KELOMPOK V
2021
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan dengan Kasus Gastroenteritis Akut (GEA) telah
diteliti dan telah disetujui oleh pembimbing akademik pada Juli 2021
Pembimbing Akademik
1. Definisi
Menurut Muhammad Iqbal (2018), Gastroenteritis akut (GEA) masih menjadi salah satu
penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak di negera berkembang.
Gastroenteristinal akut adalah diare disertai muntah yang terjadi secara mendadak pada
bayi dan anak yang sebelumnya sehat.
2. Anatomi Fisiologi
(Sumber : Penjaskes.co.id)
A. Pengertian
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah
sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya
menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta
membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses
tersebut dari tubuh.
B. Fungsi
1) Melunakkan makanan, mendorongnya sepanjang saluran cerna, mencampurnya
dengan empedu dari hati dan dengan enzim-enzim pencernaan
2) Menyediakan makanan, air dan elektrolit yang dibutuhkan oleh sel-sel tubuh
melalui proses pencernaan.
C. Anatomi
1) Mulut
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut
dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat
di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin
dan pahit.
2) Faring
Bagian-bagian faring :
a) Bagian superior disebut nasofaring.
Nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang gendang
telinga,
b) Bagian media disebut orofaring.
Bagian ini berbatas kedepan sampai diakar lidah
c) Bagian inferior disebut laring gofaring
Menghubungkan orofaring dengan laring
3) Esofagus
a) Struktur lambung
(1) Lapisan peritoneal yang merupakan lapisan serosa
(2) Lapisan otot
(a) Lapisan longitudinal yg bersambung dgn esophagus
(b) Lapisan sirkuler yg paling tebal dan terletak di pilorik membentuk
spinkter.
(c) Lapisan obliq yg terdapat pada bagian fundus dan berjalan mulai dari
orifisium kardiak, membelok ke bawah melalui kurvatura minor.
(3) Lapisan sub mukosa terdiri dari jaringan areolar yang banyak mengandung
pembuluh darah dan limfe.
(4) Lapisan mukosa berbentuk rugae (kerutan), dilapisi epitelium silindris yg
mensekresi mukus.
b) Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting
(1) Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung.
(2) Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh
pepsin guna memecah protein.
(3) Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
c) Pencernan pada lambung
(1) Terjadi gerakan pada lambung yg berfungsi mencampur makanan dgn
sekret lambung & mengosongkan makanan.
(2) Makanan bercampur dengan sekret lambung menjadi chyme.
(3) Sekresi lambung : mukus, asam lambung, tripsin, lipase, amilase &
protease.
5) Usus Halus
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di
antara lambung dan usus besar. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi
isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang
dicerna).
a) Struktur usus halus
(1) Deudenum
Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum),
yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam
duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh
usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung
untuk berhenti mengalirkan makanan.
(2) Jejunum
Bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan
usus penyerapan (ileum). Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan
dalam tubuh dengan mesenterium.
(3) Ileum
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Ileum
memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi
menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.
6) Usus besar
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan
rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.
a) Struktur usus besar
(1) Kolon asendens (kanan)
(2) Kolon transversum
(3) Kolon desendens (kiri)
(4) Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
7) Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama
yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti
insulin.
8) Hati
Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan memiliki beberapa
fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma, dan
penetralan obat.
9) Rektum
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon
sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan
sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang
lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja
masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).
10) Anus
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar
dari tubuh. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses
dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar – BAB), yang
merupakan fungsi utama anus.
3. Epidemiologi
Gastroenteritis akut merupakan masalah yang banyak terjadi pada negara berkembang
dibanding dengan negara maju yang tingkat higenitas dan sanitasi lebih baik. menurut hasil
survey di Indonesia, insiden dari gastroenteritis akut akibat infeksi mencapai 96.278
insiden dan masih menjadi peringkat pertama sebagai penyakit rawat inap di Indonesia,
sedangkan angka kematian pada gastroenteritis akut (Case Fatality Rate) sebesar 1,92%.
(Depkes RI., 2012.)
4. Etiologi
Mardalena (2015) gastroenteritis disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
a. Faktor infeksi
1) Infeksi virus
a) Rotravirus
Penyebab tersering diare akut pada bayi, sering didahului atau disertai dengan
muntah. Timbul sepanjang tahun, tetapi biasanya pada musim hujan. Dapat
ditemukan demam dan muntah.
b) Enterovirus
Biasanya timbul pada musim kemarau.
c) Adenovirus
Timbul sepanjang tahun dan menyebabkan gejala pada saluran pencernaan dan
pernafasan
2) Infeksi bakteri
a) Shigella Semusim
Insiden paling tinggi terjadi usia 1-5 tahun dapat dihubungkan dengan kejang
demam, muntah yang tidak menonjol dan sel polos dalam feses.
b) Salmonella
Semua umur tetapi lebih tinggi di bawah umur 1 tahun, menembus dinding
usus, feses berdarah dan mucoid
c) Escherichia coli
Baik yang menembus mukosa (feses berdarah) atau yang menghasilkan
enterotoksin. Pasien (biasanya bayi) dapat terlihat sangat sakit.
d) Campylobacter
Sifatnya invasif (feses yang berdarah dan bercampur mukus) pada bayi dapat
menyebabkan diare berdarah tanpa manifestasi klinik yang lain.
e) Yersinia Enterecolitica
Sering didapatkan sel polos pada feses. Mungkin ada nyeri abdomen yang berat.
Diare selama 1-2 minggu, sering menyerupai appendicitis.
b. Faktor Non-infeksi
1) Malabsorbsi bisa menjadi faktor non infeksi pada pasien gastroenteritis.
Malabsorbsi akan karbohidrat disakarida (intoleransi laktosa, maltose, dan
sukrosa), atau non sakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa).
2) Faktor makanan
Makanan basi, beracun, atau alergi terhadap makanan tertentu.
3) Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas yang tidak tertangani dapat menjadi penyebab psikologis
akan gangguan gastroenteritis.
5. Klasifikasi
Menurut Sodikin (2011) klasifikasi gastroenteritis dengan manifestasi diare :
a. Diare akut (gastroenteritis)
Diare akut adalah diare yang secara mendadak terjadi pada bayi dan anak yang
sebelumnya sehat. Diare berlangsung kurang dari 14 hari. Penyebabnya adalah
rotavirus,Escherichia coli enterotoksigenik,Crytosporidium,Campylobacter jejuni dan
Shigella.
b. Diare persisten
Pada awalnya bersifat akut tetapi lebih dari 14 hari.
c. Disentri
Diare yang disertai darah dalam feses. Penyebabnya yaitu Shigella dan penyebab lain
adalah Campylobacter jejuni.
6. Manifestasi Klinis
Mardalena (2015), mengatakan tanda dan gejala yang sering timbul pada klien dengan
Gastroenteritis,adalah
a. Mual dan muntah akibat iritasi lambung
b. Bab cair, lembut, mungkin bercampur dengan lendir atau darah
c. Rasa sakit pada abdominal karena iritasi usus
d. Distensi perut
e. Demam karena infeksi
f. Tanda-tanda dehidrasi : kulit kering dan pucat, urin berkurang, takikardia, kulit lembek,
tekanan darah ortostatik berubah.
Muttaqin (2011) menyatakan bahwa mual dan muntah dikarenakan adanya gangguan
gastrointestinal menyebabkan asupan nutrisi tidak adekuat dan kekurangan natrium terjadi
karena merendahnya ketegangan tonus sehingga tekanan osmotik meningkat.
7. Pathway
Hiperperistaltik
Toksin dalam dinding Pergeseran air dan
usus halus elektrolit ke rongga usus
Kemampuan absorbsi
Hipersekresi air dan Isi rongga usus meningkat
elektrolit usus meningkat
Diare
9. Penatalaksanaan
Menurut kemenkes RI 2011, prinsip tatalaksana gastroenteritis pada balita adalah Lintas
Gastroenteritis (Lima Langkah Tuntaskan Gastroenteritis) yang didukung oleh Ikatan
Dokter Indonesia dengan rekomendasi WHO. Adapun program lintas gastroenteritis yaitu:
Rehidrasi menggunakan oralit osmolalitas rendah, zinc diberikan selama 10 hari berturut
turut, terukan pemberian minuman dan makanan, antibiotic selektif, nasihat kepada orang
tua/pengasuh.
a. Rehidrasi Oral
Gastroenteritis cair membutuhkan penggantian cairan dan elektrolit tanpa melihat
etiologinya. Tujuan terapi rehidrasi untuk mengoreksi kekurangan cairan dan elektrolit
secara cepat (terapi rehidrasi) kemudian menggantikan kekurangan cairan yang hilang
sampai diarenya berhenti (terapi rumatan) (Departemen Kesehatan RI, 2011).
b. Pemberian Zinc
Pemberian zinc selama gastroenteritis terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat
keparahan gastroenteritis, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi tinja,
serta menurunkan kekambuhan kejadian gastroenteritis pada 3 bulan berikutnya,
berdasarkan ini semua anak gastroenteritis harus diberi zinc segera saat anak
mengalami gastroenteritis, dosis pemberian zinc pada balita:
a. Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) / hari selama 10 hari
b. Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) / hari selama 10 hari
Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun gastroenteritis sudah berhenti, cara
pemberian tablet zinc : larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau ASI,
sesudah larut berikan pada anak gastroenteritis (Kemenkes RI, 2011)
c. Pemberian dietetic
Makanan harus di teruskan bahkan ditingkatkan selama gastroenteritis untuk
menghindari efek buruk pada status gizi, maka diperlukan persyaratan diet sebagai
berikut yakni pasien segera diberikan makanan oral setelah rehidrasi yakni 24 jam
pertama, makanan cukup energy dan protein, makanan diberikan bertahap mulai
dengan yang mudah dicerna, makanan diberikan dalam porsi kecil dengan frekuensi
sering (Ngastiyah, 2014).
d. Medikmentosa
Antibiotik dan antiparasit tidak boleh digunakan secara rutin, tidak ada manfaatnya
untuk kebanyakan kasus, termasuk gastroenteritis berat dengan panas, kecuali pada:
1) Disentri, bila tidak berespon pikirkan kemungkinan amoebiasis
2) Suspek kolera dengan dehidrasi berat
3) Gastroenteritis persisten
4) Obat-obatan anti gastroenteritis melipuyi antimotilitas (loperamid, difenoksilat,
opium), aadsorben (norit, kaolin, attapulgit). Anti muntah termasuk prometazin dan
klorpromazin, tidak satupun obat-obatan ini terbukti mempunyai efek yang nyata
untuk gastroenteritis akut dan beberapa mempunyai efek yang membahayakan,
obat-obtan ini tidak boleh diberikan pada anak <5 tahun (Ngastiyah, 2014).
e. Nasehat kepada orang tua/pengasuh
Menurut Kemenkes RI, 2011 ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita
harus diberi nasehat tentang:
1) Cara memberikan ciran dan obat dirumah
2) Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila, gastroenteritis
lebih sering, muntah berulang, sangat haus, makan/minum sedikit, timbul demam,
tinja berdarah.
10. Komplikasi
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak,dapat terjadi
berbagai macam komplikasi,seperti :
a. Dehidrasi (ringan,berat,hipotonik,isotonik,atau hipertonik)
b. Syok hipovolemik
c. Hipokalemia (dengan gejala hipotoni otot, lemah, bradikardi,perubahan pada EKG)
d. Hipoglikemia
e. Intoleransi laktosa sekunder,sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena
kerusakan villi mukosa usus halus
f. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik
g. Malnutrisi energi protein,karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan. (Wijaya Putri,2013)
11. Pencegahan
Kegiatan pencegahan penyakit gastroenteritis dengan diare yang benar dan efektif yang
dapat dilakukan menurut Kemenkes RI (2015) dalam Buku Saku LINTAS Diare adalah:
a. Berikan ASI selama 6 bulan (ASI eksklusif) dan teruskan sampai 2 tahun
b. Memberikan makanan pendamping ASI/MP ASI sesuai dengan umur anak
c. Gunakan air bersih yang cukup, memberikan air minum yang sudah direbus sampai
mendidih
d. Mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir terutama sebelum makan, sesudah buang
air besar, sesudah menceboki anak, sebelum menyiapkan makanan dan sebelum
menyusui
e. Buang air besar dan tinja anak dijamban
f. Beikan imunisasi campak
12. Prognosis
Dengan penggantian cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung, dan terapi
antimikrobial jika diindikasikan, prognosis diare infeksius sangat baik dengan morbiditas
dan mortalitas minimal. Seperti kebanyakan penyakit, morbiditas dan mortalitas terutama
pada anak-anak dan pada lanjut usia. Di Amerika Serikat, mortalitas berhubungan dengan
diare infeksius < 1,0%. Pengecualiannya pada infeksi EHEC (Enterohemorrhagic E.coli)
dengan mortalitas 1,2% yang berhubungan dengan sindrom uremik hemolitik (Amin L,
2015).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas (pasien dan keluarga/ penanggung jawab)
- Riwayat penyakit sekarang : Merupakan riwayat klien saat ini meliputi keluhan,
sifat dan hebatnya keluhan,mulai timbul.
- Riwayat Imunisasi
- Riwayat Nutrisi :
a. Pemberian ASI
c. Pola perubahan nutrisi tiap tahapan usai sampai nutrisi saat ini
- Riwayat psichososial
a. Tempat tinggal
b. Lingkungan rumah
e. Pengasuh anak
d. Pemeriksaan Fisik
1) Tingkat kesadaran :
- Kuantitatif (GCS)
2) Tanda-tanda vital
a) Suhu : normal
b) Nadi : normal
c) RR : normal
3) Antropometri
a) Tinggi badan
b) Berat badan
d) Lingkar kepala
e) Lingkar dada
4) Pemeriksaan abdomen
a) Inspeksi Anak akan mengalami distensi abdomen, dan kram.
b) Palpasi Turgor kulit pada pasien diare tanpa dehidrasi baik, pada pasien diare
dehidrasi ringan kembali < 2 detik, pada pasien dehidrasi berat kembali > 2
detik.
c) Auskultasi Biasanya anak yang mengalami diare bising ususnya meningkat
2. Diagnosis Keperawatan
a. Hipertermia b.d proses penyakit
b. Diare b.d inflamasi gastroinstestinal
c. Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif
DIAGNOSIS TINDAKAN KEPERAWATAN RASIONAL
KEPERAWATAN Kriteria Hasil Intervensi
Discharge Planning
1. Gerak Kasar
a. Jalan naik tangga sendiri
b. Dapat bermain dengan sandal kecil dan menendang bola kecil
2. Gerak Halus
a. Mencoret-coret pensil pada kertas
3. Bicara dan Bahasa
a. Bicara dengan baik menggunakan 2 kata
b. Dapat menunjukan 1 atau lebih bagian tubuhnya ketika diminta
c. Melihat gambar dan dapat menyebut dengan benar nama 2 benda atau lebih
d. Membantu memungut mainannya sendiri atau membantu mengangkat piring jika
diminta
4. Sosialisasi dan Kemandirian
a. Makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah
b. Melepas pakaiannya
(Kemenkes, 2016)
PENGKAJIAN TINJAUAN KASUS
B. PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama : An. K
Tanggal lahir/umur : 11 Maret 2019 (2 tahun 4 bulan 15 hari)
Nama Ibu : Ny. A
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
Agama : Kristen
Pendidikan : SD
Suku/budaya : Jawa
Alamat : Yogyakarta
Tgl. Masuk/jam : 23 Juli 2021
Ruang/kamar : Galilea III Anak
No RM : 00-69-2x-xx
Diagnosa Kerja/ medis : Gastroenteritis Akut (GEA)
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama saat dikaji
Diare
b. Keluhan tambahan / lainnya saat dikaji
Ibu pasien mengatakan pasien tidak nafsu makan sejak hari pertama masuk RS dan
suhu tubuh pasien belum stabil Suhu 38 oC.
c. Alasan Utama Saat masuk Rumah Sakit
Demam sejak tanggal 23 Juli 2021 pukul 05.00 WIB.
d. Riwayat penyakit sekarang:
Ibu pasien mengatakan An. K mengalami diare cair. Klien mengalami mencret
sebanyak 5-7 kali sejak tanggal 1 – 2 Juli 2021, berwarna kuning cair dan badan lemas.
Pada tanggal 3 Juli, klien dibawa ke dokter namun tidak ada perubahan. Pada tanggal
23 Juli 2021 jam 05.00 WIB anak mengalami demam dan dibawa ke IGD RS Bethesda.
Di IGD klien di diagnosa medis mengalami GEA sehingga diberikan terapi infus RL
15 tetes/menit. Kemudian pasien dipindahkan ke ruang Galelia III Anak dan dirawat
inap. Terapi yang diberikan di ruang Galelia III Anak masih dilanjutkan RL 15 tetes/
menit, obat orezync syrup 1x1 cth, lacto B 2x1 sachet dan tempra 3-4x cth. Pada
tanggal 26 Juli 2021 pasien masih mengalami diare, suhu tubuh belum stabil. Keluhan
utama saat dikaji oleh mahasiswa adalah diare, keluhan tambahan suhu tubuh pasien
belum stabil dan anak tidak nafsu makan sejak hari pertama masuk RS. TTV: Nadi,
115x/menit, RR 25 x/menit, Suhu 38 oC.
3. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran:
a. Prenatal:
Usia kehamilan Ny.L 38 minggu, kehamilan direncanakan, penambahan BB selama
hamil 10 kg, selama hamil tidak ada obat-obat yang dikonsumsi hanya vitamin saja
dan tidak ada penyakit bawaan.
b. Natal:
Persalinan spontan dilakukan di Rumah Sakit Bethesda yang ditolong oleh dokter,
BB:3100 gram, PB: 50 cm, LD: 33 cm, LK: 35 cm.
c. Postnatal:
BBL: 3100 gram, BB waktu pulang: 3100 gram
4. Riwayat Kesehatan Lalu
An. K pernah memiliki riwayat sakit batuk pilek dan demam namun belum pernah dirawat
di RS. Tidak ada obat-obatan yang digunakan, tidak pernah operasi, tidak ada alergi baik
obat maupun makanan dan tidak pernah mengalami kecelakaan.
5. Riwayat imunisasi lengkap sesuai usianya.
6. Riwayat Tumbuh Kembang
Tumbuh kembang An.K tidak mengalami keterlambatan.
7. Riwayat Keluarga:
An. K merupakan anak pertama dan satu-satunya, tinggal bersama kedua orang tua dan
kakek nenek dari ayahnya
Genogram:
Laki-laki Pasien
Perempuan Tinggal Serumah
Keterangan:
Klien adalah anak tungggal dari kedua orang tuanya, saat ini klien berusia 2 tahun 4 bulan
15 hari. Klien tinggal serumah bersama dengan kedua orang tua dan kakek neneknya.
Dalam Keluarga klien tidak ada riwayat penyakit keluarga yang menurun.
b. Status cairan
An. K minum air putih sebanyak 400 cc per hari, An.K mendapatkan cairan infus RL
870 cc/ 24 jam.
Kebutuhan cairan An.K = 957- 1000,5 cc/24 jam
IWL = [(10% x CM) x jumlah kenaikan suhu]/24 jam + IWL normal
= [(10% x 1270) x 0,5)/ 24 jam + 70 cc/24 jam
= 63,5 cc/24 jam + 70 cc/24 jam
=133,5 cc/hari,
Cairan yang dikeluarkan saat BAB: 1500 cc
Balance cairan= Cairan masuk – (Cairan keluar + IWL)
= 1270- (1500+133,5)
= 1270- 1633,5
= -363,5 cc
c. Status eliminasi
Ny. A mengatakan selama di Rumah sakit An. K BAB dalam sehari 4-5x ganti
pampers, BAB encer berwarna kuning.
d. Kebutuhan tidur
Ketika sakit tidak ada keluhan dalam pemenuhan istirahat.
e. Pola kebersihan diri
Kebersihan An. K dibantu oleh Ibu A.
f. Aktivitas
Semua aktivitas klien dibantu oleh orang tua.
g. Data psikologi
Anak rewel, anak suka menangis, agresif, tantrum (belum bisa mengekspresikan emosi
dalam berbicara), anak tampak takut dengan orang sekitar, anak selalu mencoba untuk
melepas infus
h. Data spiritual
Anak diajak berdoa dengan orang tuanya
12. Pemeriksaan Fisik
a. Pengukuran pertumbuhan:
TB 82 cm, BB 8,7 kg (sebelum sakit 9,7 kg), LLA 15 cm, LK 46 cm, LD 45 cm.
IMT anak: 12 kg (Normal)
b. Pengukuran tanda vital:
Suhu tubuh 380C, diukur di axila kanan dengan termometer, frekuensi nadi: 115
x/menit, diukur di nadi radialis dextra, kuat dan teratur, frekuensi respirasi: 25 x/menit,
irama reguler.
c. Tingkat Kesadaran (kuantitatif/kualiatif)
1) Keadaan umum : An. K lemas dan terbaring di tempat tidur
2) Tingkat kesadaran: Composmentis, GCS:15
d. Kulit: Turgor kulit elastis kembali < 2 detik, teraba hangat, kulit kemerahan, tidak ada
perdarahan yang keluar melalui kulit.
e. Kepala: Bentuk kepala bulat, kulit kepala bersih, rambut hitam tidak berbau, rambut
tidak rontok.
f. Mata: Bentuk simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih, kelopak mata sedikit
cekung.
g. Telinga: Bentuk simetris, kebersihan cukup, serumen tidak ada.
h. Hidung: Kebersihan cukup, tidak ada polip, sekret tidak ada.
i. Mulut: Mukosa bibir basah, kebersihan mulut cukup, sudah tumbuh gigi 4 (2 atas, 2
bawah).
j. Leher: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
k. Thorak:
1) Inspeksi: Bentuk dada simetris, pergerakan dada kanan dan kiri sama, tidak ada
retraksi otot dada, tidak ada penggunaan otot bantu napas.
2) Palpasi: Vokal fremitus sejajar antara paru kanan dan paru kiri, tidak ada
nyeri tekan
3) Perkusi: Tidak ada pembesaran jantung, suara dulness
4) Auskultasi: Suara S1 dan S2 tunggal reguler. suara paru vesikuler pada seluruh
lapang paru, tidak ada bunyi napas tambahan.
l. Abdomen:
1) Inspeksi: Bentuk abdomen datar, simetris, tidak ada lesi, tidak ada asites.
2) Auskultasi: Bising usus 30x/menit
3) Palpasi: Tidak ada distensi maupun pembesaran hepar.
4) Perkusi: Bunyi timpani
m. Genetalia: Kebersihan cukup
n. Anus: Kulit pantat berwarna kemerahan
o. Punggung: Tidak ada lesi, tidak ada kelainan tulang
p. Ekstremitas:
1) Atas: Terpasang infus ditangan kiri
2) Bawah:Tidak ada kelainan
3) Kekuatan otot: Tidak terkaji
4) Refleks: Tidak Terkaji
13. Tingkat Perkembangan
a. Personal sosial
1) An K sudah mampu memakai baju
2) An K bisa gosok gigi dengan bantuan
3) An K sudah mampu mencuci dan mengeringkan tangan
b. Adaptif motorik halus
1) An K bisa menyusun menara dari 6 kubus
c. Bahasa
Ibu A mengatakan bahwa An. K bisa berbicara dengan sebagian dimengerti
d. Motorik kasar
1) An K mampu melompat
2) An K mampu melempar bola tangan keatas
14. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik
a. Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 24 Juli 2021
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hemoglobin 12 g/dL M: 14-18
F: 12-16
Leukosit 5,91 ribu/mmk M: 4.8-10.8
F: 4.8-10.8
Eosinophil 0,0% 1-3
Basophil 0,2% 0-0.2
Segmen neutrophil 30,4% 50-70
limfosit 55,0%, 0.9-55.2
monosit 14,4%, 2-8
Hct 35,8% M: 42-52
F: 37-47
eritrosit 4,54 juta/mmk M: 4.4-5.9
F: 3.8-5.2
RDW 12,7% 11.5-14.5
MCV 78,9 fL 79.0-99.00
MCH 26,2 pg 27.0-31.0
MCHC 33,2 g/dL 33.0-37.0
Trombosit 190 ribu/mmk 150-450
MPV 11,8 fL 7.2-11.1
PDW 13,9 fL 9.0-13.0
15. Obat-Obatan
a. Orezynx syrup 1x1 cth
Nama obat : Orezynx syrup
Rute pemberian : secara oral
Dosis : 1 x 20 mg
b. Lacto b 2x1 sachet
Nama obat : Lacto b
Rute pemberian : secara oral
Dosis : 2x1 sachet
c. Tempra 3-4x cth
Nama obat : Tempra
Rute pemberian : secara oral
Dosis : 3-4 x 120 mg
d. Loperamide 3x 1 mg
Nama obat : Loperamide
Rute pemberian : secara oral
Dosis : 3 x 1 mg
e. Oralit
Nama obar : Oralit
Rute pemberian : secara oral
Dosis : 100−200 mL setiap kali BAB, atau ½‒1 gelas ukuran sedang
Analisa Obat:
No Nama Obat Indikasi Kontra Indikasi Efek Samping Implikasi
Keperawatan
1 Orezynx syrup Terapi Hipersensitivitas Penurunan Kaji diare
1x1 cth pelengkap diare konsentrasi, mual,
pada anak rasa pahit, muntah
dan iritasi pada
mulut
D. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
No Diagnosis Keperawatan
1 Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit dibuktikan dengan
DS:-
DO:
- Suhu tubuh 38°C
2 Risiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif.
3 Diare berhubungan dengan fisiologis (inflamasi gastrointestinal) dibuktikan
dengan
DS:
- Ibu mengatakan anak tidak nafsu makan
DO:
- Mencret sebanyak 4-5x setiap hari
- Selama di RS BAB dalam sehari 4-5x ganti pampers
- BAB berwarna kuning cair
- Pasien hanya minum 2 gelas dalam sehari
- Pasien mengalami kekurangan cairan sebanyak 300 cc
- BB sebelum sakit 9,7 kg
- BB selama sakit 8,7 kg
4 Risiko defisit nutrisi dibuktikan dengan faktor psikologis (keengganan untuk
makan)
5 Risiko hipovolemik dibuktikan dengan kehilangan cairan secara aktif.
6 Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan kelembapan
dibuktikan dengan
DS : -
DO:
- Kulit pantat tampak berwarna kemerahan
7 Ansietas berhubungan dengan krisis maturasional dibuktikan dengan
DS :
- Ibu pasien berkata anak selalu berusaha melepas selang infus
DO:
- Anak tampak rewel dan gelisah
- Anak tampak takut terhadap orang lain, anak tampak suka menangis, agresif,
tantrum (belum bisa mengekspresikan emosi dalam berbicara)
E. Nursing Care Plan (NCP)
Nama pasien : An. K
Ruangan : Galilea III Anak
Tanggal : 26 Juli 2021
Nama Mahasiswa : Yohana Wahyu Pertiwi dkk (Kelompok 5)
DIAGNOSA TINDAKAN KEPERAWATAN RASIONAL
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
Tgl 26 Juli 2021 jam 09.00 Tgl 26 Juli 2021 jam 09.05 Tgl 12 Juli 2021 jam 09.10 Tgl 12 Juli 2021 jam 09.15
D.0130 L.14132 I.03128
Termoregulasi Pemberian Obat Oral
Hipertermia berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi kemungkinan 1. Mencegah terjadinya alergi dan
dengan proses penyakit keperawatan selama 3x24 jam alergi, interaksi, dan kontra kontraindikasi dari obat yang akan
dibuktikan dengan maka termoregulasi membaik indikasi obat dikonsumsi.
DS:- dengan kriteria hasil : 2. Verifikasi order obat sesuai 2. Mengetahui tujuan pemberian dari
DO: 1. Suhu tubuh membaik dengan indikasi obat.
- Suhu tubuh 38°C menjadi 37,5 °C (5) 3. Lakukan prinsip enam benar 3. Agar obat yang diberikan aman
(pasien, obat, dosis, waktu, dikonsumsi/dipakai pasien.
rute, dan dokumentasi)
4. Berikan obat Tempra dengan
dosis 3-4 x 120 mg sebelum
makan atau setelah makan, 4. Mencegah terjadinya masalah atau
sesuai kebutuhan gangguan yang ada di dalam tubuh.
5. Jelaskan jenis obat, alasan 5. Memberikan pemahaman kepada
pemberian, tindakan yang pasien dan keluarga tentang jenis,
diharapkan, dan efek samping alasan pemberian, tindakan yang
sebelum pemberian diharapkan, dan efek samping dari
6. Ajarkan pasien dan keluarga obat yang akan diberikan.
tentang cara pemberian obat 6. Memberikan edukasi kepada pasien
secara mandiri. dan keluarga tentang cara pemberian
obat secara mandiri dengan benar.
Tgl 26 Juli 2021 jam 09.20 Tgl 26 Juli 2021 jam 09.25 Tgl 26 Juli 2021 jam 09.30 Tgl 26 Juli 2021 jam 09.35
D.0142 L.14137 I.02065
Tingkat Infeksi Pemberian Obat Intravena
Risiko infeksi dibuktikan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda vital dan nilai 1. Mengetahui kondisi pasien ketika
dengan efek prosedur keperawatan selama 1x24 jam laboratorium sebelum belum diberikan tindakan
invasif. maka risiko infeksi menurun pemberian obat keperawatan
dengan kriteria hasil :
1. Nyeri menurun menjadi 2. Lakukan prinsip enam benar 2. Menverifikasi obat sesuai dengan
skala 0 (5) (pasien, obat, dosis, waktu, indikasi agar tidak terjadi medikal
2. Kemerahan menurun rute, dan dokumentasi) eror
(5) 3. Pastikan ketepatan dan 3. Mengetahui posisi kateter IV apakah
kepatenan kateter IV sudah mengenai vena
4. Tempel label keterangan nama 4. Mendokumentasikan hasil tindakan
obat dan dosis pada wadah yang telah dilakukan
cairan IV
5. Jelaskan jenis obat, alasan 5. Memberikan pemahaman kepada
pemberian, tindakan yang keluarga tentang jenis, alasan
diharapkan, dan efek samping pemberian, tindakan yang diharapkan
sebelum pemberian dan efek samping pemberian tindakan
ii.
Tgl 26 Juli 2021 jam 09.40 Tgl 26 Juli 2021 jam 09.45 Tgl 26 Juli 2021 jam 09.50 Tgl 26Juli 2021 jam 09.55
D.0020 L.03020 I.03101
Keseimbangan Cairan Manajemen Diare
Diare berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi penyebab diare 1. Mengetahui penyebab terjadinya
fisiologis (inflamasi keperawatan selama 3 x24 jam diare pada anak
gastrointestinal) dibuktikan maka keseimbangan cairan 2. Monitor warna, volume, 2. Mengetahui warna, volume,
dengan meningkat kriteria hasil: frekuensi dan konsistensi tinja frekuensi dan konsistensi feses
DS: 1. Asupan cairan selama anak BAB
- Ibu mengatakan anak meningkat menjadi 3. Berikan asupan cairan oral 3. Memberikan oralit sebagai cara
tidak nafsu makan 1000 cc/hari (5) berupa oralit untuk menghindari dehidrasi pada
DO: 2. Asupan makan anak
- Mencret sebanyak 4-5x meningkat 4. Anjurkan makanan porsi kecil 4. Makanan dalam porsi kecil dan
setiap hari 3. Berat badan membaik dan sering secara bertahap sering dilakukan agar pemenuhan
- Selama di RS BAB menjadi 895 gram (5) nutrisi pada anak tetap terpenuhi
dalam sehari 4-5x ganti 5. Pemberian obat Loperamide 5. Obat Loperamide diberikan untuk
pampers dengan dosis 3x 1 mg secara mengatasi diare
- BAB berwarna kuning oral
cair
- Pasien hanya minum 2
gelas dalam sehari
- Pasien mengalami
pengurangan cairan
sebanyak 363,5 cc
- BB sebelum sakit 9,7 kg
- BB selama sakit 8,7 kg
Tgl 26 Juli 2021 Jam 10.00 Tgl 26 Juli 2021 Jam 10.05 Tgl 26 Juli 2021 Jam 10.10 Tgl 26 Juli 2021 Jam 10.15
D.0032 L.030030 I.12296
Status Nutrisi Edukasi Nutrisi Anak
Risiko defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi kesiapam dan 1. Mengetahui strategi yang tepat untuk
dibuktikan dengan faktor keperawatan selama 3x24 jam kemampuan menerima memberikan edukasi terkait kesiapan
psikologis (keengganan maka status nutrsi membaik informasi dan kemampuan menerima informasi.
untuk makan) dengan kriteria hasil: 2. Sediakan materi dan media 2. Sebagai sarana untuk membantu
1. Pengetahuan tentang pendidikan kesehatan proses pemberian edukasi.
pilihan makanan yang 3. Memberikan kesempatan pada pasien
sehat meningkat (5) 3. Berikan kesempatan untuk untuk bertanya terkait hal yang belum
2. Pengetahuan tentang bertanya diketahui tentang pemenuhan gizi
standar asupan nutrisi seimbang.
yang tepat meningkat 4. Jelaskan kebutuhan gizi 4. Memberikan pemahaman kepada
(5) seimbang pada anak dengan pasien terkait makanan gizi seimbang
GEA dan PHBS pada anak GEA.
3. Nafsu makan membaik 5. Sebagai pedoman memilih nutrisi
dengan makan 3xsehari 5. Ajarkan ibu mengidentifikasi yang sesuai dengan gizi seimbang
diselingi buah-buahan makanan dengan gizi seimbang anak.
a. Pengertian GEA
Gastroenteritis adalah suatu keadaan dimana terdapat inflamasi pada bagian mukosa
dari saluran gastrointestinal ditandai dengan diare dan muntah. Diare adalah buang air
besar dengan frekuensi yang meningkat dari biasanya atau lebih dari tiga kali sehari
dengan konsistensi feses yang lebih lembek atau cair (kandungan air pada feses lebih
banyak dari biasanya yaitu lebih dari 200 gram atau 200ml/24jam). Gastroenteritis akut
adalah diare dengan onset mendadak dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam sehari
disertai dengan muntah dan berlangsung kurang dari 14 hari.
b. Penyebab GEA
Gastroenteritis akut bisa disebabkan oleh berbagai faktor, menurut dari World
Gastroenterology Organisation, ada beberapa agen yang bisa menyebabkan terjadinya
gastroenteritis akut yaitu agen infeksi dan non-infeksi. Lebih dari 90 % diare akut
disebabkan karena infeksi, sedangkan sekitar 10 % karena sebab lain yaitu:
1) Faktor Infeksi
a) Virus
Di negara berkembang dan industrial penyebab tersering dari gastroenteritis
akut adalah virus, beberapa virus penyebabnya antara lain :
- Rotavirus
Merupakan salah satu terbanyak penyebab dari kasus rawat inap di
rumah sakit dan mengakibatkan 500.000 kematian di dunia tiap tahunnya,
biasanya diare akibat rotavirus derat keparahannya diatas rerata diare pada
umumnya dan menyebabkan dehidrasi. Pada anak-anak sering tidak
terdapat gejala dan umur 3 – 5 tahun adalah umur tersering dari infeksi virus
ini.
- Human Caliciviruses (HuCVs)
Termasuk famili Calciviridae, dua bentuk umumnya yaitu Norwalk-
like viruses (NLVs) dan Sapporo-like viruses (SLVs) yang sekarang disebut
Norovirus dan sapovirus. Norovirus merupakan penyebab utama terbanyak
diare pada pasien dewasa dan menyebabkan 21 juta kasus per tahun.
Norovirius merupakan penyebab tersering gastroenteritis pada orang
dewasa dan sering menimbulkan wabah dan menginfeksi semua umur.
Sapoviruses umumnya menginfeksi anak – anak dan merupakan infeksi
virus tersering kedua selain Rotavirus.
- Adenovirus
Umumnya menyerang anak – anak dan menyebabkan penyakit pada
sistem respiratori. adenovirus merupakan family dari Adenoviridae dan
merupakan virus DNA tanpa kapsul, diameter 70 nm, dan bentuk
icosahedral simetris. Ada 4 genus yaitu Mastadenovirus, Aviadenovirus,
Atadenovirus, dan Siadenovirus.
b) Bakteri
Infeksi bakteri juga menjadi penyebab dari kasus gastroenteritis akut bakteri
yang sering menjadi penyebabnya adalah Diarrheagenic Escherichia coli,
Shigella species, Vibrio cholera, Salmonella. Beberapa bakteri yang dapat
menyebabkan gastroenteritis akut adalah :
- Diarrheagenic Escherichia- coli
Penyebarannya berbeda – beda di setiap negara dan paling sering
terdapat di negara yang masih berkembang. Umumnya bakteri jenis ini
tidak menimbulkan bahaya jenis dari bakterinya adalah :
- Enterotoxigenic E. coli (ETEC) 4
- Enteropathogenic E. coli (EPEC)
- Enteroinvasive E. coli (EIEC)
- Enterohemorrhagic E. coli (EHEC)
- Campylobacter
Bakteri jenis ini umumnya banyak pada orang yang sering
berhubungan dengan perternakan selain itu bisa menginfeksi akibat
masakan yang tidak matang dan dapat menimbulkan gejala diare yang
sangat cair dan menimbulkan disentri.
- Shigella species
Gejala dari infeksi bakteri Shigella dapat berupa hipoglikemia dan
tingkat kematiannya sangatlah tinggi. Beberapa tipenya adalah9 :
- S. sonnei
- S. flexneri
- S. Dysenteriae
- Vibrio cholera
Memiliki lebih dari 2000 serotipe dan semuanya bisa menjadi
pathogen pada manusia. Hanya serogrup cholera O1 dan O139 yang dapat
menyebabkan wabah besar dan epidemic. Gejalanya yang paling sering
adalah muntah tidak dengan panas dan feses yang konsistensinya sangat
berair. Bila pasien tidak terhidrasi dengan baik bisa menyebabkan syok
hipovolemik dalam 12 – 18 jam dari timbulnya gejala awal.
- Salmonella
Salmonella menyebabkan diare melalui beberapa mekanisme.
Beberapa toksin telah diidentifikasi dan prostaglandin yang menstimulasi
sekresi aktif cairan dan elektrolit mungkin dihasilkan. Pada onset akut
gejalanya dapat berupa mual, muntah dan diare berair dan terkadang
disentri pada beberapa kasus.
c) Parasitic agents
Cryptosporidium parvum, Giardia L, Entamoeba histolytica, and
Cyclospora cayetanensis infeksi beberapa jenis protozoa tersebut sangatlah
jarang terjadi namun sering dihubungkan dengan traveler dan gejalanya sering
tak tampak. Dalam beberapa kasus juga dinyatakan infeksi dari cacing seperti
Stongiloide stecoralis, Angiostrongylus C., Schisotoma Mansoni, S. Japonicum
juga bisa menyebabkan gastroenteritis akut.
2) Non –Infeksi
a) Malabsorpsi/ maldigesti Kurangnya penyerapan seperti :
- Karbohidrat : Monosakrida (glukosa), disakarida (sakarosa)
- Lemak : Rantai panjang trigliserida
- Asam amino
- Protein
- Vitamin dan mineral
b) Imunodefisiensi
Kondisi seseorang dengan imunodefisiensi yaitu hipogamaglobulinemia,
panhipogamaglobulinemia (Bruton), penyakit granulomatose kronik, defisiensi
IgA dan imunodefisiensi IgA heavycombination.
c) Terapi Obat
Orang yang mengonsumsi obat- obatan antibiotic, antasida dan masih
kemoterapi juga bisa menyebabkan gastroenteritis akut.
d) Lain-lain
Tindakan gastrektomi, terapi radiasi dosis tinggi, sindrom Zollinger-
Ellison, neuropati diabetes sampai kondisi psikis juga dapat menimbulkan
gastroenteritis akut.
c. Tanda dan Gejala GEA
Gejala utama gastroenteritis adalah diare dan muntah. Gejala ini akan muncul 1-3
hari setelah terinfeksi. Gejala biasanya berlangsung selama 1-2 hari, namun juga bisa
berlangsung hingga 10 hari. Selain muntah dan diare, penderita gastroenteritis atau flu
perut juga berisiko mengalami gejala tambahan, berupa:
1) Demam dan menggigil
2) Sakit kepala
3) Mual
4) Tidak nafsu makan
5) Sakit perut
6) Nyeri otot dan sendi
9. Metode :
a. Ceramah
b. Diskusi
c. Tanya jawab
10. Kegiatan Penyuluhan :
Evaluasi
a. Struktur (jelaskan apa yang akan dilihat dari persiapan penkes)
1) Adanya koordinasi dengan tenaga kesehatan lain yaitu dokter dan juga ahli gizi.
2) Persiapan sarana prasarana seperti media 5 hari sebelum pelaksanaan.
3) Membagikan undangan 3 hari sebelum pelaksanaan dimulai.
4) Menyiapkan bahan materi yang sesuai dengan usia dewasa pada klien 3 hari
sebelum pelaksanaan.
b. Proses
1) 100% klien hadir sesuai undangan dan mengikuti pelaksanaan pendidikan
kesehatan dari awal sampai akhir.
2) Klien antusias dalam mengikuti pendidikan kesehatan.
3) 50% klien dapat melakukan redemonstrasi contoh makanan sehat.
c. Hasil
1) Klien mampu menjelaskan pengertian GEA.
2) Klien mampu menjelaskan penyebab GEA.
3) Klien mampu menjelaskan tanda dan gejala GEA.
4) Klien mampu menjelaskan makanan sehat utk anak GEA.
5) Klien mampu menjelaskan kebutuhan cairan untuk anak GEA.
6) Klien mampu menjelaskan mengajarkan PHBS pada anak.
Muttaqin, Arif dan Sari, Kumala. 2011. Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta. Salemba Medika
Ngastiyah. (2014). Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta : EGC
Penjaskes.co.id
Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan Dewasa
Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika