BAB 1
PENDAHULUAN
Saluran kemih secara normalnya steril dan tidak ada organisme infeksius.
Namun infeksi bakterial saluran kemih umum terjadi khususnya pada perempuan.
Insidensi infeksi saluran kemih dikatakan terjadi 8% pada anak perempuan dan
2% pada anak laki-laki mengalami infeksi saluran kemih saat masa anak-anak.1
Infeksi saluran kemih ini kebanyakan dialami oleh populasi wanita. Telah
dihitung bahwa sekitar sepertiga wanita dewasa pernah mengalami gejala cystitis
setidaknya sekali dalam hidupnya, dan juga dapat terjadi episode berulang.
Sebuah penelitian di Portsmouth dan South East Hampshire, Inggris mendapatkan
angka kejadian infeksi saluran kemih 20 kali lebih banyak dari yang diyakini
sebelumnya . Jika faktor resikonya tidak dapat diidentifikasi maka hal ini akan
menjadi masalah serius, yang bisa berlanjut menjadi kerusakan ginjal yang
partikular dan gagal ginjal.2
Infeksi saluran kemih ini ditandai dengan ditemukannya peningkatan jumlah
kuman dan leukosit dalam urin yang juga diikuti gejala klinis sering dan tidak
dapat menahan berkemih serta ada rasa nyeri pada saat berkemih. Dalam
kenyataannya sebagian besar infeksi saluran kemih disebabkan Escherichia coli
dan bakteri Gram-negatif yang berkembang secara cepat dalam urin. Penyebab
tersering infeksi saluran kemih (80%) oleh basilus Gram negatif koliform dari
kelompok Enterobacteriaceae.3
Sejak ditemukannya bakteriuria asimptomatik yang mempunyai gejala
yang mengarah ke infeksi saluran kemih bagian bawah, bakteriuria asimptomatik
kemudian dianggap sebagai peranan penting dari infeksi saluran kemih.
Bakteriuria ditentukan bila jumlah kuman dalam urin lebih dari 100.000 cfu/ml.
Walaupun 20-40% perempuan dengan gejala klinis infeksi saluran kemih hanya
didapatkan jumlah kuman kurang dari 100.000 cfu/ml, bahkan beberapa penelitian
2
melaporkan jumlah kuman 100 cfu/ml. Lebih dari 10% perempuan dengan ISK ,
yang tidak menimbulkan gejala juga menunjukkan jumlah kuman yang
meningkat. Peningkatan jumlah bakteri juga akan berhubungan dengan keluhan
dengan terjadinya piuria.3 Leukosituria bermakna apabila didapatkan >5 per
lapangan pandang atau >10 leukosit per mm3.6
Bakteriuria tanpa gejala klinik ( asymptomatic bacteriuria ) didapatkan
pada 5% perempuan pada usia muda dan meningkat sampai dengan 22-43%
sesuai dengan bertambahnya umur. Keadaan ini tidak menimbulkan masalah yang
bermakna, kecuali pada keadaan khusus seperti kehamilan, tindakan pada infeksi
saluran kemih, dan transplantasi ginjal. Keadaan ini juga lebih sering terjadi pada
pasien dengan pemasangan kateter menetap.3 Menurut penelitian sebelumnya
yang dilakukan tahun 2003, pada anak sekolah dasar usia 9-12 tahun didapatkan
hasil prevalensi 1% pada laki-laki dan 77 % pada anak perempuan yang
didapatkan bakteriuria asimptomatik. Dan pada penelitian sebelumnya tahun 2011
di sebuah sekolah di Brazil didapatkan hasil bahwa prevalensi infeksi saluran
kemih terjadi pada anak usia sekolah , yang lebih banyak terjadi pada perempuan
dengan kelas sosial yang lebih rendah.4
Pada umumnya saluran kemih steril di atas uretra sebelah distal walaupun
bakteri dapat masuk terutama dari organ yang berdekatan. Infeksi yang terjadi
melalui fekal-perineal-uretral adalah salah satu alternatif penularan. Escherichia
coli yang terdapat dalam jumlah banyak di rektum menjadi salah satu penyebab
utama infeksi saluran kemih. Organ lain yang terlibat adalah kandung kemih,
perineum, vestibula vagina, uretra, dan jaringan parauretral. Infeksi asendens
melalui uretra adalah keluhan yang paling sering dijumpai, yang dapat terjadi
secara spontan atau terjadi setelah hubungan seksual atau kateterisasi. Daerah
periuretral akan dipenuhi oleh koloni besar bakteri, yang kemudian akan menjalar
ke atas melalui uretra untuk memasuki kandung kemih dan melekat pada
urotelium . Cara masuknya kuman belum diketahui secara pasti, hanya diduga
bakteri akan mengalami refluks setelah berkemih, dapat menjalar belawanan
dengan aliran kemih karena terjadinya arus turbulensi, atau aliran balik ke arah
kandung kemih.3
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
polos dan karenanya tidak berada dalam kontrol volunter. Sfingter uretra
eksternus adalah otot rangka yang berada dibawah kontrol sadar.5
Berkemih diatur dalam dua mekanisme yaitu refleks berkemih dan kontrol
volunter. Refleks berkemih terpicu ketika reseptor regang dalam dinding kandung
kemih terangsang. Kandung kemih pada orang dewasa dapat menampung hingga
250 sampai 400 ml urin.Semakin besar tegangan melebihi dari ukuran ini semakin
meningkatkan pengaktifan reseptor. Serat-serat aferen dari resesptor regang akan
membawa impuls ke medulla spinalis melalui anatrneuron yang akan merangsang
saraf parasimpatis untuk kandung kemih dan menghambat neuron motorik ke
singter eksternus. Stimulasi pada saraf parasimpatis menyebabkan kandung kemih
mengalami kontraksi.5
Perubahan pada bentuk kandung kemih selama kontaksi akan secara mekanis
membuka sfingter internus. Secara otomatis sfingter eksternus melemas karena
otot motoriknya dihambat. Ketika dua sfingter terbuka maka urin terdorong
melalui uretra karena gaya yang ditimbulkan oleh kontraksi kandung kemih.5
7
Reseptor
regang
2.3 Epidemiologi
Infeksi saluran kemih merupakan infeksi yang bisa menyerang berbagai usia.
Infeksi saluran kemih dapat menyerang pasien mulai dari bayi yang baru lahir
hingga orang yang sudah tua. Pada umumnya wanita lebih sering mengalami
episode infeksi saluran kemih daripada pria, hal ini karena uretra wanita lebih
pendek daripada pria. Namun pada masa neonatus infeksi saluran kemih lebih
banyak terdapat pada laki-laki (2,7%) yang tidak menjalani sirkumsisi daripada
bayi perempuan (0,7%). Dengan bertambahnya usia insiden infeksi saluran kemih
terbalik, yaitu pada masa sekolah, infeksi saluran kemih pada anak perempuan 3%
sedangkan anak laki-laki 1,1% . Insiden infeksi saluran kemih ini pada usia
remaja anak perempuan meningkat 3,3 sampai 5,8% .6
Menurut sumber lain mengatakan sekitar 8% anak perempuan dan 2% anak
laki-laki mengalami infeksi saluran kemih saat masa kanak-kanak. Anak laki-laki
mengalami lebih banyak infeksi sebelum usia tiga bulan, karena mereka
mempunyai lebih banyak malformasi kongenital saluran kemih dibandingkan
anak perempuan.1
Pada wanita yang lebih rentan terkena infeksi saluran kemih, pada wanita
dewasa , khususnya yang aktif secara seksual mempunyai resiko yang lebih tinggi
daripada pria . Sekitar 50% wanita mengalami satu kali infeksi saluran kemih
pada suatu waktu dalam hidupnya. Setelah usia 60 tahun, infeksi pada pria
meningkat karena meningkatnya insiden pembesaran prostat. 6% wanita hamil
mempunyai bakteri dalam urinnya . Bila tidak diterapi, 20% dari wanita ini akan
berlanjut menjadi pielonefritis (infeksi ginjal).1
Pada penelitian yang dilakukan disebuah sekolah di Brazil, data yang
didapatkan adalah prevalensi tertinggi infeksi saluran kemih pada anak usia
sekolah yang lebih tinggi pada anak perempuan dan dengan kelas sosial yang
lebih rendah.4
Pada sebuah penelitian di sebuah rumah sakit di daerah Jakarta, didapatkan
hasil prevalensi leukosituria pada tersangka infeksi saluran kemih berjumlah 87
pasien dengan karakteristik leukosituria tersangka infeksi saluran kemih yang
diteliti adalah berusia 46-55 tahun(44,8%), perempuan (67,8%) .9
11
Begitu juga pada kejadian bakteriuria yang merupakan bagian dari infeksi
saluran kemih, angka kejadian bakteriuria juga didapatkan lebih banyak pada
perempuan. Bakteriuria asimptomatik pada wanita usia 18-40 tahun adalah 5-6%
dan angka itu meningkat menjadi 20% pada wanita usia lanjut.6 Begitu juga pada
sumber lain mengatakan prevalensi bakteriuria asimtomatik lebih sering
ditemukan pada perempuan. Prevalensi selama periode sekolah ( school girls ) 1%
meningkat menjadi 5% selama periode aktif secara seksual.7 Pada penelitian yang
dilakukan di Narketpally, Nalgonda District di Andhra Pradesh , dari 200 anak, 33
(16,5%) menunjukkan signifikan bakteriuria dengan dominan perempuan lebih
laki-laki.10 Tidak berbeda jauh dari penelitian yang dilakukan di Australia, Di
antara 213 peserta, bakteriuria ≥103 CFU / ml adalah lebih umum pada wanita
inkontinensia.11
2.4 Etiologi dan Faktor Resiko
Bakteri yang memasuki saluran kemih melalui uretra menyebabkan sebagian
besar infeksi saluran kemih.Bila sudah berada didalam kandung kemih, infeksinya
sering naik ke ginjal.Kelainan apapun yang menghambat aliran urin akan
meningkatkan resiko terkena infeksi. 1
Faktor predisposisi yang memungkinkan terjadinya infeksi saluran kemih
adalah pada kelompok-kelompok tertentu yang memiliki resiko tinggi mengalami
infeksi saluran kemih yaitu :
Wanita mempunyai uretra yang pendek.Infeksi sering terjadi saat
bersenggama
Anak-anak dengan defek anatomi-kelainan kongenital implantasi ureter
pada dinding kandung kemih seringkali menyebabkan infeksi saluran
kemih atas berulang akibat aliran balik urin ke saluran kemih atas saat
berkemih (refluks vesikoureter). Refluks membaik atau hilang seiring
pertmbuhan pasien.
Wanita hamil ; ureter dan pelvis ginjal berdilatasi, sehingga mengganggu
aliran urin
Pasien dengan diabetes dan pasien dengan imunitas yang rendah
12
Orang dengan tumor saluran kemih, parut atau panggul dapat terkena
infeksi saluran kemih. Batu pada saluran kemih juga meningkatkan risiko
terkena infeksi
Pasien dengan kateter jangka panjang (selang drainase) yang dipasang
untuk mendrainase kandung kemih. 1
Pada umumnya kebanyakan infeksi saluran kemih disebabkan oleh Eschericia
coli dan bakteri Gram-negatif yang berkembang secara cepat dalam urin.
Penyebab tersering infeksi saluran kemih (80%) oleh basillus Gram negatif
koliform dari kelompok Enterobacteriaceae. E.coli merupakan penyebab
tersering infeksi dikomunitas dan rumah sakit, diikuti oleh Klebsiella dan
Enterobacter . Basillus Gram negatif non koliform yang telah resisten terhadap
antibiotika seperti Pseudomonas aruginosa dan spesies Acinetobacter hampir
selalu terdapat pada infeksi nosokomial dirumah sakit, sama halnya seperti
Stafilokokus koagulasi-negatif dan S.aureus . Pada kelompok Gram positif ,
Stafilokokus saprophyticus dalah penyebab infeksi saluran kemih pada perempuan
yang aktif secara seksual. Streptococcus pneumoniae dan Hemophilus influenza
juga sering ditemukan pada infeksi saluran kemih ditingkat pelayanan kesehatan
primer .Infeksi saluran kemih dapat juga terjadi karena Ureaplasma urealyticum
dan Chlamydia trcachomatis , dan terutama pada pasien dengan tranplantasi
ginjal dan sumsum tulang sering ditemukan mikrorganisme lain seperti
mikroorganisme lain seperti dida, virus (polioma dan adenovirus) .3
Pada penelitian tentang infeksi saluran kemih pada anak dirumah sakit di
Banda Aceh didapatkan bakteri penyebab yang paling sering adalah Pseudomonas
aeruginosa (28,556%), kemudian Eschericia coli (21,43%) , Klebsiella sp
(21,43%), dan Staphylococcus aureus (14,29%) .12 Sementara pada penelitian di
sebuah rumah sakit di Manado, didapatkan insiden tertinggi infeksi saluran kemih
terjadi pada usia 50-59 tahun, dan lebih sering pada perempuan, dengan kuman
penyebab tersering adalah Eschericia coli .13
Prevalensi infeksi asimtomatik meningkat mencapai 30%, baik pada laki-laki
maupun perempuan bila disertai faktor predisposisi seperti pada tabel berikut
13
Faktor resiko lainnya dari infeksi saluran kemih adalah riwayat diabetes
melitus, riwayat kencing batu (urolitiasis), higiene pribadi buruk, riwayat
keputihan , kehamilan, riwayat infeksi saluran kemih sebelumnya, riwayat
pemakaian kontrasepsi diafragma, kebiasaan menahan kencing, hubungan seksual,
anomali struktur saluran kemih. 14
2.5. Patogenesis dan Patofisiologi Infeksi Saluran Kemih
Saluran kemih seharusnya steril atau terbebas dari mikroorganisme. Infeksi
saluran kemih terjadi karena mikroorganisme masuk ke dalam saluran kemih dan
berkembang biak didalam media urin.Mikroorganisme memasuki saluran kemih
melalui berbagai cara : (1) ascending, (2) hematogen seperti pada penularan
M.tuberculosis atau S.aureus , (3) limfogen , dan (4) langsung dari organ
sekitarnya yang sebelumnya telah terjadi infeksi. 6 Infeksi melalui fekal-perineal-
utetral merupakan salah satu alternatif penularan. E.coli yang terdapat dalam
jumlah banyak direktum menjadi salah satu penyebab utama infeksi saluran
kemih.3
Cara ascending merupakan cara masuknya mikroorganisme yang paling
sering. Kuman yang menyebabkan infeksi saluran kemih biasanya merupakan
kuman yang berasal dari flora normal usus dan hidupnya komensal didalam
14
introitus vagina , prepusium penis, kulit perineum, dan sekitar anus.6 Infeksi
asendens yang melalui uretra paling sering dijumpai, yang mana dapat terjadi
secara spontan atau terjadi setelah berhubungan seksual atau kateterisasi.Pada
daerah periuretra akan dipenuhi oleh koloni besar bakteri , yang setelah itu akan
menjalar keatas melalui uretra memasuki kandung kemih dan melekat pada
urotelium.3 Ada dugaan lain bahwa bakteri akan mengalami refluks setelah
berkemih, dapat menjalar berlawanan dengan arah aliran kemih karena terjadinya
arus turbulensi, atau aliran balik ke arah kandung kemih.3
Infeksi saluran kemih dapat terjadi karena adanya gangguan keseimbangan
antara mikroorganisme penyebab infeksi (uropatogen) sebagai agent dan epitel
saluran kemih sebagai host . Gangguan keseimbangan ini disebabkan oleh karena
pertahanan tubuh dari host yang menurun atau karena virulensi agent yang
meningkat.6
2.5.1 Faktor host
Host mempunyai kemampuan untuk menahan mikroorganisme agar tidak
masuk ke dalam saluran kemih, yang disebabkan oleh beberapa faktor , yaitu
diantara adalah pertahanan lokal dari host dan peranan dari sistem kekebalan
tubuh yang terdiri dari imunitas humoral maupun imunitas seluler. Beberapa
macam pertahanan tubuh seperti yang terdapat pada tabel . Diabetes melitus, usia
lanjut, kehamilan, penyakit-penyakit imunosupresif merupakan keadaan-keadaan
yang memudahkan terjadinya infeksi saluran kemih dan juga dapat menyulitkan
pengobatannya .6
Tabel 2.5.1. Pertahanan tubuh lokal terhadap infeksi
Pertahanan Tubuh Lokal terhadap Infeksi
Beberapa faktor pertahanan lokal dari tubuh terhadap infeksi :
Mekanisme pengosongan urin yang teratur dari buli-buli dan gerakan
peristaltik ureter ( wash out mechanism )
Derajat keasaman (pH) urin yang rendah
Adanya ureum didalam urin
Osmolalitas urin yang cukup tinggi
15
Salah satu kuman penyebab infeksi saluran kemih yang mudah berkembang
biak di dalam urine yaitu E.coli , walaupun disisi lain urin bersifat bakterisidal
terhadap hampir sebagian besar kuman dan spesies E.coli . Derajat keasaman
urin,osmolalitas, kandungan urea dan asam organik, serta protein-protein yang ada
dalam urin bersifat bakterisidal.6
Protein Tamm-Horsfall (THP) atau uromukoid merupakan protein didalam
urin yang bertindak sebagai bakterisidal. Protein tersebut disintesa oleh sel epitel
tubuli pars ascenden Loop of Henle dan epitel tubulus distalis. Setelah
diisekresikan didala urin, uromukoid ini mengikat fimbria bakteri tipe I dan S
sehingga mencegah bakteri menempelpada urotelium. Sayangnya protein ini tidak
dapat berikatan dengan fili P sehingga bakteri yang mempunyai jenis fili ini,
mampu menempel pada urotelium. Bakteri jenis ini sangat virulen dibandingkan
dengan jenis bakteri lain. Pada yang usia lanjut, produksi uromukoid ini menurun
sehingga mudah sekali terjangkit infeksi saluran kemih. Selain itu, uromukoid
tersebut mengadakan ikatan dengan neutrofil sehingga meningkatkan daya
fagositosisnya.6
Pertahanan sistem saluran kemih yang paling baik itu sebenarnya adalah
mekanisme wash out urine. Yang dimaksud wash out urine itu adalah urin yang
mampu membersihkan kuman-kuman yang ada didalam urin. Terganggunya
mekanisme tersebut menyebabkan kuman menjadi mudah sekali bereplikasi dan
menempel pada urotelium. Agar aliran urin menjadi adekuat dan mampu
menjamin mekanisme wash out , maka jumlah urin harus dalam kondisi yang
cukup dan tidak ada hambatan dalam saluran kemih. Maka oleh sebab itu,
kebiasaan jarang minum pada orang yang gagal ginjal, sehingga menghasilkan
16
jumlah urin yang tidak adekuat, sehingga menjadi hal yang memudahkan
terjadinya infeksi saluran kemih.6 Pada sebuah penelitian didapatkan banyak yang
tidak mengetahui bahwa sebenarnya beberapa kebiasaan sederhana yang dapat
membantu mencegah infeksi saluran kemih, hanya 19,3% yang mengetahui
minum banyak air dapat membantu mencuci saluran kemih , dan membantu
mencegah infeksi saluran kemih. 15
Keadaan-keadaan lain yang dapat mempengaruhi aliran urin dan menghalangi
mekanisme wash out adalah adanya hal-hal sebagai berikut :
1. Stagnansi atau stasis urin
2. Didapatkannya benda asing didalam saluran kemih yang dapat dipakai
sebagai tempat persembunyian oleh kuman.
Stagnansi urin bisa saja terjadi pada beberapa keadaan sebagai berikut :
1. Miksi yang tidak teratur atau sering menahan buang air kecil
2. Obstruksi saluran kemih seperti BPH, striktura uretra , batu saluran kemih,
atau obstruksi karena sebab lain,
3. Adanya kantong-kantong didalam saluran kemih yang tidak dapat
mengalir dengan baik, misalkan pada divertikula ,
4. Adanya dilatasi atau refluks sistem urinaria
Batu saluran kemih, benda asing didalam saluran kemih yang mana
diantaranya adalah pemakaian kateter menetap dan jaringan atau sel-sel kanker
yang nekrosis kesemuanya merupakan tempat persembunyian bakteri sehingga
sulit untuk dibersihkan oleh aliran urin.6
2.5.2 Faktor dari Mikroorganisme
Pada permukaannya bakteri dilengkapi dengan fili atau fimbriae. Fungsi fili
adalah untuk menempel pada urotelium melalui reseptor yang ada di permukaan
urotelium. Dari jenisnya, ada 2 jenis bakteri yang mempunyai virulensi berbeda ,
yaitu bakteri tipe fili 1 yang banyak menimbulkan infeksi pada sistitis dan tipe fili
P yang sering menimbulkan infeksi berat pielonefritis akut. Selain itu beberapa
bakteri mempunyai sifat yang dapat membentuk antigen, menghasilkan toksin
(hemolisin), dan menghasilkan enzim urease yang dapat merubah suasana urin
menjadi basa.6
17
Sementara faktor host itu adalah faktor dari individu itu sendiri yaitu keadaan
imun ataupun kebiasaan individu. Faktor kebiasaan yang sangat mempengaruhi
adalah mekanisme wash out urine . Mekanisme wash out urine adalah suatu
mekanisme pengosongan urin yang mampu membersihkan kuman yang ada
didalam urin. Apabila mekanisme ini terganggu maka kuman akan mudah sekali
bereplikasi dan menempel pada urotelium. Namun untuk menghasilkan
mekanisme wash out urine yang memadai maka konsumsi air minum juga harus
adekuat sehingga menghasilkan urin yang cukup dan menjamin mekanisme wash
out urine. Mekanisme wash out juga berkaitan dengan kebiasaan menahan buang
air kecil yang dapat menyebabkan stagnansi urin, yang akan memudahkan bakteri
berkembang biak didalam urin.6 Peningkatan jumlah bakteri berhubungan dengan
keluhan terjadinya piuria atau adanya leukosit yang banyak didalam urin. Pada
penelitian sebelumnya juga dikemukakan bahwa banyak yang belum mengetahui
kebiasaan sederhana ini dapat memicu terjadinya bakteriuria dan leukosituria .15
2.9 Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan , kecukupan
asupan cairan dan keteraturan frekuensi buang air kecil . Kekuatan arus kemih
yang dikeluarkan akan membantu pengenceran serta pengeluaran organisme
penyebab infeksi. Dengan cara tersebut gejala dapat berkurang sampai sekitar
40% .6
22
BAB 3
KERANGKA TEORI , KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS
PENELITIAN
Cara ascending
Leukosituria
Pola Kebiasaan
Kejadian Leukosituria
Menahan Buang Air
Kecil
3.3 Hipotesis
Dari landasan teori yang dikemukakan sebelumnya, hipotesis penelitian ini
adalah ada hubungan antara pola kebiasaan menahan buang air kecil dengan
kejadian leukosituria.
24
BAB 4
METODE PENELITIAN
Penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional , yaitu untuk
mengetahui adanya tidaknya hubungan antara pola kebiasaan menahan buang air
kecil dengan kejadian leukosituria. Cross sectional adalah peneliti melakukan
observasi atau pengukuran variabel pada satu saat tertentu.21
4.3.1. Populasi
4.3.2. Sampel
1. Kriteria Inklusi
2. Kriteria Eksklusi
saluran kemih
Data diperoleh dari subjek yang telah bersedia diteliti melalui pengisian
kuesioner dan observasi langsung subjek penelitian. Mengukur pola kebiasaan
menahan buang air kecil menggunakan kuesioner terstruktur. Kuesioner tersebut
dibuat dalam bentuk tabel yang akan diisi berapa kali subjek buang air kecil
dalam sehari, asupan air responden dalam sehari dan pertanyaan tentang kebiasaan
menahan buang air kecil, sehingga dapat diukur apakah ada kebiasaan menahan
buang air kecil atau tidak. Mengetahui kejadian leukosituria menggunakan
pemeriksaan laboratorium kadar leukosit dalam urin dari subjek penelitian. Jenis
data yang diambil adalah data primer. Tahap pengumpulan data antara lain :
1. Mendatangi lokasi penelitian yang sudah diberi izin oleh pihak bersangkutan
maka diberikan kuesioner yang terstruktur dan dapat dimengerti oleh responden
a. Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan untuk mengetahui karakteristik setiap variabel
penelitian , yang akan menghasilkan distribusi frekuensi & persentase tiap
variabel.22 Dalam penelitian ini analisa univariat dilakukan untuk
memperoleh gambaran distribusi frekuensi pola kebiasaan menahan buang
air kecil responden dan distribusi frekuensi kejadian leukosituria .
b. Analisa Bivariat
Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan terhadap 2 variabel yang
22
diduga berhubungan atau berkorelasi dalam hal ini adalah antara pola
kebiasaan menahan buang air kecil dengan leukosituria. Uji hipotesis
dilakukan dengan menggunakan uji analisis chi square dengan nilai p ≤
0,05 untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan pola kebiasaan
menahan buang air kecil dengan leukosituria. Dan untuk mengetahui
hubungan tersebut signifikan atau tidak.
27
Variabel independen
Variabel dependen
BAB 5
paling sedikit yaitu sejumlah 5 orang (4,5%). Nilai tengah data kelompok
kelompok tidak pernah menahan buang air kecil (0 kali dalam seminggu),
kelompok kadang menahan buang air kecil (1-2 kali dalam seminggu), kelompok
sering menahan buang air kecil (3-4 kali dalam seminggu), dan kelompok sangat
sering menahan buang air kecil (5-7 kali dalam seminggu). Jumlah responden
masing-masing dalam kelompok dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
buang air kecil yaitu sejumlah 74 orang (66,7%), diikuti kelompok sering
tidak pernah menahan buang air kecil sejumlah 15 orang (13,5%), dan
kelompok sangat sering menahan buang air kecil sejumlah 2 orang (1,8%).
Dengan didapatkan hasil bahwa kebiasaan kadang menahan buang air kecil
persentase lebih banyak , mungkin dikarenakan aktivitas siswi disekolah yang
sibuk sehingga siswi suka menahan buang air kecil.
Pada tabel 5.3. yang merupakan tabel sederhana dari tabel 5.2 untuk
b. Prevalensi Leukosituria
c. Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya hubungan antara pola
kebiasaan menahan buang air kecil dengan kejadian leukosituria. Data hasil
penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 5.5. Hubungan antara Pola Kebiasaan Menahan Buang Air Kecil
Dari tabel 5.5. dapat dilihat bahwa dari 15 orang responden yang tidak
menahan buang air kecil 5 orang diantaranya leukosituria sementara 10 orang
lainnya tidak leukosituria. Sementara dari 96 orang responden yang menahan
buang air keci 68 orang diantaranya leukosituria sedangkan 28 orang lainnya tidak
leukosituria.
5.3. Pembahasan
kebiasaan menahan buang air kecil yang menjadi faktor resiko stagnansi urin yang
pada penelitian tersebut menyebabkan batu saluran kemih sementara pada
penelitian ini menyebabkan terjadinya leukosituria.
Dalam penelitian ini berbeda dari penelitian yang dilakukan sebelumnya dari
segi mencari hubungan antara menahan buang air kecil dengan leukosituria
sementara pada penelitian sebelumnya mencari hubungan menahan buang air
kecil dengan bakteriuria ataupun dengan batu saluran kemih.Karakteristik usia
responden juga pada penelitian ini memiliki keseragaman yaitu usia 16 tahun
sementara pada peneitian sebelumnya ditemukan lebih bervariasi dari segi usia
responden, dan dari segi aktivitas atau pekerjaan pada penelitian ini memiliki
keseragaman yaitu siswi kelas 2 SMA sementara pada penelitian sebelumnya
aktivitas dan pekerjaannya lebih bervariasi.
BAB 6
6.1. Kesimpulan
menahan buang air kecil sebesar 18,0%, dan gambaran kebiasaan sangat
3. Adanya hubungan antara pola kebiasaan menahan buang air kecil dengan
6.2. Saran
dijumpai leukosit yang banyak didalam urin, maka oleh karena itu
36
Dengan mengetahui bahwa banyak siswi yang sering menahan buang air
3. Bagi Penelitian
hal ini masih sedikit dilakukan padahal kebiasaan ini sangat sering
dilakukan di masyarakat.
37
DAFTAR PUSTAKA
Saluran Kemih pada Anak Usia 6-8 Tahun di SD Negeri Malalayang. Jurnal
2012 : 1-6.
26. Lee EH, Kim KD, Kang KH, Park K. The Diagnosis of Febrile Urinary Tract
27. Meister L, Morley JE, Scheer D, Sinert R. History and Physical Examination
Plus Laboratory Testing for the Diagnosis of Adult Female Urinary Tract
40
28. Atmaji L.P. Hubungan Antara Kebiasaan Kurang Minum dengan Air Putih