Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PENGOBATAN, DOSIS DAN PEMBUATAN RESEP


CYSTOLITHIASIS DISERTAI HEMATURIA PADA KUCING
DOMESTIK

Disusun oleh:

Muhammad Davitra, S.K.H


B9404212156

Kelompok I PPDH Periode II 2021/2022

Dosen Pembimbing:
Dr. Apt. Rini Madyastuti P, S.Si, M.Si

LABORATORIUM FARMASI VETERINER PROGRAM


PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN FAKULTAS
KEDOKTERAN HEWAN
IPB UNIVERSITY
2022
BAB I PENDAHULUAN

Kucing merupakan salah satu hewan kesayangan yang sering dijadikan


sebagai peliharaan karena memiliki karakter yang unik dan berbeda dibandingkan
dengan hewan kesayangan lainnya. Salah satu penyakit yang sering diderita kucing
adalah urolithiasis. Menurut Fossum et al. (2013), urolithiasis adalah gangguan pada
sistem perkencingan akibat adanya pembentukan kalkuli/urolith pada ginjal, ureter,
vesika urinaria, atau uretra. Secara spesifik, adanya urolith pada vesika urinaria
disebut cystolithiasis. Menurut Tion et al. (2015), urolith dapat dibedakan atas empat
berdasarkan jenis mineralnya, yaitu magnesium amonium fosfat/struvit, urat, sistin,
dan kalsium. Kristal yang terbentuk akan menyebabkan obstruksi pada saluran
urinaria yang membuat hewan sulit untuk urinasi (Prasetyo dan Darmono 2017).
Kesehatan saluran urinaria juga dipengaruhi oleh kebersihan dan sistem pemeliharaan
hewan agar tidak terinfeksi oleh virus, bakteri, jamur, maupun parasit (Riesta dan
Batan 2020).
Obstruksi pada saluran kencing dapat terjadi jika urolithiasis tidak ditangani
secara lanjut. Penanganan urolithiasis akibat manajemen diet dapat dilakukan dengan
berbagai cara. Penanganan non-invasif dapat dilakukan karena sifatnya yang murah,
efektif, dan lebih aman. Penanganan tersebut dapat dilakukan dengan cara pemberian
agen peluruh batu saluran perkemihan (Purbantoro et al. 2019).
Penyakit yang menyebabkan gangguan pada sistem urinaria antara lain
urolithiasis, kristaluria, infeksi saluran urinaria, feline lower urinary tract disease
(FLUTD), gagal ginjal, cystitis, dan lain-lain. Menurut Fossum et al. (2013),
urolithiasis adalah gangguan pada saluran urinasi akibat adanya pembentukan
kalkuli/urolith pada ginjal, ureter, vesika urinaria, atau uretra. Secara spesifik, adanya
urolith pada vesika urinaria disebut cystolithiasis. Urolith dapat dibedakan atas empat
berdasarkan jenis mineralnya, yaitu magnesium amonium fosfat/struvit, urat, sistin,
dan kalsium (Tion et al. 2015).
Beberapa gejala klinis yang dapat muncul pada penderita cystolithiasis
diantaranya adanya rasa nyeri pada abdomen, dysuria, dan hematuria. Gejala klinis
lain yang mungkin terjadi adalah depresi, muntah, nafsu makan menurun, lemas,
uremia, dan kesakitan saat akan urinasi (Prasetyo dan Darmono 2017). Diagnosis
cystolithiasis dapat diketahui melalui anamnesis, sinyalemen, pemerikaan fisik, gejala
klinis, urinalisis, pemeriksaan hematologi dan kimia darah, radiografi, dan USG.
Pada penyakit gangguan sistem urinaria yang peling sering muncul dikalangan kucing
merupakan urolithiasis. Berdasarkan penelitian sebelumnya (Maryani 2009) data
diperoleh dari Rumah Sakit Hewan Jakarta, Rumah Sakit Hewan IPB, dan Klinik
PDHB 24 jam Drh. Cucu Kartini, tercatat kasus urolithiasis meningkat pada tahun
2007-2008 kasus pada jantan lebih banyak dari pada kasus betina, kasus pada anjing
58 kasus dan pada kucing 13 kasus.
BAB II DESKRIPSI KASUS

Sinyalemen dan Anamnesis


Seekor kucing domestik berjenis kelamin jantan bernama Chilli dengan warna
rambut tabbies dan bobot badan 4.6 kg. Berdasarkan keterangan dari pemilik, kucing
diketahui menunjukkan gejala susah urinasi dan urin keluar sedikit-sedikit, tidak mau
makan dan tidak mau minum selama 3 hari . Kucing Chilli dipelihara sendiri di dalam
rumah dan dikandangkan, pemilik memberikan pakan kering atau dry food dua kali
sehari dan minum ad libitum dengan air kran. Kucing Chilli sudah disteril, sudah
memiliki riwayat vaksinasi dan telah diberi obat cacing

Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan fisik kucing Chilli menunjukkan suhu tubuh normal 38.2oC
dengan frekuensi napas 60 kali/menit dan frekuensi denyut jantung 140 kali/menit.
Frekuensi napas yang didapatkan lebih tinggi dari rentang normal. Pemeriksaan CRT
didapatkan lebih dari 2 detik, namun turgor kulit tidak lebih dari 2 detik, dan selaput
lendir konjungtiva dan gusi berwarna pucat sedikit basah. Hasil pemeriksaan fisik
menunjukkan kulit dan kuku, sistem muskuloskeletal, sistem pernapasan, sistem
sirkulasi, sistem pencernaan, sistem saraf dalam keadaan normal.Sementara
pemeriksaan sistem kelamin dan kencing menunjukkan adanya kondisi abnormal
yaitu pada saat diinspeksi kucing mengalami kesakitan saat urinasi, dan saat abdomen
dipalpasi terasa tegang dan adanya respons nyeri.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada kasus ini adala pemeriksaan
ultrasonografi, pemeriksaan sedimentasi urin dan hematologi darah. Pemeriksaan
ultrasonografi dilakukan unutk mengetahui perubahan-perubahan abnormal yang
terjadi pada vesika urinaria atau ginjal. Hasil pemeriksaan ultrasonografi
menunjukkan terjadinya penebalan pada dinding vesika urinaria dan terlihat adanya
urolith seperti butir-butir pasir di dalam vesika urinaria. Pemeriksaan sedimentasi urin
dilakukan dengan mengamati dibawah mikroskop dan didapatkan adanya kristal
struvit atau magnesium ammonium fosfat yang terbentuk.

Diagnosis dan Prognosis


Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis serta diteguhkan dengan
pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan hematologi, ultrasonografi (USG) dan
pemeriksaan sedimentasi urin, kucing kasus didiagnosis mengalami cystolithyasis dan
hematuria dengan prognosis fausta.
Gambar 1 Hasil ultrasonografi kucing Chilli

Gambar 2 Hasil sedimentasi urin kucing Chilli


BAB III TATA LAKSANA TERAPI

Frekue
Obat Fungsi Rute Dosis nsi Perhitungan
Cefotaxime Menghambat IV 20 mg/kgBB S12j selama 7 Dosis Sekali Pemberian
(1 g dalam 10 mL sintesis dinding sel = (BB X dosis)/konsentrasi
hari
pelarut = 100 bakteri = 4.6 kg x 20 mg/kg / 100
mg/mL) mg/mL
= 0.92 mL
Dosis Selama Pemberian
= 0.92 mL x 2 x 7 hari
= 12.88 mL

Anti-inflamasi S12j selama 7


Dexamethasone Dosis Sekali Pemberian (DTD)
hari
(5 mg/mL) SC 0.125 = (BB X dosis)/konsentrasi
mg/kgBB = 4.6 kg x 0.125 mg/kg / 5
mg/mL
= 0.115 mL
Dosis Selama Pemberian (Non
DTD)
= DTD x frekuensi x lama
pemberian
= 0.115 mL x 2 x 7 hari
= 1.61 mL /ml = 0,1 ml

1 mg/kg BB S24j selama


1 7 hari
Kejibeling
PO kapsu Dosis Sekali Pemberian (DTD)
l/hari = 1 kapsul
Dosis Selama Pemberian (Non
DTD)
= 1 kapsul x 1 x 7 = 7 kapsul
BAB IV PENULISAN RESEP
Klinik Hewan Momo Vet
SIP: 006/SIP/MW/2019
Jl. Raya Harapan/082284914554
 
No. 01 Bogor 28 Januari 2021
 
R/ Cefotaxime 1g inj. No 1 vial
Syringe 1 mL No. 1
s. pro inj. 0.92 mL i.v p.c
---------------------------------------------------
R/ Dexamethasone 5 mg/mL inj. No 1 ampul
Syringe 1 mL No. 1
s. pro inj. 0.12 mL s.c p.c
---------------------------------------------------
R/ Kejibeling caps No. VII
s.1.d.d I caps p.o p.c
---------------------------------------------------
Nama: Chilli
Jenis/Ras: kucing / DSH
Berat Badan : 4,6 kg
Nama pemilik : Mayuka
Alamat :-Kuripan Yosorejo
BAB V PEMBAHASAN
Berdasarkan anamnesis, hasil pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan
penunjang kucing Chilli didiagnosis cystiolithiasis. Cystiolithiasis merupakan
keadaan ditemukan urolith/kalkuli berada di dalam vesika urinaria (Fossum et al.
2013). Urolith tersebut terbentuk akibat adanya saturasi dari bahan-bahan yang
bersifat kristalogenik (Ulrich et al. 1996). Adanya urolith tersebut dapat
menyebabkan iritasi dan/atau bahkan obstruksi saluran perkencingan. Hal tersebut
terjadi akibat perkembangan kristal urolith menjadi batuan individu yang lebih
besar. Penanganan cystolithiasis dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu invasif
dan non-invasif. Penanganan invasif dapat dilakukan dengan cara pembedahan
berupa cystotomy, sedangkan non-invasif dapat dilakukan dengan cara pemberian
agen pelarut kristal, terapi antibiotik, manipulasi diet dan pemberian obat suportif
(Purbantoro et al. 2019). Pengamblan sampel urin kucing menunjukkan volume
urin yang banyak, warna merah yang bercampur dengan darah, keruh, dan anyir.
Warna merah pada urin menunjukkan adanya darah yang bercampur dengan urin
(hematuria). Hematuria pada kasus urolithiasis dapat disebabkan karena adanya
perlukaan oleh urolith (Parrah et al. 2013). Perlukaan pada saluran urinaria dapat
disebabkan karena adanya kristal. Perlukaan tersebut kemudian menghasilkan
tanda klinis berupa hematuria. Hematuria merupakan kondisi abnormal yang
ditandai oleh adanya eritrosit di dalam urin (Dwiyana dan Astrawinata 2016).
Terapi obat-obatan yang diberikan pada kasus ini adalah obat-obatan jenis
antibiotik, anti-inflamasi dan agen pelarut kristal. Antibiotik yang digunakan pada
kasus ini adalah antibiotik Cefotaxime. Cefotaxime merupakan antibiotik golongan
sefalosporin yang bekerja dengan menghambat sintesis dinding sel bakteri.
Antibiotik ini berspektrum luas dan merupakan antibiotik β-laktam dalam kelas
sefalosporin generasi ketiga dengan aktivitas yang dapat menangani banyak bakteri
Gram-positif dan Gram-negatif, termasuk beberapa yang resistan terhadap β-laktam
klasik seperti penicillin).
Keji Beling merupakan obat herbal yang digunakan sebagai agen pelarut
kristal . obat keji beling mengandung komposis dari ekstrak daun kejibeling, daun
tempuyung, dan daun kumis kucing yang berguna menangangi batu pada saluran
urinasi, menghambat pembentukan batu ginjal, membersihkan saluran urinasi, dan
menstimulasi ekskresi urin. Daun kejibeling mempunyai efek diuretik sehingga dapat
membantu luruhnya batu ginjal dalam vesika urinaria (Nurraihana dan Hanoon,
2013).
Dexamethasone merupakan kortikosteroid adrenal sintesis yang berperan
sebagai anti inflamasi. Dexamethasone memiliki potensi 7,5 kali lebih besar
dibandingkan prednisolone. Dexamethasone bekerja dengan cara mengubah
metabolisme seluler yang kemudian berdampak pada penurunan respons inflamasi
akibat iritasi pada saluran perkencingan hewan kasus. Terapi suportif yang dapat
diberikan pada kasus cystiolithiasis dapat berupa pemberian Nacl 0.9% sebagai terapi
pengganti cairan dan pemberian vitamin C. Pemberian vitamin C pada kasus ini
ditujukan untuk penanganan anemia yang berasal dari adanya darah yang terdapat
pada urin (hematuria). Pemberian vitamin C dapat membantu mengatasi anemia.
Vitamin C berfungsi membantu menaikkan kadar hemoglobin, dengan cara
mengaktifkan zat besi menjadi kompoen sel darah merah (Purba et al. 2020). Kucing
Chilli sembuh setelah tujuh hari pengobatan yang ditandai urinasi yang sudah
menjadi lancar, tidak adanya rasa nyeri pada urinasi dan tidak adanya hematuria.
Alternatif antibiotik yang dapat digunakan pada kasus cystiolithiasis menurut
Fauziah (2017) adalah obat yang mengandung amoxycillin trihydrate dan clavulanic
acid merupakan obat antibiotik sprektum luas golongan beta laktam. Obat yang
mengandung amoxycillin trihydrate dan clavulanic acid bekerja dengan cara
menghambat dinding sel bakteri mencegah agar bakteri gram positif daan negative
tidak dapat tumbuh dan membunuh bakteri yang ada dalam penyakit gangguan sistem
urinari. Pemberian antbiotik dapat diberikan selama 7 hari sebanyak 2 x sehari. Anti-
inflamasi yang dapat digunakan meloxicam dengan dosis penggunaan 0.05–0.1
mg/kg IV, SC atau PO satu kali sehari. Meloxicam termasuk golongan anti-inflamasi
non-steroid yang dapat mengurangi peradangan dan ketidaknyamanan pada kucing
yang mengalami gangguan saluran urinari bagian bawah. Meloxicam aman
digunakan sebagai analgesik dan anti-inflamasi pada kucing (Sparkes et al. 2010).
Selain pemberian antibiotik dan anti-inflamasi, pemberian terapi suportif berupa
suplemen juga dapat diberikan. Suplemen yang dibuat untuk kasus cystitis dan
ganguan saluran perkemihan bagian bawah memiliki tiga kandungan N-asetil D-
Glukosamin yang berperan dalam membantu mempertahankan lapisan dari vesica
urinaria dan mengurangi peradangan pada dinding vesica urinaria, L-Theanine yang
merupakan asam amino dapat menurunkan tingkat stress pada kucing akibat
gangguan urinasi yang terjadi dan Quercetin sebagai antioksidan.
BAB VI SIMPULAN

Kucing kasus didiagnosis menderita cystolithiasis hematuria akibat struvit


Treatment yang dapat diberikan untuk penanganan kasus cystolithiasis dapat berupa
terapi invasif maupun non invasif. Terapi invasif dilakukan melalui tindakan
pembedahan, sementara terapi non invasif dilakukan melalui terapi obat-obatan.
Terapi obat-obatan dilakukan dengan pemberian antibiotik, anti-inflamasi, dan agen
pelarut kristal. Dalam kasus ini kucing sembuh tujuh hari setelah diterapi dengan
penggunaan obat-obatan menggunakan cefotaxime, dexamethasone, kejibeling untuk
membantu meluruhkan oksalat dalam urin.

DAFTAR PUSTAKA
Dwiyana Y, Astrawinata DA. 2016. Perubahan Bentuk Eritrosit di Glomerulonefritis.
Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory .20(3): 242-
248.

Fossum TW, Dewey CW, Horn CV, Johnson AL, MacPhail CM, Radlinsky MG,
Schulz KS, Willard MD. 2013. Small Animal Surgery. 4th Edition. Missouri:
Elsevier. Hlm 223-250.
Fauziah H. 2017. Studi Kasus Urolithiasis Pada Kucing Persia Jantan Di Klinik
Hewan Mutiara Bandung [skripsi] : Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin. Makassar (ID).
Maryani, 2009. Kasus Urolithiasis Pada Anjing dan Kucing [Skripsi] : Fakultas
Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Bogor (ID).
Madsen PO. 2016. Treatment of urinary tract Infections with cefotaxime:
noncomparative and prospective comparative trials. Oxford Journal. 4: 416-
420.
Mihardi AP, Hidayat PR, Nurlatifah A, Permata NPWA, Kristianty TA. 2019. Kasus
urolitiasis pada kucing persia betina. ARSHI Veterinary Letters. 3(1): 13-14.
Nirhayu, Sibang INAAN, Erawan IGMK, Widyastuti SK. 2021. Laporan kasus:
cystolithiasis disertai hematuria pada kucing kampong jantan. Indonesia
Medicus Veterinus. 10(3): 532-543.
Nurraihana H, Norfarizan-Hanoon NA. 2013. Phytochemestry, pharmacology and
toxicology propetties of Strobilanthes criptus. International Food Research
Journal. 20(5): 2045- 2056.
Parrah JD, Moulvi BA, Gazi MA, Makhdoomi DM, Athar H, Din MU, Dar S, Mir
AQ. 2013. Importance of urinalysis in veterinary practice–A review.
Veterinary World 6(9): 640-646.
Prasetyo D, Darmono GE. 2017. Feline cystitis in himalayan cat: case report. AHSR.
5: 286-290.
Purba JP, Widyastuti SK, Anthara MS. 2020. Hemobortonella felis pada Kucing Lokal.
Indonesia Medicus Veterinus 9(2): 157-167.
Purbantoro SD, Wardhita AAGJ, Wirata IW, Gunawan IWNF. 2019. Cystolithiasis Akibat
Infeksi pada Anjing. Indonesia Medicus Veterinus 8(2): 144-154.
Riesta BDA, Batan IW. 2020. Laporan kasus: cystitis hemoragika dan urolithiasis
pada kucing lokal jantan peliharaan. Indonesia Medicus Veterinus. 9(6):
1010- 1023.
Sparkes AH, Heiene R, Lascelles BDX, Malik R, Sampietro LR, Robertson S, Scherk
M, Taylor P. 2010. Long-term use of NSAIDs in cats. Journal of Feline
Medicine and Surgery. 12: 521-538.
Tion MT, Dvorska J, Saganuwan SA. 2015. A review on urolithiasis in dogs and cats.
Bulgarian Journal of Veterinary Medicine. 18(1): 1-18.
Ulrich LK, Bird KA, Koehler LA, Swanson L. 1996. Urolith analysis, submission, methods
and interpretation. Veterinary Clinics of North America: Small Animal Practice
26(2): 393-400.

Anda mungkin juga menyukai