Anda di halaman 1dari 88

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

STUDI KASUS KEPERAWATAN ANAK I

PADA An.K DENGAN GASTROENTERITIS AKUT

DI RUMAH SAKIT BETHESDA

KELOMPOK V

1. Apfia Geraldind DeboraF (1902006)

2. Carmen Michelle Taniwel (1902019)

3. Bob Harrys Jordan (1902015)

4. Galuh Rakas Ayu Ningtiyas (1902048)

5. Maria Doane Fiorensa (1902066)

6. Meirachel D'amorina Widi A . (1902071)

7. Lidya Tesa Beatrix Momole (1902062)

8. Olivia Elizabeth Christharyani (1902083)

9. Yohana Wahyu Pertiwi (1902102)

10. Yohanes William Rahayaan (1902103)

11. Ni Kadek Wiani (1702057)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BETHESDA YAKKUM YOGYAKARTA

2021
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan dengan Kasus Gastroenteritis Akut (GEA) telah
diteliti dan telah disetujui oleh pembimbing akademik pada Juli 2021

Pembimbing Akademik

(Nimsi Melati, S. Kep, Ns, MAN)


KONSEP MEDIS

1. Definisi
Menurut Muhammad Iqbal (2018), Gastroenteritis akut (GEA) masih menjadi salah satu
penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak di negera berkembang.
Gastroenteristinal akut adalah diare disertai muntah yang terjadi secara mendadak pada
bayi dan anak yang sebelumnya sehat.

2. Anatomi Fisiologi

(Sumber : Penjaskes.co.id)

A. Pengertian
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah
sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya
menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta
membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses
tersebut dari tubuh.
B. Fungsi
1) Melunakkan makanan, mendorongnya sepanjang saluran cerna, mencampurnya
dengan empedu dari hati dan dengan enzim-enzim pencernaan
2) Menyediakan makanan, air dan elektrolit yang dibutuhkan oleh sel-sel tubuh
melalui proses pencernaan.
C. Anatomi
1) Mulut

Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut
dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat
di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin
dan pahit.
2) Faring

Bagian-bagian faring :
a) Bagian superior disebut nasofaring.
Nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang gendang
telinga,
b) Bagian media disebut orofaring.
Bagian ini berbatas kedepan sampai diakar lidah
c) Bagian inferior disebut laring gofaring
Menghubungkan orofaring dengan laring
3) Esofagus

Merupakan saluran yang menghubungkan antara rongga mulut dengan lambung.


Fungsi esophagus adalah menyalurkan makanan ke lambung. Agar makanan dapat
berjalan sepanjang esophagus, terdapat gerakan peristaltik sehingga makanan dapat
berjalan menuju lambung. Dimulai dari faring, thorax, menembus diafragma dan
masuk ke dalam abdomen bersambung dengan lambung.
4) Lambung

a) Struktur lambung
(1) Lapisan peritoneal yang merupakan lapisan serosa
(2) Lapisan otot
(a) Lapisan longitudinal yg bersambung dgn esophagus
(b) Lapisan sirkuler yg paling tebal dan terletak di pilorik membentuk
spinkter.
(c) Lapisan obliq yg terdapat pada bagian fundus dan berjalan mulai dari
orifisium kardiak, membelok ke bawah melalui kurvatura minor.
(3) Lapisan sub mukosa terdiri dari jaringan areolar yang banyak mengandung
pembuluh darah dan limfe.
(4) Lapisan mukosa berbentuk rugae (kerutan), dilapisi epitelium silindris yg
mensekresi mukus.
b) Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting
(1) Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung.
(2) Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh
pepsin guna memecah protein.
(3) Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
c) Pencernan pada lambung
(1) Terjadi gerakan pada lambung yg berfungsi mencampur makanan dgn
sekret lambung & mengosongkan makanan.
(2) Makanan bercampur dengan sekret lambung menjadi chyme.
(3) Sekresi lambung : mukus, asam lambung, tripsin, lipase, amilase &
protease.
5) Usus Halus

Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di
antara lambung dan usus besar. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi
isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang
dicerna).
a) Struktur usus halus
(1) Deudenum
Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum),
yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam
duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh
usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung
untuk berhenti mengalirkan makanan.
(2) Jejunum
Bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan
usus penyerapan (ileum). Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan
dalam tubuh dengan mesenterium.
(3) Ileum
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Ileum
memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi
menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.
6) Usus besar

Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan
rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.
a) Struktur usus besar
(1) Kolon asendens (kanan)
(2) Kolon transversum
(3) Kolon desendens (kiri)
(4) Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
7) Pankreas

Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama
yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti
insulin.
8) Hati

Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan memiliki beberapa
fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma, dan
penetralan obat.
9) Rektum

Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon
sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan
sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang
lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja
masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).
10) Anus

Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar
dari tubuh. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses
dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar – BAB), yang
merupakan fungsi utama anus.

PPT Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaan oleh Tri Wahyuni


Ismoyowati.,S.Kep., Ns., M.Kep. STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta

3. Epidemiologi
Gastroenteritis akut merupakan masalah yang banyak terjadi pada negara berkembang
dibanding dengan negara maju yang tingkat higenitas dan sanitasi lebih baik. menurut hasil
survey di Indonesia, insiden dari gastroenteritis akut akibat infeksi mencapai 96.278
insiden dan masih menjadi peringkat pertama sebagai penyakit rawat inap di Indonesia,
sedangkan angka kematian pada gastroenteritis akut (Case Fatality Rate) sebesar 1,92%.
(Depkes RI., 2012.)

4. Etiologi
Mardalena (2015) gastroenteritis disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
a. Faktor infeksi
1) Infeksi virus
a) Rotravirus
Penyebab tersering diare akut pada bayi, sering didahului atau disertai dengan
muntah. Timbul sepanjang tahun, tetapi biasanya pada musim hujan. Dapat
ditemukan demam dan muntah.
b) Enterovirus
Biasanya timbul pada musim kemarau.
c) Adenovirus
Timbul sepanjang tahun dan menyebabkan gejala pada saluran pencernaan dan
pernafasan
2) Infeksi bakteri
a) Shigella Semusim
Insiden paling tinggi terjadi usia 1-5 tahun dapat dihubungkan dengan kejang
demam, muntah yang tidak menonjol dan sel polos dalam feses.
b) Salmonella
Semua umur tetapi lebih tinggi di bawah umur 1 tahun, menembus dinding
usus, feses berdarah dan mucoid
c) Escherichia coli
Baik yang menembus mukosa (feses berdarah) atau yang menghasilkan
enterotoksin. Pasien (biasanya bayi) dapat terlihat sangat sakit.
d) Campylobacter
Sifatnya invasif (feses yang berdarah dan bercampur mukus) pada bayi dapat
menyebabkan diare berdarah tanpa manifestasi klinik yang lain.
e) Yersinia Enterecolitica
Sering didapatkan sel polos pada feses. Mungkin ada nyeri abdomen yang berat.
Diare selama 1-2 minggu, sering menyerupai appendicitis.
b. Faktor Non-infeksi
1) Malabsorbsi bisa menjadi faktor non infeksi pada pasien gastroenteritis.
Malabsorbsi akan karbohidrat disakarida (intoleransi laktosa, maltose, dan
sukrosa), atau non sakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa).
2) Faktor makanan
Makanan basi, beracun, atau alergi terhadap makanan tertentu.
3) Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas yang tidak tertangani dapat menjadi penyebab psikologis
akan gangguan gastroenteritis.

5. Klasifikasi
Menurut Sodikin (2011) klasifikasi gastroenteritis dengan manifestasi diare :
a. Diare akut (gastroenteritis)
Diare akut adalah diare yang secara mendadak terjadi pada bayi dan anak yang
sebelumnya sehat. Diare berlangsung kurang dari 14 hari. Penyebabnya adalah
rotavirus,Escherichia coli enterotoksigenik,Crytosporidium,Campylobacter jejuni dan
Shigella.
b. Diare persisten
Pada awalnya bersifat akut tetapi lebih dari 14 hari.
c. Disentri
Diare yang disertai darah dalam feses. Penyebabnya yaitu Shigella dan penyebab lain
adalah Campylobacter jejuni.

6. Manifestasi Klinis
Mardalena (2015), mengatakan tanda dan gejala yang sering timbul pada klien dengan
Gastroenteritis,adalah
a. Mual dan muntah akibat iritasi lambung
b. Bab cair, lembut, mungkin bercampur dengan lendir atau darah
c. Rasa sakit pada abdominal karena iritasi usus
d. Distensi perut
e. Demam karena infeksi
f. Tanda-tanda dehidrasi : kulit kering dan pucat, urin berkurang, takikardia, kulit lembek,
tekanan darah ortostatik berubah.

Muttaqin (2011) menyatakan bahwa mual dan muntah dikarenakan adanya gangguan
gastrointestinal menyebabkan asupan nutrisi tidak adekuat dan kekurangan natrium terjadi
karena merendahnya ketegangan tonus sehingga tekanan osmotik meningkat.
7. Pathway

Infeksi Malabsorbsi Makanan

Kuman masuk dan Tekanan osmotik Toksin tidak dapat


berkembang dalam usus meningkat diabsorbsi

Hiperperistaltik
Toksin dalam dinding Pergeseran air dan
usus halus elektrolit ke rongga usus

Kemampuan absorbsi
Hipersekresi air dan Isi rongga usus meningkat
elektrolit usus meningkat

Diare

BAB sering dan Inflamasi saluran


konsistensi encer pencernaan

Kulit di Cairan yang Frekuensi Agen Mual dan


sekitar anus keluar banyak defekasi pirogenik muntah
lecet

Dehidrasi BAB encer Suhu tubuh Aneroksia


Kemerahan dengan atau meningkat
dan gatal tanpa darah
Kekurangan
volume cairan Keseimbangan
Hipertermi nutrisi kurang
Resiko Diare
kerusakan dari kebutuhan
integritas kulit

(Sumber : Kardiyudiani & Susanti, 2019)


8. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Muttaqin & Kumala Sari (2011) pemeriksaan penunjang pada penyakit
gastroenteritis, yaitu:
a. Pemeriksaan darah rutin, digunakan untuk mendeteksi kadar berat jenis plasma dan
adanya kelainan pada peningkatan kadar leukosit
b. Pemeriksaan elektrolit, terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfat
c. Pemeriksaan analisa gas darah, untuk mengidentifikasi gangguan keseimbangan asam
basa dalam darah
d. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin, digunakan untuk mengetahui faal ginjal
e. Pemeriksaan enzim, untuk menilai keterlibataan rotravirus dengan ELISA (Enzyme-
linked Immunosorbent Assay)
f. Pemeriksaan feses, untuk mendeteksi agen penyebab
g. Pemeriksaan endoskopi walaupun jarang dilakukan, dengan sigmoidoskopi dapat
mendeteksi penyakit colitis pseudomembran

9. Penatalaksanaan
Menurut kemenkes RI 2011, prinsip tatalaksana gastroenteritis pada balita adalah Lintas
Gastroenteritis (Lima Langkah Tuntaskan Gastroenteritis) yang didukung oleh Ikatan
Dokter Indonesia dengan rekomendasi WHO. Adapun program lintas gastroenteritis yaitu:
Rehidrasi menggunakan oralit osmolalitas rendah, zinc diberikan selama 10 hari berturut
turut, terukan pemberian minuman dan makanan, antibiotic selektif, nasihat kepada orang
tua/pengasuh.
a. Rehidrasi Oral
Gastroenteritis cair membutuhkan penggantian cairan dan elektrolit tanpa melihat
etiologinya. Tujuan terapi rehidrasi untuk mengoreksi kekurangan cairan dan elektrolit
secara cepat (terapi rehidrasi) kemudian menggantikan kekurangan cairan yang hilang
sampai diarenya berhenti (terapi rumatan) (Departemen Kesehatan RI, 2011).
b. Pemberian Zinc
Pemberian zinc selama gastroenteritis terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat
keparahan gastroenteritis, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi tinja,
serta menurunkan kekambuhan kejadian gastroenteritis pada 3 bulan berikutnya,
berdasarkan ini semua anak gastroenteritis harus diberi zinc segera saat anak
mengalami gastroenteritis, dosis pemberian zinc pada balita:
a. Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) / hari selama 10 hari
b. Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) / hari selama 10 hari

Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun gastroenteritis sudah berhenti, cara
pemberian tablet zinc : larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau ASI,
sesudah larut berikan pada anak gastroenteritis (Kemenkes RI, 2011)

c. Pemberian dietetic
Makanan harus di teruskan bahkan ditingkatkan selama gastroenteritis untuk
menghindari efek buruk pada status gizi, maka diperlukan persyaratan diet sebagai
berikut yakni pasien segera diberikan makanan oral setelah rehidrasi yakni 24 jam
pertama, makanan cukup energy dan protein, makanan diberikan bertahap mulai
dengan yang mudah dicerna, makanan diberikan dalam porsi kecil dengan frekuensi
sering (Ngastiyah, 2014).
d. Medikmentosa
Antibiotik dan antiparasit tidak boleh digunakan secara rutin, tidak ada manfaatnya
untuk kebanyakan kasus, termasuk gastroenteritis berat dengan panas, kecuali pada:
1) Disentri, bila tidak berespon pikirkan kemungkinan amoebiasis
2) Suspek kolera dengan dehidrasi berat
3) Gastroenteritis persisten
4) Obat-obatan anti gastroenteritis melipuyi antimotilitas (loperamid, difenoksilat,
opium), aadsorben (norit, kaolin, attapulgit). Anti muntah termasuk prometazin dan
klorpromazin, tidak satupun obat-obatan ini terbukti mempunyai efek yang nyata
untuk gastroenteritis akut dan beberapa mempunyai efek yang membahayakan,
obat-obtan ini tidak boleh diberikan pada anak <5 tahun (Ngastiyah, 2014).
e. Nasehat kepada orang tua/pengasuh
Menurut Kemenkes RI, 2011 ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita
harus diberi nasehat tentang:
1) Cara memberikan ciran dan obat dirumah
2) Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila, gastroenteritis
lebih sering, muntah berulang, sangat haus, makan/minum sedikit, timbul demam,
tinja berdarah.

10. Komplikasi
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak,dapat terjadi
berbagai macam komplikasi,seperti :
a. Dehidrasi (ringan,berat,hipotonik,isotonik,atau hipertonik)
b. Syok hipovolemik
c. Hipokalemia (dengan gejala hipotoni otot, lemah, bradikardi,perubahan pada EKG)
d. Hipoglikemia
e. Intoleransi laktosa sekunder,sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena
kerusakan villi mukosa usus halus
f. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik
g. Malnutrisi energi protein,karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan. (Wijaya Putri,2013)

11. Pencegahan
Kegiatan pencegahan penyakit gastroenteritis dengan diare yang benar dan efektif yang
dapat dilakukan menurut Kemenkes RI (2015) dalam Buku Saku LINTAS Diare adalah:
a. Berikan ASI selama 6 bulan (ASI eksklusif) dan teruskan sampai 2 tahun
b. Memberikan makanan pendamping ASI/MP ASI sesuai dengan umur anak
c. Gunakan air bersih yang cukup, memberikan air minum yang sudah direbus sampai
mendidih
d. Mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir terutama sebelum makan, sesudah buang
air besar, sesudah menceboki anak, sebelum menyiapkan makanan dan sebelum
menyusui
e. Buang air besar dan tinja anak dijamban
f. Beikan imunisasi campak
12. Prognosis
Dengan penggantian cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung, dan terapi
antimikrobial jika diindikasikan, prognosis diare infeksius sangat baik dengan morbiditas
dan mortalitas minimal. Seperti kebanyakan penyakit, morbiditas dan mortalitas terutama
pada anak-anak dan pada lanjut usia. Di Amerika Serikat, mortalitas berhubungan dengan
diare infeksius < 1,0%. Pengecualiannya pada infeksi EHEC (Enterohemorrhagic E.coli)
dengan mortalitas 1,2% yang berhubungan dengan sindrom uremik hemolitik (Amin L,
2015).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Identitas (pasien dan keluarga/ penanggung jawab)

b. Riwayat Kesehatan Pasien

- Keluhan utama : Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk masuk


RS.

- Keluhan tambahan : Keluhan-keluhan yang lain disamping keluhan utama.

- Alasan masuk rumah sakit : Pasien diare disertai demam

- Riwayat penyakit sekarang : Merupakan riwayat klien saat ini meliputi keluhan,
sifat dan hebatnya keluhan,mulai timbul.

- Riwayat penyakit dahulu : Adanya riwayat penyakit sebelumnya yang


berhubungan dengan keadaan penyakit sekarang perlu ditanyakan.

- Riwayat kehamilan dan kelahiran

(Khusus anak usia 0-5 tahun) Pre natal care,Natal,Post natal

- Riwayat Imunisasi

- Riwayat pertumbuhan dan perkembangan : Menjadi bahan pertimbangan yang


penting karena setiap individu memiliki ciri-ciri stuktur dan fungsi yang
berbeda,sehingga pendekatan pengkajian fisik dan tindakan harus di sesuaikan
dengan pertumbahan dan perkembangan.

- Riwayat Nutrisi :

a. Pemberian ASI

b. Pemberian susu formula

c. Pola perubahan nutrisi tiap tahapan usai sampai nutrisi saat ini

- Riwayat psichososial

a. Tempat tinggal
b. Lingkungan rumah

c. Apakah rumah dekat sekolah dan ada tempat bermain

d. Hubungan antara anggota keluarga

e. Pengasuh anak

- Alergi : Adanya riwayat alergi pada obat,lingkungan,makanan

c. Kesehatan keluarga : Merupakan gambaran kesehatan keluarga, apakah ada


kaitannya dengan penyakit yang dideritanya. (Identifikasi penyakit
keturunan,membuat bagan genogram)

d. Pemeriksaan Fisik

1) Tingkat kesadaran :

- Kuantitatif (GCS)

- Kualitatif (Compos mentis,apatis,delirium,somnolen,sopor)

2) Tanda-tanda vital

a) Suhu : normal

b) Nadi : normal

c) RR : normal

3) Antropometri

a) Tinggi badan

b) Berat badan

c) Lingkar lengan atas

d) Lingkar kepala

e) Lingkar dada
4) Pemeriksaan abdomen
a) Inspeksi Anak akan mengalami distensi abdomen, dan kram.
b) Palpasi Turgor kulit pada pasien diare tanpa dehidrasi baik, pada pasien diare
dehidrasi ringan kembali < 2 detik, pada pasien dehidrasi berat kembali > 2
detik.
c) Auskultasi Biasanya anak yang mengalami diare bising ususnya meningkat

2. Diagnosis Keperawatan
a. Hipertermia b.d proses penyakit
b. Diare b.d inflamasi gastroinstestinal
c. Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif
DIAGNOSIS TINDAKAN KEPERAWATAN RASIONAL
KEPERAWATAN Kriteria Hasil Intervensi

D.0130 L.14134 I.15506


Termoregulasi Manajemen hipertermia
Hipertermia Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi penyebab 1. Untuk mengetahui
berhubungan keperawatan selama …x24 hipertermia penyebab hipertermia
dengan proses jam diharapkan termoregulasi 2. Monitor suhu tubuh 2. Hipertermia
penyakit membaik dengan kriteria berhubungan dengan
hasil : laju peningkatan
1. Menggigil menurun metabolik
(1) 3. Berikan cairan oral 3. Dilakukan untuk
2. Suhu tubuh membaik mengatasi kehilangan
(5) cairan akibat diare
4. Anjurkan tirah baring 4. Untuk mengurangi
aktifitas tubuh,
mengurangi
kebutuhan oksigen
tubuh agar tubuh dapat
berkonsentrasi
terhadap
penyembuhan
5. Kolaborasikan 5. Mencukupkan
pemberian cairan dan kebutuhan cairan dan
eletrolit intravena,jika elektrolit yang hilang
perlu
D.0020 L.04033 I.03101
Eliminasi Fekal Manajemen Diare
Diare Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi penyebab 1. Untuk mengetahui
berhubungan keperawatan selama …x24 diare penyebab diare
dengan inflamasi jam diharapkan eliminasi 2. Monitor 2. Membantu
gastroinstestinal fekal membaik dengan warna,volume,frekuensi membedakan penyakit
kriteria hasil : dan konsistensi tinja individu dan mengkaji
1. Kontrol pengeluaran beratnya tiap defekasi
feses meningkat (5) 3. Monitor jumlah 3. Membantu
2. Nyeri abdomen pengeluaran diare membedakan penyakit
menurun (5) individu dan mengkaji
3. Konsistensi feses beratnya tiap defekasi
4. Berikan asupan cairan
membaik (5) 4. Dilakukan untuk
oral
4. Frekuensi defekasi mengatasi kehilangan
membaik (5) cairan akibat diare
5. Peristaltik usus 5. Untuk memasukkan
5. Pasang jalur intravena
membaik (5) cairan atau obat
langsung ke pembuluh
vena dengan
menggunakan jarum
yang disebut kateter
IV (intra vena)
6. Anjurkan menghindari 6. Untuk menghindari
makanan pembentuk diare berlanjut
gas,pedas dan
mengandung laktosa
7. Kolaborasi pemberian 7. Untuk memperlambat
obat pengeras feses gerak usus agar
menghasilkan feces
dalam bentuk lebih
padat
D.0023 L.03028 I.03116
Status cairan Manajemen Hipovolemia
Hypovolemia Setelah dilakukan tindakan 1. Periksa tanda dan gejala 1. Hipovolemia
berhubungan keperawatan selama …x24 hypovolemia berhubungan dengan
dengan kehilangan jam diharapkan status cairan penurunan volume
cairan aktif membaik dengan kriteria cairan agar dapat
hasil : segera diberikan
1. Frekuensi nadi tindak lanjut jika
membaik (5)
2. Tekanan nadi timbul gejala
membaik (5) hipovolemia
3. Intake cairan 2. Monitor intake dan 2. Membantu dalam
membaik (5) output cairan menganalisa
4. Output urine keseimbangan cairan
meningkat (5) dan derajat
kekurangan cairan
3. Hitung kebutuhan cairan 3. Untuk mengetahui
jumlah kebutuhan
cairan tubuh dan
memastikan cairan
tubuh terpenuhi
4. Anjurkan 4. Dilakukan untuk
memperbanyakan asupan pemenuhan kebutuhan
cairan oral cairan yang hilang
akibat diare dan untuk
menggantikan
kebutuhan cairan dan
elektrolit yang hilang
5. Kolaborasi pemberian 5. Untuk menggantikan
cairan IV isotonis cairan tubuh yang
(NacL,RL) hilang akibat
kehilangan cairan
tubuh dalam jumlah
banyak

Discharge Planning

a. Memberikan edukasi agar tetap menjaga pola makan


b. Menganjurkan untuk rutin minum obat sesuai dengan anjuran dokter
c. Menganjurkan keluarga pasien agar pasien kontrol rutin
d. Menganjurkan pasien dan keluarga pasien untuk rajin mencuci tangan dengan sabun dan air sesudah BAB/BAK dan sebelum
makan untuk mencegah penularan diare.
LAMPIRAN

Tahadapan perkembangan anak usia 2 tahun 4 bulan

1. Gerak Kasar
a. Jalan naik tangga sendiri
b. Dapat bermain dengan sandal kecil dan menendang bola kecil
2. Gerak Halus
a. Mencoret-coret pensil pada kertas
3. Bicara dan Bahasa
a. Bicara dengan baik menggunakan 2 kata
b. Dapat menunjukan 1 atau lebih bagian tubuhnya ketika diminta
c. Melihat gambar dan dapat menyebut dengan benar nama 2 benda atau lebih
d. Membantu memungut mainannya sendiri atau membantu mengangkat piring jika
diminta
4. Sosialisasi dan Kemandirian
a. Makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah
b. Melepas pakaiannya

(Kemenkes, 2016)
PENGKAJIAN TINJAUAN KASUS

Tanggal : 26 Juli 2021


Jam : 09.00 WIB
Nama Mahasiswa : Kelompok 5
Tempat Praktik : Galilea III Anak

B. PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama : An. K
Tanggal lahir/umur : 11 Maret 2019 (2 tahun 4 bulan 15 hari)
Nama Ibu : Ny. A
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
Agama : Kristen
Pendidikan : SD
Suku/budaya : Jawa
Alamat : Yogyakarta
Tgl. Masuk/jam : 23 Juli 2021
Ruang/kamar : Galilea III Anak
No RM : 00-69-2x-xx
Diagnosa Kerja/ medis : Gastroenteritis Akut (GEA)
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama saat dikaji
Diare
b. Keluhan tambahan / lainnya saat dikaji
Ibu pasien mengatakan pasien tidak nafsu makan sejak hari pertama masuk RS dan
suhu tubuh pasien belum stabil Suhu 38 oC.
c. Alasan Utama Saat masuk Rumah Sakit
Demam sejak tanggal 23 Juli 2021 pukul 05.00 WIB.
d. Riwayat penyakit sekarang:
Ibu pasien mengatakan An. K mengalami diare cair. Klien mengalami mencret
sebanyak 5-7 kali sejak tanggal 1 – 2 Juli 2021, berwarna kuning cair dan badan lemas.
Pada tanggal 3 Juli, klien dibawa ke dokter namun tidak ada perubahan. Pada tanggal
23 Juli 2021 jam 05.00 WIB anak mengalami demam dan dibawa ke IGD RS Bethesda.
Di IGD klien di diagnosa medis mengalami GEA sehingga diberikan terapi infus RL
15 tetes/menit. Kemudian pasien dipindahkan ke ruang Galelia III Anak dan dirawat
inap. Terapi yang diberikan di ruang Galelia III Anak masih dilanjutkan RL 15 tetes/
menit, obat orezync syrup 1x1 cth, lacto B 2x1 sachet dan tempra 3-4x cth. Pada
tanggal 26 Juli 2021 pasien masih mengalami diare, suhu tubuh belum stabil. Keluhan
utama saat dikaji oleh mahasiswa adalah diare, keluhan tambahan suhu tubuh pasien
belum stabil dan anak tidak nafsu makan sejak hari pertama masuk RS. TTV: Nadi,
115x/menit, RR 25 x/menit, Suhu 38 oC.
3. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran:
a. Prenatal:
Usia kehamilan Ny.L 38 minggu, kehamilan direncanakan, penambahan BB selama
hamil 10 kg, selama hamil tidak ada obat-obat yang dikonsumsi hanya vitamin saja
dan tidak ada penyakit bawaan.
b. Natal:
Persalinan spontan dilakukan di Rumah Sakit Bethesda yang ditolong oleh dokter,
BB:3100 gram, PB: 50 cm, LD: 33 cm, LK: 35 cm.
c. Postnatal:
BBL: 3100 gram, BB waktu pulang: 3100 gram
4. Riwayat Kesehatan Lalu
An. K pernah memiliki riwayat sakit batuk pilek dan demam namun belum pernah dirawat
di RS. Tidak ada obat-obatan yang digunakan, tidak pernah operasi, tidak ada alergi baik
obat maupun makanan dan tidak pernah mengalami kecelakaan.
5. Riwayat imunisasi lengkap sesuai usianya.
6. Riwayat Tumbuh Kembang
Tumbuh kembang An.K tidak mengalami keterlambatan.
7. Riwayat Keluarga:
An. K merupakan anak pertama dan satu-satunya, tinggal bersama kedua orang tua dan
kakek nenek dari ayahnya

Genogram:

Laki-laki Pasien
Perempuan Tinggal Serumah
Keterangan:
Klien adalah anak tungggal dari kedua orang tuanya, saat ini klien berusia 2 tahun 4 bulan
15 hari. Klien tinggal serumah bersama dengan kedua orang tua dan kakek neneknya.
Dalam Keluarga klien tidak ada riwayat penyakit keluarga yang menurun.

8. FLACC Pain Assessment Tool


No Kategori Skor Total
0 1 2
1 Face (wajah) Tidak ada Terkadang Sering 0
ekspresi meringis/menarik menggertakan
khusus, diri dagu dan
senyum mengatupkan
rahang
2 Leg (kaki) Normal, Gelisah, tegang Menendang, kaki 1
rileks tertekuk,
melengkungkan
punggung
3 Acitivity Berbaring Menggeliat, tidak Kaku atau 0
(aktivitas) tenang, bisa diam, kaku menghentak
posisi mengerang
normal,
mudah
bergerak
4 Cry Tidak Merintih, Terus menangis, 1
(menangis) menangis merengek, berteriak, sering
kadang-kadang mengeluh
mengeluh
5 Consability Rileks Dapat Sulit dibujuk 1
(konstability) ditenangkan
dengan sentuhan,
pelukan, bujukan,
dapat diahlihkan
Skor total 3
Kesimpulan
Anak K yang berusia berusia 2 tahun 4 bulan 15 hari, saat dikaji terlihat meringis,
gelisah, dan merengek. Dapat ditarik kesimpulan bahwa anak K memiliki skor 3 yang
artinya terdapat nyeri ringan dengan 4 kategori yaitu:
Keterangan :
0 = Rileks dan nyaman
1-3 = Nyeri ringan/ketidaknyamanan ringan
4-6 = Nyeri sedang,
7-10 = Nyeri hebat/ketidaknyamanan berat
9. Riwayat Sosial
An. K diasuh oleh ibu, kakek dan neneknya, An. K memiliki hubungan yang dekat dengan
anggota keluarga yang lain terutama ibu. An. K selalu menunjukkan keinginannya bermain
dengan teman sebaya.
10. Riwayat Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia
a. Pola nutrisi
Sebelum sakit nafsu makan anak baik, sangat suka makan bubur dan buah segar,
minuman tambahan susu formula, anak tidak ada alergi makanan.
b. Pola Tidur dan Istirahat
Kebiasaan tidur sebelum sakit tidur siang 2 jam dan tidur malam 8 jam.
c. Pola eliminasi
BAB dan BAK sebelum sakit tidak ada keluhan.
d. Pola kebersihan diri
Kebersihan An. K dibantu oleh ibunya.
e. Aktivitas
Semua aktivitas klien dibantu oleh orang tua.
11. Keadaan Saat Ini
a. Status nutrisi
Selama sakit An. K tidak nafsu makan sejak hari pertama masuk RS, jenis diit bubur,
hanya minum 2 gelas dalam sehari. BB ideal An.K berdasarkan usia 9,7-15,3 kg, BB
sebelum sakit 9,7 kg, BB saat ini 8,7 kg. TB 82 cm, LLA 15 cm, LK 46 cm, LD 45 cm.
An.M mengkonsumsi jenis makanan bubur dengan frekuensi 3x dalam sehari berasal
dari rumah sakit, An.K tidak makan makanan dari rumah.
Kebutuhan kalori = 1200 kkal
Kebutuhan protein = (10% x total energi harian) : 4
= 120: 4
= 30 gram
Kebutuhan lemak = (20% x total energi harian) : 9
= 240 :9
= 26,67 gram
Kebutuhan karobohidrat = 70% x total energi harian
= 840 gram

b. Status cairan
An. K minum air putih sebanyak 400 cc per hari, An.K mendapatkan cairan infus RL
870 cc/ 24 jam.
Kebutuhan cairan An.K = 957- 1000,5 cc/24 jam
IWL = [(10% x CM) x jumlah kenaikan suhu]/24 jam + IWL normal
= [(10% x 1270) x 0,5)/ 24 jam + 70 cc/24 jam
= 63,5 cc/24 jam + 70 cc/24 jam
=133,5 cc/hari,
Cairan yang dikeluarkan saat BAB: 1500 cc
Balance cairan= Cairan masuk – (Cairan keluar + IWL)
= 1270- (1500+133,5)
= 1270- 1633,5
= -363,5 cc
c. Status eliminasi
Ny. A mengatakan selama di Rumah sakit An. K BAB dalam sehari 4-5x ganti
pampers, BAB encer berwarna kuning.
d. Kebutuhan tidur
Ketika sakit tidak ada keluhan dalam pemenuhan istirahat.
e. Pola kebersihan diri
Kebersihan An. K dibantu oleh Ibu A.
f. Aktivitas
Semua aktivitas klien dibantu oleh orang tua.
g. Data psikologi
Anak rewel, anak suka menangis, agresif, tantrum (belum bisa mengekspresikan emosi
dalam berbicara), anak tampak takut dengan orang sekitar, anak selalu mencoba untuk
melepas infus
h. Data spiritual
Anak diajak berdoa dengan orang tuanya
12. Pemeriksaan Fisik
a. Pengukuran pertumbuhan:
TB 82 cm, BB 8,7 kg (sebelum sakit 9,7 kg), LLA 15 cm, LK 46 cm, LD 45 cm.
IMT anak: 12 kg (Normal)
b. Pengukuran tanda vital:
Suhu tubuh 380C, diukur di axila kanan dengan termometer, frekuensi nadi: 115
x/menit, diukur di nadi radialis dextra, kuat dan teratur, frekuensi respirasi: 25 x/menit,
irama reguler.
c. Tingkat Kesadaran (kuantitatif/kualiatif)
1) Keadaan umum : An. K lemas dan terbaring di tempat tidur
2) Tingkat kesadaran: Composmentis, GCS:15
d. Kulit: Turgor kulit elastis kembali < 2 detik, teraba hangat, kulit kemerahan, tidak ada
perdarahan yang keluar melalui kulit.
e. Kepala: Bentuk kepala bulat, kulit kepala bersih, rambut hitam tidak berbau, rambut
tidak rontok.
f. Mata: Bentuk simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih, kelopak mata sedikit
cekung.
g. Telinga: Bentuk simetris, kebersihan cukup, serumen tidak ada.
h. Hidung: Kebersihan cukup, tidak ada polip, sekret tidak ada.
i. Mulut: Mukosa bibir basah, kebersihan mulut cukup, sudah tumbuh gigi 4 (2 atas, 2
bawah).
j. Leher: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
k. Thorak:
1) Inspeksi: Bentuk dada simetris, pergerakan dada kanan dan kiri sama, tidak ada
retraksi otot dada, tidak ada penggunaan otot bantu napas.
2) Palpasi: Vokal fremitus sejajar antara paru kanan dan paru kiri, tidak ada
nyeri tekan
3) Perkusi: Tidak ada pembesaran jantung, suara dulness
4) Auskultasi: Suara S1 dan S2 tunggal reguler. suara paru vesikuler pada seluruh
lapang paru, tidak ada bunyi napas tambahan.
l. Abdomen:
1) Inspeksi: Bentuk abdomen datar, simetris, tidak ada lesi, tidak ada asites.
2) Auskultasi: Bising usus 30x/menit
3) Palpasi: Tidak ada distensi maupun pembesaran hepar.
4) Perkusi: Bunyi timpani
m. Genetalia: Kebersihan cukup
n. Anus: Kulit pantat berwarna kemerahan
o. Punggung: Tidak ada lesi, tidak ada kelainan tulang
p. Ekstremitas:
1) Atas: Terpasang infus ditangan kiri
2) Bawah:Tidak ada kelainan
3) Kekuatan otot: Tidak terkaji
4) Refleks: Tidak Terkaji
13. Tingkat Perkembangan
a. Personal sosial
1) An K sudah mampu memakai baju
2) An K bisa gosok gigi dengan bantuan
3) An K sudah mampu mencuci dan mengeringkan tangan
b. Adaptif motorik halus
1) An K bisa menyusun menara dari 6 kubus
c. Bahasa
Ibu A mengatakan bahwa An. K bisa berbicara dengan sebagian dimengerti
d. Motorik kasar
1) An K mampu melompat
2) An K mampu melempar bola tangan keatas
14. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik
a. Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 24 Juli 2021
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hemoglobin 12 g/dL M: 14-18
F: 12-16
Leukosit 5,91 ribu/mmk M: 4.8-10.8
F: 4.8-10.8
Eosinophil 0,0% 1-3
Basophil 0,2% 0-0.2
Segmen neutrophil 30,4% 50-70
limfosit 55,0%, 0.9-55.2
monosit 14,4%, 2-8
Hct 35,8% M: 42-52
F: 37-47
eritrosit 4,54 juta/mmk M: 4.4-5.9
F: 3.8-5.2
RDW 12,7% 11.5-14.5
MCV 78,9 fL 79.0-99.00
MCH 26,2 pg 27.0-31.0
MCHC 33,2 g/dL 33.0-37.0
Trombosit 190 ribu/mmk 150-450
MPV 11,8 fL 7.2-11.1
PDW 13,9 fL 9.0-13.0

b. Hasil pemeriksaan laboratorium feses tanggal 24 Juli 2021


Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
FESES RUTIN
Macroscopis
Warna Hijau
Bau Khas
Konsistensi Lembek
Lendir Negative Negative
SEL
Sel lekosit 0-2/LPB Negative
Sel eritrosit Negative Negative
Sel epitel Negative Negative
TELUR CACING
Ascaris lumbricoides Negative Negative
Oxyuris vemiculans Negative Negative
Taenia SP Negative Negative
Strongyloides sterco Negative Negative
Trichuris thricuria Negative Negative
SISA MAKANAN
Serat daging Negative
Granula amilium Negative
Globul lemak Negative
Sisa tumbuhan Positif
AMUBA
Entamoeba Negative Negative
histolutica
Entamoeba coli Negative Negative
Glardia lamblia Negative Negative
Kista Negative Negative

15. Obat-Obatan
a. Orezynx syrup 1x1 cth
Nama obat : Orezynx syrup
Rute pemberian : secara oral
Dosis : 1 x 20 mg
b. Lacto b 2x1 sachet
Nama obat : Lacto b
Rute pemberian : secara oral
Dosis : 2x1 sachet
c. Tempra 3-4x cth
Nama obat : Tempra
Rute pemberian : secara oral
Dosis : 3-4 x 120 mg
d. Loperamide 3x 1 mg
Nama obat : Loperamide
Rute pemberian : secara oral
Dosis : 3 x 1 mg
e. Oralit
Nama obar : Oralit
Rute pemberian : secara oral
Dosis : 100−200 mL setiap kali BAB, atau ½‒1 gelas ukuran sedang
Analisa Obat:
No Nama Obat Indikasi Kontra Indikasi Efek Samping Implikasi
Keperawatan
1 Orezynx syrup Terapi Hipersensitivitas Penurunan Kaji diare
1x1 cth pelengkap diare konsentrasi, mual,
pada anak rasa pahit, muntah
dan iritasi pada
mulut

2 Lacto b 2x1 Membantu - Pusing, Kelelahan, Kaji diare


sachet mengatasi diare Kram perut, Mual
pada anak-anak, dan muntah
mengatasi Reaksi alergi
intoleransi pembentukan batu
laktosa dan ginjal (terutama
sembelit, jika dikonsumsi
menjaga dengan suplemen
kesehatan sistem vitamin C berlebih)
pencernaan.
3 Tempra 3-4x Meredakan Penderita Penggunaan untuk Monitor suhu
cth demam, rasa kerusakan hati dan jangka waktu lama tubuh klien
sakit dan nyeri alergi terhadap dan dosis besar
ringan seperti Paracetamol. dapat menyebabkan
sakit kepala, kerusakan fungsi
sakit gigi, hati, Reaksi
menurunkan hipersensitifitas/
demam yang alergi.
menyertai flu,
dan demam
sesudah
imunisasi.
4 Loperamide 3x Mengatasi diare pasien dengan Pusing, sembelit, Kaji warna,
1 mg pada anak kolitis ulseratif, kelelahan, mual frekuensi,
kolitis infektif, atau dan
kolitis yang konsistensi
disebabkan feses
antibiotik
5 Oralit Terapi rehidrasi Pasien dengan Sakit kepala, Monitor
untuk membantu kondisi Syok pusing, letih, rasa keseimbanga
mengembalikan hemodinamik, ileus tidak nyaman di n cairan
keseimbangan abdomen, perut, kembung
cairan dan malabsorpsi
elektrolit yang karbohidrat
hilang akibat
diare dan/atau
muntah

16. Program Tindakan


a. Observasi suhu tubuh pasien
b. Pemberian kompres panas
c. Pemberian oralit
d. Penggantian infus RL
17. Rencana Pulang
a. Memberikan edukasi agar tetap menjaga pola makan
b. Menganjurkan untuk rutin minum obat sesuai dengan anjuran dokter
c. Menganjurkan keluarga pasien agar pasien kontrol rutin
d. Istirahat yang cukup
e. Menganjurkan pasien dan keluarga pasien untuk rajin mencuci tangan dengan sabun
dan air sesudah BAB/BAK dan sebelum makan untuk mencegah penularan diare.
C. ANALISA DATA
No Data Masalah Penyebab
1 DS:- Hipertermia Proses penyakit
DO:
- Suhu tubuh 38°C
2 DS:- Diare Fisiologis (inflamasi
DO: gastrointestinal)
- Mencret sebanyak 4-5x setiap
hari
- Selama di RS BAB dalam
sehari 4-5x ganti pampers
- BAB berwarna kuning cair
- Pasien hanya minum 2 gelas
dalam sehari
- Pasien mengalami
pengurangan cairan sebanyak
363,5 cc
- Frekuensi nadi 115x/menit
3 DS: Risiko defisit Faktor psikologis
- Ibu pasien mengatakan nutrisi (keengganan untuk
anaknya tidak nafsu makan makan)
sejak hari pertama masuk RS.
DO:
- Pasien makan 3x sehari
dengan bubur
- Pasien hanya minum 2 gelas
dalam sehari
- BB sebelum sakit 9,7 kg
- BB selama sakit 8,7 kg
4 DS: Risiko Kehilangan cairan
hipovolemik secara aktif
- Ibu pasien mengatakan badan
anaknya lemas.
DO:
- Pasien hanya minum 2 gelas
dalam sehari
- Pasien mengalami
pengurangan cairan sebanyak
363,5 cc
- Frekuensi nadi 115x/menit
- BB sebelum sakit 9,7 kg
- BB selama sakit 8,7 kg
5 DS : - Gangguan Kelembapan
DO: integritas
- Kulit pantat tampak berwarna kulit/jaringan
kemerahan
6 DS: Risiko infeksi Efek prosedur invasif
DO:
- Pasien tampak dipasang infus
RL 870 cc/jam
- Nyeri pada daerah infus
- Kulit pantat berwarna
kemerahan
7 DS : Ansietas krisis maturasional
- Ibu pasien berkata anak selalu
berusaha melepas selang
infus
DO:
- Anak tampak rewel dan
gelisah
- Anak tampak takut terhadap
orang lain, anak tampak suka
menangis, agresif, tantrum
(belum bisa mengekspresikan
emosi dalam berbicara)

D. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
No Diagnosis Keperawatan
1 Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit dibuktikan dengan
DS:-
DO:
- Suhu tubuh 38°C
2 Risiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif.
3 Diare berhubungan dengan fisiologis (inflamasi gastrointestinal) dibuktikan
dengan
DS:
- Ibu mengatakan anak tidak nafsu makan
DO:
- Mencret sebanyak 4-5x setiap hari
- Selama di RS BAB dalam sehari 4-5x ganti pampers
- BAB berwarna kuning cair
- Pasien hanya minum 2 gelas dalam sehari
- Pasien mengalami kekurangan cairan sebanyak 300 cc
- BB sebelum sakit 9,7 kg
- BB selama sakit 8,7 kg
4 Risiko defisit nutrisi dibuktikan dengan faktor psikologis (keengganan untuk
makan)
5 Risiko hipovolemik dibuktikan dengan kehilangan cairan secara aktif.
6 Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan kelembapan
dibuktikan dengan
DS : -
DO:
- Kulit pantat tampak berwarna kemerahan
7 Ansietas berhubungan dengan krisis maturasional dibuktikan dengan
DS :
- Ibu pasien berkata anak selalu berusaha melepas selang infus
DO:
- Anak tampak rewel dan gelisah
- Anak tampak takut terhadap orang lain, anak tampak suka menangis, agresif,
tantrum (belum bisa mengekspresikan emosi dalam berbicara)
E. Nursing Care Plan (NCP)
Nama pasien : An. K
Ruangan : Galilea III Anak
Tanggal : 26 Juli 2021
Nama Mahasiswa : Yohana Wahyu Pertiwi dkk (Kelompok 5)
DIAGNOSA TINDAKAN KEPERAWATAN RASIONAL
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
Tgl 26 Juli 2021 jam 09.00 Tgl 26 Juli 2021 jam 09.05 Tgl 12 Juli 2021 jam 09.10 Tgl 12 Juli 2021 jam 09.15
D.0130 L.14132 I.03128
Termoregulasi Pemberian Obat Oral

Hipertermia berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi kemungkinan 1. Mencegah terjadinya alergi dan
dengan proses penyakit keperawatan selama 3x24 jam alergi, interaksi, dan kontra kontraindikasi dari obat yang akan
dibuktikan dengan maka termoregulasi membaik indikasi obat dikonsumsi.
DS:- dengan kriteria hasil : 2. Verifikasi order obat sesuai 2. Mengetahui tujuan pemberian dari
DO: 1. Suhu tubuh membaik dengan indikasi obat.
- Suhu tubuh 38°C menjadi 37,5 °C (5) 3. Lakukan prinsip enam benar 3. Agar obat yang diberikan aman
(pasien, obat, dosis, waktu, dikonsumsi/dipakai pasien.
rute, dan dokumentasi)
4. Berikan obat Tempra dengan
dosis 3-4 x 120 mg sebelum
makan atau setelah makan, 4. Mencegah terjadinya masalah atau
sesuai kebutuhan gangguan yang ada di dalam tubuh.
5. Jelaskan jenis obat, alasan 5. Memberikan pemahaman kepada
pemberian, tindakan yang pasien dan keluarga tentang jenis,
diharapkan, dan efek samping alasan pemberian, tindakan yang
sebelum pemberian diharapkan, dan efek samping dari
6. Ajarkan pasien dan keluarga obat yang akan diberikan.
tentang cara pemberian obat 6. Memberikan edukasi kepada pasien
secara mandiri. dan keluarga tentang cara pemberian
obat secara mandiri dengan benar.

Tgl 26 Juli 2021 jam 09.20 Tgl 26 Juli 2021 jam 09.25 Tgl 26 Juli 2021 jam 09.30 Tgl 26 Juli 2021 jam 09.35
D.0142 L.14137 I.02065
Tingkat Infeksi Pemberian Obat Intravena

Risiko infeksi dibuktikan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda vital dan nilai 1. Mengetahui kondisi pasien ketika
dengan efek prosedur keperawatan selama 1x24 jam laboratorium sebelum belum diberikan tindakan
invasif. maka risiko infeksi menurun pemberian obat keperawatan
dengan kriteria hasil :
1. Nyeri menurun menjadi 2. Lakukan prinsip enam benar 2. Menverifikasi obat sesuai dengan
skala 0 (5) (pasien, obat, dosis, waktu, indikasi agar tidak terjadi medikal
2. Kemerahan menurun rute, dan dokumentasi) eror
(5) 3. Pastikan ketepatan dan 3. Mengetahui posisi kateter IV apakah
kepatenan kateter IV sudah mengenai vena
4. Tempel label keterangan nama 4. Mendokumentasikan hasil tindakan
obat dan dosis pada wadah yang telah dilakukan
cairan IV
5. Jelaskan jenis obat, alasan 5. Memberikan pemahaman kepada
pemberian, tindakan yang keluarga tentang jenis, alasan
diharapkan, dan efek samping pemberian, tindakan yang diharapkan
sebelum pemberian dan efek samping pemberian tindakan

ii.
Tgl 26 Juli 2021 jam 09.40 Tgl 26 Juli 2021 jam 09.45 Tgl 26 Juli 2021 jam 09.50 Tgl 26Juli 2021 jam 09.55
D.0020 L.03020 I.03101
Keseimbangan Cairan Manajemen Diare
Diare berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi penyebab diare 1. Mengetahui penyebab terjadinya
fisiologis (inflamasi keperawatan selama 3 x24 jam diare pada anak
gastrointestinal) dibuktikan maka keseimbangan cairan 2. Monitor warna, volume, 2. Mengetahui warna, volume,
dengan meningkat kriteria hasil: frekuensi dan konsistensi tinja frekuensi dan konsistensi feses
DS: 1. Asupan cairan selama anak BAB
- Ibu mengatakan anak meningkat menjadi 3. Berikan asupan cairan oral 3. Memberikan oralit sebagai cara
tidak nafsu makan 1000 cc/hari (5) berupa oralit untuk menghindari dehidrasi pada
DO: 2. Asupan makan anak
- Mencret sebanyak 4-5x meningkat 4. Anjurkan makanan porsi kecil 4. Makanan dalam porsi kecil dan
setiap hari 3. Berat badan membaik dan sering secara bertahap sering dilakukan agar pemenuhan
- Selama di RS BAB menjadi 895 gram (5) nutrisi pada anak tetap terpenuhi
dalam sehari 4-5x ganti 5. Pemberian obat Loperamide 5. Obat Loperamide diberikan untuk
pampers dengan dosis 3x 1 mg secara mengatasi diare
- BAB berwarna kuning oral
cair
- Pasien hanya minum 2
gelas dalam sehari
- Pasien mengalami
pengurangan cairan
sebanyak 363,5 cc
- BB sebelum sakit 9,7 kg
- BB selama sakit 8,7 kg

Tgl 26 Juli 2021 Jam 10.00 Tgl 26 Juli 2021 Jam 10.05 Tgl 26 Juli 2021 Jam 10.10 Tgl 26 Juli 2021 Jam 10.15
D.0032 L.030030 I.12296
Status Nutrisi Edukasi Nutrisi Anak

Risiko defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi kesiapam dan 1. Mengetahui strategi yang tepat untuk
dibuktikan dengan faktor keperawatan selama 3x24 jam kemampuan menerima memberikan edukasi terkait kesiapan
psikologis (keengganan maka status nutrsi membaik informasi dan kemampuan menerima informasi.
untuk makan) dengan kriteria hasil: 2. Sediakan materi dan media 2. Sebagai sarana untuk membantu
1. Pengetahuan tentang pendidikan kesehatan proses pemberian edukasi.
pilihan makanan yang 3. Memberikan kesempatan pada pasien
sehat meningkat (5) 3. Berikan kesempatan untuk untuk bertanya terkait hal yang belum
2. Pengetahuan tentang bertanya diketahui tentang pemenuhan gizi
standar asupan nutrisi seimbang.
yang tepat meningkat 4. Jelaskan kebutuhan gizi 4. Memberikan pemahaman kepada
(5) seimbang pada anak dengan pasien terkait makanan gizi seimbang
GEA dan PHBS pada anak GEA.
3. Nafsu makan membaik 5. Sebagai pedoman memilih nutrisi
dengan makan 3xsehari 5. Ajarkan ibu mengidentifikasi yang sesuai dengan gizi seimbang
diselingi buah-buahan makanan dengan gizi seimbang anak.

6. Ajarkan Perilaku Hidup bersih 6. Untuk meningkatkan kualitas hidup


dan Sehat (PHBS) bersih dan sehat
F. CATATAN PERKEMBANGAN
Nama pasien : An. K
Ruangan : Galilea III Anak
Tanggal : 26 Juli 2021
Diagnosa Medis : Gastroenteritis Akut (GEA)
Nama Mahasiswa : Yohana Wahyu Pertiwi dkk (Kelompok 5)
No No. DK/MK Hari, tgl Perkembangan (SOAP) Tanda
Tangan
1 Hipertermia Senin, I
berhubungan dengan 26/07/2021 1. Mengidentifikasi
proses penyakit kemungkinan alergi,
interaksi, dan kontra indikasi
09.00 obat
Ds:
- Ibu mengatakan anak tidak
memiliki alergi terhadap obat
paracetamol
Do:
- Tidak ditemukan alergi,
interaksi, dan kontra indikasi
pada obat
2. Memverifikasi order obat
sesuai dengan indikasi
Ds: -
Do:
- Pemberian obat tempra
dengan dosis 1 x 120 mg
3. Melakukan prinsip enam
benar (pasien, obat, dosis,
waktu, rute, dan
dokumentasi)
Ds:-
Do:
- Pemberian obat tempra
14.00 dengan dosis 1 x 120 mg
pada anak K secara oral
4. Memberikan obat Tempra
dengan dosis 1 x 120 mg
sebelum makan atau setelah
makan, sesuai kebutuhan
Ds:
- Ibu mengatakan anak sedikit
rewel ketika diberikan obat
Do:
- Anak tampak sedikit rewel
ketika diberikan obat
- Obat tempra berhasil
diberikan
- Suhu tubuh 37,7°C
5. Menjelaskan jenis obat,
alasan pemberian, tindakan
yang diharapkan, dan efek
samping sebelum pemberian
Ds:
- Ibu mengatakan memahami
tujuan diberikan tindakan
pemberian obat tempra
Do:
- Ibu tampak memahami
tujuan dari pemberian obat
tempra
6. Mengajarkan pasien dan
keluarga tentang cara
pemberian obat secara
mandiri.
18.00 Ds:
- Ibu mengatakan memahami
cara pemberian obat secara
mandiri
Do:
- Ibu tampak memahami cara
pemberian obat secara
mandiri.
E
S
1. Ibu mengatakan anak tidak
memiliki alergi terhadap obat
paracetamol
2. Ibu mengatakan anak sedikit
rewel ketika diberikan obat
3. Ibu mengatakan memahami
tujuan diberikan tindakan
pemberian obat tempra
4. Ibu mengatakan memahami
cara pemberian obat secara
mandiri
O
1. Pemberian obat tempra
dengan dosis 1x 120 mg pada
anak K secara oral
2. Anak tampak sedikit rewel
ketika diberikan obat
3. Suhu tubuh 37,7°C
4. Ibu tampak memahami
tujuan dari pemberian obat
tempra
5. Ibu tampak memahami cara
pemberian obat secara
mandiri.
A
Masalah belum teratasi
P
Lanjutkan intervensi 2,3,4
2 Risiko infeksi Senin, I
dibuktikan dengan 26/07/2021 1. Memonitor tanda vital dan
efek prosedur invasif. 09.25 nilai laboratorium sebelum
pemberian obat
Ds:-
Do:
- Suhu: 38°C
- Frekuensi nadi 115x/menit
- RR 25x/menit
- Kulit pantat tampak
kemerahan
2. Melakukan prinsip enam
benar (pasien, obat, dosis,
waktu, rute, dan dokumentasi
Ds:
Do:
- Pemasangan cairan infus RL
15 tetes/menit
3. Memastikan ketepatan dan
kepatenan kateter IV
Ds:
- Ibu mengatakan anak tampak
meringis
- Ibu mengatakan anak sudah
tidak merasakan kesakitan
pada tangan kiri
Do:
- Pemasangan infus RL
berhasil dipasang
- Anak tampak meringis
- Skala nyeri pada anak 2
4. Menempel label keterangan
nama obat dan dosis pada
wadah cairan IV
Ds:-
Do:
- Pemasangan infus RL
dengan dosis 15 tetes/menit
5. Menjelaskan jenis obat,
alasan pemberian, tindakan
yang diharapkan, dan efek
samping sebelum pemberian
Ds:
- Ibu mengatakan memahami
tujuan dari pemasangan infus
Do:
- Ibu tampak memahami
tujuan dari pemberian
tindakan pemasangan infus
E
S
1. Ibu mengatakan memahami
tujuan dari pemasangan infus
2. Ibu mengatakan anak tampak
meringis
3. Ibu mengatakan anak
merasakan kesakitan pada
tangan kiri
O
1. Pemasangan cairan infus RL
15 tetes/menit berhasil
dipasang
2. Anak tampak meringis
3. Skala nyeri pada anak 2
4. Kulit pantat tampak
kemerahan
A
Masalah belum teratasi
P
Lanjutkan intervensi 1,3
3 Diare berhubungan Senin, I
dengan fisiologis 26/07/2021 1. Mengidentifikasi penyebab
(inflamasi diare
gastrointestinal) 09.45 Ds:-
Do:
- Kemungkinan penyebab
diare anak yaitu inflamasi
gastrointestinal
2. Memonitor warna, volume,
frekuensi dan konsistensi
tinja
Ds:
- Ibu mengatakan feses anak
berwarna kuning, cair, dan
BAB sebanyak 4x sehari
Do:
- Anak tampak masih lemas
3. Memberikan asupan cairan
oral berupa oralit
13.45 Ds:
- Ibu mengatakan anak sedikit
rewel ketika diberikan obat
oralit
Do:
- Pemberian oralit 100−200
mL setiap kali BAB, atau ½‒
1 gelas ukuran sedang
- Asupan cairan yang diterima
anak selama sehari 800 cc
4. Menganjurkan makanan
porsi kecil dan sering secara
bertahap
Ds:
- Ibu mengatakan nafsu
makan anak sudah mulai
membaik
Do:
- Anak tampak sudah nafsu
makan
- BB anak 870 gram
5. Pemberian obat Loperamide
17.45 dengan dosis 1x 1 mg secara
oral
Ds:
- Ibu mengatakan anak sedikit
rewel ketika diberikan obat
Loperamide
Do:
- Anak tampak sedikit rewel
E
S
1. Ibu mengatakan feses anak
berwarna kuning, cair, dan
BAB sebanyak 4x sehari
2. Ibu mengatakan anak sedikit
rewel ketika diberikan obat
oralit
O
1. Anak tampak masih lemas
2. Pemberian oralit 100−200
mL setiap kali BAB, atau ½‒
1 gelas ukuran sedang
3. Asupan cairan yang diterima
anak selama sehari 800 cc
4. Anak tampak sudah nafsu
makan
5. BB anak naik menjadi 870
gram
A
Masalah belum teratasi
P
Lanjutkan intervensi 2,3,4
4 Risiko defisit nutrisi Senin, 26 I
dibuktikan dengan Juli 2021
faktor psikologis 1. Mengidentifikasi kesiapam
(keengganan untuk 10.00 dan kemampuan menerima
makan) informasi.
Ds :
- Ibu pasien mengatakan siap
menerima edukasi.
Do :
- Ibu pasien tampak siap
menerima edukasi.
2. Menyediakan materi dan
media pendidikan kesehatan.
Ds : -
Do :
- Ibu pasien tampak antusias
melihat media penkes.
3. Memberikan kesempatan
untuk bertanya.
Ds :
14.00 - Ibu pasien bertanya terkait
pemberian makan sehat
bergizi.
Do :
- Perawat memberikan respon
balik terkait bertanyaan ibu
pasien.
4. Menjelaskan kebutuhan gizi
seimbang pada anak dengan
GEA.
Ds :
- Ibu pasien mengatakan
anaknya hanya minum 2 gelas
sehari.
- Ibu pasien mengatakan anaknya
makan 3x sehari tanpa selingan
buah-buahan.
Do :
- Ibu pasien tampak
memperhatikan materi
penkes dengan antusias.
5. Ajarkan ibu mengidentifikasi
makanan dengan gizi
seimbang.
Ds : -
Do :
- Ibu pasien tampak
memperhatikan dengan
seksama.
6. Ajarkan Perilaku Hidup
bersih dan Sehat (PHBS)
17.00 Ds :
- Ibu pasien berkata telah
mengerti cara mengajari anak
untuk menerapkan PHBS.
Do :
- Ibu pasien tampak
memahami edukasi yang
diberikan.
E
S
1. Ibu pasien mengatakan siap
menerima edukasi.
2. Ibu pasien bertanya terkait
pemberian makan sehat
bergizi.
3. Ibu pasien mengatakan
anaknya hanya minum 2
gelas sehari.
4. Ibu pasien mengatakan
anaknya makan 3x sehari
tanpa selingan buah-buahan.
5. Ibu pasien berkata telah
mengerti cara mengajari anak
untuk menerapkan PHBS.
O
1. Ibu pasien tampak siap
menerima edukasi.
2. Perawat memberikan respon
balik terkait bertanyaan ibu
pasien.
3. Ibu pasien tampak
memperhatikan dengan
seksama.
4. Pasien hanya minum 2 gelas
sehari.
5. Pasien makan 3x sehari tanpa
selingan buah-buahan.
6. Ibu pasien tampak
memahami edukasi yang
diberikan.
A
Masalah belum teratasi
P
Lakukan intervensi 4,5
1 Hipertermia Selasa, 27 S
berhubungan dengan Juli 2021 1. Ibu mengatakan anak sudah
proses penyakit tidak rewel
09.00 O
1. Suhu tubuh anak 37,7°C
A
Masalah belum teratasi
P
Lanjutkan intervensi 2,3,4
I
1. Memverifikasi order obat
sesuai dengan indikasi
Ds: -
Do:
- Pemberian obat tempra
dengan dosis 1 x 120 ml
2. Melakukan prinsip enam
14.00 benar (pasien, obat, dosis,
waktu, rute, dan
dokumentasi)
Ds: -
Do:
- Pemberian obat tempra
dengan dosis 1x 120 mg pada
anak K secara oral
3. Memberikan obat Tempra
dengan dosis 1 x 120 mg
sebelum makan atau setelah
makan, sesuai kebutuhan
Ds:
18.00 - Ibu mengatakan anak sudah
tidak rewel ketika diberikan
obat
Do:
- Anak tampak sudah tidak
rewel ketika diberikan obat
- Obat tempra berhasil
diberikan
- Suhu tubuh 37,5°C
E
S
1. Ibu mengatakan anak sudah
tidak rewel ketika diberikan
obat
O
1. Pemberian obat tempra
dengan dosis 1 x 120 mg
2. Anak tampak sudah tidak
rewel ketika diberikan obat
3. Obat tempra berhasil
diberikan
4. Suhu tubuh 37,5°C
A
Masalah teratasi
P
Hentikan intervensi
2 Risiko infeksi Selasa, S
dibuktikan dengan 27/07/2021 1. Ibu mengatakan anak masih
efek prosedur invasif. 09.25 sedikit merasakan kesakitan
pada area tusukan infus
2. Ibu mengatakan kulit pantat
sudah berkurang
kemerahannya
O
1. Pasien masih tampak
meringis
2. Skala nyeri pasien 2
3. Kemerahan pada kulit pantat
tampak berkurang
A
Masalah belum teratasi
P
Lanjutkan intervensi 1,3
I
1. Memonitor tanda vital dan
nilai laboratorium sebelum
pemberian obat
Ds:-
Do:
- Suhu: 37,5°C
- Frekuensi nadi 110x/menit
- RR 25x/menit
- Kulit pantat tampak sudah
tidak kemerahan
2. Memastikan ketepatan dan
kepatenan kateter IV
Ds:
- Ibu mengatakan anak sudah
tampak meringis
- Ibu mengatakan anak sudah
tidak merasakan kesakitan
pada tangan kiri
Do:
- Infus RL masih tepat
mengenai vena
- Anak tampak sudah meringis
- Skala nyeri pada anak 1
E
S
1. Ibu mengatakan anak sudah
tampak meringis
2. Ibu mengatakan anak sudah
tidak merasakan kesakitan
pada tangan kiri
O
1. Infus RL masih tepat
mengenai vena
2. Anak tampak sudah meringis
3. Skala nyeri pada anak 1
A
Masalah teratasi sebagian
P
Lanjutkan intervensi 2
3 Diare berhubungan Selasa S
dengan fisiologis 27/07/2021 1. Ibu mengatakan feses anak
(inflamasi 09.45 berwarna kuning, lembek,
gastrointestinal) dan BAB sebanyak 3x sehari
2. Ibu mengatakan anak masih
sedikit lemas
3. Ibu mengatakan anak sudah
mau makan dan minum
O
1. Anak tampak sudah nafsu
makan
2. BB anak 880 gram
3. Anak tampak masih sedikit
lemas
A
Masalah belum teratasi
P
Lanjutkan intervensi 2,3,4
13.45 I
1. Memonitor warna, volume,
frekuensi dan konsistensi
tinja
Ds:
- Ibu mengatakan feses anak
berwarna kuning, lembek,
dan BAB sebanyak 3x sehari
Do:
- Anak tampak sudah tidak
lemas
2. Memberikan asupan cairan
oral berupa oralit
Ds:
- Ibu mengatakan anak sudah
tidak rewel ketika diberikan
obat oralit
Do:
- Pemberian oralit 100−200
mL setiap kali BAB, atau ½‒
1 gelas ukuran sedang
- Asupan cairan yang diterima
anak selama sehari 1000 cc
17.45 3. Menganjurkan makanan
porsi kecil dan sering secara
bertahap
Ds:
- Ibu mengatakan nafsu
makan anak sudah mulai
meningkat
Do:
- Anak tampak sudah nafsu
makan
- BB anak 885 gram
E
S
1. Ibu mengatakan feses anak
berwarna kuning, lembek,
dan BAB sebanyak 3x sehari
2. Ibu mengatakan anak sudah
tidak rewel ketika diberikan
obat oralit
3. Ibu mengatakan nafsu makan
anak sudah mulai meningkat
O
1. Anak tampak sudah tidak
lemas
2. Asupan cairan yang diterima
anak selama sehari 1000 cc
3. Anak tampak sudah nafsu
makan
4. BB anak 885 gram
A
Masalah teratasi sebagian
P
Lanjutkan intervensi 3
3 Risiko defisit nutrisi Selasa, 26 S
dibuktikan dengan Juli 2021 1. Ibu pasien bertanya tentang
faktor psikologis menu makanan sehat bergizi.
(keengganan untuk 2. Ibu pasien mengatakan
makan anaknya sudah minum 4
10.00 gelas selama sehari.
3. Ibu pasien mengatakan
anaknya makan 3x sehari
dengan bubur lembut dan
selingan buah-buahan.
O
1. Ibu pasien tampak masih
bingung dengan menu
makanan sehat bergizi.
2. Pasien minum 4 gelas selama
14.00 sehari.
3. Pasien makan 3x sehari
dengan bubur lembut dan
selingan buah-buahan.
A
Masalah teratasi sebagian
P
Lakukan intervensi ke 4,5
I
1. Menjelaskan kebutuhan gizi
seimbang pada anak dengan
17.00 GEA.
Ds :
- Ibu pasien berkata sudah
paham tentang penjelasan
kebutuhan gizi seimbang.
- Ibu pasien mengatakan hari
ini anaknya sudah minum 4
gelas air putih.
- Ibu pasien mengatakan
anaknya makan 3x sehari
dengan bubur lembut dan
selingan buah-buahan.
Do :
- Ibu pasien tampak
memperhatikan materi
penkes dengan antusias.
- Ibu pasien tampak
memahami penjelasan
kebutuhan gizi seimbang
dengan baik.
- Pasien minum 4 gelas selama
sehari.
- Pasien makan 3x sehari
dengan bubur lembut dan
selingan buah-buahan.
2. Ajarkan ibu mengidentifikasi
makanan dengan gizi
seimbang.
Ds : -
Do :
- Ibu pasien tampak
memperhatikan dengan
seksama.
- Ibu pasien bisa menyebutkan
menu makanan yang tepat
sesuai kebutuhan gizi yang
seimbang.
E
S
1. Ibu pasien berkata sudah
paham tentang penjelasan
kebutuhan gizi seimbang.
2. Ibu pasien mengatakan hari
ini anaknya sudah minum 4
gelas air putih.
3. Ibu pasien mengatakan
anaknya makan 3x sehari
dengan bubur lembut dan
selingan buah-buahan.
O
1. Ibu pasien tampak
memperhatikan materi
penkes dengan antusias.
2. Ibu pasien tampak
memahami penjelasan
kebutuhan gizi seimbang
dengan baik.
3. Pasien minum 4 gelas selama
sehari.
4. Pasien makan 3x sehari
dengan bubur lembut dan
selingan buah-buahan.
A
Masalah teratasi.
P
Hentikan intervensi.
1 Risiko infeksi Rabu, 29 S
dibuktikan dengan Juli 2021 1. Ibu mengatakan kulit pantat
efek prosedur invasif. pada anak sudah tidak
kemerahan
09.25 2. Ibu mengatakan anak sudah
tampak meringis
3. Ibu mengatakan anak sudah
tidak merasakan kesakitan
pada tangan kiri
O
1. Skala nyeri anak 1
2. Kulit pantat pada anak
tampak sudah tidak
kemerahan
A
Masalah teratasi sebagian
P
Lanjutkan intervensi 2
I
1. Memastikan ketepatan dan
kepatenan kateter IV
Ds:
- Ibu mengatakan anak sudah
tampak meringis
- Ibu mengatakan anak sudah
tidak merasakan kesakitan
pada tangan kiri
Do:
- Infus RL masih tepat
mengenai vena
- Anak tampak sudah meringis
- Skala nyeri pada anak 0
- Anak tampak tidak
merasakan nyeri
E
S
1. Ibu mengatakan anak sudah
tampak meringis
2. Ibu mengatakan anak sudah
tidak merasakan kesakitan
pada tangan kiri
O
1. Infus RL masih tepat
mengenai vena
2. Anak tampak sudah meringis
3. Skala nyeri pada anak 0
4. Anak tampak tidak
merasakan nyeri
A
Masalah teratasi
P
Hentikan intervensi
2 Diare berhubungan Rabu, 29 S
dengan fisiologis Juli 2021 1. Ibu mengatakan feses anak
(inflamasi 09.45 berwarna kuning, lembek,
gastrointestinal) dan BAB sebanyak 3x sehari
2. Ibu mengatakan nafsu makan
anak sudah mulai meningkat
O
1. BB 890 gram
2. Asupan cairan yang didapat
anak 1000 cc
A
Masalah teratasi sebagian
P
Lanjutkan intervensi 3
I
1. Menganjurkan makanan
porsi kecil dan sering secara
bertahap
13.45 Ds:
- Ibu mengatakan nafsu
makan anak sudah mulai
meningkat
Do:
- Nafsu makan anak
meningkat
17.45 - BB anak 895 gram
E
S
1. Ibu mengatakan nafsu makan
anak sudah mulai meningkat
O
1. Nafsu makan anak
meningkat
2. BB anak 895 gram
A
Masalah teratasi
P
Hentikan intervensi
SATUAN ACARA PENYULUHAN

PENCEGAHAN & PERAWATAN BAGI PENDERITA GEA

1. Topik : Sistem Pencernaan


2. Sub Topik : Edukasi tenteang penyakit GEA
3. Sasaran : Keluarga penderita GEA di Ruang Mawar RS Bethesda
4. Tempat : Ruang Mawar RS Bethesda
5. Hari/Tanggal : Rabu, 21 Juli 2021
6. Waktu : 09.00
7. Tujuan Instrusional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan selama 20 menit diharapkan klien dan keluarga (kelompok
sasaran) mampu memahami tentang GEA dan cara pencegahannya.
8. Tujuan Instruksional Khusus (jelaskan dengan segi kognitif, afektif dan psikomotorik)
Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit, diharapkan audien dapat mendukung
kualitas hidup dan dapat menjelaskan tentang :
a. Pengertian GEA
b. Penyebab GEA
c. Tanda gejala GEA
d. Makanan sehat untuk anak GEA (Piramida makanan)
e. Kebutuhan cairan untuk anak GEA
f. Mengajarkan PHBS pada anak

a. Pengertian GEA
Gastroenteritis adalah suatu keadaan dimana terdapat inflamasi pada bagian mukosa
dari saluran gastrointestinal ditandai dengan diare dan muntah. Diare adalah buang air
besar dengan frekuensi yang meningkat dari biasanya atau lebih dari tiga kali sehari
dengan konsistensi feses yang lebih lembek atau cair (kandungan air pada feses lebih
banyak dari biasanya yaitu lebih dari 200 gram atau 200ml/24jam). Gastroenteritis akut
adalah diare dengan onset mendadak dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam sehari
disertai dengan muntah dan berlangsung kurang dari 14 hari.
b. Penyebab GEA
Gastroenteritis akut bisa disebabkan oleh berbagai faktor, menurut dari World
Gastroenterology Organisation, ada beberapa agen yang bisa menyebabkan terjadinya
gastroenteritis akut yaitu agen infeksi dan non-infeksi. Lebih dari 90 % diare akut
disebabkan karena infeksi, sedangkan sekitar 10 % karena sebab lain yaitu:
1) Faktor Infeksi
a) Virus
Di negara berkembang dan industrial penyebab tersering dari gastroenteritis
akut adalah virus, beberapa virus penyebabnya antara lain :
- Rotavirus
Merupakan salah satu terbanyak penyebab dari kasus rawat inap di
rumah sakit dan mengakibatkan 500.000 kematian di dunia tiap tahunnya,
biasanya diare akibat rotavirus derat keparahannya diatas rerata diare pada
umumnya dan menyebabkan dehidrasi. Pada anak-anak sering tidak
terdapat gejala dan umur 3 – 5 tahun adalah umur tersering dari infeksi virus
ini.
- Human Caliciviruses (HuCVs)
Termasuk famili Calciviridae, dua bentuk umumnya yaitu Norwalk-
like viruses (NLVs) dan Sapporo-like viruses (SLVs) yang sekarang disebut
Norovirus dan sapovirus. Norovirus merupakan penyebab utama terbanyak
diare pada pasien dewasa dan menyebabkan 21 juta kasus per tahun.
Norovirius merupakan penyebab tersering gastroenteritis pada orang
dewasa dan sering menimbulkan wabah dan menginfeksi semua umur.
Sapoviruses umumnya menginfeksi anak – anak dan merupakan infeksi
virus tersering kedua selain Rotavirus.
- Adenovirus
Umumnya menyerang anak – anak dan menyebabkan penyakit pada
sistem respiratori. adenovirus merupakan family dari Adenoviridae dan
merupakan virus DNA tanpa kapsul, diameter 70 nm, dan bentuk
icosahedral simetris. Ada 4 genus yaitu Mastadenovirus, Aviadenovirus,
Atadenovirus, dan Siadenovirus.
b) Bakteri
Infeksi bakteri juga menjadi penyebab dari kasus gastroenteritis akut bakteri
yang sering menjadi penyebabnya adalah Diarrheagenic Escherichia coli,
Shigella species, Vibrio cholera, Salmonella. Beberapa bakteri yang dapat
menyebabkan gastroenteritis akut adalah :
- Diarrheagenic Escherichia- coli
Penyebarannya berbeda – beda di setiap negara dan paling sering
terdapat di negara yang masih berkembang. Umumnya bakteri jenis ini
tidak menimbulkan bahaya jenis dari bakterinya adalah :
- Enterotoxigenic E. coli (ETEC) 4
- Enteropathogenic E. coli (EPEC)
- Enteroinvasive E. coli (EIEC)
- Enterohemorrhagic E. coli (EHEC)
- Campylobacter
Bakteri jenis ini umumnya banyak pada orang yang sering
berhubungan dengan perternakan selain itu bisa menginfeksi akibat
masakan yang tidak matang dan dapat menimbulkan gejala diare yang
sangat cair dan menimbulkan disentri.
- Shigella species
Gejala dari infeksi bakteri Shigella dapat berupa hipoglikemia dan
tingkat kematiannya sangatlah tinggi. Beberapa tipenya adalah9 :
- S. sonnei
- S. flexneri
- S. Dysenteriae
- Vibrio cholera
Memiliki lebih dari 2000 serotipe dan semuanya bisa menjadi
pathogen pada manusia. Hanya serogrup cholera O1 dan O139 yang dapat
menyebabkan wabah besar dan epidemic. Gejalanya yang paling sering
adalah muntah tidak dengan panas dan feses yang konsistensinya sangat
berair. Bila pasien tidak terhidrasi dengan baik bisa menyebabkan syok
hipovolemik dalam 12 – 18 jam dari timbulnya gejala awal.
- Salmonella
Salmonella menyebabkan diare melalui beberapa mekanisme.
Beberapa toksin telah diidentifikasi dan prostaglandin yang menstimulasi
sekresi aktif cairan dan elektrolit mungkin dihasilkan. Pada onset akut
gejalanya dapat berupa mual, muntah dan diare berair dan terkadang
disentri pada beberapa kasus.
c) Parasitic agents
Cryptosporidium parvum, Giardia L, Entamoeba histolytica, and
Cyclospora cayetanensis infeksi beberapa jenis protozoa tersebut sangatlah
jarang terjadi namun sering dihubungkan dengan traveler dan gejalanya sering
tak tampak. Dalam beberapa kasus juga dinyatakan infeksi dari cacing seperti
Stongiloide stecoralis, Angiostrongylus C., Schisotoma Mansoni, S. Japonicum
juga bisa menyebabkan gastroenteritis akut.
2) Non –Infeksi
a) Malabsorpsi/ maldigesti Kurangnya penyerapan seperti :
- Karbohidrat : Monosakrida (glukosa), disakarida (sakarosa)
- Lemak : Rantai panjang trigliserida
- Asam amino
- Protein
- Vitamin dan mineral
b) Imunodefisiensi
Kondisi seseorang dengan imunodefisiensi yaitu hipogamaglobulinemia,
panhipogamaglobulinemia (Bruton), penyakit granulomatose kronik, defisiensi
IgA dan imunodefisiensi IgA heavycombination.
c) Terapi Obat
Orang yang mengonsumsi obat- obatan antibiotic, antasida dan masih
kemoterapi juga bisa menyebabkan gastroenteritis akut.
d) Lain-lain
Tindakan gastrektomi, terapi radiasi dosis tinggi, sindrom Zollinger-
Ellison, neuropati diabetes sampai kondisi psikis juga dapat menimbulkan
gastroenteritis akut.
c. Tanda dan Gejala GEA
Gejala utama gastroenteritis adalah diare dan muntah. Gejala ini akan muncul 1-3
hari setelah terinfeksi. Gejala biasanya berlangsung selama 1-2 hari, namun juga bisa
berlangsung hingga 10 hari. Selain muntah dan diare, penderita gastroenteritis atau flu
perut juga berisiko mengalami gejala tambahan, berupa:
1) Demam dan menggigil
2) Sakit kepala
3) Mual
4) Tidak nafsu makan
5) Sakit perut
6) Nyeri otot dan sendi

Gastroenteritis cukup sering terjadi pada anak-anak. Segera periksakan anak


Anda ke dokter, jika ia mengalami gastroenteritis atau flu perut yang disertai dengan:

1) Demam di atas 38oC


2) Uring-uringan
3) Gelisah
4) Menangis tanpa mengeluarkan air mata
5) Muntah selama lebih dari beberapa jam
6) Popok tetap kering dalam jangka waktu lama
7) Diare disertai darah

d. Makanan sehat untuk anak GEA (Piramida makanan)


Piramida makanan merupakan panduan nutrisi untuk merencanakan pola makan
sehat bergizi seimbang (tidak mengecualikan jenis nutrisi tertentu), dengan membagi
porsi berbagai kelompok makanan dalam bentuk piramida. Berikut ini adalah urutan
isi piramida makanan bergizi seimbang, mulai dari dasar hingga puncak piramida,
berikut penerapannya dalam menu makanan sehari-hari:
1) Mengonsumsi makanan pokok yang beraneka ragam
Makanan pokok adalah makanan berkarbohidrat yang dikonsumsi sehari-
hari sebagai makanan utama. Jenis makanan pokok di tiap daerah dapat
berbeda-beda, antara lain nasi, jagung, singkong, ubi, dan sagu. Meski begitu,
usahakan untuk menvariasikan makanan pokok Anda, dengan mengonsumsi
lebih dari satu jenis makanan berkarbohidrat dalam sehari.
2) Mengonsumsi lebih banyak makanan sumber serat
Mengonsumsi sayuran dan buah-buahan merupakan bagian yang penting
dalam mewujudkan pola makan bergizi seimbang. Pasalnya, selain kaya akan
serat, kedua kelompok makanan ini juga mengandung banyak vitamin dan
mineral. Porsi sayur dan buah yang sebaiknya dikonsumsi dalam sehari adalah
400 gram. Untuk lebih mudahnya, dalam 1 piring makanan, setengahnya harus
berupa buah dan sayuran. Porsi sayuran dianjurkan lebih banyak dari buah,
yaitu 2/3 dari total sayur dan buah.
3) Mengonsumsi makanan tinggi protein sebagai lauk-pauk
Lauk-pauk merupakan kelompok makanan sumber protein, yang terdiri
dari protein hewani dan protein nabati. Anda dianjurkan untuk mengonsumsi
kedua jenis protein tersebut, karena masing-masing memiliki kelebihan dan
kekurangan, sehingga dapat saling melengkapi. Beberapa bahan makanan yang
mengandung banyak protein adalah daging sapi, daging ayam, ikan, dan
kacang-kacangan, misalnya kacang kedelai. Konsumsilah lauk pauk sebanyak
2-4 porsi dalam sehari, di mana 1 porsinya setara dengan 1 potong ayam.'
4) Membatasi konsumsi makanan yang mengandung gula, garam, dan lemak
Makanan yang mengandung gula, garam, dan lemak menempati urutan
puncak piramida makanan bergizi seimbang, sehingga hanya boleh dikonsumsi
dalam jumlah yang sedikit. Seperti kita ketahui, mengonsumsi makanan ini
secara berlebihan berisiko menimbulkan beragam masalah kesehatan. Sesuai
Permenkes Nomor 30 Tahun 2013, pemerintah merancang pedoman khusus
dengan istilah “G4-G1-L5” mengenai batas konsumsi gula, garam, dan lemak
per hari. Berikut adalah penjelasannya:
a) G4 berarti 4 sendok makan gula per hari.
b) G1 berarti 1 sendok teh garam per hari.
c) L5 berarti 5 sendok makan lemak atau minyak per hari.
e. Kebutuhan cairan untuk anak GEA
Dirangkum dari laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), kebutuhan cairan
berbeda berdasarkan usia, jenis kelamin, massa otot, dan lemak tubuh anak. Berikut
rata-rata kebutuhan cairan pada anak dalam sehari:
1) Bayi usia 0 – 6 bulan memerlukan cairan 700 mL/hari.
2) Bayi 7 – 12 bulan memerlukan cairan 800 mL/hari.
3) Anak 1 – 3 tahun memerlukan 1300 mL/hari.
4) Anak 4 – 8 tahun memerlukan 1700 mL/hari.
5) Anak 9 – 13 tahun memerlukan 2400 mL/hari pada laki – laki dan 2100 mL/hari
pada perempuan.
6) Anak 14 – 18 tahun memerlukan 3300 mL/hari (laki – laki) dan 2300 mL/hari untuk
perempuan.
Cairan ini dapat berasal dari makanan maupun minuman. Cairan dari minuman
dapat berasal dari air putih, susu, atau jus buah. Namun, pada beberapa kondisi, anak
memerlukan masukan cairan yang lebih banyak, seperti saat olahraga, cuaca yang
panas/sangat dingin, dan saat berpergian jauh. Pada kondisi tersebut, perlu dipastikan
bahwa anak memiliki akses untuk mengonsumsi cairan.
Anak lebih mudah mengalami dehidrasi dibanding orang dewasa karena
memiliki sensibilitas rasa haus yang lebih rendah serta tidak dapat mengekspresikan rasa
haus dengan baik. Cairan tubuh yang kurang menyebabkan dehidrasi yang bervariasi
dari ringan sampai berat. Gejala dan tanda dehidrasi antara lain rasa haus, berkurangnya
produksi urin, urin berwarna pekat, mata cekung, tidak ada air mata saat menangis,
turgor kulit yang buruk, serta penurunan kesadaran.
Sementara pada bayi yang tidak dapat menyampaikan keluhan umumnya
menjadi rewel dan haus. Jika tidak ditangani, bayi dapat menjadi lemas, cenderung tidur,
dan tidak responsif. Dehidrasi pada anak perlu cepat diidentifikasi dan ditangani karena
dehidrasi berat yang berlanjut menjadi syok dapat mengancam nyawa.

f. Mengajarkan PHBS pada anak


Terdapat beberapa indikator PHBS pada tingkatan rumah tangga yang dapat
dijadikan acuan untuk mengenali keberhasilan dari praktik Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat pada tingkatan rumah tangga. Berikut ini 10 indikator PHBS pada tingkatan
rumah tangga :
1) Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan
Persalinan yang mendapat pertolongan dari pihak tenaga kesehatan baik itu
dokter, bidan ataupun paramedis memiliki standar dalam penggunaan peralatan
yang bersih, steril dan juga aman. Langkah tersebut dapat mencegah infeksi dan
bahaya lain yang beresiko bagi keselamatan ibu dan bayi yang dilahirkan.

2) Pemberian ASI eksklusif


Kesadaran mengenai pentingnya ASI bagi anak di usia 0 hingga 6 bulan
menjadi bagian penting dari indikator keberhasilan praktek Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat pada tingkat rumah tangga.

3) Menimbang bayi dan balita secara berkala


Praktek tersebut dapat memudahkan pemantauan pertumbuhan bayi.
Penimbangan dapat dilakukan di Posyandu sejak bayi berusia 1 bulan hingga 5
tahun. Posyandu dapat menjadi tempat memantau pertumbuhan anak dan
menyediakan kelengkapan imunisasi. Penimbangan secara teratur juga dapat
memudahkan deteksi dini kasus gizi buruk.

4) Cuci tangan dengan sabun dan air bersih


Praktek ini merupakan langkah yang berkaitan dengan kebersihan diri
sekaligus langkah pencegahan penularan berbagai jenis penyakit berkat tangan
yang bersih dan bebas dari kuman.

5) Menggunakan air bersih


Air bersih merupakan kebutuhan dasar untuk menjalani hidup sehat.

6) Menggunakan jamban sehat


Jamban merupakan infrastruktur sanitasi penting yang berkaitan dengan
unit pembuangan kotoran dan air untuk keperluan pembersihan.
7) Memberantas jentik nyamuk
Nyamuk merupakan vektor berbagai jenis penyakit dan memutus siklus
hidup makhluk tersebut menjadi bagian penting dalam pencegahan berbagai
penyakit.

8) Konsumsi buah dan sayur


Buah dan sayur dapat memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral serta serat
yang dibutuhkan tubuh untuk tumbuh optimal dan sehat.

9) Melakukan aktivitas fisik setiap hari


Aktivitas fisik dapat berupa kegiatan olahraga ataupun aktivitas bekerja
yang melibatkan gerakan dan keluarnya tenaga.

10) Tidak merokok di dalam rumah


Perokok aktif dapat menjadi sumber berbagai penyakit dan masalah
kesehatan bagi perokok pasif. Berhenti merokok atau setidaknya tidak merokok
di dalam rumah dapat menghindarkan keluarga dari berbagai masalah
kesehatan.

9. Metode :
a. Ceramah
b. Diskusi
c. Tanya jawab
10. Kegiatan Penyuluhan :

No Kegiatan Penyuluh Peserta Waktu


1 Pendahuluan a. Memberikan salam a. Menjawab 2 menit
b. Memperkenalkan salam
diri b. Merespon
balik
c. Menjelaskan tujuan c. Menyimak
penkes dan
mendengarkan
2 Isi - Bertanya sejauh a. Menyimak 15 menit
mana dan
mengetahui mendengarkan
tentang penyakit b. Merespon
GEA penyuluh
- Menjelaskan c. Bertanya dan
sesuai topik menjawab
- Pengertian GEA pertanyaan
- Penyebab GEA d. Menyimak
- Tanda gejala dan
GEA mendengarkan
- Makanan sehat
untuk anak GEA
(Piramida
makanan) +
contoh menu
- Kebutuhan
cairan untuk
anak GEA
- Mengajarkan
PHBS pada anak
- Memberikan
kesempatan
kepada peserta
untuk bertanya
- Memberikan
reinforcement
positif
3 Penutup a. Menyimpulkan dan a. Menyimak 3 menit
Redemonstrasi dan
b. Salam penutup mendengarkan
b. Menjawab
salam

11. Media : Power Point


12. Daftar Pustaka
Amin L. Tatalaksana Diare Akut. Continuing Medical Education. 2015;42(7):504-8.
Kementrian Kesehatan, Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat. 1
Januari 2016. PHBS. Diakses dari https://promkes.kemkes.go.id/phbs
Virdita Ratriani. 2020. Catat, inilah kebutuhan cairan pada anak sesuai usianya. Diakses
dari https://kesehatan.kontan.co.id/news/catat-inilah-kebutuhan-cairan-per-hari-
pada-anak-sesuai-usianya

Evaluasi
a. Struktur (jelaskan apa yang akan dilihat dari persiapan penkes)
1) Adanya koordinasi dengan tenaga kesehatan lain yaitu dokter dan juga ahli gizi.
2) Persiapan sarana prasarana seperti media 5 hari sebelum pelaksanaan.
3) Membagikan undangan 3 hari sebelum pelaksanaan dimulai.
4) Menyiapkan bahan materi yang sesuai dengan usia dewasa pada klien 3 hari
sebelum pelaksanaan.
b. Proses
1) 100% klien hadir sesuai undangan dan mengikuti pelaksanaan pendidikan
kesehatan dari awal sampai akhir.
2) Klien antusias dalam mengikuti pendidikan kesehatan.
3) 50% klien dapat melakukan redemonstrasi contoh makanan sehat.
c. Hasil
1) Klien mampu menjelaskan pengertian GEA.
2) Klien mampu menjelaskan penyebab GEA.
3) Klien mampu menjelaskan tanda dan gejala GEA.
4) Klien mampu menjelaskan makanan sehat utk anak GEA.
5) Klien mampu menjelaskan kebutuhan cairan untuk anak GEA.
6) Klien mampu menjelaskan mengajarkan PHBS pada anak.

Yogyakarta, 28 juli 2021


Penyuluh

(Bob Harrys Jordan)


LAMPIRAN :
DAFTAR PUSTAKA

Ami L. Tatalaksana Diare Akut. Continuing Medical Education. 2015;42(7):504-8.


Departemen Kesehatan RI, 2011, Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare Pada Balita,
Jakarta, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal
pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
DepKes RI. Buku saku petugas kesehatan: Lintas diare. Ditjen Pengendali Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan, Dep Kesehatan Republik Indones Jakarta. 2011;2:4-11.

DepKes RI., 2012. Angka Kejadian Gastroenteritis Masih Tinggi.

Kardiyudiani dan Susanti, (2019). Keperawatan Medikal Bedah 1. Yogyakarta: PT


Pustaka Buku.

Kementrian kesehatan RI. 2016. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi,Deteksi dan Intervensi


Dini Tumbuh kembang Anak Ditingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta : Bakti
Husada

Mardalena, I. (2015). Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Sistem Pencernaan.


Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Muhammad Iqbal. (2018). KARYA TULIS ILMIAH. Asuhan Keperwatan Gastroenteritis


Akut, 100(pengertian GEA), 20.

Muttaqin, Arif dan Sari, Kumala. 2011. Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta. Salemba Medika
Ngastiyah. (2014). Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta : EGC
Penjaskes.co.id

Sodikin. 2011. Asuhan Keperawatan Anak: Gangguan Sistem Gastroinstetinal dan


Hepatobilier. Jakarta: Salemba Medika

Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan Dewasa
Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai