Anda di halaman 1dari 17

Panduan Praktik Klinis

Karsinoma Laring

RSUP. dr. Mohammad Hoesin Palembang


2022
2

Versi Dokumen

Draft PPK versi ke-

Last updated pada tanggal:

Kode ICD-10 C32.90

Panduan Praktik Klinis – RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang 2


3

Lembar Pengesahan

Panduan Praktik Klinis Karsinoma Laring

telah membaca dan menyetujui,

Kepala KSM Ketua Divisi

(dr. Yoan Levia Magdi, Sp.T.H.T.B.K.L., (dr. Denny Satria Utama, Sp.T.H.T.B.K.L.,
Subsp.Rino.(K), FICS) Subsp.Onk.(K), M.Si.Med, FICS)
NIP.197603052010122001 Nip. 197811242010121001

telah disahkan di Palembang, pada November 2022

oleh:

dr. Siti Khalimah, Sp.KJ, MARS


Direktur Utama

Panduan Praktik Klinis – RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang 3


4

Tim Penyusun

Pengarah
Direktur Utama dr. Siti Khalimah, Sp.KJ, MARS
Plt. Direktur Pelayanan Medik, dr. Marta Hendry, Sp.U(K), MARS
Keperawatan & Penunjang
Tim Penyusun dan Telaah
Ketua Divisi dr. Denny Satria Utama, SpT.H.T.B.K.L., Subsp.Onk.
(K), Msi.Med, FICS

Staf Divisi dr. Eriza, Sp.T.H.T.B.K.L., Subsp.Onk.(K), FICS

Tim Supporting - Onkologi medik


- Onkologi Radiasi
- Gizi
- Neurologi
- Gigi dan Mulut
- Mata
- Patologi Anatomi

Panduan Praktik Klinis – RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang 4


5

Daftar Isi

Lembar Pengesahan..................................................................................................................iii
Tim Penyusun...........................................................................................................................iv
Daftar Isi.....................................................................................................................................v
Daftar Singkatan.......................................................................................................................vi
Pendahuluan...............................................................................................................................7
Metode Penyusunan...................................................................................................................8
Isi................................................................................................................................................9
1. Definisi...........................................................................................................................9
2. Anamnesis......................................................................................................................3
3. Pemeriksaan fisik...........................................................................................................9
4. Pemeriksaan penunjang................................................................................................10
5. Kriteria diagnosis.........................................................................................................10
6. Diagnosis banding........................................................................................................12
7. Terapi...........................................................................................................................13
8. Edukasi.........................................................................................................................14
9. Lama Rawat..................................................................................................................15
10. Prognosis......................................................................................................................15
Kepustakaan.............................................................................................................................16

Panduan Praktik Klinis – RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang 5


6

Daftar Singkatan

PPK Panduan Praktik Klinis


PNPK Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
PERHATI-KL Perhimpunan Dokter Spesialis Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala
Leher Indonesia
RSMH Rumah Sakit Mohammad Hoesin
ICD 10 International Statistical Classification of Diseases and Related Health
Problem Tenth Revision
KGB Kelenjar Getah Bening
CT SCAN Computed Tomography Scan
USG Ultrasound
PT Prothrombin Time
APTT Activated Partial Thromboplastin Time
SGOT Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase
SGPT Serum Glutamic Pyruvic Transaminase
IPD Ilmu Penyakit Dalam
UICC Union for International Cancer Control
5 FU 5-Fluorouracil

Panduan Praktik Klinis – RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang 6


7

Pendahuluan
Laring memainkan peranan sentral dalam mengkoordinasikan fungsi saluran
pencernaan-pernafasan atas termasuk respirasi, berbicara dan menelan. Laring dibagi
menjadi supraglotis, glotis, dan subglotis. Laring adalah tempat tersering kedua untuk
kasus karsinoma sel skuamosa pada daerah kepala dan leher. Tumor ganas laring hingga
saat ini masih menjadi masalah di bidang Ilmu Telinga Hidung Tenggorok- Bedah Kepala
dan Leher. Tumor ganas laring merupakan 1-2% dari seluruh kejadian tumor ganas di
seluruh dunia. Kejadian tumor ganas laring berhubungan dengan kebiasaan merokok dan
konsumsi alkohol. Pada individu yang mengkonsumsi keduanya, faktor resikonya menjadi
sinergi dan kemungkinan terjadi kanker lebih tinggi.
Karsinoma sel skuamosa merupakan jenis tumor ganas laring primer yang paling
sering ditemukan, yaitu lebih dari 95% kasus. Sisanya tumor yang berasal dari kelenjar
ludah minor, neuroepithelial, tumor jaringan lunak dan jarang timbul dari tulang
kartilaginosa laring. Karsinoma sel skuamosa laring merupakan hasil dari interaksi banyak
faktor etiologi seperti konsumsi tembakau dan atau alkohol yang lama, bahan karsinogen
lingkungan, status sosial ekonomi, pekerjaan yang berbahaya, faktor makanan dan
kerentanan genetik. Terdapat beberapa modalitas terapi untuk menatalaksana kasus tumor
ganas laring tergantung stadiumnya yaitu laringektomi parsial/total, kemo-radiasi atau
terapi kombinasi.
Pasien karsinoma laring biasanya datang dalam stadium lanjut sehingga hasil
pengobatan yang diberikan kurang memuaskan, oleh karena itu perlu diagnosis dini untuk
penanggulangannya. Secara umum penatalaksanaan karsinoma laring meliputi
pembedahan, radiasi, sitostatika ataupun terapi kombinasi, tergantung stadium penyakit
dan keadaan umum penderita. Tujuan utama penatalaksanaan karsinoma laring adalah
mengeluarkan bagian laring yang terkena tumor dengan memperhatikan fungsi respirasi,
fonasi serta fungsi sfingter laring.

Panduan Praktik Klinis – RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang 7


8

Metode Penyusunan

PPK ini disusun berdasarkan acuan pada Panduan Praktek Klinis, Panduan Praktek Klinis
Tindakan dan Clinical Pathway PERHATI-KL volume 1 dan 2 tahun 2015

Penyusunan PPK ini dilakukan dengan mempertimbangkan sumber daya yang tersedia di
RSMH meliputi:
1. Alat medis (diagnostik dan terapeutik) dan kompetensi yang tersedia di RSMH
2. Ketersediaan dan restriksi obat di Formularium RSMH dan Formularium Nasional
3. Pagu pembiayaan BPJS untuk RSMH

PPK ini akan ditinjau kembali dan diperbaharui (jika diperlukan) sekurang-kurangnya 2
(dua) tahun sejak disahkan, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran.

Panduan Praktik Klinis – RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang 8


9

Isi

1. Definisi
Kanker laring adalah keganasan yang terjadi pada sel skuamosa laring. Kanker
laring merupakan keganasan yang sering terjadi pada saluran nafas dan masih merupakan
masalah karena penanggulannnya mencakup berbagai aspek. Klasifikasinya antara lain:
- Glotis (plika vokalis, komisura anterior dan posterior)
- Supraglotis (epiglotis, aritenoid, plika ariepiglotika, dan plika ventrikularis)
- Subglotis.

2. Anamnesis
Gejala tergantung pada ukuran dan lokasi tumor. Pada stadium lanjut gejala-gejala tersebut
dapat ditemukan secara bersamaan
a. Karsinoma supraglotis (ICD 10: C32.1)
- Rasa mengganjal
- Hot potatoes voices/muffle (ICD 10: R49.9)
- Disfagia (ICD 10: R13.19)
- Dipsneu (ICD10: J96.22)
- Otalgi (ICD10: H94.82)
- Metastasis KGB leher (ICD10: C76.0)
b. Karsinoma glotis (ICD10: C32.0)
- Suara serak (ICD 10: R49.8)
c. Karsinoma subglotis (ICD10: C32.2)
- Obstruksi saluran nafas atas (ICD10: J98.8)
d. Karsinoma Transglotis (ICD10: C32.8)
- Semua gejala-gejala diatas

3. Pemeriksaan fisik
Dari pemeriksaan fisik sering didapatkan tidak adanya tanda yang khas dari luar,
terutama pada stadium dini / permulaan, tetapi bila kanker sudah menjalar ke kelenjar
limfe leher, terlihat perubahan kontur leher, dan hilangnya krepitasi tulang rawan – tulang
rawan laring. Pemeriksaan untuk melihat kedalam laring dapat dilakukan dengan cara tak
langsung maupun langsung dengan menggunakan laringoskop unutk menilai lokasi
kanker, penyebaran kanker yang terlihat ( field of cancerisation ), dan kemudian
melakukan biopsi.
KGB leher dapat dikelompokkan dengan 2 cara: Lokasi anatomi dan “Surgical
level” untuk mempermudah, mengenal pola metastase dan melakukan diseksi leher. Pada

Panduan Praktik Klinis – RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang 9


10

awal diseksi leher radikal dikenal hanya 5 surgical level, dan sejak tahun 2001 didapati 6
surgical level KGB leher. KGB leher level I berada pada region sub mentalis dan sub
mandibula. Level II, III & IV berada sepanjang vena yugularis interna, level V berada
pada segitiga leher belakang dan level VI berada pada daerah tiroid disebut juga “anterior
compartment”. 3,Dilakukan peemriksaan pada benjolan di leher yaitu pemeriksaan KGB
leher

4. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan radiologi (imaging):
a. Rontgen soft tissue leher AP dan lateral (ICD 9: 87.0)
b. CT-Scan laring dengan kontras (ICD 9: 87.44)
c. USG abdomen (ICD 9: 88.76)
2) Biopsi (ICD 9: 31.43):
- Direk laringoskopi (ICD 9: 31.42) dalam narkose umum atau
- Fleksibel laringoskopi (ICD 9: 31.42) dalam narkose lokal
3) Histopatologi (ICD 9: 91.79)
4) Apabila diperlukan terapi pembedahan, maka pemeriksaan penunjang persiapan
operasi:
a. Darah lengkap (ICD 9: 90.59), PT/APTT, SGOT, SGPT, ureum dan kreatinin,
dula darah sewaktu (ICD 9: 90.59)
b. Rontgen thoraks PA/AP (ICD 9: 87.41)
c. Elektrokardiografi (ICD 9: 89.52)
d. Konsul anestesi (ICD 9: 89.01)
e. Konsul IPD/Paru/Jantung bila diperlukan (ICD 9: 89.03)
f. Konsul rehabilitasi medik untuk terapi bicara (ICD 9: 89.06)
g. Konsul gizi (ICD 9: 89.06)
h. Bila akan dilakukan radioterapi, konsul gigi dan mulut (ICD (: 89.02)

5. Kriteria diagnosis
Klasifikasi dan stadium tumor berdasarkan UICC :
1. Tumor primer (T)
Supra glottis :
T is : tumor insitu
T 0 : tidak jelas adanya tumor primer l
T 1 : tumor terbatas di supra glotis dengan pergerakan normal
T 1a : tumor terbatas pada permukaan laring epiglotis, plika ariepiglotika, ventrikel
atau pita suara palsu satu sisi.
T 1b : tumor telah mengenai epiglotis dan meluas ke rongga ventrikel atau pita
suara palsu T 2 : tumor telah meluas ke glotis tanpa fiksasi
T 3 : tumor terbatas pada laring dengan fiksasi dan / atau adanya infiltrasi ke
dalam.
T 4 : tumor dengan penyebaran langsung sampai ke luar laring.

Panduan Praktik Klinis – RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang 10


11

Glotis :
T is : tumor insitu
T 0 : tak jelas adanya tumor primer
T 1 : tumor terbatas pada pita suara (termasuk komisura anterior dan posterior)
dengan pergerakan normal
T 1a : tumor terbatas pada satu pita suara asli
T 1b : tumor mengenai kedua pita suara
T 2 : tumor terbatas di laring dengan perluasan daerah supra glotis maupun
subglotis dengan pergerakan pita suara normal atau terganggu.
T 3 : tumor terbatas pada laring dengan fiksasi dari satu atau ke dua pita suara
T 4 : tumor dengan perluasan ke luar laring

Sub glotis :
T is : tumor insitu
T 0 : tak jelas adanya tumor primer
T 1 : tumor terbatas pada subglotis
T 1a : tumor terbatas pada satu sisi
T 1b : tumor telah mengenai kedua sisi
T 2 : tumor terbatas di laring dengan perluasan pada satu atau kedua pita suara asli
dengan pergerakan normal atau terganggu
T 3 : tumor terbatas pada laring dengan fiksasi satu atau kedua pita suara
T 4 : tumor dengan kerusakan tulang rawan dan/atau meluas keluar laring.

2. Pembesaran kelenjar getah bening leher (N)


N x : kelenjar tidak dapat dinilai
N 0 : secara klinis tidak ada kelenjar.
N 1 : klinis terdapat kelenjar homolateral dengan diameter ≤ 3 cm
N 2 : klinis terdapat kelenjar homolateral dengan diameter >3 – <6 cm atau klinis
terdapat kelenjar homolateral multipel dengan diameter ≤ 6 cm
N 2a : klinis terdapat satu kelenjar homolateral dengan diameter > 3 cm - ≤ 6 cm.
N 2b : klinis terdapat kelenjar homolateral multipel dengan diameter ≤ 6 cm
N 3 : kelenjar homolateral yang masif, kelenjar bilateral atau kontra lateral
N 3 a : klinis terdapat kelenjar homolateral dengan diameter > 6 cm
N 3 b : klinis terdapat kelenjar bilateral
N 3 c : klinis hanya terdapat kelenjar kontra lateral

3. Metastase jauh (M)


M 0 : tidak ada metastase jauh
M 1 : terdapat metastase jauh

4. Stadium
Stadium I : T1 N0 M0
Stadium II : T2 N0 M0

Panduan Praktik Klinis – RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang 11


12

Stadium III : T3 N0 M0
T1, T2, T3, N1, M0
Stadium IV : T4, N0, M0
Setiap T, N2, M0, setiap T, setiap N , M1

6. Diagnosis banding
a. Tumor jinak laring
1) Papiloma (J38.3)
2) Kista (J38.3)
3) Polip (J38.1)
4) Nodul plika vocalis (J38.3)
b. Penyakit granuloma (J38.7)
Tuberkulosis laring (J39.8)

7. Terapi

 Jika terdapat sumbatan jalan nafas atas dilakukan trakeostomi


 Radioterapi
Radioterapi merupakan modalitas untuk mengobati tumor glotis dan supraglotis
T1 dan T2 dengan hasil yang baik (angka kesembuhannya 90%). Keuntungan
dengan cara ini adalah laring tidak cedera sehingga suara masih dapat
dipertahankan. Dosis yang dianjurkan adalah 200 rad perhari sampai dosis total
6000 – 7000 rad.
 Pembedahan
1. Laringektomi
 Laringektomi parsial
Laringektomi parsial diindikasikan untuk kanker laring stadium I yang
tidak memungkinkan dilakukan radiasi, dan tumor stadium II.
 Hemilaringektomi atau vertikal.
Bila ada kemungkinan kanker termasuk pita suara satu benar dan satu
salah. Bagian ini diangkat sepanjang kartilago aritenoid dan setengah
kartilago tiroid. Trakeostomi sementara dilakukan dan suara pasien akan
parau setelah pembedahan. 

Panduan Praktik Klinis – RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang 12


13

 Laringektomi supraglotis atau horisontal.


Bila tumor berada pada epiglotis atau pita suara yang salah, dilakukan
diseksi leher radikal dan trakeotomi. Suara pasien masih utuh atau tetap
normal. Karena epiglotis diangkat maka resiko aspirasi akibat makanan
peroral meningkat. 
Adalah tindakan pengangkatan seluruh struktur laring mulai dari batas atas
(epiglotis dan os hioid) sampai batas bawah cincin trakea. Mengakibatkan
kehilangan suara dan sebuah lubang ( stoma ) trakeostomi yang permanen.
2. Diseksi Leher Radikal
Tidak dilakukan pada tumor glotis stadium dini (T1 – T2) karena
kemungkinan metastase ke kelenjar limfe leher sangat rendah. Sedangkan
tumor supraglotis, subglotis dan tumor glotis stadium lanjut sering kali
mengadakan metastase ke kelenjar limfe leher sehingga perlu dilakukan
tindakan diseksi leher. Pembedahan ini tidak disarankan bila telah terdapat
metastase jauh.
 Kemoterapi
Diberikan pada kanker stadium lanjut, sebagai terapi adjuvant ataupun paliatif.
Obat yang diberikan adalah cisplatinum 80–120 mg/m2 dan 5 FU 800–1000
mg/m2
 Rehabilitasi Suara
Rehabilitasi setelah operasi sangat penting karena telah diketahui bahwa kanker
laring yang diterapi dengan seksama memiliki prognosis yang baik. rehabilitasi
mencakup “Vocal Rehabilitation, Vocational Rehabilitation dan Social
Rehabilitation” . (Level of Evidence IV, Derajat rekomendasi C)

a. Pembedahan
Stadium I :
Radiasi (ICD 9: 92.29), bila gagal dilanjutkan dengan
Hemilaryngectomy (ICD 9: 30.1)
Partial laringektomi (ICD 9: 30.2)
- epiglottidectomy (ICD 9: 30.21)
- vocal cordectomy (ICD 9: 30.22)
- other partial laryngectomy (ICD 9: 30.29)
total laringektomi (ICD 9: 30.3)
radical laryngectomy (ICD 9: 30.4)

Panduan Praktik Klinis – RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang 13


14

Stadium II :
Parsial laringektomi/total laringektomi
Stadium III :
Dengan/tanpa N1: total laringektomi dengan/tanpa diseksi leher (ICD 9: 40.40),
diikuti radiasi
Radical neck dissection, not otherwise specified (ICD 9: 40.40)
Radical neck dissection, unilateral (ICD 9: 40.41)
Radical neck dissection, bilateral (ICD 9: 40.42)
Stadium IV :
Tanpa pembesaran kelenjar atau metastasis: total laringektomi dan diseksi leher
diikuti radiasi
Stadium IV (lainnya):
Radioterapi dan kemoterapi (ICD 9: 99.25)
1) Pemasangan nasogastric tube (ICD 9: 97.01)
2) Membuat stoma permanen (ICD 9: 31.2)

2. Bila diperlukan dapat ditambahkan pemberian targetted therapy (ICD 9: 99.28)


3. Terapi antibiotika profilaksis (ICD 9: 99.21), 30 menit sebelum pembedahan
laringektomi yang sesuai dengan rekomendasi Tim Pedoman Pengendalian Resistensi
Antimkroba (PPRA) di RS setempat
4. Terapi pasca operasi:
1) Seftriakson 1x2 gram intra vena selama 5 hari, dilanjutkan dengan antibiotika oral
selama 7 hari
2) Paracetamol 3x500-1.000 mg intra vena atau tramadol 2x50-100 mg intravena atau
ketorolac 3x10-30 mg intravena
3) Jika diperlukan ranitidin 2x150 mg intravena
4) Jika diperlukan asam trakxenamat 3x500 mg intra vena
5) Drain diangkat setelah 2 hari, apabila masih aktif adanya cairan (>25cc/hari) maka
ditunda sampai + 5 hari (ICD 9: 97.59)
6) Jahitan diangkat mulai hari kelima secara bertahap sampai hari ketujuh (ICD 9:
97.38)
7) Terapi bicara dimulai setelah pasien dapat menelan (93.73)

8. Edukasi

. a. Edukasi/informasi medis :
Edukasi tentang diagnosis
Edukasi tentang risiko/komplikasi
Edukasi tentang prognosis
Edukasi tentang terapi
Edukasi tentang faktor risiko

Panduan Praktik Klinis – RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang 14


15

Edukasi tentang rehabilitasi


edukasi pemenuhan gizi

b. Edukasi & Konseling Gizi:


Pemberian edukasi terkait jadwal makan & alergi makanan
Konseling gizi saat akan pulang tentang diet kanker
c. Edukasi keperawatan
Edukasi terapi relaksasi dan distraksi
Pengaturan makanan untuk peningkatan BB
Edukasi proses penyakit dan pencegahan perdarahan
d. Edukasi Farmasi Pengisian Formulir informasi dan edukasi terintegrasi:
Indikasi dan cara penggunaan obat
Edukasi obat pulang

7. Lama Rawat
Lama rawat pasien dengan Ca Laring adalah 5 hari

9. Prognosis
Karsinoma laring merupakan tumor dengan prognosis paling baik diantara tumor-
tumor di daerah traktus aero-digestivus, bila ditatalaksana dengan cepat, tepat, dan radikal.
Tergantung dari stadium tumor, pilihan pengobatan, lokasi tumor dan kecakapan tenaga
ahli. Secara umum dikatakan five years survival pada karsinoma laring stadium I 90 – 98%
stadium II 75 – 85%, stadium III 60 – 70% dan stadium IV 40 – 50%. Adanya metastase
ke kelenjar limfe regional akan menurunkan 5 year survival rate sebesar 50%.

Panduan Praktik Klinis – RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang 15


16

KEPUSTAKAAN

1. Wu, Peixia dan MSN.2014.Post-operative care of total laryngectomy patients in


the ward: a best practice implementation project. JBI Database of Systematic
Reviews and Implementation Reports: 2014 - Volume 12 - Issue 11 - p 413–423
2. Irfandy, Dolly, Sukri Rahman. Diagnosis dan Penatalaksanaan Tumor ganas Laring
dalam Jurnal Kesehatan Andalas: 2015 – Volume 4, No 2
3. Rahman, Sukri. Diagnosis Dini Tumor Ganas Laring. Pertemuan Ilmiah Nasional
(PIN) Perhimpunan Ahli THT-KL di Banten. 2015.
4. Magliocca K. Pathologic TNM staging of larynx (AJCC 8th edition).
PathologyOutlines.com. website. https://www.pathologyoutlines com/topic/
larynxtnm.html. Accessed October 6th, 2019
5. Cahyadi, Ismi, Agung Dinasti Permana, Yussy Afriani Dewi, Nur Akbar Aroeman.
Karakteristik Penderita Karsinoma Laring di Departemen Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher Rumah Sakit dr. Hasan Sadikin Bandung
Periode Januari 2013 – Juli 2015. 2015.
6. Indiyana, Mochamad Ridwan, Widodo Ario Kentjono. Rehabilitasi Pasca
Laringektomi Total. Dalam Jurnal Departemen Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Bedah Kepala dan Leher Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga-
RSUD Dr. Soetomo Surabaya: September - Desember 2019 - Volume 9, No. 3,
7. Lore, Jr.JM, Farrell M, Castillo NB. In : JM Lore, Jr. & JE Medina, eds. An Atlas
of Head and Neck Surgery. Volume 2. 4th edition. Philadelphia: WB Saunders.
2005. pp : 1069-1170
8. Myers EN, Carrau L, Eibling. Operative Otolaryngology Head and Neck Surgery.
Vol 1. 2nd edition Philadelphia : WB Saunders. 2005. 393-441
9. Silver CE, Kim HH, Stern WBR, Owen RP. In : BJ Bailey, JT Johnson, J
Gluckman, AM Pou, eds. Head & neck surgery – otolaryngology. Vol 2. 5th
edition. Philadelphia : Lippincott William & Wilkins. 2014. pp 1940-89
10. Jatin P. Shah. Head and neck surgery and oncology. 4th edition. Elsevier-
Philadelphia. 2012
11. ICD 9 CM
12. ICD 10

Panduan Praktik Klinis – RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang 16


17

Panduan Praktik Klinis – RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang 17

Anda mungkin juga menyukai