Anda di halaman 1dari 24

Pharmacist Patient

Care Process
Laksmy Anggun L, M.Clin.Pharm, Apt.
Dasar Hukum
• UU No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan.
• Permenkes No. 73 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek
• Permenkes No. 72 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit. Menyatakan bahwa :

“Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan


langsung dan bertanggungjawab kepada pasien
yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien.”
Patient Care
Tujuan patient care ?
Agar pasien mendapatkan terapi yang berkualitas, cost effective, dan
accesible.
• Berdasarkan Permenkes No.72 Tahun 2016 tujuan pelayanan kefarmasian
adalah :
“Melindungi Pasien dan Masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional
dalam rangka keselamatan pasien.”

Peran Farmasi?
Distribusi Obat  Pelayanan kefarmasian yang berorientasi klinik (dengan maksud
bukan untuk mengganti perandokter atau profesi lain).

Pelayanan kefarmasian bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dalam sistem


pelayanan kesehatan yang muncul akibat dari :
1. Multiple prescribers for a single px.
2. Explosion of drug product&drug info.
3. Increased complexity of drug therapy.
4. Drug related morbidity & mortality.
5. High human & financial cost of drug misadventuring.
Keuntungan pasien jika
farmasis melakukan Patient
Care
• Menurunkan kejadian adverse drug reaction
(apa itu adverse drug reaction?)
• Meningkatkan patient safety
• Optimalisasi terapi
• Peningkatan luaran/outcome klinik maupun kualitas hidup
pasien.
(contoh pasien dengan gagal ginjal, DM dan cancer)
Proses Patient Care

JCCP, 2014
Proses Patient Care
1. Collect
• Farmasis mengumpulkan data/informasi subjektif dan objektif pasien
yang dibutuhkan, untuk mengetahui kondisi medis atau medical history.
Informasi dapat diperoleh melalui medical record, pasien/keluarga, dan
tenaga medis lain.
• Informasi yang diperlukan misalnya : riwayat terapi maupun nonterapi
seperti obat herbal atau suplemen. Lifestyle, preference and belief, dan
faktor sosioeconomic.
2. Asses
 Menganalisis informasi yang telah diperoleh, menganalisis efek terapi,
memilihi tujuan/prioritas terapi yang terbaik bagi pasien.
 Menganalisis kesesuaian terapi, efektivitas, keamanan, dan kepatuhan
pasien, adanya faktor resiko,
Proses Patient Care
3. Plan
 Farmasis merencanakan terapi yang sesuai dengan kondisi pasien dengan
berkolaborasi dengan tenaga medis lainnya atau caregiver sesuai evidence
based.
 Mengoptimalisasi terapi dan menetapkan goal therapy.
 Mengikutsertakan peran pasien dalam optimalisasi terapi dengan cara
memberikan edukasi terkait terapi, empowerment, dan self management.
4. Implementasi
• Melaksanakan rencana/plan terapi yang telah ditetapkan dengan
berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain maupun keluarga.
• Menginisiasi, memodifikasi, menghentikan, dan memberikan terapi
• Memberikan edukasi dan training self management kepada pasien maupun
caregiver.
• Rencanakan follow up pasien.
Proses Patient Care
5. Follow up dan monitoring
• Farmasis memonitor dan mengevaluasi efektivitas dari Plan dan dapat
memodifikasi plan untuk menyesuaikan dengan kondisi pasien.
• Monitoring kesesuaian terapi, efektivitas, keamanan dan kepatuhan
pasien dengan melihat data rekam medis yang ada (data hasil lab) dan
feedback.
• Clinical endpoint, outcome of care, termasuk progress atau kemajuan
tujuan terapi.

Dokumentasi Pelayanan Kefarmasian


Metode yang paling sering digunakan untuk dokumentasi ada
2 macam yaitu SOAP (Subyektif, Obyektif, Asesmen,Plan) dan
SBAR (Situation, Background, Assesmen, Rekomendasi).
Tipe Adverse Drug Reaction

Predictable

Tipe A Dose Dependent,


karena efek

ADR farmakologi dari obat

Tipe B Unpredictable,
Berefek pada sebagian
kecil populasi
S-O-A-P
• S (Subyektif) : Data yang bersumber dari pasien atau
keluarganya yang tidak dapat dikonfirmasi secara independen,
misalnya keluhan yang dirasa terkait penyakit obat dan
penyakit.
Contoh : Ny. A mengeluh nyeri di bagian pinggang
dan ketika BAK.
Ny. B mengeluh jari tangan dan kakinya kebas
beberapa minggu terakhir.
• O (Obyektif) : Data yang bersumber dari hasil observasi,
pengukuran yang dilakukan oleh profesi kesehatan lain.
Contoh : Tekanan darah (200/100 mmHg), GDP 200
mg/dl, hasil laboratorium lain, hasil CT SCAN. Data
perhitungan yaitu data klirens creatinin, dll.
S-O-A-P
• A (Assesmen) : merupakan temuan berupa DRP.
Bahasa penulisan DRP sebaiknya tidak bersifat kaku
tetapi lebih menerangkan problem terkait obat, dan
hindari kata-kata yang terkesan menjustifikasi profesi
tertentu.
contoh :
Karakteristik Subyektif Obyektif Terapi Obat DRP
pasien
Ny.A 56 th DM Mual, muntah GDP 210 Metformin 500 Kemungkinan
selama 3 mg/dl mg per 8 jam efek samping
tahun metformin
Terapi tidak
adekuat.
S-O-A-P
• P (Plan) : farmasis merekomendasikan terapi sesuai DRP
yang telah ditemukan. Bila dijumpai DRP lebih dari 1 buah,
maka penulisan plan nya sebaiknya diberi nomor
berurutan.
• Plan biasanya memuat : Rekomendasi terapi obat untuk
setiap DRP lengkap dengan dosisnya, Rencana monitoring
terapi obat, dan rencana konseling.
Contoh :
1. Hentikan penggunaan metformin (konfirmasi ke dokter)
2. Rekomendasi terapi dengan Glimepirid dosis 2 mg per 24 jam.

S ( Situation), B (Background), A (Assesment) dan R


(Recommendation). Adalah bentuk penyampain rekomendasi secara
verbal/lisan.
Contoh Kasus
Ny. A, 50 th, BB 60 kg, TB 162 cm MRS dengan
keluhan nyeri pada saat urinasi disertai mual.
Pasien mengaku memiliki riwayat gagal ginjal, dan
diabetes mellitus, namun saat ini sudah tidak
minum OAD maupun suntik insulin. Didapatkan
data CrCl 17 ml/min, Suhu 38 C, TD 180/100
mmHg. Pasien Didiagnosa dengan ISK dengan
terapi Kotrimoksazol 2x1 tab, Captopril 3x25 mg,
Diltiazem 3x30 mg. Aspilet 1x1 tab, Primperan 3x1
ampul, dan Antasida 3x1 C.

Bagaimana cara penulisan SOAP tersebut?


Pembahasan
• S : Mual, nyeri saat urinasi.
• O : CrCl 18 ml/min, temperature 38 derajat C.
• A : 1. Antibiotik tidak adekuat, karena terapi ISK pada DM dan
CKD harus agresif.
2. Metoklopramid berpotensi memicu EPS.
3. DRP mengenai kotrimoksazol kurang memadai bagi
ISK dan potensial ADR.
Plan : Antibiotika diganti dengan Amoksisilin 3x1 gram IV atau
Cefotaxim/Ceftriaxon 2x1g IV atau Ciprofloxacin 2x200 mg IV.
Plan monitoring :
Perbaikan kondisi klinis mual, muntah, nyeri urinasi.
TTV : Temperatur. Lab : GDP, GD2JPP, dan Creatinin.
Monitoring Terapi Obat
• Monitoring obat bukan pemantauan kondisi penyakit. Untuk
seorang farmasis monitoring berdasarkan terapi obat yang
telah diberikan, yaitu dengan memantau dan mencatat data
kondisi klinik TERKAIT pemakaian obat.
• Monitoring dapat berupa :
• Pengamatan keadaan umum, penampilan pasien, kondisi luka,
tingkat kesadaran pasien.
• Tanda-tanda vital : efektivitas obat maupun ESO seperti
temperatur, nadi, tekanan darah
• Pengamatan hasil laboratorium terkait obat
• Pengamatan kadar obat dalam plasma, contoh obat
aminoglikosida, digoksin, fenitoin, dan teofilin.
Monitoring efektivitas obat
Nama Obat Kondisi Klinik Tanda Vital Parameter Lab
Antibiotik Appetite, Temperatur dan Leukosit dan LED
demam, KU Nadi
Mual muntah, - Gula Darah Puasa
tingkat (GDP), GDS,
Antidiabetes dan kesadaran, GD2PP, dan
Insulin lemas, rasa lapar, HbA1c.
gemetar pada
saat hipoglikemia
Antihipertensi Pusing, sakit TD -
kepala
Beta blocker - TD, nadi -
- - Cholestrol total,
Simvastatin dan LDL, Cholesterol,
derivat dan HDL.
Monitoring Efek Samping Obat
Efek samping obat seringkali tidak dikenali. Menjadi tugas farmasis untuk
mengidentifikasi ESO potensial yang akan terjadi sehingga dapat dicegah.
Berikut adalah contoh ESO potensial yang sering ditemui :
Nama Obat Kondisi Klinik Tanda Vital Parameter Lab
Penicilin dan Tanda alergi (rash, Temperatur Eosinofil
derivatnya urtikaria, dan
pruritus)
Antidiabetes, Tanda - Gula darah
insulin Hipoglikemia sewaktu, GDP,
HbA1c.
Captopril Batuk kering, rash - Cr, BUN, K
, pruritus
Alfa bloker Hipotensi - -
ortostatik
Metoklopramid EPS - -
Warfarin Lebam, bleeding - INR
Kasus kelompok 1
• Tn KL, 50 th MRS dengan bengkak seluruh
tubuh. Mengaku didiagnosa CKD sejak 3 tahun
lalu, Obat terakhir yang diminum sebelum MRS
adalah Lisinopril 1x10mg, Amlodipin 1x10mg,
Calsium Karbonat 3x500mg, Vit E 1x1 tab,
Dokter mendiagnosa sebagai oedema anasarka
et causa CKD. Hasil obs TTV: TD 160/90 mmHg,
Nadi 96x/menit, Temp 38,2oC, Hasil lab: Cr
4,6mg/dl BUN, 52mg/dl, Wbc 17.000/mm3,
Thrombocyt: 70.000
• SOAP??
Kasus kelompok 2
Ny.M, 59 th, BB 60 kg TB 170cm yg sdg dirawat
pasca stroke mengeluh nyeri pada saat kencing
disertai nyeri pinggang, temp 37-38°C.
Dx: UTI
Lab: Leucocyt 17.300, (+) urine
Tx: Tequin 1x1, antacid 4 x1C, Nootropil 3x3 g iv,
aspirin 1x 100 mg

SOAP??
Tugas Kasus Presentasi
Kelompok 3
• Tn. PK 60 tahun, 161 cm, 68 kg MRS di Paviliun Jantung
dengan keluhan sesak nafas, kaki bengkak, lemah, mual.
Pengakuan pasien memiliki gagal jantung sudah 2 tahun dan
rutin minum obat Bisoprolol 1x5 mg, Valsartan 1x80 mg
(baru diganti 2 minggu lalu, karena batuk kering yang tidak
berhenti-henti). ISDN 3x5 mg, HCT 1x25 mg, Spironolakton
1x25 mg. Hasil observasi perawat :
• TD 120/90 mmHg, temperatur 37,2 C, RR 29x/menit
• Hasil Lab Cr : 3.7 mg/dl; BUN 45 mg/dl; Albumin 3.9 mg/dl;
Na 145 meq/L, K 3.1 meq/l. Seluruh terapi rumah diteruskan
dan ditambah lasix inj 2x40 mg iv bolus.
• Terangkan Ph Care pada kasus ini (SOAP!!)
Tugas Kasus Presentasi
Kelompok 4
• Ny. ET, 32 th 62 kg 150 cm. MRS dengan keluhan mual,
muntah, pusing, lemas. Pada pemeriksaan dijumpai Udema,
BP 210/120 mmHg temperatur normal, pengakuan keluarga
sudah dua hari terakhir minum obat tidak teratur. Adapun
obat yang terakhir diminum adalah Captopril 3x12.5 mg. Hasil
pemeriksaan lab adalah Cr 14.5 mg/dl, BUN 153 mg/dl, Na
143 meq/L; K 4,1 meq/L Ca 2.0 meq/L. Terapi yang diberikan
adalah Captopril 3x25 mg; Furosemid 3x40 mg; Primperan 3x1
amp iv; Infus EAS 2x1 flask, D5% 1x1 flask.
• Parameter Lab : BP 200/110, BB : 62 kg, Mual (++), muntah
(++).
• Bagaimana SOAP dan Ph Care pada pasien ini?

Anda mungkin juga menyukai