Anda di halaman 1dari 23

Panduan Praktik Klinis

Limfoma Non Hodgkin

RSUP. dr. Mohammad Hoesin Palembang


2022

Versi Dokumen
ii

Draft PPK versi ke-

Last updated pada tanggal:

Kode ICD-10 C32.90

Panduan Praktik Klinis – RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang ii


iii

Lembar Pengesahan

Panduan Praktik Klinis Limfoma Non Hodgkin

telah membaca dan menyetujui,

Kepala KSM Ketua Divisi

(dr. Yoan Levia Magdi, Sp.T.H.T.B.K.L., (dr. Denny Satria Utama, Sp.T.H.T.B.K.L.,
Subsp.Rino.(K), FICS) Subsp.Onk.(K), M.Si.Med, FICS)
NIP.197603052010122001 Nip. 197811242010121001

telah disahkan di Palembang, pada November 2022

oleh:

dr. Siti Khalimah, Sp.KJ, MARS


Direktur Utama

Tim Penyusun

Panduan Praktik Klinis – RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang iii


iv

Pengarah
Direktur Utama dr. Siti Khalimah, Sp.KJ, MARS
Plt. Direktur Pelayanan Medik, dr. Marta Hendry, Sp.U(K), MARS
Keperawatan & Penunjang
Tim Penyusun dan Telaah
Ketua Divisi dr. Denny Satria Utama, SpT.H.T.B.K.L., Subsp.Onk.
(K), Msi.Med, FICS

Staf Divisi dr. Eriza, Sp.T.H.T.B.K.L., Subsp.Onk.(K), FICS

Tim Supporting - Onkologi medik


- Onkologi Radiasi
- Gizi
- Neurologi
- Gigi dan Mulut
- Mata
- Patologi Anatomi

Daftar Isi

Panduan Praktik Klinis – RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang iv


v

Lembar Pengesahan.......................................................................................................................iii
Tim Penyusun.................................................................................................................................iv
Daftar Isi..........................................................................................................................................v
Daftar Singkatan............................................................................................................................vi
Isi......................................................................................................................................................8
1. Definisi dan Pendahuluan.................................................................................................8
2. Anamnesis.........................................................................................................................12
3. Pemeriksaan fisik.............................................................................................................16
4. Pemeriksaan penunjang dan Staging LNH....................................................................16
5. Kriteria diasgnosis....................................................................................................18
6. Diagnosis Banding...................................................................................................20
7. Tatalaksana LNH......................................................................................................20
8. Edukasi.....................................................................................................................21
9. Lama rawat................................................................................................................21
10. Prognosis..................................................................................................................22
Kepustakaan.........................................................................................................................23

Panduan Praktik Klinis – RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang v


vi

Daftar Singkatan

PPK Panduan Praktik Klinis


PNPK Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
LNH Limfoma Non-Hodgkin
NK Natural Killer
UV Ultraviolet
HTLV-1 Human T-Leukemia Virus-1
HHVS Human Herpes Viruses
CHOP Cyclophospahmide, Doxorubicin, Vincristine, Prednisone
R-CHOP Rituximab, Cyclophospahmide, Doxorubicin, Vincristine, Prednisone
DLBCL Diffuse Large B Cell Lymphoma
NKTCL NK/T Cell Lymphoma
MALToma Extranodal marginal zone lymphoma of mucosa-associated lymphoid
tissue
PTLD Post-Transplant Lymphoproliferative Disorder
HRCT High Resolution Computed Tomography
SLE Systemic Lupus Erythematosus
KGB Kelenjar Getah Bening
WHO World Health Organization
REAL Revised American European Lymphoma
MALT Mucosa Associated Lymphoid Tissue
CLL Chronic Lymphocytic Leukemia
PTCL Peripheral T Cell Lymphoma
ALCL Anaplastic Large Cell Lymphoma
AITL Angio-Immunoblastic T Cell Lymphoma
ALL Acute Lymphoblastic Leukemia
EBV Ebstein Barr Virus
IHK Immunohistokimia
DPL Darah Perifer Lengkap
Hb Hemoglobin
Ht Hematokrit

Panduan Praktik Klinis – RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang vi


vii

LED Laju Endap Darah


GDT Gambaran Darah Tepi
SGOT Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase
SGPT Serum Glutamic Pyruvic Transaminase
LDH Lactate Dehydrogenase
Na Natrium
K Kalium
Cl Chloride
Ca Calcium
P Phosphor
HIV Human Immunodeficiency Virus
TBC Tuberculosis
USG Ultrasonografi
CT Scan Computed Tomography Scan
PET Positive Emission Tomography
MRI Magnetic Resonance Imaging
PFS Progression-Free Survival

Panduan Praktik Klinis – RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang vii


viii

Panduan Praktik Klinis – RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang viii


Isi

1. Definisi dan Pendahuluan

Limfoma Non-Hodgkin (LNH) adalah sekumpulan besar keganasan primer pada sistem
limfatik dan jaringan limfoid ekstranodal yang dapat berasal dari limfosit B, limfosit T,
dan sel NK. Penyebab pasti LNH tidak diketahui. Faktor risiko LNH antara lain onkogen,
radiasi sinar UV, infeksi virus dan patogen lainnya (Ebstein Barr Virus, Human T-
leukemia Virus-I (HTLV-I), Human Herpes Viruses (HHVS), Hepatitis C, dan
Helicobacter pylori), penyakit autoimun, dan defisiensi imun. LNH sendiri merupakan
penyebab utama kematian akibat kanker pada pria usia 20-39 tahun. Kasus LNH di
Amerika semakin meningkat dengan laju 5-10% pertahun. Insidensi LNH meningkat
seiring dengan bertambahnya usia dimana puncaknya terjadi pada usia 80-84 tahun.1

Tabel 1. Karakteristik Penderita limfoma non-Hodgkin di bagian T.H.T.K.L. RSUDZA Banda


Aceh.1

Panduan Praktik Klinis – RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang 9


Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 32 subjek yang menderita LNH di Bagian
T.H.T.K.L RSUD Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh, didapatkan bahwa laki-laki lebih
dominan (62.5%) dan rentang usia tersering adalah 56-65 tahun (31,3%) dan >65 tahun
(25%). Gejala tersering yang dilaporkan adalah benjolan di leher, benjolan di hidung,
lemas, sakit kepala dan demam berulang. Tipe LNH terbanyak sendiri adalah Tipe B cell
Lymphoma (55%) dan pasien LNH paling banyak menderita LNH stadium III (56.3%).
Regimen kemoterapi yang digunakan adalah regimen CHOP (65,7%) dan R-CHOP (34,3
%). Efek samping kemoterapi yang tersering dilaporkan adalah anemia, hipoalbuminemia,
leukopenia, trombositopenia, gangguan elektrolit, peningkatan fungsi ginjal dan hati
(Tabel 1).1

Terdapat bentukan lain dari LNH, yaitu:

 Limfoma Non-Hodgkin Nasofaring

Limfoma nasofaring merupakan tipe keganasan primer kepala leher yang jarang
dan termasuk tipe keganasan pada nasofaring yang sedikit dilaporkan dibandingkan tipe
lainnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RS Tersier di China dari tahun 1995
hingga 2017, ditemukan sebanyak 35 pasien dengan limfoma nasofaring. Gejala yang
paling sering dikeluhkan adalah hidung tersumbat, epistaksis, dan benjolan pada leher.
Berdasarkan histopatologisnya, diffuse large B cell lymphoma (DLBCL) (n = 17) dan
NK/T cell lymphoma (n = 9) merupakan tipe limfoma nasofaring yang paling sering
ditemui (Gambar 1). Angka five-year overall survival adalah sebesar 50.4%.4

Gambar 1. Subtipe Limfoma Nasofaring berdasarkan HIstopatologi pada 35 Pasien


di RS Tersier di China.4
Singkatan: DLBCL: diffuse large B cell lymphoma; NKTCL: NK/T cell lymphoma; MALToma:
extranodal marginal zone lymphoma of mucosa-associated lymphoid tissue; PTLD: post-transplant
lymphoproliferative disorder.

Panduan Praktik Klinis – RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang 10


Terdapat penelitian lainnya yang khusus meneliti Limfoma Non-Hodgkin
nasofaring pada 26 pasien di Moroko. Mirip dengan limfoma nasofaring, gejala tersering
LNH pada penelitian ini adalah hidung tersumbat, sekret hidung, dan epistaksis. Tipe LNH
nasofaring terbanyak berdasarkan histopatologisnya adalah large B-cell dan follicular
lymphoma. Pasien paling banyak menderita stadium II (57.6%), diikuti oleh stadium III/IV
(27%), dan stadium I (15.4%). Sekitar 69.2% pasien mencapai remisi komplit dan tidak
mengalami rekurensi. Setelah pemantauan selama 25.9 bulan, angka overall survival at 1
year adalah 87% dan disease free survival at 1 year adalah 71%.5

Berdasarkan gambaran radiologisnya, LNH nasofaring merupakan tumor homogen


yang cenderung difus dengan melibatkan semua dinding nasofaring dan menyebar secara
eksofitik ke dalam jalan napas (Gambar 2). Infiltrasi tumor yang dalam, kalaupun terjadi,
biasanya ditemukan pada pasien dengan LNH primer dan biasanya penyebarannya terbatas
dan ukurannya kecil. Hal yang membedakan LNH nasofaring dengan karsinoma
nasofaring adalah LNH nasofaring merupakan tumor besar yang mengisi nasofaring, tidak
adanya invasi atau ditemukannya invasi minimal ke struktur bagian dalam, dan cenderung
meluas ke tonsil (dibandingkan ke basis kranii).6

Gambar 2. CT Scan Aksial dengan Kontras menunjukkan LNH homogeny eksofitik berukuran
besar yang secara difus mengisi semua dinding nasofaring dan jalan nafas. 6

Panduan Praktik Klinis – RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang 11


 Limfoma Non-Hodgkin Lainnya

Selain LNH nasofaring, terdapat beberapa laporan kasus yang mendeskripsikan


kasus LNH yang jarang, misalnya LNH os temporal dan LNH ovarium. Limfoma os
temporal sendiri merupakan tumor yang sulit untuk didiagnosis. Pemeriksaan high
resolution CT (HRCT) memainkan peranan penting dalam diagnosis LNH os temporal,
dimana pemeriksaan HRCT dapat menunjukkan adanya destruksi osteolitik ireguler pada
tulang temporal dengan opasifikasi jaringan lunak dari mastoid air cells dan erosi septa
interselular. Adanya kelainan pada pemeriksaan radiologis yang mengarah ke keganasan
seharusnya dilanjutkan dengan pemeriksaan biopsi. Penegakan diagnosis limfoma os
temporal sendiri dapat dilakukan melalui biopsi dengan pemeriksaan anatomopatologis.
Namun demikian, beberapa studi menunjukkan bahwa biopsi tunggal mungkin belum
cukup pada beberapa kasus dan biopsi insisional dapat menyebabkan misdiagnosis atau
keterlambatan dalam penegakan diagnosis.7,8

Meskipun limfoma ovarium merupakan kasus yang jarang, namun diagnosis ini
tetap harus dipikirkan ketika menemui massa ovarium homogen bilateral yang berukuran
besar. Kemoterapi seharusnya menjadi pilihan terapi utama dibandingkan operasi krio.
Regimen standar hingga saat ini adalah R-CHOP (Rituximab, cyclophosphamide,
doxorubicin, vincristine, dan prednisone). Operasi krio pada LNH tidak disarankan karena
hingga saat ini belum ada data yang menunjukkan manfaat operasi krio tersebut. Selain itu,
terapi dengan prinsip tetap menjaga kesuburan tetaplah mungkin dilakukan pada wanita
usia muda yang masih dalam usia reproduktif.7,8

2. Anamnesis

Berikut manifestasi klinis Limfoma Non Hodgkin.

a. Umum
• Benjolan di area kepala dan leher : Waldeyer rings, nasofaring, sinus
paranasal, orofaring , KGB
• Malaise umum
• Berat badan menurun 10% dalam waktu 3 bulan
• Demam tinggi 38˚C selama 1 minggu tanpa sebab
• Keringat malam

Panduan Praktik Klinis – RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang 12


• Keluhan anemia (lemas, pusing, jantung berdebar)
• Penggunaan obat-obatan tertentu
b. Khusus

• Penyakit autoimun (SLE, Sjorgen, Rheuma)

• Kelainan Darah

• Penyakit Infeksi (Toxoplasma, Mononukleosis,

Tuberkulosis, Lues, dsb)

LNH dapat menyerang baik kelenjar getah bening maupun organ ekstranodal.1

Limfoma Nodal

Limfadenopati servikal merupakan manifestasi klinis kepala leher tersering pada


LNH. Pemeriksaan fisik akan menunjukkan adanya nodul multipel yang tidak nyeri,
namun tidak sekeras nodul metastase dan tidak terfiksasi ke kulit atau jaringan profunda.
Keterlibatan KGB biasanya merupakan tanda pertama yang biasanya membantu dokter
dalam mencurigai adanya LNH. LNH biasanya menyebar ke nodus yang tidak berdekatan.
Keterlibatan mediastinum termasuk jarang, sedangkan keterlibatan abdomen lebih sering
ditemukan.2

Limfoma Ekstranodal

Lokasi ekstranodal pada LNH adalah:2


1. Cincin Waldeyer (Nasofaring, tonsil palatina, dinding orofaring, dasar lidah)
2. Rongga mulut (Palatum, gingiva, maksila, lidah)
3. Kelenjar air liur
4. Tiroid
5. Laring
6. Rongga hidung
7. Sinus paranasal
8. Kulit

Panduan Praktik Klinis – RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang 13


Lokasi tersering pada LNH ekstranodal pada kepala leher adalah di cincin
Waldeyer (>50%) dimana tonsil merupakan predileksi tersering pada cincin Waldeyer.
Manifestasi klinis pada LNH ekstranodal adalah:2

 Keterlibatan tonsil palatina: disfagia, nyeri tenggorokan, dan pembesaran tonsil


unilateral yang asimtomatik
 Keterlibatan rinofaring: pembesaran kelenjar leher, hidung semakin tersumbat, dan
penurunan pendengaran.
 Keterlibatan rongga mulut: bengkak, nyeri, dan ulkus. Lesi dapat tampak sebagai
tumor atau ulkus yang biasanya sering melibatkan gingiva, palatum, dan lidah.

Terdapat beberapa klasifikasi LNH yang diajukan, namun hingga saat ini
klasifikasi neoplasma limfoid dari WHO merupakan sistem klasifikasi yang paling banyak
dianut saat ini. Berdasarkan lokasinya, LNH terbagi atas:2

1. Rongga mulut, cincin Waldeyer, Faring


 Small B-cell lymphoma
- Marginal zone B-cell lymphoma
- Mantle cell lymphoma
- Follicular lymphoma
- Extranodal plasmacytoma.
 Diffuse large B-cell lymphoma
 Extranodal NK/T-cell lymphoma, Nasal type (Secondary extension).

2. Rongga hidung dan sinus paranasal


 Small B-cell lymphoma
- Lymphocytic lymphoma
- Follicular lymphoma
- Mantle cell lymphoma
- Marginal zone B-cell lymphoma
- Burkitt’s lymphoma
- NK/T cell lymphoma, Nasal type.

Panduan Praktik Klinis – RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang 14


3. Laring dan trakea
 Small B-cell lymphoma
- Marginal zone B-cell lymphoma
- Extramedullary plasmacytoma

 Diffuse large B-cell lymphoma

Klasifikasi Working Formulation didasarkan pada sifat agresifitas penyakit serta


respon terhadap terapi yang membagi LNH menjadi tiga subtype, yaitu low grade,
intermediate grade, dan high grade (Tabel 2 dan 3). Klasifikasi oleh Revisied American
European Lymphoma (REAL)/WHO membagi LNH berdasarkan karakteristik
imunofenotip, yaitu sel B, sel T, dan sel NK. Klasifikasi tersebut diharapkan menjadi
patokan baku dan cara konsultasi diantara ahli hematologi-onkologi medik.1

Tabel 2. Subtipe LNH low-grade.3

Panduan Praktik Klinis – RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang 15


Tabel 3. Subtipe LNH high-grade.3

3. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik meliputi:

 Benjolan /massa tumor diregio kepala leher

- Kelenjar limfe lokasi: leher, submental, supraclavicular, infraclavicular,


ketiak, inguinal, femoral, cincin Waldeyer (tonsil, oropharynx).

- jumlah

- ukuran

- karakteristik sewaktu palpasi

 Performance Status

4. Pemeriksaan Penunjang dan Staging LNH

Belum ada pemeriksaan penunjang pada LNH yang bisa diandalkan sebagai satu-
satunya modalitas dalam penegakan diagnosis LNH. Penegakan diagnosis dilakukan

Panduan Praktik Klinis – RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang 16


berdasarkan manifestasi klinis, pemeriksaan serologi (EBV antibody titres atau clonal
antibody activation to EBV), rontgen toraks, CT Scan, dan biopsi. Penentuan staging
biasanya dilakukan dengan pemeriksaan radiologis, seperti CT Scan, magnetic resonance
imaging (MRI), atau positron emission tomography (PET)/CT scan. The Ann Arbor
staging system pada limfoma memiliki kegunaan yang mirip dengan staging TNM pada
tumor padat (Tabel 4). Namun demikian, sistem tersebut tidak memperhitungkan tingkatan
dari jaringan tumor (biological behavior).

Tabel 4. The Ann Arbor staging system pada Limfoma.3

Namun, sebagai klinisi, berikut pemeriksaan penunjang yang dianjurkan untuk dilakukan:

1. Biopsi dan pemeriksaan histopatologi :

- Pada massa tumor di regio kepala leher didapatkan hasil LNH sesuai kriteria
REAL-WHO

- Open biopsy pada KGB leher bila tidak ditemukan tumor primer di kepala leher,
sebelumnya telah dilakukan FNAB leher dan menunjukkan hasil LNH

- Pemeriksaan lanjutan Imunohistokimia Minimal dilakukan pemeriksaan


imunohitstokimia (IHK) untuk CD 20 dan akan lebih ideal bila ditambahkan dengan
pemeriksaan CD45, CD3 dan CD56

2. Laboratorium:

Hematologi:
• Darah Perifer Lengkap (DPL) : Hb, Ht, leukosit, trombosit, LED, hitung
jenis

Panduan Praktik Klinis – RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang 17


• Gambaran Darah Tepi (GDT) : morfologi sel darah
Kimia klinik:
• SGOT, SGPT, Bilirubin (total/direk/indirek), LDH, protein
total, albumin-globulin
• Alkali fosfatase, asam urat, ureum, kreatinin
• Gula Darah Sewaktu
• Elektrolit: Na, K, Cl, Ca, P
• HIV, TBC, Hepatitis C (anti HCV, HBsAg)
Analisis urin :
Urin lengkap

3. Radiologi :
- CT scan kepala leher dengan kontras
- USG abdomen
- Rontgen Thoraks PA dan lateral

4. Pemeriksaan Echocardiografi menilai fungsi jantung.

5. Kriteria Diagnosis

Terdapat manifestasi klinis umum :

1. Benjolan di area kepala dan leher : Waldeyer rings, nasofaring, sinus paranasal,
orofaring , KGB
2. Malaise umum
3. Berat badan menurun 10% dalam waktu 3 bulan
4. Demam tinggi 38˚C selama 1 minggu tanpa sebab
5. Keringat malam
6. Keluhan anemia (lemas, pusing, jantung berdebar)
7. Penggunaan obat-obatan tertentu

Manifestasi Khusus

1. Penyakit autoimun (SLE, Sjorgen, Rheuma)


2. Kelainan Darah

Panduan Praktik Klinis – RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang 18


3. Penyakit Infeksi (Toxoplasma, Mononukleosis, Tuberkulosis, Lues, dsb)

Pemeriksaan fisik
1. Nodul multipel yang tidak nyeri, namun tidak sekeras nodul metastase dan tidak
terfiksasi ke kulit atau jaringan profunda.
2. Keterlibatan KGB biasanya merupakan tanda pertama
3. LNH biasanya menyebar ke nodus yang tidak berdekatan.
4. Keterlibatan abdomen lebih sering ditemukan.2
5. Lokasi tersering pada LNH ekstranodal pada kepala leher adalah di cincin
Waldeyer (>50%) dimana tonsil merupakan predileksi tersering pada cincin
Waldeyer.

Pemeriksaan Penunjang
1. Biopsi dan pemeriksaan histopatologi :
- Pada massa tumor didapatkan hasil LNH sesuai kriteria REAL-WHO

- Pemeriksaan lanjutan Imunohistokimia Minimal dilakukan pemeriksaan


imunohitstokimia (IHK) untuk CD 20 dan akan lebih ideal bila ditambahkan dengan
pemeriksaan CD45, CD3 dan CD56

2. Laboratorium:
Hematologi:
• Darah Perifer Lengkap, Gambaran Darah Tepi (GDT) : morfologi sel darah
Kimia klinik:
• SGOT, SGPT, Bilirubin (total/direk/indirek), LDH, protein total, albumin-globulin
• Alkali fosfatase, asam urat, ureum, kreatinin, Gula Darah Sewaktu
• Elektrolit: Na, K, Cl, Ca, P
• HIV, TBC, Hepatitis C (anti HCV, HBsAg)
Analisis urin :
Urin lengkap
3. Radiologi :
- CT scan kepala leher dengan kontras
- USG abdomen
- Rontgen Thoraks PA dan lateral
4. Pemeriksaan Echocardiografi menilai fungsi jantung.

Panduan Praktik Klinis – RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang 19


6. Diagnosis Banding

 Karsinoma
- Inverted papilloma sinus paranasal
- Sarkoma
- Melanoma
- Hemangioma

 Metastasis suatu keganasan,


 penyakit infeksi,
 autoimun.

6. Tatalaksana LNH

Terapi definitif LNH hingga saat ini adalah kemoterapi sistemik karena tumornya
bersifat kemosensitif, meskipun prognosis biasanya tergantung dari keparahan dan subtipe
limfoma. Pendekatan pengobatan LNH terus mengalami kemajuan yang cukup besar
hingga saat ini. LNH secara umum responsif terhadap pengobatan, meskipun lamanya
respon pengobatan sangat bervariasi. Pengobatan dengan menggunakan kombinasi
kemoterapi dapat mempengaruhi prognosis dari penyakit.1,3 Pasien harus dijelaskan
mengenai:

i. Manfaat kemoterapi dan radioterapi


ii. Menjelaskan efek samping kemoterapi dan radioterapi serta
penanganannya
iii. Menjelaskan jadwal pemberian kemoterapi
Berbagai studi menunjukkan bahwa protokol CHOP merupakan protokol baku
untuk terapi awal LNH agresif. Subjek yang diterapi dengan regimen CHOP, sekitar 50%-
71% subjek mencapai remisi lengkap dan 75% diantaranya bertahan hidup lebih dari 3
tahun. Penelitian yang dilakukan oleh Oears et al melaporkan bahwa penambahan
rituximab pada induksi kemoterapi regimen CHOP mengakibatkan peningkatan tingkat
respon yang lengkap dengan tingkat respon keseluruhan 72,3% yang di terapi dengan
regimen CHOP dan 85,1% yang diterapi dengan R-CHOP. Pengobatan pemeliharaan
dengan rituximab menghasilkan peningkatan yang sangat signifikan pada angka

Panduan Praktik Klinis – RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang 20


progression-free survival (PFS) baik pada subjek yang memiliki remisi parsial setelah
pengobatan induksi atau pada mereka yang telah mengalami remisi lengkap.1,3

Operasi mungkin bermanfaat dalam mengonfirmasi gambaran radiologis yang


kurang konklusif melalui operasi biopsi, mengangkat penyakit yang memengaruhi organ,
dan splenektomi untuk limfoma lien primer. Operasi abdomen emergensi pada kasus
komplikasi akut akibat LNH dapat bersifat diagnostik maupun paliatif. Namun demikian,
belum ada konsensus yang dibuat mengenai tatalaksana yang optimal dan waktu untuk
pengobatan kemoterapi perioperatif.1,3

7. Edukasi
a. Edukasi/informasi medis :
Edukasi tentang diagnosis
Edukasi tentang risiko/komplikasi
Edukasi tentang prognosis
Edukasi tentang terapi
Edukasi tentang faktor risiko
Edukasi tentang rehabilitasi
edukasi pemenuhan gizi
c. Edukasi & Konseling Gizi:
Pemberian edukasi terkait jadwal makan & alergi makanan
Konseling gizi saat akan pulang tentang diet kanker
d. Edukasi keperawatan
Edukasi terapi relaksasi dan distraksi
Pengaturan makanan untuk peningkatan BB
Edukasi proses penyakit dan pencegahan perdarahan
e. Edukasi Farmasi Pengisian Formulir informasi dan edukasi terintegrasi :
Indikasi dan cara penggunaan obat
Edukasi obat pulang

8. Lama Rawat
Lama rawat pasien dengan Kimfoma Non-Hodgkin adalah 5 hari

Panduan Praktik Klinis – RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang 21


9. Prognosis

Panduan Praktik Klinis – RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang 22


KEPUSTAKAAN

1. Fadhlia F, Kurnia B, Setiani L, Karnita Y, Juniar J, Berliananda I. Characteristics of


non-Hodgkin lymphoma patients in Otorhinolaryngology-HNS Department Zainoel
Abidin General Hospital Banda Aceh. Oto Rhino Laryngol Indones. 2020;50(1):46–
51.
2. Singh R, Shaik S, Negi BS, Rajguru JP, Patil PB, Parihar AS, dkk. Non-Hodgkin’s
lymphoma: A review. J Fam Med Prim care. 2020;9(4):1834.
3. Weledji EP, Orock GE. Surgery for non-Hodgkin’s lymphoma. Oncol Rev.
2015;9(1).
4. Hsueh C-Y, Yang C-F, Gau J-P, Kuan EC, Ho C-Y, Chiou T-J, dkk.
Nasopharyngeal lymphoma: a 22-year review of 35 cases. J Clin Med.
2019;8(10):1604.
5. Allam W, Ismaili N, Elmajjaoui S, Elgueddari BK, Ismaili M, Errihani H. Primary
Nasopharyngeal non-Hodgkin lymphomas: a retrospective review of 26 Moroccan
patients. BMC Ear, Nose Throat Disord. 2009;9(1):1–7.
6. King AD, Lei KIK, Richards PS, Ahuja AT. Non-Hodgkin’s lymphoma of the
nasopharynx: CT and MR imaging. Clin Radiol. 2003;58(8):621–5.
7. Sung Y-W, Lin Y-S, Chen Y-T, Yeh L-S. Non-Hodgkin’s B-cell lymphoma of the
ovary: A case report and review of the literature. Taiwan J Obstet Gynecol.
2022;61(3):539–43.
8. Kaoutar C, Ahmedou AB, Sami R, Abada R, Mohamed R, Mohamed M. Primary
Non-Hodgkin Lymphoma of the temporal bone: A rare case report. Ann Med Surg.
2021;64:102205.
9. Vitolo U, Seymour JF, Martelli M, Illerhaus G, Illidge T, Zucca E, et al. Extranodal
diffuse large B-cell lymphoma (DLBCL) and primary mediastinal B-cell lymphoma:
ESMO clinical practice guidelines for diagnosis, treatment and follow-up. Ann
Oncol [Internet]. 2016;27(July):v91–102. Available from:
http://dx.doi.org/10.1093/annonc/mdw175
10. Horwitz SM, Zelenetz AD, Gordon LI, Wierda WG, Abramson JS, Advani RH, et al.
NCCN Guidelines Insights: Non-Hodgkin’s Lymphomas, Version 3.2016. J Natl
Compr Cancer Netw. 2016;14(9):1067–79.
11. Kemenkes RI. Panduan nasional penanganan kanker limfoma non Hodgkin. 2015

Panduan Praktik Klinis – RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang 23

Anda mungkin juga menyukai