Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN

PRAKTIKUM FARMASI KOMUNITAS KLINIS


PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PENYAKIT KARDIOVASKULAR

Disusun Oleh :

DIMAS WIJAYA
200101073

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI BHAKTI PERTIWI
PALEMBANG
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit kardiovaskular didefinisikan sebagai kondisi yang mempengaruhi
irama jantung, kekuatan kontraksi, aliran darah yang melalui bilik jantung, aliran
darah miokard, serta sirklasi perifer yang menyebabkan perubahan-perubahan
dalam fungsi jantung. Orang dewasa mengalami perubahan pada fungsi jantung
akibat kalsifikasi jalur konduksi, penebalan dan gangguan katup jantung karena
akumulasi lipid dan fibrosis, serta penurunan jumlah sel pacemaker pada katup.
Penyakit kardiovaskular dapat digolongkan kedalam 3 bentuk gangguan system
kardiovaskular yaitu gangguan fungsi jantung, gangguan struktur jantung, dan
gangguan system vascular.
Sistem kardiovaskular memulai aktivitasnya ketika janin baru berusia empat
minggu dan merupakan sistem terakhir yang aktivitasnya berhenti ketika
kehidupan seseorang berakhir. Jantung terletak di rongga dada, dibawah
perlindungan tulang iga, sedikit ke sebelah kiri sternum. Jantung, arteri, vena, dan
sistem limfatik membentuk jaringan kardiovaskular yang bekerja sebagai sistem
transportasi dalam tubuh, yaitu dengan memompa darah ke seluruh tubuh dimana
pada saat memompa darah, otot-otot jantung (miokardium) yang bergerak. Sistem
ini membawa oksigen serta nutrient yang mendukung kehidupan kedalam sel,
mengeluarkan produk limbah metabolic, dan membawa hormon dari bagian tubuh
yang satu kebagian tubuh lain.

B. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu menganalisis permasalahan terkait penggunaan obat
2. Mahasiswa mampu menjelaskan alternative rekomendasi terapi dan monitoring
terapi menggunakan EBM, pedoman terapi dan/atau kajian farmakoekonomi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pharmaceutical Care adalah pelayanan kefarmasian yang berorientasi kepada


pasien. Meliputi semua aktifitas apoteker yang diperlukan untuk menyelesaikan
masalah terapi pasien terkait dengan obat. Praktek kefarmasian ini memerlukan
interaksi langsung apoteker dengan pasien, yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien Peran apoteker dalam asuhan kefarmasian di awal proses
terapi adalah menilai kebutuhan pasien.

Menurut WHO (2016) dalam ada beberapa jenis penyakit jantung antara lain
adalah :

a. Penyakit Jantung Koroner adalah kelainan pada pembuluh darah yang


menyuplai otot jantung yang menjadikan jantung tidak dapat memompa darah
dengan baik karena timbunan plak.
b. Penyakit Serebrovaskular (CVD) adalah kelainan pada pembuluh darah yang
menyuplai otak yang berupa penyumbatan, terutama arteri otak.
c. Penyakit Arteri Perifer adalah sebuah kondisi penyempitan pembuluh darah
arteri yang menyebabkan aliran darah tersumbat. Penyempitan ini disebabkan
oleh timbunan lemak pada dinding arteri yang berasal dari kolesterol atau zat
buangan lain.
d. Penyakit Jantung Rematik adalah kerusakan pada otot jantung dan katup
jantung dari demam rematik, yang disebabkan oleh bakteri streptokokus.
e. Penyakit Jantung Bawaan adalah kelainan struktur jantung yang dialami sejak
bayi dilahirkan.
f. Gagal jantung adalah kondisi saat otot jantung menjadi sangat lemah
sehingga tidak bisa memompa cukup darah ke seluruh tubuh pada tekanan
yang tepat.
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan


1. Buku/referensi
2. Laptop
3. In focus

B. Prosedur Kerja
1. Kerjakan kasus menggunakan format isian yang telah disediakan. Scan dan
simpan dalam format pdf
2. Berdasarkan keluhan pasien dan obat yang diresepkan dokter, lakukan
pengerjaan resep berikut:
a. Lakukan skrining resep (skrining, administratif, farmasetis dan klinis),
dengan mengisi form yang telah disediakan
b. Lakukan analisa resep dengan menggunakan format SOAP (Subjective,
Objective, Assesment, dan Plan)
1) S (Subyektif) = data yang bersumber dari pasienatau keluarga yang tidak
dapat di konfirmasikan secara independent.
2) O (Obyektif) = data yang bersumber dari hasil observasi, pengukuran yang
dilakukan oleh profesi Kesehatan lain.
3) A (Assesment) = Assemen terhadap masalah medic berdasarkan informasi
subyektif dan obyektif serta data terapi dihubungkan dengan prinsip
farmakoterapi, guideline/ pedomanterapi dan EBM. Problem medik yang
ditemui diklasifikasikan sesuai kategori DRPs dan dipikirkan peluang
untuk meningkatkan dan atau menjamin keamanan, efektivitas terapi serta
obat serta peluang menminimalkan DRPs.
4) P (Plan) = Memformulasikan rencana pelayanan kefarmasian sesuai
dengan DRPs yang ditemukan.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Praktikum


A. Resep 1
Keluhan : dr. Sakura
Ny. Anita 50 tahun, BB 48 kg, dating ke Jl. Ariodillah 77 telp 746544
Puskesmas dengan keluhan mual, SIP : 1456/PTSP/2016
pusing, nyeri pada sendi. Pasien
mengaku sebelumnya mengalami stroke Palembang, 11 Mei 2019
ringan. Diberikan obat piracetam tab 2 x
800 mg dan captopril 2 x 12,5 mg. R/ Amlodipine 10 mg No XXX
Pasien juga mengaku tidak minum obat S 1 d d tab 1
secara rutin.
Hasil pengukutan TD 160/100, R/ Neurodex tab No XXX
kolesterol total 290 mg/dl, LDL = 90 S 1 d d tab 1
mg/dl, HDL = 45 mg/dl, trigliserida =
250 mg/dl, asam urat 10 mg/dl, nadi = R/ Glucosamine 500 mg No XX
90 kali/menit, temp = 36,8⁰C, RR = 18 S 1 d d tab 1
kali/menit, GDP = 110 mg/dl
Pro : Ny. Anita
Umur : 50 tahun
Diangnosis : Hipertensi BB : 48 kg, TB = 152 cm
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Merdeka 245 PLG
Pertimbangan Klinis

Perhitungan Dosis:

No Nama Obat Dosis Pakai Dosis Lazim Perhitungan dosis Keterangan


1 Amlodipine DP 1x = 10 mg Hipertensi/angina DL 1x = 5 mg x1 = 5 mg sesuai
dosis awal 5 mg 1 kali 1 hr = 5 mg
1H = 10 mg sehari, sehari maks 10
mg 1 kali sehari DL 1x = 10 mg x 1 = 10 mg
(PIONAS) 1 hr = 10 mg
2 Neurodex Vit B1 Monohidrate - 10-25 mg/hari -1hr = 10-25 mg Underdose
DP 1x = 100 mg 200-300 mg/hari I hr = 200-300 mg
1H = 100 mg (PIONAS)
Vit B6 HCI - 20-50 mg hingga 3 -1x = 20-50 mg Overdose
DP 1x = 200 mg kali sehari (PIONAS) 1 hr = 60-150 mg
1H = 200 mg -oral = 50-150 mcg -1 hr = 50-150 mcg sesuai
Vit B12 atau lebih diberikan Dapat ditingkatkan
DP 1x = 200 mcg diantara makan
1H = 200 mcg
(PIONAS)
3 Glucosamine DP 1x = 500 mg 500 mg PO DL 1x = 500 mg Sesuai
1H = 500 mg (MEDSCAPE) 1H = 500 mg (MEDSCAPE)
SOAP

Assesment

Problem medik Subjektif & Objektif Terapi Analisis DRP


Hiperuresemia Subjektif : 1. Amlodipine - pasien belum Untreated indication
Paseien mengalami mual, 2. Neurodex mendapatkan obat
pusing, nyeri pada sendi, 3. Glucosamine untuk asam urat
Hiperkolestrol pasien juga mengalami
dan stroke ringan sebelumnya. -Pasien tidak Untreated indication
Hipertrigliserida Diberikan obat piracetam mendapatkan obat
tab 2 x 800 mg dan captopril untuk menurunkan
2 x 12,5 mg kadar kolestrol
Hipertensi stage 2
Objektif : -Hipertensi stage 2
TD : 160/100 membutuhkan
Kolesterol : 290 mg/dl kombinasi obat
LDL : 90 mg/dl biasanya golongan
HDL : 45 mg/dl diuretic, tiazid dan
Trigliserida : 250 mg/dl penghambat ACEi atau
Asam urat : 10 mg/dl penyekat reseptor beta
Nadi : 90 kali/menit atau penghambat
RR : 18 kali/menit
kalsium
Temp : 36,8◦C
(tambahkan HCT untuk
GDP : 110 mg/dl
kombinasi)
Plan

No Nama Obat Bentuk dan Kekuatan Sediaan Jumlah Signa & aturan minum (ac, dc, pc)

1 Amlodipine Tablet 30 S 1 dd 1 tab


10 mg
2 Hydrochlorth Tablet 30 S 1 dd 1 tab pc
iazid (HCT) 12,5 mg
25 mg
50 mg
3 Allupurinol Tablet S 3 dd 1 tab pc
100 mg dan 300 mg

4 Glucosamine Tablet 30 S 3 dd 1 tab/kaplet ac maupun pc


500 mg

5 Atorvastatin Tablet 30 S 1 dd 1 tab malam hari


10 mg
20 mg
40 mg
80 mg
6 Neurodex Tablet 30 S 1 dd 1 tab
Rencana/monitoring/edukasi
-Direkomendasikan untuk menambahkan Hydrochlortiazid untuk kombinasi hipertensi stage 2

- Disarankan penggunaan obat HCT pada pagi hari karena dapat meningkatkan frekuensi buang air kecil

- Direkomendasikan penggunaan atorvastatin pada malam hari


B. Resep 2

Keluhan : Dr. akrom


Tn. Anton berobat ke puskesmas Jln. Ariodillah 77 telp 746544
dengan keluhan mual, pusing, SIP : 1456/PTSP/2016
dan lambung terasa perih. Pasien Palembang, 02 Desember 2023
mengaku belum pernah minum
obat penurun tensi sebelumnya, R/ Captropril 12,5mg No. XXX
hasil pemeriksaan tekanan darah S t d d tab 1
R/ Amlodipine 10mg No. XXX
150/90
S 1 dd tab 1
R/ Antasida tab No. X
Diagnosa: Hipertensi, gastritis S prn
*pasien menebus obat untuk 8
hari Pro : Tn. Anton
Umur : 52 tahun
BB :
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat :
Pertimbangan Klinis

Perhitungan Dosis:

No Nama obat Dosis pakai Dosis lazim Perhitunga n dosis Keterangan


1 Captropril DP 1x = 12,5mg Hipertensi 12,5mgx2 kali DL1X=12,5mg Overdose
DP 1 hr = sehari jika bersama DL1H=12,5x2=25mg
12,5x3=37,5mg diuretik 25mg 2kali
sehari maksimal 10mg

2 Amlodipine DP 1X=10mg 5mg/hari po awalnya DL 1X = 10mg Dosis sesuai


DP 1H=10mg dapat dtingkatkan DL 1H=10mg
sebesar 2,5mg/hari setara
7-14 tidak melebihi
50mg/hari pemeliharaan
5-10mg/hari
3 Antasida -DP1X=200mg Dewasa:
-Aluminium -DP1H=200mg 1 tab, 3-4x sehari
Hydroxie 200mg
-Magensium
Hydroxie 200mg
SOAP

Assesment

Problem Subjektif dan Terapi Analisis DRP


medik objektif

Hipertensi, Subjektif: 1. Captropril -Obat antasida diminum -perlu pemantauan


gastritis Mual, pusing, 2. Amlodpine jika diperlukan saja karena saat penggunaan
lambung perih 3. Antasida bisa meningkatkan tekanan antasida
Objektif: darah (hipertensi)
150/90
Plan

No Nama obat Bentuk dan KS Jumlah Signa dan aturan minum Rencana/monitoring
1 Captropril Tablet 30 Tab S t dd 1 tab -
17,5mg (digunakan 3xsehari 1
tablet , sesudah makan)
2 Amlodipine Tablet 30 tablet S 1 dd 1 tab -
10mg (digunakan 1xsehari 1
tablet)
3 Antasida Tablet 10 tab S prn -pemantauan tekanan darah karena
(diminum jika antasida dapat meningkatkan hipertensi
diperlukan)
4.2 Pembahasan
A. Resep 1
Pada kasus 1 pasien datang dengan keluhan mual, pusng, nyeri
pada sendi. Pasien mengaku sebelumnya megalami stroke ringan.
Diberikan obat piracetam tab 2x800 mg dan captopril 2x12,5 mg.
Pasien juga mengaku tidak minum obat secara rutin. Hasil pengukuran
TD 160/100, kolesterol total 290 mg/dl, LDL = 90mg/dl, HDL = 45
mg/dl,Trigliserida = 250 mg/dl, asam urat 10 mg/dl nadi = 90
kali/menit, temp = 36,8 C, RR = 18 kali/menit, Gdp = 110 mg/dl,
pasien diiagnosa hipertensi. Pasien diresepkan obat amlodipine,
neurodex dan glucosamine.
Amlodipine merupakan obat antihipertensi termasuk dalam
golongan calcium-channel blockers (CCBs) atau antagonis kalsium.
Obat ini bekerja dengan cara melemaskan otot pembuluh darah.
Dengan begitu, pembuluh darah akan melebar, darah dapat mgalir
dengan lebih lancar, dan tekanan darah dapat menurun. Pasien juga
memerlukan tambahan obat untuk kombinasi karena pasien mengalami
hipertensi stage 2, maka perlu ditambahkan hidrochlortiazid sebagai
kombinasi. Pasien juga diberi obat neurodex yang merupakan
suplemen yang bermanfaat untuk mengatasi kekurangan vitamin B1,
B6, dan B12. Kekurangan vitamin B ini dapat menyebabkan gangguan
saraf yang ditandai dengan sering kesemutan, kebas dan nyeri di
tangan maupun kaki. Selain itu pasien juga diberi glucosamine yang
merupakan suplemen untuk mengatasi gejala radang sendi
(osteoarthtritis ) di lutut, seperti nyeri sendi dan pembengkakan.
Pasien juga mengalami hiperurisemia tetapi pada resep pasien
belum mendapatkan obat untuk mengatasinya. Maka diresepkan obat
probenecid yang merupakan obat golongan urisonic yang di gunakan
untuk mengurangi kadar asam urat. Obat ini bekerja dengan cara
mencegah ginjal menyerap kembali asam urat dan meningkatkan
pengeluaran asam urat melalui urin. Diketahui pula bahwa kadar
kolesterol pasien tinggi dan hipertrigliseida maka pasien diberikan obat
atorvastatin yang merupakan obat golongan statin yang berfungsi
untuk menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL dan trigliserida), dan
meningkatkan kolesterol bail (HDL) dalam tubuh.
Pasien juga harus mengatur pola makan dan melakukan aktivitas
fisik yang dapat membantu keberhasilan terapi. Selain itu di perlukan
pemeriksaan rutin untuk mengoptimalkan pengobatan.
Pada kasus 2 Tn. Anton berobat ke puskesmas dengan keluhan
mual, pusing, dan lambung terasa perih. Pasien mengaku belum
pernah minum obat penurun tensi sebelumnya, hasil pemeriksaan
tekanan darah 150/90. Pasien diberikan resep obat yang terdiri dari
captropil, amlodipine dan antasida untuk lambung.

Captropril termasuk golongan ACEI ini bertugas untuk


menahan pergantian angiostensin-I menjadi angiostensin-2 yang
artinya berperan sebagai vasokonstriktor potensial untuk merangsang
terjadinya seksresi aldosteron. Sehingga ACE inhibitor dengan
efeknya yaitu vasodilatasi untuk menahan degradasi bradikinin. dan
Amlodipine termasuk golongan CCB (Calcium Chanel Bloker) dengan
tugas untuk melakukan blok kalsium menuju dinding pembuluh darah
yang mengakibatkan tekanan darah turun dikarenakan terjadi
vasodilatasi atau melebarnya pembuluh darah. . Pada kedua obat
dikombinasikan untuk hipertensi. Sebagai antihipertensi ACE–
inhibitor ini juga diperkuat oleh CCB yang menginduksi Negative
Sodium Balance sehingga kombinasi ACE-Inhibitor dengan CCB
(Calcium Channel Bloker) ini rasional dan mempunyai efektivitas
yang tinggi. Calcium Channel Bloker sering memberikan efek edema
perifer yang terjadi akibat dilatsi arteriolar lebih besar dari sirkulasi
vena yang menyebabkan peningkatan transkapiler gradien serta
kebocoran kapiler. Disini peran penambahan ACE–Inhibitor dapat
mengurangi efek tersebut karena ACEInhibitor menyebabkan delatasi
arteri dan vena sehingga transkapiler tersebut kembali kenormal. Pada
antasida diminum jika diperlukan saja karena dapat meningkatkan
tekanan darah.
BAB V

KESIMPULAN

SOAP adalah sarana yang digunakan oleh para tenaga medis untuk
merekam informasi mengenai pasien. SOAP merupakan singkatan dari Subjective
(Subjektif), Objective (Objektif), Assesment (Penilaian), dan Plan (Perencanaan).
SOAP bertujuan agar lebih terorganisir, juga sebagai salah satu sarana bagi tenaga
medis untuk mencatat diagnosis terhadap keadaan pasien.

Anda mungkin juga menyukai