Anggota Kelompok
Kasus : Ada beberapa ekor anjing mengalami sakit. Gejala klinis yang ditunjukkan berupa :
adanya gatal-gatal pada kulit, ada kerontokan bulu/rambut di sekitar wajah yang berbentuk
bulat serta dari hasil pemeriksaan menggunakan lampu wood, bulu/rambut pada daerah yang
rontok menunjukkan adanya fluoresensi berwarna kuning kehijauan. Dari gejala klinis yang
terlihat diduga penyebabnya adalah Microsporum canis. Bagaimana Anda meneguhkan
diagnosa secaca laboratorium untuk kasus tersebut ?
A) Jenis sampel yang harus diambil adalah sampel kerokan kulit hewan yang mengalami
gejala klinis berupa alopesia, eritema, papula, pustula dan bersisik (Indarjulianto et al.
2017).
B) Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik superficial skin scraping dan
trichogram.
- Langkah awal pada teknik pengambilan sampel adalah membersihkan lesi kulit
menggunakan kapas yang telah dibasahi alkohol 70%.
- Kemudian sampel kerokan kulit diambil menggunakan teknik superficial skin
scraping dengan cara dilakukan pengerokan kulit pada bagian pinggir lesi dengan
menggunakan pisau bedah (blade). Pengerokan dibuat tidak terlalu dalam hanya
sebatas lapisan epidermis.
- Sampel rambut diambil menggunakan teknik trichogram (hair pluck) dengan cara
beberapa helai rambut di daerah pinggir lesi dicabut menggunakan pinset atau
needle holder. Daerah lesi tempat sampel diambil ditetesi betadine untuk
mencegah masuknya infeksi oleh agen penyakit lain (Putriningsih 2018).
Cara membawa sampel ke laboratorium adalah dengan cara melakukan
penyimpanan sampel kerokan kulit dan rambut dalam plastik sampel (Putriningsih
2018).
a. Makrokonidia
b. Mikrokonidia
c. Hifa berseptat
(Indarjulianto et al. 2017)
D) Pembiakan kultur
- Media digunakan
Pembiakan kultur menggunakan sampel kerokan kulit dari anjing yang diduga
menderita dermatofitosis. Pengamatan lesi klinis ditujukan pada anjing yang
memperlihatkan gejala dermatitis yang terdiri dari kombinasi dari alopecia, erythema,
papule, pustule, scaly dan crusty (Ates et al. 2008). Media yang biasa digunakan
dalam pembiakan kultur adalah Sabouraud’s Dextrose Agar (65g/L) ditambah,
cycloheximide (Actidione) (0,5g/L), chloramphenicol (250mg/L), gentamycin 40
mg/mL (0,65 g/L); yeast extract (5g/ L).
- Cara membiakkan
Sampel kerokan kulit yang dipupuk pada media SDA dan hasil
pertumbuhannya diamati secara makroskopis dan mikroskopis. Identifikasi kapang
secara makroskopis terhadap koloni M. canis pada media SDA menurut Al-Doory
(1980) dan Olivares (2003), memperlihatkan topografi koloni datar/flat dengan sedikit
melipat yang tampak putih seperti kapas, seperti rambut yang lebat atau seperti wool
dan akhirnya seperti bubuk dengan warna coklat muda pada bagian sentral koloni
dengan tepi berwarna kuning sampai tidak berwarna. Pada permukaan bawah koloni,
tampak warna kuning terang–oranye dan tidak berwarna pada bagian tepinya.
www.mycology.adelaide.edu.au
www.mycology.adelaide.edu.au
Pada praktikum ini digunakan sampel yang diambil dari anjing dan diduga
menderita dermatofitosis. Pertama dilakukan kerokan kulit di daerah kepala dan
dilakukan pengamatan makrokonidia pada sampel yang telah diambil dengan
pewarnaan lactophenol cotton blue. Setelah makrokonidia ditemukan terdapat
pengujian lanjut yaitu melakukan pembiakkan sampel kerokan kulit pada media
Sabouraud’s Dextrose Agar (SDA). Pada pengamatan makroskopis minggu kedua,
dapat ditemukan adanya topografi koloni datar, dengan sedikit melipat berwarna putih
seperti kapas, dan tepi berawarna kuning sampai tidak berwarna. Dilanjutkan dengan
pengamatan mikroskopis dengan pewarnaan lactophenol cotton blue. Untuk
mengetahui jenis kapang yang menyebabkan dermatofitosis pada anjing tersebut, maka
dilakukan uji lanjut yaitu Riddle test.
Pengamatan hasil dari kultur Riddle test yaitu secara mikroskopis. Dapat
ditemukan beberapa mikrokonidia, sejumlah dinding tebal dan makrokonidia
bergerigi dengan knob pada ujungnya. Pada literatur pertumbuhan koloni pada media
yaitu datar, kasar dan berambut, dengan celah radial yang rapat serta miselium yang
berbentuk cotton atau wool yang berwarna kuning pucat sampai putih pada bagian
tengah dengan tepi berwarna kuning sampai tidak berwarna.. M.canis memperlihatkan
hifa berseptat yang panjang dalam jumlah banyak serta makrokonidia besar berbentuk
batang bulat yang biasanya memiliki septum ganda dan mengandung lebih dari enam
sel. Beberapa mikrokonidia kecil yang berbentuk seperti alat pemukul gendang dan
berdinding halus juga dapat ditemukan, serta klamidokonidia yang berbentuk bulat
(Olivares 2003). Berdasarkan pengamatan dan literatur maka jenis kapang yang
menyebabkan dermatofitosis pada kerokan kulit kucing adalah Microsporum canis.
Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan koloni yang telah dibiakkan pada media SDA,
makrokonidia dan mikrokonidianya
Simpulan
Berdasarkan hasil pengamatan secara makroskopis dan mikroskopis dari biakan
sampel kerokan kulit pada anjing penyebab dermatofitosis berupa kapang Microsporum
canis.
Daftar Pustaka
Ates A, Ilkit M, Ozdemir R, Ozcan K. 2008. Dermatphytes isolated from asyptomatic dogs in
Adana, Turkey: A Preminary Study. Journal de Mycologie Medicale. 18: 154– 157.
Bond R. 2010. Superficial veterinary mycoses. Clinics in Dermatology. (28): 226–236.
Carter GR, Cole JR. 1990. Diagnostis Prcedure in Veterinary Bakteriology and Mycology.
Fifth Edition. California(US): Academic Press.
Ellis D. 2015. Dermatophytosis [diunduh 2020 Nov 18]. https://mycology.adelaide.edu.au/.
Indarjulianto S, Yanuartono, Widyarini S, Raharjo S, Purnamaningsih H, Nururrozi A,
Haribowo N, Jainudin HA. 2017. Infeksi Microsporum canis pada kucing penderita
dermatitis. J Vet [diunduh 2020 Nov 18]; 18(2):207-210.
DOI:10.19087/jveteriner.2017.18.2.207.
Khan CM, Line S. 2007. The Merck/Merial Manual For Pet Health. Home Edition. USA:
Merck & Co Inc.
Kotnik T. 2007. Dermatophytoses in domestic animals and their zoonotic potential. Slovenian
Veterinary Research. 44 (3): 63- 73.
Olivares RAC. 2003. Ringworm Infection in Dogs and Cats in Recent Advances in
CanineInfectious Diseases. www.ivis.org. [diakses pada 2 Desember 2018]
Perdoski. 2001. Dermatofitosis Superfisialis. Jakarta(ID): UI Press.
Putriningsih PAS, Arjentinia IPGY. 2018. Identifikasi spesies fungi Microsporum gypseum
dan M. nanum penyebab ringworm pada Sapi Bali. J Vet [diunduh 2020 Nov 18];
19(2):177-182. DOI:10.19087/jveteriner.2018.19.2.177.
Soedarmanto I, Purnamaningsih H, Raharjo S, Yanuartono, Ikliptikawati DK, Sakan GY.
2014. Isolasi dan identifikasi Microsporum canis pada anjing penderita dermatofitosis
di Yogyakarta. J Vet. 15(20):212-216.
Vermout S, Tabart J, Baldo A, Mathy A, Losson B, Mignon B. 2008. Pathogenesis of
dermatophytosis. Mycopathologia. 166: 267-275.