 Perawat 11 D3 Sukarela
3 Bidan 33 D3 Sukarela
4 farmasi 2 S1 Sukarela
5 Kesmas 1 S1 Sukarela
6 Gizi 1 D3 Sukarela
7 Elektro 1 D3 Sukarela
8 Ekonomi 1 S1 Sukarela
55
Jumlah Orang
1. Loket Pendaftaran
27
Tempat pemeriksaan rawat jalan.
4. Laboratorium
5. Pelayanan Imunisasi
8. Perawatan Umum
Terdapat kamar inap. Setiap pasien di follow up secara rutin setiap hari
9. Perawatan persalinan
28
Jika seorang ibu hamil melahirkan di puskesmas, disediakan perawatan
puskesmas dan akan ditolong persalinannya oleh bidan dan dokter yang
berjaga.
melayani kasus emergency yang trauma dan non trauma, maupun non
emergency.
29
BAB V
dispepsia di Puskesmas Sukamaju. Penelitian ini ditinjau dari jumlah pasien yang
datang rawat jalan serta total pasien dispepsia yang menggunakan BPJS mandiri
dan Umum. Data yang dikumpulkan adalah data sekunder berdasarkan data rekam
Berikut merupakan hasil penelitian mini project yang berjudul kejadian dispepsia
pada pasien rawat jalan dipuskesmas Sukamaju kabupaten luwu utara. Sampel
Dari gambaran diatas, kejadian dispepsia tidak jauh berbeda di tiga bulan
nyeri ulu hati, kembung setelah makan, dan mual sehingga tidak memerlukan
pengobatan sendiri. Selain itu, Dispepsia juga salah satu penyakit yang harus
30
ditangani oleh faskes primer. Kejadian Dispepsia yang banyak terjadi
belum menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dan faktor psikis
memiliki kepesertaan JKN mandiri sebanyak 16%, umum sebanyak 22,7%, PBI
pusat sebanyak 50%, dan PBI daerah sebanyak 11,3%. Hal ini dikaitkan dengan
pengaruhnya terhadap status kesehatan baik dari segi asupan gizi maupun kualitas
sanitasi lingkungan dalam rumah. Penelitian yang dilakukan dr. Sastra Mahendra
lingkungan, social ekonomi dan perilaku, dengan cara adanya kemauan serta
31
Kerjasama antara masyarakat dan pemerintah. Penelitian Taksande & Yeole
BAB VI
6.1 Kesimpulan
32
1. terdapat 105 pasien dyspepsia pada bulan April-Juni 2021 di Puskesmas
Sukamaju.
secara signifikan.
sebesar 50%.
6.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
33
1. Abdullah, M. dan Gunawan, J. 2012. Dispepsia. Jakarta: Bagian Ilmu
Gastroenterologi, 39(9).
lib.ui.ac.id/opac/themes/green/detail.jsp?id=97051 Ammerman, R. T.
Jersey: John Wiley & Sons, Inc. Andre, Y., Machmud, R., Widya, A. M.
Dispepsia Fungsional.
fromhttps://ml.scribd.com/doc/210276959/JURNAL-SKRIPSI. Appendix
5. Branka, F.F., Randjelovic, T., Ille, T., Markovic, O., Milovanovic, B.,
3 (3): 145-164.
34
7. Cahyanto, M. E., Ratnasari, N., Siswanto, A. 2014. Symptoms of
8. Cano, E., Quiceno, J., Vinaccia, S., Milena, A.G., Toban, S., Sandin, B.
http://www.scielo.org.co/scielo.php?
pid=S165792672006000300007&script=sci_ arttext&tlng=pt
10. Chang, L. 2006. From Rome to Los Angeles: The Rome III Criteria for the
11. Cheng, C., Hui, W.M., Kum, S.L. 2005. Psychosocial Factors and
104:2534-2542.
http://www.nature.com/ajg/journal/v104/n10/abs/ajg2009328a.html
th edition.
35
15. United State: Pearson Prentice Hall. 69 Crawford, J., Henry, J. 2003. The
131.
16. Dahlan, M. 2009. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam
Medika.
59(4):278-285.
Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S., editors. Buku Ajar
19. Donnellan, M. B., Oswald, F. L., Baird, B. M., Lucas, R. E. 2006. The
36
21. Faresjo, A., Welen, K., Tomas F. 2007. Functional dyspepsia affects
woman more than men in daily life: A case-control study in primary care.
37