Skenario 1
Diduga Keracunan Makanan, Puluhan Santri di Madiun Dilarikan ke Puskesmas
Kompas.com - 10/02/2019, 07:45 WIB BAGIKAN: Komentar Ilustrasi
keracunan.(Shutterstock)
Editor Robertus Belarminus MADIUN, KOMPAS.com –
Puluhan santri tersebut, lanjut dia, mengalami keracunan diduga setelah memakan soto dan
melon. Setelah itu, secara bergantian, mereka pusing dan sakit perut, sehingga harus dibawa ke
puskesmas untuk mendapatkan perawatan medis. "Alhamdulillah semua santri dalam kondisi
sadar, tidak ada yang pingsan. Bagi yang kondisinya serius, langsung dirujuk ke RSUD
Dolopo," kata dia. Polisi masih menyelidiki kasus ini lebih lanjut guna memastikan penyebab
keracunan massal tersebut. Pihaknya juga masih memintai keteterangan dari sejumlah saksi, di
antaranya penjual melon dan orang yang memasak soto. Pihaknya menggandeng instansi lain
akan melakukan uji laboratorium guna memastikan penyebab keracunan tersebut. Apakah
karena makanan soto dan melon, atau lainnya. Sementara, sebagian besar kondisi para santri
yang keracunan berangsur membaik dan diperbolehkan pulang. Dari 30-an santri yang
sebelumnya rawat inap, kini tinggal belasan santri saja yang masih dirawat. Mereka dirawat di
Puskesmas Gantrung dan Puskesmas Batil.
Kata-kata Sulit
Tidak ada
Peta Konsep
Tujuan Pembelajaran/Learning Objective
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang anatomi saluran cerna atas.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang embriologi sistem gastrointestinal.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang histologi saluran cerna atas.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang proses mengunyah dan menelan.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang fungsi lambung, sawar lambung.
6. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang faktor yang merangsang sekresi lambung.
7. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang proses sekresi saliva dan proses muntah.
8. Mahasiswa mampu merinci pengertian dari pencernaan dan penyerapan sebagai suatu
proses.
9. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang fungsi motilitas, absorpsi, dan sekresi dari
sistem gastrointestinal, hepatobilier, dan pankreas.
10. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang mekanisme pembentukan HCL lambung.
11. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang perangsangan getah pankreas dan fungsi
enzim-enzim pankreas.
LO 1
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang anatomi saluran cerna atas.
Secara garis besar sistem gastrointestinal terdiri atas:
1. Cavitas Oris :
• Dens
Terdapat 2 periode gigi → decidui dan permanen, Orang dewasa memiliki 32 gigi yg
tdd 8 gigi di setiap setengah rahang → 3 dens molaris, 2 dens premolaris, 1 dens caninus, 2
dens incisivus. Semua gigi tdd dari → corona dentis, cervix dentis, dan radix dentis
Komponen gigi tdd → dentin, cavitas dentin (pulparis).
• Lingua
Organ berotot yg dapat digerakkan. Fungsinya untuk mengunyah, pengecap, menelan,
pengucapan (artikulasi) dan pembersihan mulut. Lingua terutama tdd otot-otot skelet dan
tertutup oleh membrane mukosa. Pada masing-masing belah lingua terdapat 4 otot intrinsik
dan 4 otot ekstrinsik.
- Papilla Vallata yang besar dan permukaan atasnya datar, terdapat di depan
sulcus terminalis. Papilla Foliata adalah lipatam-lipatan lateral kecil pada membrane mukosa.
Papilla Filiformis, panjang dan tersebar luas, berisi ujung-ujung akhir aferen yang peka
terhadap sentuhan. Papilla Fungiformis yang berupa cendawan, tampak seperti titik-titik
merah muda atau merah. Papilla Valata, Foliata dan Fungiformis terbanyak mengandung
reseptor pengecap.
Glandulla parotidea → kelenjar terbesar antara ketiga kelenjar saliva, terbungkus
dalam
selubung parotis (parotid sheath) [1] Glandulla submandibularis → terletak sejajar
dengan corpus mandibulae Glandulla sublingualis → yang terkecil dan terletak paling dalam
• Oesophagus
Panjang Oesophagus 25 cm dan tersusun dalam tiga bagian: Pars cervicalis (5-8 cm),Pars
thoracica (16 cm) Pars abdominalis (1-4 cm).
Pars cervicalis bersebelahan dengan kolumna vertebralis. Pars thoracica melintasi arcus aorta
yang bersebelahan pada sisi kiri bagian dorsal. Bagian ini berjalan bersama bronkus utama
kiri dan turun ke depan dengan semakin menjauhi kolumna vertebralis. Sudut pandang dorsal
menunjukkan kedekatan Pars thoracica dengan Pericardium dan dengan atrium kiri. Setelah
melewati Hiatus oesophagus diafragma, dimulailah Pars abdominalis yang pendek yang
terletak intraperitoneum 4 daerah penyempitan yaitu : di regio colli setinggi Vertebra cervical
6 (VC 6), setinggi VTh 2 – 3 (Vertebra Thoracalis 2 – 3), setinggi VTh 4 – 5, setinggi
penembusannya melalui diaphragma (hiatus oesophagus) setinggi VTh 10
• Gaster (Ventriculus),
Gaster memiliki tiga bagian yaitu : Pars cardiaca: jalan masuk ke Gaster Corpus gastricum:
bagian utama dengan Fundus gastricus di superior Pars pylorica: tempat keluar dari Gaster
yang berlanjut sebagai Antrum pyloricum dan Canalis pyloricus. Canalis pyloricus dikelilingi
oleh M. sphincter pyloricus. Gaster memiliki dinding anterior dan posterior .(Paries anterior
dan posterior). Curvatura minor terletak di sisi kanan, Curvatura major di sisi kiri. Lekukan
pada Curvatura minor (lncisura angularis) menandakan awal Pars pylorica. Curvatura major
juga mulai dengan lekukan yang menandakan sudut HIS antara Oesophagus dan Gaster
(lncisura cardialis). Di dalam Gaster, transisi di antara kedua organ tersebut ditandai dengan
lipat mukosa yang, bersama-sama dengan katup angiomuskular gastro-oesophagus, berperan
pada penutupan Gaster.
Intestinum Tenue
• Duodenum
Duodenum merupakan bagian intestinum tenue terpendek, terlebar, dan paling terfiksasi
kedudukannya. Lintasan berbentuk huruf C yang melingkari caput pancreatis. Duodenum
berawal pada pylorus di sebelah kanan dan berakhir pada peralihan duodenojejunal junction
di sebelah kiri.
Duodenum dibedakan menjadi empat bagian :
- Pars Superior (1) bagian proksimal yang pendek (5 cm), terletak ventrolateral terhadap
corpus vertebra L-1.
- Pars Descendens (2) yang lebih panjang (7-10 cm), melintas ke kaudal sejajar dengan sisi
kanan vertebra L-1 – L-3.
- Pars Horizontalis (3) panjangnya 6-8 cm dan melintas ventral terhadap vertebrae L-3.
- Pars Ascendens (4) pendek (5 cm) dan berawal di sebelah kiri vertebra L-3, lalu melintas ke
cranial sampai setinggi tepi cranial vertebra L-2Ductus Choledochus (ductus biliaris) dan
Ductus Pancreaticus memasuki dinding dorsomedial pars descendens duodenum. Kedua
saluran tersebut biasanya bersatu, membentuk Ampulla Hepatopancreatica yang bermuara
pada puncak Papilla Duodeni Major.
Pars ascendens duodenum melengkung ke arah ventral untuk bersatu dengan jejunum pada
Flexura Duodenojejunalis, dan pada bagian ini diperkuat oleh sebuah pita fibromuskular yang
dikenal sebagai Musculus Suspensorius Duodeni (Ligamentum Treitz). Kontraksi otot ini
turut melebarkan sudut flexura dan mempermudah lewatnya isi duodenum.
• Jejunum dan Ileum
Awal intestinum jejunum terdapat pada flexura duodenojejunalis, dan intestinum ileum
berakhir pada Ileocecal Junction (pertemuan ileum dengan caecum). Total panjang jejunum
dan ileum: 6-7 m dengan pembagian 2/5 Jejunum dan 3/5 Ileum. Bagian terbesar jejunum
terletak di region umbilical, sedangkan ileum terutama terdapat di region suprapubik dan
regio inguinal kanan. Bagian akhir ileum biasanya terdapat dalam pelvis, melintas ke cranial
untuk berakhir pada permukaan medial caecum.Tidak terdapat garis batas yang jelas antara
jejunum dan ileum, namun masing-masing memiliki sifat yang berbeda dan penting.
LO 2
Mahasiswa mampu mengjelaskan mengenai embriologi sistem Gastrointestinal,
Hepatobilier, Pankreas.
• Endodermis:
o Endodermis adalah lapisan dalam yang berkembang dari sel-sel di bagian
dalam embrio.
o Sel-sel endodermis memberikan kontribusi besar pada pembentukan lapisan
dalam tubuh, termasuk epitel saluran pencernaan.
o Organ-organ seperti usus, lambung, hati, dan pankreas berkembang dari
endodermis.
o Sel endodermis membentuk lapisan dalam dari saluran pencernaan dan
memberikan dasar struktural untuk organ-organ tersebut.
• Ektodermis:
o Ektodermis adalah lapisan luar yang berkembang dari sel-sel di bagian luar
embrio.
o Ektodermis memainkan peran penting dalam pembentukan berbagai struktur
luar tubuh, termasuk sistem saraf.
o Bagian dari sistem saraf yang terkait dengan sistem pencernaan, seperti sistem
saraf enterik (yang mengontrol aktivitas pencernaan), berkembang dari
ektodermis.
• Mesodermis:
o Mesodermis merupakan lapisan tengah yang berkembang antara endodermis
dan ektodermis.
o Sel-sel mesodermis berkontribusi pada pembentukan jaringan-jaringan seperti
otot, tulang, dan pembuluh darah.
o Beberapa komponen dari sistem pencernaan, seperti otot-otot dinding usus,
berasal dari mesodermis.
Dalam pengembangan embrio, ketiga lapisan ini bekerja sama untuk membentuk
struktur kompleks sistem pencernaan. Misalnya, sel-sel endodermis yang membentuk epitel
saluran pencernaan dapat berinteraksi dengan sel-sel mesodermis yang memberikan
dukungan struktural dan otot. Seiring perkembangan embrio, interaksi ini membentuk organ-
organ seperti lambung, usus, dan organ-organ pencernaan lainnya.
Saluran cerna primitif dibentuk oleh menyatunya bagian kantung kuning telur (yolk
sac) dalam embrio selama pelipatan craniocaudal dan lateral. Dibagi menjadi usus depan, usus
tengah, usus belakang. Secara embriologis, lapisan epitel dan kelenjar mukosa berasal dari
endoderm, sedangkan komponen lain berasal dari mesoderm visceral. Pada awal
perkembangan, epitel yang melapisi tabung usus berproliferasi dengan cepat dan melenyapkan
lumen. Kemudian, proses rekanalisasi terjadi.
Gambar 5.1. Embrio Pada Masa Perkembangan Minggu Keempat (A) Dan Kelima (B)
Memperlihatkan Pembentukan Saluran Cerna Dan Berbagai Turunannya Yang Berasal Dari
Lapisan Germinativum Endoderm (Sadler, 2012)
A. Usus Depan
1. Esofagus
Ketika mudigah berusia ± 4 minggu, divertikulum respiratorium nampak di dinding
ventral usus depan, di perbatasan dengan faring. Divertikulum ini berangsur-angsur terpisah
dari bagian dorsal usus depan melalui septum esofagotrakealis. Dengan cara ini, usus depan
terbagi menjadi primordium pernapasan (trakea) di bagian ventral dan esophagus di bagian
dorsal, oleh lipatan tracheoesophageal, yang berfusi membentuk septum trakeo-esofagus.
Pada mulanya esophagus tersebut pendek, tetapi karena jantung dan paru-paru bergerak
turun, bagian ini memanjang dengan cepat. Selama perkembangan, lapisan endodermal
esofagus berkembang biak dengan cepat dan melenyapkan lumen; kemudian, rekanalisasi
terjadi. Lapisan otot dibentuk oleh mesenkim sekitarnya, bercorak serat lintang pada 2/3 bagian
atas dan dipersarafi oleh nervus vagus; lapisan otot di bagian 1/3 bawah adalah otot polos dan
dipersarafi oleh pleksus splangnikus.
Gambar 5.2. Tahapan Perkembangan Divertikulum Respiratorium Dan Esophagus Melalui
Pembentukan Sekat Pada Usus Depan. (A) Perkembangan Akhir Minggu Ketiga (Tampak
Lateral). (B) Dan (C) Perkembangan Selama Minggu Keempat (Tampat Ventral) (Sadler,
2012).
Epitel skuamosa berlapis, kelenjar mukosa, dan kelenjar submukosa esofagus definitif
berasal dari endoderm. Lamina propria, muscularis mukosa, submukosa, otot rangka dan otot
polos muscularis externa, dan adventisia dari esofagus definitif berasal dari mesoderm
visceral.
2. Lambung
Lambung tampak sebagai suatu pelebaran usus depan berbentuk fusiformis pada
perkembangan minggu keempat. Pada minggu-minggu berikutnya, bentuk dan kedudukannya
banyak berubah akibat perbedaan kecepatan pertumbuhan pada berbagai bagian dindingnya,
dan perubahan kedudukan alat-alat disekitarnya. Perubahan kedudukan lambung dijelaskan
sebagai berikut lambung berputar mengelilingi sebuah sumbu panjang dan sumbu
anteroposterior. Pada sumbu panjang, lambung melakukan putaran 90o searah dengan jarum
jam, sehingga sisi kirinya menghadap ke depan dan sisi kanan menghadap ke belakang. Oleh
karena itu, menyebabkan pertukaran persarafan nervus vagus yaitu nervus vagus kiri yang pada
awalnya mempersarafi sisi kiri lambung, sekarang mempersarafi dinding depan; demikian pula
nervus vagus kanan mempersarafi dinding belakang. Selama perputaran ini, bagian dinding
lambung yang aslinya di bagian belakang, tumbuh lebih cepat daripada bagian depan dan hal
ini menghasilkan pembentukan kurvatura major dan minor.
Ujung sefalik dan kaudal lambung pada mulanya terletak di garis tengah, tetapi pada
pertumbuhan selanjutnya lambung berputar mengelilingi sumbu anteroposterior, sehingga
bagian kaudal atau bagian pylorus bergerak ke kanan dan ke atas, dan bagian sefalik atau kardia
ke kiri dan sedikit ke bawah. Dengan demikian, lambung mencapai kedudukannya yang
terakhir, dan sumbu panjangnya berjalan dari kiri atas ke kanan bawah
Gambar 5.3. Rotasi lambung di sepanjang sumbu longitudinalnya, dilihat dari anterior (A-C).
Rotasi Lambung mengelilingi sumbu anteroposterior (D dan E). Cermati perubahan posisi
pilorus dan kardia. II. Diagram yang menggambarkan perkembangan dan rotasi lambung 90 °
dari minggu ke 4 sampai minggu ke 6. CNX = saraf kranial X. (Sadler, 2012; Dudek, 2010)
Secara embriologis, sel-sel mukosa permukaan yang melapisi lambung, mucous neck
cells (sel-sel mukosa leher), sel-sel parietal, chief cells, dan sel-sel enteroendokrin bagian dari
kelenjar lambung dari lambung definitif berasal dari endoderm. Sedangkan lamina propria;
muscularis mucosae; submucosa; lapisan longitudinal luar, middle circular, dan inner oblique
layers otot polos dari muskularis eksterna; dan tunika serosa lambung definitif berasal dari
visceral mesoderm.
3. Duodenum
Bagian saluran usus ini dibentuk dari bagian akhir usus depan dan bagian sefalik
usus tengah. Titik pertemuan kedua bagian ini terletak tepat di sebelah distal pangkal
tunas hati. Ketika lambung berputar, duodenum mengambil bentuk lengkung seperti
huruf C dan memutar ke kanan. Perputaran ini, bersama-sama dengan tumbuhnya kaput
pankreas, menyebabkan duodenum membelok dari posisi tengahnya yang semula
kearah sisi kiri rongga abdomen. Duodenum dan kaput pancreas ditekan ke dinding
dorsal badan, dan permukaan kanan. mesoduodenum dorsal menyatu dengan
peritoneum yang ada di dekatnya. Kedua lapisan tersebut selanjutnya menghilang, dan
duodenum serta kaput pankreas menjadi terfiksasi di posisi retroperitoneal.
Mesoduodenum dorsal menghilang sama sekali kecuali di daerah pilorus lambung,
dimana sebagian kecil duodenum tetap intraperitoneal. Selama bulan kedua, lumen
duodenum tersumbat oleh proliferasi sel di dindingnya. Akan tetapi, lumen ini
mengalami rekanalisasi segera sesudahnya.
5. Pankreas
Dibentuk oleh dua tunas yang berasal dari lapisan endoderm duodenum. Tunas
pankreas dorsal terletak di dalam mesenterium dorsal; tunas pankreas ventral terletak
di dekat duktus koledokus. Tunas ventral membentuk prosesus unsinatus dan bagian
bawah kaput pankreas. Bagian kelenjar lainnya berasal dari tunas dorsal. Duktus
pankreatikus mayor terbentuk dari bagian distal saluran pankreas dorsal dan seluruh
saluran pankreas ventral. Bagian proksimal saluran pankreas dorsal menutup atau tetap
dipertahankan sebagai saluran kecil, yaitu duktus pankreatikus asesorius (santorini).
Sel asinar, islet cells (sel-sel pulau), dan epitelium kolumnar atau epitelium
kuboid sederhana yang melapisi saluran pankreas pankreas definitif berasal dari
endoderm. Jaringan ikat disekitarnya dan komponen-komponen vaskular dari pankreas
definitif berasal dari mesoderm visceral.
Gambar 5.6. Tahapan perkembangan pancreas. (A). 30 hari (sekitar 5 mm). (B). 35 hari
(sekitar 7 mm). Pada mulanya tunas pancreas ventral terletak dekat dengan tunas hati lalu
kemudian bergerak ke posterior mengelilingi duodenum menuju tunas pancreas dorsal
(Sadler, 2012).
B. Usus Tengah
Pada mudigah berumur 5 minggu, usus tengah menggantung pada dinding dorsal perut
oleh suatu mesenterium pendek dan berhubungan dengan kantung kuning telur melalui duktus
vitellinus atau tangkai kuning telur. Di seluruh panjangnya, usus tengah disuplai oleh arteri
mesenterika superior. Secara embriologis, sel kolumnar sederhana yang melapisi derivat usus
tengah (berperan dalam penyerapan), sel goblet, sel Paneth, dan sel enteroendokrin yang
merupakan bagian dari kelenjar usus berasal dari endoderm. Lamina propria, muscularis
mucosae, submucosa, dan bagian dalam otot polos yang melingkar dan bagian luar otot polos
longitudinal dari muscularis externa dan serosa berasal dari mesoderm visceral.
Perkembangan usus tengah ditandai dengan pemanjangan usus yang cepat dan
mesenteriumnnya, sehingga terbentuk gelung usus primer. Pada bagian puncaknya, saluran
usus tetap berhubungan langsung dengan kantung kuning telur melalui duktus vitellinus yang
sempit. Bagian cranial saluran usus berkembang menjadi bagian distal duodenum, jejunum,
dan bagian ileum. Bagian kaudal menjadi bagian bawah ileum, sekum, apendiks, kolon
asenden, dan 2/3 bagian proksimal kolon transversum.
Gambar 5.7. I. A. Lengkung usus primer sebelum memutar (dilihat dari lateral). Arteria
mesenterika superior membentuk sumbu lengkung. Tanda panah, perputaran berlawanan arah
jarum jam. B. Sudut yang sama dengan A, menunjukkan lengkung usus primer sesudah
perputaran 180o berlawanan arah jarum jam. Kolon transversum berjalan di depan duodenum.
II. Diagram yang menggambarkan rotasi 270o berlawanan arah tengah usus tengah. Setelah
rotasi 270°, sekum dan apendiks terletak di rongga perut bagian atas. Kemudian dalam
perkembangan, ada pertumbuhan dalam arah yang ditunjukkan oleh panah tebal sehingga
sekum dan apendiks berakhir di kuadran kanan bawah (Sadler, 2012; Dudek, 2010).
C. Usus Belakang
Membentuk 1/3 distal kolontransversum, kolon desendens, sigmoid, rektum, bagian
atas kanalisani. Endoderm usus belakang ini juga membentuk lapisan dalam kandung kemih
dan uretra. Secara embriologis, sel kolumnar sederhana yang melapisi derivat usus belakang
yang berperan dalam penyerapan; sel goblet (sel piala); dan sel enteroendokrin yang
merupakan bagian dari kelenjar usus berasal dari endoderm. Lamina propria, muscularis
mucosae, submucosa, dan bagian dalam otot polos yang melingkar dan bagian luar otot polos
longitudinal (taeniae coli) dari muscularis externa dan serosa berasal dari mesoderm visceral.
Bagian akhir usus belakang masuk ke dalam regio posterior kloaka, kanalis anorektalis
primitif; alantois masuk ke bagian anterior, sinus urogenitalis primitif (Gambar 8A). Kloaka
itu sendiri merupakan rongga yang dilapisi oleh endoderm dan di batas ventralnya dilapisi oleh
ektoderm permukaan. Batas antara endoderm dan ektoderm ini membentuk membrana
kloakalis. Lapisan mesoderm, septum urorektale, memisahkan regio antara alantois dan usus
belakang. Septum ini berasal dari penyatuan mesoderm yang melapisi yolk sac dan alantois di
sekitarnya (Gambar 8).
Seiring dengan pertumbuhan mudigah dan berlanjutnya pelipatan kaudal, ujung septum
urorektale menjadi berada dekat dengan membrana kloakalis (Gambar 8B,C). Pada akhir
minggu ketujuh, membrana kloakalis ruptur, sehingga terbentuk lubang anus untuk usus
belakang dan lubang ventral untuk sinus urogenitalis. Diantara keduanya, ujung septum
urorektale membentuk korpus perineale (badan perineum) (Gambar 8C)
Gambar 5.8. Regio kloaka pada mudigah dalam berbagai tahapan perkembangan. A. Usus
belakang masuk ke bagian posterior kloaka, bakal kanalis anorektalis; alantois masuk ke bagian
anterior, bakal sinus urogenitalis. Septum urorektale dibentuk oleh penyatuan mesoderm yang
melapisi alantois dan yolk sac. Membrana kloakalis, yang membentuk batas ventral kloaka,
terdiri dari ektoderm dan endoderm. B. Seiring dengan berlanjutnya pelipatan kaudal mudigah,
septum urorektale bergerak mendekati membrana kloakalis. C. Pemanjangan tuberkulum
genitale menarik bagian urogenital kloaka ke anterior; rupturnya membrane kloakalis
menciptakan satu lubang untuk usus belakang dan satu lubang untuk sinus urogenitalis. Ujung
septum urorektale membentuk korpus perineale (Sadler, 2012).
Kanalis analis itu sendiri berasal dari endoderm (bagian kranial) dan ektoderm
(bagian kaudal). Bagian kaudal dibentuk melalui invaginasi ektoderm di sekitar proktodeum.
Suplai vaskular ke kanalis analis mencerminkan asalnya yang berbeda. Oleh sebab itu, bagian
kranial disuplai oleh arteri rektalis superior dari arteri mesenterika inferior yaitu arteri usus
belakang, sedang-kan bagian kaudal disuplai oleh arteri rektalis inferior, cabang dari arteri
pudenda interim.
Referensi :
Sadler, T. W.2012. Langman’s Medical Embryology. 12th ed. Lippincott Williams &
Wilkins. Philadelphia.
Dudek. R. W. 2010. BRS Embryology 5 thed. Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia
Lerner. K.L. 2002. Embryonic development and differentiation of ectodermal,endodermal, and
mesodermal germ layers. harvard.edu. World of Anatomy and Physiology Thomson Gale.
LO 3
Mahasiswa mampu mengjelaskan mengenai histologi saluran cerna.
2. Submukosa
• mengandung jaringan adiposa
• banyak pembuluh darah
• terdapat kelenjar esofagus propria
Tautan Esofagus-Lambung
• Taut esofagus-lambung ditandai dengan perubahan mendadak dari epitel
gepeng berlapis menjadi epitel silindris selapis
• Terdapat kelenjar kardia esofageal yang terletak di bawah muskularis mukosa
• Lambung
Dinding lambung menunjukkan 4 bagian umum:
1. Mukosa:
• foveola gastika (gastric pit)
• epitel silindris selapis
• lamina propria
• kelenjar fundus: sel mukosa leher (mucous neck cell), sel parietal, sel
zimogenik (chief cell)
• muskularis mukosa
2. Submukosa
• banyak serat kolagen
• pembuluh darah limfe
• kapiler
• arteriol besar
• venula
• pleksus saraf submukosa (Meissner)
3. Muskularis eksterna
• lapisan otot polos oblik, sirkular dan longitudinal
4. Serosa
• jaringan ikat longgar
• mengandung sel adiposa
• Usus halus
• Usus halus duodenum
Ciri, khas duodenum adalah kelenjar duodenal (Brunner) tubuloasinar yang
bercabang di submukosa.
• Usus halus Jejunum
• Mirip Duodenum
• Villi lebih langsing
• Sel goblet lebih banyak
• Tidak ada kelenjar Brunner di tunica
• submucosa(sudah hilang)
Referensi:
• Ovalle WK, Nahirney PC. Netter’s Essential histology Second Edition. Philadelphia:
Elsevier. 2013
• Lesli Gartner. Atlas berwarna Histologi 5th edition.
LO 3
Lambung dibagi menjadi 3 bagian. Fundus adalah bagian lambung yang terletak di atas bagian
esofagus. Bagian tengah atau bagian utama lambung adalah korpus (badan). Pada bagian
bawah bernama antrum yang memiliki dinding yang lebih tebal dan pada bagian akhir terdapat
sfingter pilorus yang berfungsi sebagai sawar antara lambung dan usus halus, duodenum
Lambung melakukan empat proses pencernaan dasar yaitu motilitas, Sekresi, digesti, dan
absorpsi.
• Motilitas Lambung
Lambung melakukan 4 aspek motilitas, yaitu :
1. Pengisian
Poses ini melibatkan relaksasi reseptif, yaitu respons Pada lipatan – lipatan pada interior
lambung yang Diperantai oleh nervus vagus. Oleh karenanya, lipatan-Lipatan ini dapat
mendatar dan memperbesar luas Permukaan lambung, yang akan meningkatkan kapasitas
Pengisian lambung. Ketika kosong lambung memiliki Volume sekitar 50mL, dan dapat terisi
hingga 1000 mL.
2. Penyimpanan
Makanan dapat disimpan di bagian corpus tanpa mengalami pencampuran, karena bagian
fundus dan Korpus memiliki lapisan otot yang tipis, sehingga Kontraksi peristaltik lemah.
3. Pencampuran
Pencampuran terjadi di bagian antrum. Pada proses ini, terjadi kontraksi peristaltik yang kuat
sehingga mencampur makanan dan hasil akhirnya membentuk Kimus.
4. Pengosongan lambung
Kontraksi peristaltik antrum juga berperan dalam Pengosongan, sehingga membentuk gaya
pendorong untuk mengosongkan lambung.
Di dinding sumur gastrik dan di dalam mukosa oksintik, terdapat berbagai macam sel yang
berfungsi dalam mensekresikan eksokrin lambung. Terdapat sel mukus yang melapisi sumur
gastrik dan pintu masuk kelenjar, dan berfungsi dalam mensekresikan mukus. Bagian dalam
kelenjar lambung dilapisi oleh 2 macam sel yaitu, sel utama (chief cells) dan sel parietal. Sel
utama (chief cells) berfungsi menghasilkan prekursor enzim pepsinogen, yang apabila
diaktifkan akan memulai proses pencernaan protein. Lalu sel parietal berfungsi dalam
mensekresikan Asam hidroklorida (HCl) dan faktor intrinsik yang berperan dalam proses
absorpsi vitamin B12. Asam hidroklorida berfungsi untuk mengaktifkan pepsinogen sehingga
dapat memulai proses absorpsi protein, serta dapat membunuh mikroorganisme. Selain itu
asam hidroklorida juga dapat menguraikan jaringan ikat, sehingga partikel makanan yang besar
akan diubah menjadi partikel yang lebih kecil, dan pada akhirnya akan terbentuk kimus.
Kelenjar lambung juga mengeluarkan faktor regulatorik endokrin dan parakrin, yang dapat
menstimulasi pengeluaran asam hidroklorida. Terdapat sel G, yang berperan mensekresikan
hormon gastrin, yang berfungsi sebagai hormon pencernaan utama, hormon ini bekerja dengan
menstimulasi sel parietal dan sel utama untuk meningkatkan sekresi asam hidroklorida (HCl).
Selain itu, terdapat juga sel ECL yang berperan dalam mensekresikan histamin yang bekerja
menstimulasi sel-sel parietal lokal untuk meningkatkan sekresi asam hidroklorida (HCl), selain
itu histamin juga memperkuat aksi asetilkolin (Ach) dan gastrin. Terdapat juga sel D yang
berfungsi dalam Mensekresikan somatostatin sebagai inhibitor dari sel parietal, sel G, dan sel
ECL.
Gambar 2.2 Fase sekretorik Lambung
Gambar 2.2 menjelaskan tiga fase sekresi lambung, yaitu : fase sefalik, fase gastrik dan fase
usus. Fase sefalik mengacu pada respons stimulasi yang muncul dari kepala sebelum makanan
mencapai lambung. Stimulasi ini bisa dalam bentuk memikirkan, mencicipi, menghidu,
mengunyah dan menelan makanan yang akan menstimulasi aktivitas vagus. Stimulasi vagus
akan melibatkan dua cara, pertama stimulasi vagus akan mengaktifkan pleksus intrinsik yang
akan meningkatkan sekresi asetilkolin, dan merangsang sel parietal. Selain itu stimulasi vagus
akan merangsang sel G untuk mensekresikan gastrin, sehingga kedua cara tersebut akan
meningkatkan sekresi asam hidroklorida (HCl).
Fase gastrik mulai bekerja ketika makanan mencapai Lambung. Rangsangan yang ada di
lambung berupa protein, potongan peptida, peregangan, kafein, dan alkohol akan
Mengaktifkan refleks vasovagal dari lambung yang akan Diteruskan ke otak dan akan
diteruskan kembali ke lambung, Sehingga mengaktifkan respons saraf intrinsik untuk
Meningkatkan sekresi sekresi asam hidroklorida (HCl). Selain Itu protein juga dapat secara
langsung menstimulasi sekresi gastrin.
Fase intestinal teraktivasi oleh adanya produk pencernaan protein di bagian intestinal terutama
duodenum, yang akan menyebabkan sekresi gastrin dalam jumlah kecil gastrin
• Digesti
Proses digesti di dalam lambung terjadi di dua tempat, yaitu di korpus lambung, makanan
belum tercampur dengan sempurna, sehingga pencernaan karbohidrat masih berlanjut di bawah
pengaruh enzim amilase liur. Didalam antrum lambung makanan dicampur merata dengan
asam hidroklorida (HCl) dan pepsin.
• Absorpsi
Di mukosa lambung tidak terdapat makanan dan air yang diserap, tetapi ada dua bahan non-
nutrien yang dapat diserap langsung, yaitu : etil alcohol dan aspirin. Alkohol bersifat sedikit
larut lemak sehingga zat ini bisa berdifusi lewat membran lemak sel epitel yang menyelimuti
bagian dalam lambung serta bisa masuk ke darah lewat kapiler submukosa.
Sawar lambung merujuk pada mekanisme pertahanan lambung yang meliputi berbagai faktor,
seperti sawar epitel, sekresi mukus, dan mekanisme penggantian mukosa. Sawar epitel
lambung merupakan lapisan epitel yang melapisi permukaan dalam lambung dan berperan
dalam melindungi lambung dari cedera mekanis dan asam lambung. Selain itu, sekresi mukus
juga merupakan bagian dari sawar lambung yang berperan dalam melindungi lambung dari
cedera asam dengan menetralisasi HCl. Mekanisme penggantian mukosa juga merupakan
bagian dari sawar lambung yang penting untuk mempertahankan integritas mukosa lambung
Daftar Pustaka
Anggita, N. (2012). Fungsi Motorik, Sekresi, dan Absorpsi Lambung. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 10(2), 55-68
Kamil, S.M. (2021). “Hubungan Stres Psikologis dan Kualitas Tidur terhadap Dispepsia
Fungsional pada Mahasiswa Tahun Pertama Preklinik dan Mahasiswa Tahun Pertama Klinik
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.” Skripsi Sarjana
Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
1. Mengunyah (mastikasi)
Makanan yang ada di dalam mulut akan bercampur dengan saliva dan akan dikunyah pada
proses pengunyahan maka makanan akan terjadi pemecahan menjadi ukuran yang lebih
kecil. Makanan yang sudah bercampur dengan saliva akan mempermudah pelumatannya.
Dengan bantuan gigi lida dan saliva makanan akan diolah hinggah terbentuk bolus. Dalam
bentuk inikah maka makanan akan dengan mudah didorong oleh lidah belakang dan masuk
daerah faring dan esofagus.
Banyak proses mengunyah disebabkan oleh refleks mengunyah; dengan adanya bolus
dalam mulut menyebabkan refleks inhibisi otot otot pengunyah yang memungkinkan
rahang bawah turun. Penurunan rahang yang mendadak akan menimbulkan refleks regang
otot otot rahang yang menyebabkan gerakan memantul. Rahang akan terangkat dan gigi
menutup menyebabkan bolus tertekan terhadap dinding mulut dan seterusnya berulang
ulang.
Mastikasi bergun untuk
1. Memecah selaput selulosa bahan makanan (sayur, buah)
2. Memecah makanan menjadi bentuk lebih kecil
3. Memberikan rangsangan pada rasa kecap
4. Menghindari kerusakan saluran cerna
5. Mempercepat pengosongan lambung
2. Menelan
Menulan merupakan suatu mekanisme yang kompleks karena faring sebagian besar
waktunya melakukan beberapa fungsi lain selain menelan dan menjadi saluran pendorong
makanan.
Proses menelan makanan:
1. Bolus didorong ke belakang rongga mulut oleh otot otot rongga mulut dan lidah.
2. Bolus didorong masuk ke rongga faring dengan jalan menutup mulut dan menekuk lidah ke
atas dan belakang. Sampai pada kegiatan ini proses menelan dilakukan secara volunter. Proses
selanjutnya berlangsung secara involunter yang terjadi pada organ pencernaan selanjutnya.
3. Otot lidah menutup rongga mulut agar bolus tidak kembali ke rongga mulut.
4. Uvula menutup nasofaring untuk mencegah masuknya makanan ke rongga mulut.
5. epiglottis menutup laring untuk mencegah makanan masuk ke saluran napas, setelah bolus
memasuki esofagus dengan segera epiglottis membuka kembali.
6. Bolus bergerak ke lambung dengan bantuan gerakan peristaltik
3. Esofagus
Dalam keadaan normal esofagus menunjukkan dua jenis gerakan peristaltik, yaitu:
peristaltik primer dan peristaltik sekunder. Peristaltik primer merupakan lanjutan
gelombang peristaltik yang dimulai dari faring menyebar ke esofagus selama tingkat
faringeal. Gelombang akan berjalan dalam waktu 5 sampai 10 detik. Bila gelombang
peristaltik primer gagal menggerakkan semua makanan yang sudah masuk ke esofagus ke
dalam lambung, timbul gelombang peristaltik sekunder akibat regangan esofagus oleh
makanan yangtertinggal. Gelombang ini terus dibentuk sampai semua makanan masuk ke
dalam lambung.
Menelan (deglutition) • Dibagi menjadi 2 tahap:
– Tahap orofaring: + 1 detik
• Perpindahan bolus dari mulut ke faring dan masuk ke esofagus.
• Makanan harus dicegah masuk ke saluran lain (mulut, hidung, trakea).
– Tahap esofagus:
• Esofagus dijaga kedua ujungnya oleh sfingter: sfingter faringoesofagus & sfingter
gastroesofagus.
• Gelombang peristaltik primer: mengalir dari pangkal ke ujung esofagus; 5-9 detik;
dikontrol pusat menelan
• Gelombang peristaltik sekunder: jika bolus berukuran besar atau lengket; disebabkan
peregangan esofagus.
LO 6
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang faktor yang merangsang sekresi
lambung:
• Makanan:
Makanan, terutama yang mengandung protein, memicu sekresi asam lambung.
Asam amino tertentu, seperti histidin dan arginin, juga dapat merangsang produksi
asam lambung.
• Stimulasi Saraf:
Saraf vagus (terlebih khususnya Reseptor M), bagian dari sistem saraf parasimpatis,
merangsang sel-sel parietal dalam lambung untuk menghasilkan asam klorida.
• Hormon Gastrin:
Hormon gastrin, yang dihasilkan oleh sel G dalam lambung, meningkatkan
sekresi asam lambung. Gastrin dihasilkan sebagai respons terhadap makanan,
terutama makanan yang mengandung protein.
• Histamin:
Histamin, yang dilepaskan oleh sel-sel ECL (enterochromaffin-like) dalam
lambung, merangsang produksi asam klorida dengan berinteraksi dengan reseptor
histamin H2 pada sel-sel parietal.
• Faktor Lingkungan Lokal:
Faktor-faktor lokal seperti pH lambung, distensi lambung, kehadiran makanan,
ataupun keadaan mental seperti stress, dapat memengaruhi sekresi asam pada
lambung.
• Peptida:
Beberapa peptida, seperti gastrin, yang dilepaskan saat makanan masuk atau
peptida lainnya yang terdapat pada makan yang mengandung protein, dapat
merangsang sel-sel parietal untuk menghasilkan asam lambung.
REFERENSI:
1. A. C. Ivy, Robert K. S. Lim, J. E. McCarthy; CONTRIBUTIONS TO THE
PHYSIOLOGY OF GASTRIC SECRETION.—II. THE INTESTINAL PHASE OF
GASTRIC SECRETION, 1925
2. ML Schubert, DA Peura - Gastroenterology, 2008 - Elsevier
3. G Kahlson - British Medical Journal, 1948
4. SJ Hersey, G Sachs - Physiological reviews, 1995
LO 7
Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai proses sekresi saliva dan proses
muntah.
Sekresi Saliva
Saliva merupakan gabungan dari berbagai cairan dan komponen yang diekskresikan ke
dalam rongga mulut. Beberapa fungsi dari saliva, yaitu:
· Pencernaan karbohidrat di dalam mulut
· Mempermudah proses menelan --- mukus
· Menghancurkan mikroorganime (Lisozime)
· Pelarut molekul yg merangsang papil pengecap
· Menetralkan asam di makanan atau yang dihasilkan bakteri
· Membantu menjaga kebersihan mulut dan gigi
· Membantu dalam berbicara
Saliva disekresi oleh kelenjar sublingual, kelenjar submandibular, dan kelenjar parotis.
Saliva terdiri dari 99,5% H2O dan 0,5% protein (amilase, mukus, lisozim), elektrolit (Na, K,
Cl, bikarbonat, fosfat) dan lain-lain (gas, urea, asam urat, immunoglobulin A). Saliva disekresi
sekitar 1000 – 1500 ml per hari. Tingkat perangsangan saliva bergantung pada kecepatan aliran
saliva antara 0,1- 4 ml/menit. Sekresi saliva dikontrol oleh sistem saraf otonom parasimpatis
dan simpatis melalui refleks saliva. Stimulus saraf parasimpatis menghasilkan saliva yang
bersifat encer, jumlah besar, dan kaya enzim. Stimulus saraf simpatis menghasilkan saliva yang
bersifat kental, jumlah kecil, dan kaya mukus.
Proses sekresi saliva diawali oleh stiumulus yang mengaktifkan refleks stimulasi.
Aktivitas mengunyah makanan merupakan stimulus utama dalam sekresi saliva. Refleks saliva
terstimulasi pada saat kemoreseptor atau reseptor tekanan di dalam rongga mulut berespon
ketika adanya makanan. Reseptor tersebut memulai impuls di serat saraf aferen yang membawa
informasi ke pusat saliva di medula batang otak. Pusat saliva kemudian mengirim impuls
melalui saraf otonom ekstrinsik ke kelenjar saliva untuk meningkatkan sekresi saliva. Gerakan
mengunyah tanpa adanya makanan dapat merangsang sekresi saliva. Berpikir, melihat, dan
membaui suatu makanan dapat merangsang sekresi saliva.
Faktor yang memengaruhi sekresi saliva, yaitu:
· Mengunyah dan menelan makanan
· Rasa dari makanan
· Dehidrasi
· Berpikir, melihat, dan mencium makanan.
Proses Muntah
Muntah adalah ketika isi lambung keluar secara paksa melalui mulut. Penyebab
muntah, yaitu:
· Stimulasi tsentuhan di bagian belakang kerongkongan
· Iritasi atau peregangan lambung atau duodenum
· Peningkatan tekanan intrakranial
· Rotasi atau akselerasi yang menyebabkan pusing
· Bahan kimia atau obat-obatan
· Mencium bau yang tidak enak
· Stres
Muntah dapat terjadi apabila ada stimulasi pada pusat muntah di medula batang otak.
Awal muntah adalah air liur meningkat, berkeringat, denyut jantung meningkat, dan rasa mual.
Muntah diawali dengan tarikan napas yang dalam dan penutupan glotis dimana palatum mole
menutup nares. Kontraksi otot di bawah rongga dada (diafragma) menekan ke arah lambung
dan kontraksi otot perut menekan rongga perut sehingga tekanan di dalam rongga perut
meningkat yang akan membuat isi lambung terdorong ke atas melalui esofagus dan keluar dari
mulut.
Referensi:
1. Wungouw H. FISIOLOGI SISTEM PENCERNAAN ATAS.
2. Kasuma N. FISIOLOGI DAN PATOLOGI SALIVA. 2015;
3. Zhong W, Shahbaz O, Teskey G, Beever A, Kachour N, Venketaraman V, et al. Mechanisms
of nausea and vomiting: Current knowledge and recent advances in intracellular emetic
signaling systems. Vol. 22, International Journal of Molecular Sciences. MDPI; 2021.
LO 8
Mahasiswa mampu merinci pengertian dari pencernaan dan penyerapan sebagai suatu proses.
Sistem pencernaan memiliki beberapa fungsi utama, salah satunya adalah untuk mengambil
nutrisi dari makanan yang kita konsumsi dan memindahkannya ke dalam lingkungan internal
tubuh. Proses ini melibatkan pencernaan makanan menjadi bentuk yang dapat diserap oleh
tubuh, penyerapan nutrisi tersebut, serta eliminasi sisa-sisa yang tidak tercerna. Selain itu,
sistem pencernaan juga berperan dalam pengaturan keseimbangan air dan elektrolit dalam
tubuh.
Pencernaan:
1. Pencernaan Mekanik:
proses fisik yang mengubah makanan dari bentuk kasar menjadi halus. Proses ini
dimulai di mulut ketika makanan dikunyah oleh gigi, yang mengubah makanan dari
bentuk kasar menjadi lebih halus. Selanjutnya, pencernaan mekanik berlanjut di
lambung, dimana makanan mengalami gerakan mengaduk dan meremas oleh dinding
lambung. Dan terakhir terjadi di usus halus, dimana gerakan peristaltik usus (kontraksi
berirama seperti gelombang pada otot polos yang membantu mendorong makanan dan
cairan serta mencampur mereka.) membantu memecah makanan secara mekanik
gerakan ini juga akan menyebarkan makanan pada dinding dalam usus halus untuk
membantu dalam penyerapan nutrisi.
2. Pencernaan Kimiawi:
proses pencernaan makanan yang melibatkan enzim untuk mengubah partikel makanan
yang kecil-kecil menjadi bentuk yang siap diserap oleh tubuh. Karbohidrat, protein, dan
lemak merupakan 3 nutrien yang akan dipecahkan menjadi molekul yang lebih kecil
melalui hidrolisis enzimatik.
Source: Healthline,Biology LibreTexts,Biology Notes
B. Protein
1. Protein diubah menjadi asam amino dan beberapa fragmen peptida kecil
oleh pepsin lambung dan enzim proteolitik pankreas (tripsin,
kimotripsin, dan karboksipeptidase)
2. Peptida kecil kemudian diubah menjadi asam amino oleh bantuan enzim
aminopeptidase di brush border
3. Asam amino diserap ke dalam sel epitel usus halus melalui mekanisme
transpor aktif sekunder yang bergantung pada Na+ dan energi. Asam
amino meninggalkan sel epitel melalui difusi terfasilitasi dan memasuki
peredaran darah kapiler dan dibawa menuju hati melalui vena porta
hepatis.
C. Lemak
1. Garam empedu akan melakukan emulsifikasi (mengubah globulus
lemak besar) menjadi butiran-butiran halus. Emulsi ini bertujuan untuk
meningkatkan luas permukaan yang tersedia untuk dicerna oleh lipase
pankreas
2. Garam empedu akan membentuk selaput bermuatan negatif pada
permukaan butiran lemak sehingga emulsi lemak tidak akan
menggumpal kembali.
3. Lipase pankreas akan memecah lemak menjadi monogliserida dan asam
lemak bebas
4. Garam empedu dan konstituen empedu lainnya akan membentuk misel.
Misel memiliki sifat hidrofilik pada bagian luarnya & hidrofobik pada
bagian dalamnya. Substansi yang tak bisa larut air (hidrofobik) seperti
lemak akan masuk ke dalam inti misel dan dibawa oleh misel menuju ke
permukaan absorptif usus halus.
5. Ketika mendekati epitel usus yang absorptif, monogliserida dan asam
lemak akan meninggalkan misel dengan cara berdifusi masuk ke dalam
sel.
6. Dalam sel, monogliserida dan asam lemak bebas diubah menjadi
trigliserida. Trigliserida-trigliserida menyatu dan dibungkus oleh suatu
lapisan lipoprotein dalam retikulum endoplasma untuk membentuk
kilomikron yang larut air. Kilomikron kemudian dikeluarkan melalui
membran basal sel lalu masuk ke pembuluh limfe.
Penyerapan:
Usus halus secara normal menyerap semua produk pencernaan, termasuk karbohidrat,
protein, dan lemak, serta sebagian besar elektrolit, vitamin, dan air.
Sebagian besar penyerapan makanan terjadi di duodenum dan jejenum, hanya sebagian
kecil di ileum karena sebagian besar isi usus telah diserap sebelum mencapai ileum.
Khusus pada ileum terjadi penyerapan vitamin B12 dan garam empedu.
Mukosa usus halus memiliki peranan yang penting dalam proses penyerapan.
Permukaan dalam usus halus berbentuk lipatan sirkuler yang dapat memperluas
permukaan usus halus 3x lipat. Pada permukaan mukosa terdapat vili dan mikrovili
yang dapat memperluas permukaan mukosa usus lagi. Makin luas permukaan usus,
maka penyerapan zat gizi akan berlangsung dengan baik.
Referensi:
Wungouw, Herlina. 2024. FISIOLOGI SISTEM PENCERNAAN ATAS. Bahan Ajar
Modul Sistem Gastrointestinal, Hepatobilier, dan Pankreas Program Studi Pendidikan
Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi.
Sherwood L. Introduction to Human Physiology. 9th ed. US: Cengage Learning. 2015
Hall E J. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology. 13th ed. US. Saunders.
Medical mini notes-Human Physiology. MMN Publishing, Makassar.
LO 9
Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai motilitas, sekresi, dan absorbs.
Motilitas:
Motilitas adalah kontraksi otot mendorong (propulsif) dan mencampur, motilitas sangat
dibutuhan agar sistem pencernaan dapat berlangsung dengan normal. Tonus (kontraksi tingkat
rendah) yang mempertahankan tekanan tetap pada isi saluran cerna, dan mencegah dinding
saluran cerna teregang permanen. Kontraksi otot mendorong (propulsif) mempunyai kecepatan
pergerakan yang bervariasi sesuai fungsi, contohnya, pada esofagus gerakan mendorong akan
berlangsung cepat, sedangkan pada usus halus gerakan mendorong akan berlangsung lama
karena terjadi proses penyerapan makanan/nutrien. Kontraksi otot mencampur berfungsi untuk
meningkatkan pencernaan makanan, misalnya, mencampur makanan dengan getah pankreas
untuk membantu penyerapan lemak.
Sekresi:
Getah pencernaan disekresikan ke dalam lumen saluran cerna melalui kelenjar eksokrin
(saluran khusus yang tidak melalui darah). Sekresi getah pencernaan memerlukan energi.
Getah pencernaan terdiri dari air, elektrolit, dan konstituen spesifik lainnya seperti, enzim,
garam empedu, mukus). Pada keadaan normal, sekresi pencernaan direabsobsi kembali ke
dalam darah setelah ikut dalam proses pencernaan. Saat terjadi kegagalan reabsorbsi akibat
muntah atau diare yang mana akan menyebabkan kehilangan cairan di tubuh.
Absorbsi:
Absorbsi sebagian besar terjadi penyerapan nutrisi di usus halus. Hasil dari penyerapan nutrisi
akan dipindahkan ke darah atau limfe.
LO 10
Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai proses pembentukan HCL pada
lambung.
Selama sekresi lambung fase sefalik, sekresi terutama diaktifkan oleh impuls vagus
yang berasal dari regio otak yang dinamai kompleks vagus dorsal, yang memadukan masukan
dari pusat-pusat yang lebih tinggi. Impuls vagus ke lambung kemudian menyebabkan
pelepasan GRP dan asetilkolin, dan karenanya memulai fungsi sekresi. Namun, sebelum
makanan masuk ke lambung, terdapat sedikit pemicu tambahan dan karenanya jumlah sekresi
terbatas. Setelah makanan ditelan, di pihak lain, konstituen-konstituen makanan memicu
pelepasan gastrin dalam jumlah substansial dan keberadaan fisik makanan juga meregangkan
lambung dan mengaktifkan reseptor regang, yang memicu suatu refleks “vago-vagus” serta
refleks lokal yang semakin meningkatkan sekresi. Keberadaan makanan juga mendapat
keasaman lambung yang, bila tidak disangga, akan menjadi sinyal inhibitorik umpan-balik
untuk menghentikan sekresi akibat pelepasan somatostatin, yang menghambat sel G dan ECL
serta sekresi oleh sel parietal itu sendiri (Gambar 25-6). Hal ini mungkin merupakan suatu
mekanisme kunci, yaitu sekresi lambung dihentikan setelah makanan mengalir dari lambung
ke usus halus.
Sel parietal lambung adalah sel yang sangat khusus dengan tugas tak-lazim yaitu
menyekresi asam pekat. Sel-sel ini dipenuhi oleh mitokondria yang memasok energi untuk
menjalankan H,K-ATPase apikal, atau pompa proton, yang memindahkan ion H+ keluar sel
parietal melawan gradien konsentrasi lebih dari sejuta kali lipat. Saat istirahat, pompa proton
terdapat di dalam sel parietal dalam serangkaian kompartemen membran yang dinamai
tubulovesikel. Ketika sel parietal mulai menge- luarkan sekresinya, vesikel-vesikel ini menyatu
dengan invaginasi membran apikal yang dikenal sebagai kanalikulus, sehingga luas membran
apikel bertambah secara signifikan dan menempatkan pompa proton untuk memulai sekresi
asam. Membran apikal juga mengandung
Kanal kalium, yang menyalurkan ion K+ untuk dipertukarkan dengan H+, dan kanal
Cl− yang memasok ion pengimbang untuk sekresi HCl. Sekresi proton juga disertai oleh
pelepasan ion bikarbonat dalam jumlah ekuivalen ke dalam aliran darah, yang akan kita lihat
digunakan untuk menetralkan keasaman lambung jika tugasnya telah selesai.
Tiga agonis sel parietal—gastrin, histamin, dan asetilkolin —masing-masing berikatan
dengan reseptor tersendiri di membran basolateral (Gambar 25-8). Gastrin dan asetilkolin
meningkatkan sekresi dengan meningkatkan konsentrasi kalsium bebas sitosol, sementara
histamin meningkatkan adenosin 3’,5’-monofosfatsiklik (cAMP). Efek akhir berbagai kurir
kedua ini adalah perubahan morfologis dan transpor seperti dijelaskan di atas. Namun, perlu
disadari bahwa kedua jalur untuk aktivasi tersebut bersifat sinergistik, dengan efek pada laju
sekresi yang lebih besar daripada efek penjumlahan jika secara bersamaan terdapat histamin
dengan gastrin atau asetilkolin, atau ketiganya. Makna fisiologik sinergisme ini adalah bahwa
dapat dihasilkan laju sekresi yang tinggi hanya dengan perubahan kecil pada masing-masing
rangsangan. Sinergisme juga bemakna dari segi pengobatan karena sekresi dapat sangat ditekan
hanya dengan menghambat pengaktifan salah satu pemicu (terutama efek histamin, melalui
antagonis histamin H2 yang digunakan secara luas untuk efek simpang sekresi lambung yang
berlebihan, misalnya refluks).
Setiap hari, sekresi lambung menambahkan sekitar 2,5 L ke dalam isi usus. Namun,
meskipun jumlahnya substansial dan dikendalikan secara ketat, sekresi lambung tidak mutlak
diperlukan untuk pencernaan dan penyerapan suatu makanan, kecuali penyerapan kobalamin.
Hal ini menggambarkan aspek penting dalam fisiologi pencernaan, yaitu bahwa kapasitas
pencernaan dan penyerapan jauh melebihi kebutuhan normal. Di pihak lain, jika sekresi
lambung terus-menerus berkurang, individu yang bersangkutan mungkin mengalami
peningkatan kerentanan terhadap infeksi yang masuk melalui rute oral.
Sel parietal lambung adalah sel yang sangat khusus dengan tugas tak-lazim yaitu
menyekresi asam pekat. Sel-sel ini dipenuhi oleh mitokondria yang memasok energi untuk
menjalankan H,K-ATPase apikal, atau pompa proton, yang memindahkan ion H+ keluar sel
parietal melawan gradien konsentrasi lebih dari sejuta kali lipat. Saat istirahat, pompa proton
terdapat di dalam sel parietal dalam serangkaian kompartemen membran yang dinamai
tubulovesikel. Ketika sel parietal mulai menge- luarkan sekresinya, vesikel-vesikel ini menyatu
dengan invaginasi membran apikal yang dikenal sebagai kanalikulus, sehingga luas membran
apikel bertambah secara signifikan dan menempatkan pompa proton untuk memulai sekresi
asam. Membran apikal juga mengandung kanal kalium, yang menyalurkan ion K+ untuk
dipertukarkan dengan H+, dan kanal Cl− yang memasok ion pengimbang untuk sekresi HCl.
Sekresi proton juga disertai oleh pelepasan ion bikarbonat dalam jumlah ekuivalen ke dalam
aliran darah, yang akan kita lihat digunakan untuk menetralkan keasaman lambung jika
tugasnya telah selesai.
Sel parietal lambung adalah sel yang sangat khusus dengan tugas tak-lazim yaitu
menyekresi asam pekat). Sel-sel ini dipenuhi oleh mitokondria yang memasok energi untuk
menjalankan H,K-ATPase apikal, atau pompa proton, yang memindahkan ion H+ keluar sel
parietal melawan gradien konsentrasi lebih dari sejuta kali lipat. Saat istirahat, pompa proton
terdapat di dalam sel parietal dalam serangkaian kompartemen membran yang dinamai
tubulovesikel. Ketika sel parietal mulai menge- luarkan sekresinya, vesikel-vesikel ini menyatu
dengan invaginasi membran apikal yang dikenal sebagai kanalikulus, sehingga luas membran
apikel bertambah secara signifikan dan menempatkan pompa proton untuk memulai sekresi
asam. Membran apikal juga mengandung kanal kalium, yang menyalurkan ion K+ untuk
dipertukarkan dengan H+, dan kanal Cl− yang memasok ion pengimbang untuk sekresi HCl.
Sekresi proton juga disertai oleh pelepasan ion bikarbonat dalam jumlah ekuivalen ke dalam
aliran darah, yang akan kita lihat digunakan untuk menetralkan keasaman lambung jika
tugasnya telah selesai (Gambar 25-9).
LO 11
Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai perangsang getah pankreas dan
enzim-enzim pancreas.
Pankreas adalah sebuah kelenjar memanjang yang terletak di belakang dan di bawah
lambung, di atas lengkung pertama duodenum (Gambar 16-10). Ke- lenjar campuran ini
mengandung jaringan eksokrin dan endokrin. Bagian eksokrin yang utama terdiri dari
kelompok-kelompok sel sekretorik mirip-anggur yang membentuk kantong yang dikenal
sebagai asinus, yang berhubungan dengan duktus yang akhirnya bermuara di duodenum.
Bagian endokrin yang lebih kecil ter diri dari pulau-pulau jaringan endokrin terisolasi. pulau
Langerhans, yang tersebar di seluruh pankreas Hormon-hormon terpenting yang disekresikan
oleh sel Pankreas eksokrin menyekresikan enzim pencernaan dan cairan encer alkalis
Pankreas eksokrin mengeluarkan getah pankreas yang terdiri dari dua komponen: (1)
enzim pankreas yang secara aktif disekresikan oleh sel asinar yang membentuk asinus dan (2)
larutan cair basa yang secara aktif disekresikan oleh sel duktus yang melapisi duktus
pankreatikus. Komponen encer alkalis banyak mengandung natrium bikarbonat (NaHCO
Seperti pepsinogen, enzim-enzim pankreas disim pan di dalam vesikel sekretorik yang
disebut dengan granula zimogen setelah diproduksi, kemudian dile paskan dengan eksositosis
sesuai kebutuhan. Sel-sel asinus mengeluarkan tiga jenis enzim pankreas yang mampu
mencerna ketiga kategori makanan: (1) enzim proteolitik untuk pencernaan protein, (2) amilase
pandoras untuk pencernaan karbohidrat, dan (3) lipase pankreas untuk mencerna lemak. Enzim
pankreas dapat dapat hampir sempurna mencerna makanan tanpa adanya sekresi pencernaan
lain.
Enzim Proteolitik Pankreas Ketiga enzim pro teolitik utama pankreas adalah
tripsinogen, kimotrip- sinogen, dan prokarboksipeptidase, yang masing-masing disekresikan
dalam bentuk inaktif. Setelah trip- sinogen disekresikan ke dalam lumen duodenum, bahan ini
diaktifkan menjadi bentuk enzim aktif, tripsin, olch enteropeptidase (dahulu dikenal se bagai
enterokinase), suatu enzim yang terbenam di membran luminal sel-sel yang melapisi mukosa
duodenum. Seperti pepsinogen, tripsinogen harus tetap inaktif di dalam pankreas untuk
mencegah enzim proteolitik ini mencerna protein sel tempat ia terbentuk Karena itu,
tripsinogen tetap inaktif hingga zat ini mencapai lumen duodenum, tempat enterokinase
memicu proses pengaktifan. Tripsin ke- mudian secara otokatalisis mengaktifkan lebih banyak
tripsinogen. Sebagai proteksi tambahan, pankreas juga menghasilkan bahan kimia yang dikenal
sebagai inhibitor tripsin, yang menghambat kerja tripsin jika secara tak sengaja terjadi
pengaktifan tripsinogen di dalam pankreas
Lipase Pankreas Lipase pankreas sangat penting karena merupakan satu-satunya enzim di
seluruh saluran cerna yang dapat mencerna lemak. (Pada manusia, lipase dalam jumlah sa- ngat
sedikit dise- kresikan di saliva dan getah lambung, yaitu lipase lidah dan lipase lambung.)
Lipase pankreas menghidrolisis tri- gliserida makanan menjadi monogli- serida dan asam
lemak bebas, yaitu satuan lemak yang dapat diserap Seperti amilase, lipase dise kresikan dalam
bentuk aktif karena tidak ada risiko pencernaan diri oleh lipase. Trigliserida bukan merupakan
komponen struk tural sel pankreas.
Sherwood L. Introduction to Human Physiology. 9th ed. US: Cengage Learning. 2014