Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN

PRAKTIKUM FARMASI KOMUNITAS KLINIS

PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PENYAKIT SISTEM


PERNAFASAN

Disusun oleh :

NAMA : Yoanda Berliana Sari Pohan


NIM : 200101059

Dosen Pengampuh : apt. Yopi Rikmasari, M. Sc

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI BHAKTI PERTIWI
PALEMBANG
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari


obat ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian (pharmaceutical
care). Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada
pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif yang
bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.

Penyakit pernapasan kronis adalah kondisi medis jangka panjang yang


mempengaruhi sistem pernapasan manusia. Penyakit ini dapat mempengaruhi
saluran napas atas seperti sinus dan hidung, atau saluran napas bawah seperti
bronkus dan paru-paru. Penyakit pernapasan kronis dapat disebabkan oleh
berbagai faktor, termasuk polusi udara, infeksi saluran napas, merokok, dan faktor
genetic.

Sebagai mahasiswa kefarmasian, penting untuk memahami lebih lanjut


mengenai penanganan kasus penyakit system pernapasan karena diharapkan
mahasiswa akan mampu menganilisis permasalahan terkait penggunaan obat
untuk perapasam, serta mampu memberikan alternatif rekomendasi terapi dan
monitorin terapi menggunakan EBM dan pedoman terapi. Hal ini akan membantu
dalam memutuskan sikap apa yang nantinya akan diambil dalam mengatasi
masalah kesehatan sesorang, maka dari itu dilakukan praktikum dengan harapan
tercapai tujuan pembekalan pengetahuan mengenai pelayanan kefarmasian.
1.2 Tujuan Praktikum

1. Mahasiswa mampu menganalisis permasalahan terkait penggunaan obat


2. Mahasiswa mampu menjelaskan alternative rekomendasi terapi dan
monitoring terapi menggunakan EBM, pedoman terapi dan/atau kajian
farmakoekonomi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 SOAP
SOAP adalah singkatan dari Subjective, Objective, Assessment, dan Plan. Ini
adalah pendekatan struktural dalam pencatatan medis yang diperkenalkan oleh
(Dr. Lawrence Weed pada tahun 1960-an) adalah sebuah metode pencatatan yang
digunakan oleh tenaga medis untuk mendokumentasikan informasi pasien secara
sistematis. Pencatatan SOAP memungkinkan para profesional medis untuk
mengorganisir dan menganalisis data pasien dengan lebih efektif.
2.2 Sistem Pernapasan
Pernapasan adalah saluran proses ganda yaitu terjadinya pertukaran gas di
dalam jaringan (pernapasan dalam), yang terjadi di di dalam paru-paru disebut
pernapasan luar. Pada pernapsan melalui paru-paru atau respirasi eksternal,
oksigen (O2) dihisap melalui hidung dan mulut. Udara ditarik ke dalam paru-paru
pada waktu menarik napas dan didorong keluar paru-paru pada waktu
mengeluarkan napas (Pearce, 2009).
2.3 Mekanisme Gngguan Pernapasan
Menurut Irianto (2008) mekanisme terjadinya pernapasan terbagi dua yaitu:
1) Inspirasi (menarik napas)
2) Ekspirasi (menghembus napas)
2.4 Gangguan Pernapasan
Macam-macam kelainan dan gangguan yang umum pada sistem pernapasan
menurut Penatalaksanaan Terapi Penyakit Sistem Pernapasan (2016) antara lain :
a. Asma
b. Penyakit Paru Obstruktif
c. Rinitis Alergi
d. Batuk
e. Bronkitis, dll.
BAB III
METODE PRAKTIKUM

4.1 Alat dan Bahan


1. Buku/referensi

3.2 Prosedur Kerja


1. Kerjakan kasus menggunakan format isian yang telah disediakan. Scan dan
simpan dalam format pdf
2. Berdasarkan keluhan pasien dan obat yang diresepkan dokter, lakukan
pengerjaan resep berikut:
a. Lakukan skrining resep (skrining, administratif, farmasetis dan klinis),
dengan mengisi form yang telah disediakan
b. Lakukan analisa resep dengan menggunakan format SOAP (Subjective,
Objective, Assesment, dan Plan)
1) S (Subyektif) = data yang bersumber dari pasienatau keluarga yang tidak
dapat di konfirmasikan secara independent.
2) O (Obyektif) = data yang bersumber dari hasil observasi, pengukuran yang
dilakukan oleh profesi Kesehatan lain.
3) A (Assesment) = Assemen terhadap masalah medic berdasarkan informasi
subyektif dan obyektif serta data terapi dihubungkan dengan prinsip
farmakoterapi, guideline/ pedomanterapi dan EBM. Problem medik yang
ditemui diklasifikasikan sesuai kategori DRPs dan dipikirkan peluang
untuk meningkatkan dan atau menjamin keamanan, efektivitas terapi serta
obat serta peluang menminimalkan DRPs.
4) P (Plan) = Memformulasikan rencana pelayanan kefarmasian sesuai
dengan DRPs yang ditemukan.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Hasil Praktikum
Resep 1
Keluhan: dr. Akrom
Pasien mengalami gejala sesak nafas Jl. Ariodillah 77 telp. 746544
terus menerus, sehingga aktivitas fisik SIP: 1456/PTSP/2016
menjadi terbatas dan hampir setiap Palembang, 3 Apr 2019
malam mengalami sesak nafas yang
bertambah berat disertai batuk produktif R/ Seretide discus No 1
dan demam. Gejala ini dirasakan sejak 1 Suc
tahun lalu. Pasien memiliki riwayat R/ Methylprednisolon 4 mg No XXX
asma, tetapi biasanya tidak seberat sakit S b d d tab 1
kali ini. R/ Lasal Ekspektoran Fl 1
Temp = 38 ͦC, Nadi 28 kali/menit, RR = S t dd cth 1
70 x/menit, leucosit = 8000 sel/mm3
Pro : Susiani
Umur : 24 tahun
BB : 68 Kg, TB=155 cm
Jenis Kelamin : Perempuan
Diagnosa: Asma Persisten Berat Alamat : Perumnas Talang
kelapa Blok G/2
Pertimbangan Klinis

Perhitungan Dosis:

N Nama Obat Dosis Pakai Dosis Lazim Perhitungan dosis Keterangan


o.
1 Seretide discus Gunakan jika dibutuhkan - - Tepat dosis

2 Methylprednisolon DP 1x = 4 mg 2-60 mg/day po divided DL 1h = 2-60 mg Tepat dosis


DP 1h = 4 mg x 2 = 8 mg q 6-24 h 2
DL 1 x = = 2 mg
1

3 Lasal Ekspektoran Glyceryl guaincolat 75 mg 2-3 x sehari 75 mg Under Dose


75 mg 2-4 sendok teh DP 1x = x 10 ml
DP 1x = x 5 ml 5 ml
5 ml = 150 mg
= 75 mg DP 1h = 150 mg x 3 = 450 mg
DP 1h = 75 mg x 3 = 225 Salbutamol sulfat 2 mg
mg 2mg
Salbutamol sulfat 2 mg DP 1x = x 10 ml
5 ml
2mg = 4 mg
DP 1x = x 3 ml
5 ml DP 1h = 4 mg x 3 =12 mg
= 2 mg
DP 1h = 2 mg x 3 = 6 mg
SOAP

Assesment

Problem medik Subjektif & Objektif Terapi Analisis DRP


1. Asma persisten Subjektif : 1. Seretide discus - Dosis lasal Underdose
berat Pasien mengalami gejala 2. Lasal ekspektoran under dose
2. Batuk sesak nafas terus menerus, ekspektoran - Pasien belum
Produktif sehingga aktivitas fisik 3.Metylprednisolon Indikasi tanpa obat
mendapatkan obat
3. Demam menjadi terbatas dan batuk produktif
hampir setiap malam - Pasien belum
mengalami sesak nafas Indikasi tanpa obat
mendapat obat demam
yang bertambah berat
disertai batuk produktif dan
demam.

Objektif :
TD = 140/80 mmHg
Nadi =28 x/menit
Temp = 38 ⁰C
RR = 70 kali/menit
Leukosit = 8000 sel/mm3
Plan

No Nama Obat Bentuk dan Kekuatan Sediaan Jumlah Signa & aturan minum (ac, dc, Rencana Monitoring
pc)
1 Seretide discus Accuhaler (discus) 50/10 mg 1 Suc Memastikan pasien mengetahui
dosis cara penggunaan discus dengan
benar
2 Metylprednisol Tablet 4 mg 30 2 kali sehari 1tablet DC Metyl prednisolon memiliki
on efek samping cukup luas karena
dapat mempengaruhi hormon
kortikosteroid, pada jangka
panjang dapat terjadi supresi
adrenal, pengurangan lebih dari
5 hari harus tappering off
3 Lasal Sirup 100 ml 1 3 kali sehari 2 sendok teh PC 2 jam sesudah makan
ekspektoran

4 Mucosolvan Tablet 8 mg 20 3 kali sehari 1 tablet PC -2 jam sesudah makan


-pasien diedukasi mengenai
penyakit asma

5 Parasetamol Tablet 500 mg 20 3 kali sehari 1 tablet PC - Mengontrol gejala asma


Hindari pencetus gejala asma
KASUS 2

Perhitungan dosis
SOAP

Assesment
Plan
4.1 Pembahasan
A. Resep 1
Pada kasus pertama pasien dating dengan keluhan gejala sesak nafas
terus menerus, sehingga aktivitas fisik menjadi terbatas dan hampir setiap
malam mengalami sesak nafas yang bertambah berat disertai batuk produktif
dan demam. Gejala ini dirasakan sejak 1 tahun lalu. Pasien memiliki riwayat
asma, tetapi biasanya tidak seberat sakit kali ini. Pada resep dokter
meresepakan obat Seretide discus, Methylprednisolon, dan Lasal
Ekspektoran.
Seretide Discus merupakan obat asma yang mengandung Salmeterol
(golongan beta-agonis kerja panjang) dan Fluticasone Propionate (golongan
kortikosteroid). Obat ini digunakan untuk mengobati penyakit pernapasan
seperti asma, bronkitis, emfisema, dan PPOK (Penyakit Paru Obstruktif
Kronis). Seretide bekerja dengan cara memperlebar saluran udara di paru-
paru, sehingga udara dapat mengalir keluar masuk paru-paru dengan lancar.
Methylprednisolone bekerja dengan cara mengurangi zat pemicu peradangan
di dalam tubuh. Dengan begitu, gejala peradangan, seperti nyeri dan
pembengkakan, akan berangsur mereda. Sedangkan Lasal Ekspektoran
digunakan untuk melegakan pernafasan dan membantu pengeluaran dahak
pada kondisi asma yang disertai batuk. Senyawa salbutamol merupakan obat
golongan bronkodilator yang bekerja dengan cara merangsang secara selektif
reseptor beta-2 adrenergik terutama pada otot bronkus. Hal ini menyebabkan
terjadinya bronkodilatasi karena otot bronkus mengalami relaksasi.
Pada kasus 1 terdapat DRP berupa untreated indication yakni pasien
tidak mendapat obat batuk dan tidak mendapat obat demam, kemudian
underdose pada obat lasal ekspektoran.
B. Resep 2

Pada kasus pertama pasien datang dengan keluhan mengi sesak nafas
berat, dan batuk berdahak. Gejala memburuk di malam hari dan pasien
terdiagnosa asma bronkial oersisten ringan dan diberi penatalaksanaan
dengan glukokortikoid ninhalasi dan tambahan agonies beta-2 serta metil
prednisolone.

Metil prednisolon dapat digunakan untuk mengatasi seperti asma,


bronkitis, atau penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Cara kerjanya dengan
membantu mengurangi peradangan di saluran pernapasan, meredakan gejala
seperti sesak napas, batuk, dan kejang otot pernapasan.

Salbutamol adalah obat golongan bronkodilator. Salbutamol


merupakan obat golongan beta adrenergik agonis yang secara langsung dapat
membuat otot-otot polos pada bronkus menjadi lebih rileks.

Simbycort merupakan obat asma dengan kandungan Budesonide dan


Formoterol fumarate. Obat ini digunakan untuk terapi asma dan PPOK
(Penyakit Paru Obstruktif Kronik) berat seperti, bronkitis kronis dan
emfisema serta riwayat ekserbasi (kekambuhan parah) asma berulang yang
disertai dengan keadaan sesak, batuk, mengi, dada terasa berat atau kombinasi
dari beberapa gejala di atas.

Kemudian setelah dilalukan SOAP ditemukan DRP berupa pasien


yang tidak mendapat obat batuk berdahak (untreated indication). Maka
diberikan obat siladex ekspektoran.
BAB V

KESIMPULAN

Berdasarlan analisa SOAP yang telah dilakukan mengenai pelayanan


kefarmasian pada penyakit pernafasan, dapat disimpulkan bahwa:

1. Pada kasus 1 terdapat DRP berupa untreated indication yakni pasien tidak
mendapat obat batuk dan tidak mendapat obat demam, kemudian underdose
pada obat lasal ekspektoran.
2. Pada pasien kasus 2 pasien terdiagnosa asma bronkial persisten ringan yang
diberi penatalaksanaan dengan glukokortikoidninhalasi dan tambahan agonies
beta-2. Kemudian ditemukan DRP berupa pasien yang tidak mendapat obat
batuk berdahak (untreated indication)

Anda mungkin juga menyukai