KASUS 4
Dosen Pengampu :
apt. Yane Dila Keswara, M.Sc
Kelas C2
Disusun oleh :
Nama Anggota :
1. Zaitun Nisa (2120424784)
2. Agata M.H Kinanti (2120424785)
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
B. DEFINISI
Limfoma adalah sekumpulan keganasan primer pada kelenjar getah bening dan
jaringan limfoid. Berdasarkan tipe histologiknya, limfoma dapat dibagi menjadi dua
kelompok besar, yaitu Limfoma Non Hodgkin dan Hodgkin. Pada protokol ini hanya
akan dibatasi pada limfoma non-Hodgkin.
Gejala yang sering ditemukan pada penderita limfoma pada umumnya non-
spesifik, diantaranya:
1. Penurunan berat badan >10% dalam 6 bulan
4. Cepat lelah
7. Dapat pula ditemukan adanya benjolan yang tidak nyeri di leher, ketiak atau
pangkal paha (terutama bila berukuran di atas 2 cm); atau sesak napas akibat
pembesaran kelenjar getah bening mediastinum maupun splenomegali.
Tiga gejala pertama harus diwaspadai karena terkait dengan prognosis yang
kurang baik, begitu pula bila terdapatnya Bulky Disease (KGB berukuran > 6-10 cm
atau mediastinum >33% rongga toraks).
Menurut Lymphoma International Prognostic Index, temuan klinis yang
mempengaruhi prognosis penderita LNH adalah usia >60 tahun, keterlibatan kedua
sisi diafragma atau organ ekstra nodal (Ann Arbor III/IV) dan multifokalitas (>4
lokasi).
D. DIAGNOSA
2. Pemeriksaan Fisik
a. Pembesaran KGB
b. Kelainan/pembesaran organ
c. Performance status: ECOG atau WHO/karnofsky
2. Pemeriksaan Diagnostik
a) Biopsi:
b. Khusus Imunohistokimia
b) Laboratorium:
1. Rutin
Hematologi:
- Darah Perifer Lengkap (DPL) : Hb, Ht, leukosit, trombosit, LED,
hitung jenis
Kimia klinik:
2. Khusus
- Gamma GT
- Imunoelektroforesa (IEP)
- Tes Coomb
- B2 mikroglobulin
Aspirasi Sumsum Tulang (BMP) dan biopsi sumsum tulang dari 2 sisi spina
illiaca dengan hasil spesimen 1-2 cm
Konsultasi THT
E. TATALAKSANA TERAPI
Pilihan terapi bergantung pada beberapa hal, antara lain: tipe limfoma (jenis
histologi), stadium, sifat tumor (indolen/progresif), usia, dan keadaan umum pasien.
1. LNH INDOLEN (FOLIKULAR)
A. LNH INDOLEN STADIUM I DAN II
2. Kemoterapi + radiasi
2. Kemoterapi
A. LNH STTADIUM I DAN II Pada kondisi tumor non bulky (diameter tumor< 10
cm) dengan kriteria: pasien muda risiko rendah atau rendahmenengah (aaIPI score
≤1) dan risiko tinggi atau menengahtinggi (aaIPI ≥2), bila fasilitas
memungkinkan, kemoterapi kombinasi R-CHOP 6-8 siklus merupakan protokol
standar saat ini serta dapat dipertimbangkan pemberian radioterapi (untuk
konsolidasi).
C. LNH REFRAKTER/RELAPS
Pasien LNH refrakter yang gagal mencapai remisi, dapat diberikan terapi
salvage dengan radioterapi jika area yang terkena tidak ekstensif. Terapi
pilihan bila memungkinakan adalah kemoterapi salvage diikuti dengan
transplantasi sumsum tulang
PEMBAHASAN KASUS
KASUS 4
1. Pasien bernama Ny. B dengan umur 54 tahun, tinggi badan 143 cm, berat badan 37 kg
menderita kanker Non Hodgkin Limfoma. Oleh dokter Sp.PD.KHOM diberikan
kemoterapi CEOP (Cyclophosphamide, Etoposide, Vincristin, Prednisolon) pada tanggal
16 Mei 2013 siklus ke 3, rencana 6-8 siklus interval 21 hari dengan data lab dua hari
sebelum kemoterapi sebagai berikut :
Dokter Sp.PD.KHOM membuat protokol dengan dosis :
- Etoposide 70 mg
- Vincristin 1,8 mg
- Cyclophosphamide 1000 mg
- Prednisolon 16 mg 3-2-0 selama 5 hari.
Pertanyaan:
a. Analisalah kesesuaian regimen dosis sitostatika tersebut!
b. Hitunglah konsentrasi obat sitostatika dalam pelarut! dan bagaimana cara
preparasinya?
c. Hitunglah kecepatan infus obat tersebut!
1. Analisalah kesesuaian regimen dosis sitostatika tersebut!
BSA = √
=√
=√
= 1,21 m2
A. Etoposide 70mg = 60 mg/m2 IV hari ke-3, 7, 11 (Dipiro Edisi 9 Hal 649)
Dosis Etoposide (mg) = dosis referensi X BSA
= 60 mg/m2 X 1,21 m2
= 72,6mg
B. Vincristine 1,8 mg = 1,4 mg/m2 IV hari ke-2, 4, 6, 8, 10, 12 (Dipiro Edisi 9
Hal 649)
Dosis Etoposide (mg) = dosis referensi X BSA
= 1,4 mg/m2 X 1,21 m2
= 1,736mg
C. Cyclophosphamide 1000mg = 650 mg/m2 IV hari ke-1 (Dipiro Edisi 9 Hal
650)
Dosis Etoposide (mg) = dosis referensi X BSA
= 650 mg/m2 X 1,21 m2
= 786,5mg
2. Hitunglah konsentrasi obat sitostatika dalam pelarut! dan bagaimana cara
preparasinya?
- Etoposide 70 mg
Dosis : 70 mg
Sediaan : 100 mg dalam konsentrasi 20mg/mL . 1 vial = 5mL (Pramana, 2019)
= 334,5 tetes/menit
= 103,6 tetes/menit
= 100 tetes/menit
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2009. Pedoman Pencampuran Obat Suntik dan Penanganan Sediaan
Sitostatiska.
DiPiro C.V., 2015, Oncologic Disorders : Breast Cancer dalam Wells B.G., DiPiro.
J.T., Schwinghammer T.L., Pharmacotherapy Handbook 9th edition.
Kemenkes RI. 2019. Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.