DISUSUN OLEH :
JULIAN JASA PRATAMA
OKTAVIA MAESAHARANI
PUTRI WULANDARI
Infeksi jamur dapat superfisial, subkutan atau sistemik tergantung karakteristik organisme dan
host. Insidensi mikosis superfisialis cukup tinggi di Indonesia karena menyerang masyarakat luas.
Sebaliknya mikosis profunda jarang ditemukan. Diagnosis klinis infeksi jamur dapat dipastikan
dengan evaluasi mikroskopik atau kultur. Pemeriksaan mikologik untuk membenatu menegakkan
diagnosis terdiri atas pemeriksaan langsung sediaan badah dan biakan. Pemeriksaan lain, misalnya
pemeriksaan histopatologik, percobaan binatang, dan imunologik tidak diperlukan.
Pada pemeriksaan mikologik untuk mendapatkan jamur diperlukan bahan klinis, yang dapat
berupa kerokan kulit, rambut, dan kuku. Bahan untuk pemeriksaan mikologi diambil dan dikumpulkan
sebagai berikut: terlebih dahulu tempa kelainan dibersihkan dengan spiritus 70% kemudian untuk:
a. Kulit tidak berambut (glabrous skin): dari bagian tepi kelainan sampai dengan bagian
sedikit di luar kelaian sisik kulit dan kulit dikerok dengan pisau tumpul streril.
b. Kulit berambut: rambut dicabut pada bagian kulit yang mengalami kelainan; kulit didaerah
tersebut dikerok untuk mengumpulkan sisik kulit, pemeriksaan dengan lampu Wood
dilakukan sebelum pengumpulan bahan untuk menengetahui lebih jelas daerah yang
terkena infeksi dengan kemungkinan adanya fluoresensi pada kasus-kasus tinea kapitis
tertentu.
c. Kuku: bahan diambil dari permukaan kuku ynag sakit dan dipotong sedalam-dalamnya
sehingga mengenai seluruh tebaal kuku, bahan di bawah kuku diambil pula
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. PEMERIKSAAN KEROKAN
Adalah tindakan mengambil sample menggunakan pisau kerokan jamur dengan cara mengikis
sebagian dari daerah kulit yang terinfeksi untuk diperiksa dan dipastikan di laboratorium apakah benar
mengandung jamur atau tidak
b. PRINSIP PEMERIKSAAN
Larutan KOH 10% atau 20% akan melisiskan kulit, kuku dan rambut sehingga bila
mengandung jamur, dibawah mikroskop akan terlihat hypha atau spora.
c. TUJUAN PEMERIKSAAN
Menemukan adanya hypha atau spora pada kulit, kuku dan rambut.
d. PERSIAPAN PASIEN
Tidak butuh persiapan khusus apapun
e. ALAT
1) Skalpel
2) Pinset
3) Alkohol Swab
4) Kertas/wadah yg bersih
5) Kaca objek
6) Kaca penutup
7) Lampu spirtus atau api bunsen
8) Pinset
9) Mikroskop
f. BAHAN
1) Larutan KOH 10 % untuk kulit dan kuku.
2) Larutan KOH 20% untuk rambut
g. LOKASI PENGAMBILAN
1) Kulit : Bagian tepi kelainan
2) Kuku : kuku yang mengalami penebalan
3) Rambut :
Rambut rapuh dan berwarna agak pucat
Pada rambut terdapat benjolan
Daerah sekitar rambut menunjukkan kelainan kulit. Misalnya bersisik,Botak dan
lain lain.
f. CARA PENGAMBILAN
1) Kerokan Kulit
- Bagian tepi kelainan kulit
- Bersihkan kulit yang akan dikerok dengan kapas alkohol untuk menghilangkan
lemak,dedu dan kotoran lainnya.
- Keroklah bagian yang aktif dengan skalpel dengan arah dari atas kebawah (cara
memegang skalpel harus miring membentuk sudut 45o ke atas).
- Letakkan hasil kerokan kuliat pada kertas atau wadah yang bersih.
2) Kerokan/guntingan kuku
- Kuku yang mengarami penebalan
- Bersihkan kuku yang sakit dengan kapas alkohol untuk menghilangkan
lemak,dedu dan kotoran lainnya.
- Keroklah bagian kuku yang sakit pada bagian permukaan dan bagian bawah kuku
yang sakit, bila perlu kuku tersebut digunting.
- Letakkan kuku tersebut pada kertas atau wadah yang bersih.
3) Rambut
- Daerah sekitar rambut menunjukan kelainan kulit, misalnya bersisik, botak dan
lain-lain.
- Rambut yang sakit dicabut dengan pinset.
- Letakkan rambut tersebut pada kertas atau wadah yang bersih.
g. CARA KERJA
1) Sediaan langsung
- Teteskan KOH 20% 1 tetes, pada bagian tepi gelas penutup dan biarkan cairan
KOH menyebar ke seluruh permukaan sampel yang ditutup.
- Tunggu 5-10 menit (kulit), 15-30 menit (rambut), 1-2 hari (kuku)
- Lihat di bawah mikroskop, apakah tampak hifa, atau spora dengan psedohifa
- Periksa sediaan dibawah mikroskop. Mula-mula dengan perbesaran objektif 10 X
kemudian dengan pembesaran 40 X untuk mencari adanya hypha atau spora.
h. INTERPRETASI HASIL
- Positif = ditemukan adanya hypha atau spora.
- Negatif = tidak ditemukan adanya hypha atau spora.
i. CARA PENGIRIMAN
1) Bungkus specimen yang telah diletakkan pada kertas/wadah yang bersih dan kering
2) Kemudian masukkan kedalam amplop
3) Tulis identitas pasien diatasnya : nama dan umur pasien, tanggal pengambilan
4) Kemudian mesukkan lagi kedalam amplop yang lebih besar dan tebal. Lalu rekatkan
5) Spesimen siap dikirim
j. CARA PENYIMPANAN
Kaca obyek lainnya dimusnahkan dg didesinfeksi. Kaca obyek tidak boleh digunakan
ulang untuk apusan kulit lain
2. PEMERIKSAAN JARINGAN
Teknik pengambilan sampel jaringan atau yang biasa disebut biopsi adalah pengambilan
sejumlah kecil jaringan dari tubuh manusia untuk pemeriksaan patologis mikroskopik. Dari bahasa
latin bios berarti hidup dan opsi berarti tampilan. Jadi, secara umum biopsi adalah pengangkatan
sejumlah jaringan tubuh yang kemudian akan dikirim ke laboratorium untuk diperiksa. Jaringan yang
akan diambil untuk biopsi dapat berasal dari bagian tubuh manapun, di antaranya kulit, perut, ginjal,
hati, dan paru-paru.
a. TUJUAN PEMERIKSAAN
Untuk mengetahui berbagai macam zat kandungan yang terdapat dalam jaringan. Dengan
pereaksi spesifik, zat – zat kandungan tersebut akan memberikan warna yang spesifik sehingga
mudah dideteksi.
b. PERSIAPAN
1) Persiapan alat dan bahan/cairan
Perangkat peralatan yang harus dipersiapkan untuk melakukan isolasi atau
pengambilan jaringan tubuh terdiri atas peralatan bedah minor (gunting, pinset, scalpel,
klem, pemegang jaringan, kassa, dll), meja operasi, lampu, peralatan anestesi (disposible
syringe, sungkup/masker anestesi) dan obat anestesi (eter, ketalar, phenobarbital dll) serta
perangkat pengawetan jaringan (fiksasi jaringan) seperti wadah untuk fiksasi emersi,
cairan fiksasi (Formol salin, Muller, Bouin, Zenker dll), peristaltik pump/syringe pump
untuk fiksasi supravital dan lain-lain
2) Persiapan sampel
Untuk jaringan yang diambil dari kadaver atau manusia, jaringan segera diambil dan
dimasukkan kedalam caian fiksasi.
3) Persiapan pasien
a) Lakukan pemeriksaan penunjang terlebih dulu seperti X-ray, CT Scan ataupun
ultrasound untuk mengalokasikan area biopsi.
b) Siapkan dokumen seperti : marking site (tindakan pemberian tanda identifikasi
khusus untuk penandaan sisi kanan atau kiri pada pasien yang akan dilakukan
tindakan operasi dengan prosedur yang tepat dan benar.), inform consent
(persetujuan yang diberikan oleh klien atau keluarganya atas dasar informasi dan
penjelasan mengenai tindakan medis)
Teknik pengambilan jaringan dengan cara biopsi memiliki resiko. Resiko tersebut dapat
disebabkan karena kesalahan proses biopsi. Resiko yang dapat terjadi adalah infeksi dan pendarahan.
INDIKASI BIOPSI
Setelah dilakukan pemeriksaan awal yang menunjukkan kelainan jaringan atau sel yang
mencurigakan, seorang ahli penyakit dalam atau spesialis organ tubuh adalah orang yang paling tepat
untuk mengetahui apakah pasien membutuhkan biopsi. Sebagai contoh, seorang wanita yang telah
menjalani mammogram yang menunjukkan bahwa ada pertumbuhan tumor kemungkinan akan diminta
untuk melakukan biopsi payudara untuk mengetahui penyakit yang diderita atau penyebab
pertumbuhan tumor.
Biopsi juga dapat dilakukan untuk memeriksa keberadaan penyakit lain, seperti sirosis hati,
yaitu suatu kondisi yang ditandai dengan hati yang terluka parah. Perubahan pada jaringan dapat
dideteksi dengan biopsi. Sedangkan biopsi ginjal adalah prosedur standar untuk memeriksa apakah
ginjal yang akan ditransplantasi membawa penyakit tertentu. Biopsi ginjal adalah prosedur standar
untuk memastikan bahwa penerima ginjal akan mendapatkan ginjal yang sehat dan dapat berfungsi
dengan baik.
Biopsi juga dapat dilakukan untuk mengetahui perkembangan penyakit. Selain itu, biopsi
adalah proses standar dalam tes genetik, di mana bahan kimia atau jenis agen lainnya dapat
dimasukkan ke jaringan sebelum sampel jaringan diambil.
Hasil biopsi biasanya akan diberikan setelah beberapa minggu. Namun, ada juga kasus di mana
biopsi dilakukan saat operasi. Sampel jaringan dapat diambil sebelum atau saat operasi. Kemudian,
sampel akan segera dikirim ke laboratorium, di mana dokter spesialis akan menganalisis sampel dan
memberikan diagnosis atau laporan awal. Setelah itu, dokter bedah dapat menggunakan data tersebut
untuk merencanakan operasi dengan baik. Biopsi yang lebih menyeluruh akan dilakukan beberapa hari
atau beberapa minggu setelah operasi.
Biopsi juga dapat bersifat invasif. Biopsi yang invasif akan membutuhkan waktu pemulihan
yang lebih lama. Dokter dapat memberikan obat-obatan tertentu untuk mempercepat proses
penyembuhan atau mencegah sebanyak mungkin risiko dan komplikasi.
- Pengawetan
Sel-sel dan jaringan diawetkan mendekati kondisinya seperti sewaktu hidup
- Pengerasan
Efek pengerasan akan mempermudah penangan jaringan lunak, misalnya otak
- Pemadatan koloid
Fiksasi akan mengubah konsistensi sel yang setengah cair (Sol) menjadi lebih
padat (Gel)
- Differensiasi optik
Fiksasi akan mengubah indeks refraksi berbagai unsur sel dan jaringan
sehingga unsur-unsur yang belum diwarnai dapat dilihat dengan lebih mudah
dibandingkan dengan jaringan yang belum difiksasi.
Dua risiko atau komplikasi biopsi yang paling umum adalah infeksi dan pendarahan. Biopsi
biasanya akan menyebabkan sedikit pendarahan, terutama apabila biopsi membutuhkan sayatan.
Namun, setelah sayatan dijahit, pendarahan juga akan langsung berhenti. Bahaya yang lebih besar
adalah pendarahan serius, yang dapat terjadi apabila alat yang digunakan untuk mengambil sampel
atau memberikan panduan bagi alat pengambil sampel melukai atau merusak pembuluh darah. Apabila
pasien mengalami mual, muntah, demam tinggi, dan nyeri yang tidak normal atau sangat menyakitkan
pada bagian tubuh di mana biopsi dilakukan, maka ia harus segera menghubungi penyedia layanan
kesehatan.
Infeksi juga dapat terjadi karena sayatan yang dibuat saat biopsi. Infeksi dapat dicegah dengan
pemberian obat-obatan
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA