Anda di halaman 1dari 7

LEMBAR KERJA MAHASISWA

PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI PENYAKIT GANGGUAN SISTEM SARAF,


KULIT, DAN THT (FAF 413)
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS ANDALAS

Tanggal: 9 November 2021 Kelompok: 6 (Enam); Shift: 2 (Dua)


Objek praktikum: Anggota kelompok: (cetak tebal pada nama pribadi)

1. Dini Bakartinisa Guci (1811011021)

Rhinitis Alergi 2. Annisa Trinanda Yuda (1811012027)

3. Reghina Dwita (1811013011)

4. Alyssa Azzahra (1811013019)


Identitas pasien dan informasi admisi
Jenis kelamin : Laki-laki Usia : 17 tahun
Tanggal masuk: -
Pengumpulan data dan informasi
Keluhan utama Pilek sejak 2 bulan belakangan. Pilek terjadi hampir setiap hari, disertai bersin, ingus cair
bening. Hidung sering digosok-gosok karena gatal.
Riwayat -
penyakit
sekarang
Riwayat Kakek pasien dari pihak ibu menderita eksim
penyakit
keluarga
Riwayat sosial Kamar pasien tertutup karpet dan sirkulasi udara kurang baik.
dan kebiasaan
Riwayat Sebelum datang ke poliklinik, pasien diberikan obat pilek yang dibeli bebas dari toko
pengobatan obat. Namun sudah berhenti 2 minggu belakangan karena mudah mengantuk di kelas.
Hasil Parameter Hasil Nilai normal Keterangan
pemeriksaan
Kelopak mata bawah Gelap Cerah Tidak normal
fisik

1
Bagian bawah Tampak Tidak terdapat Tidak normal
hidung lipatan lipatan
horizontal

Mukosa hidung Edema dan Tidak edema dan Tidak normal


berwarna cerah
pucat

Hasil Parameter Hasil Nilai normal Keterangan


pemeriksaan - - - -
penunjang - - - -
- - - -
Diagnosis
Pengobatan Nama obat Potensi Aturan pakai Durasi terapi
yang diterima Cetirizine 10 mg 3 x sehari 1 tablet -
Nasonex nasal spray 50 mcg 3 x sehari 1 spray -
Analisis kasus

S:

● Pasien mengalami pilek sejak 2 bulan yang lalu dan hampir setiap hari disertai bersin, ingus cair
bening, gatal pada hidung.

● Pasien mengantuk ketika meminum obat pilek yang dibeli di toko obat.

O:

● Tampak bagian kelopak mata bawah pasien berwarna gelap.

● Terlihat di bagian bawah hidung tampak lipatan horizontal.

● Mukosa hidung edema dan berwarna pucat.

A:

● Potensi kejadian merugikan akibat obat, yaitu frekuensi dari Nasonex Nasal Spray dan pemberian
Cetirizine.

2
● Efek terapi obat tidak optimal, yaitu dosis dari Nasonex Nasal Spray.

P:

● Frekuensi Nasonex nasal spray menurut AHFS seharusnya 1 x sehari.

● Dosis Nasonex nasal spray menurut AHFS seharusnya diberikan sebanyak 2 spray untuk sekali
penggunaan pada tiap lobang hidung.

● Pemilihan obat kurang sesuai. Pemberian Cetirizine sebaiknya diganti dengan Loratadine 1 kali
sehari 1 tablet karena efek sedasi Cetirizine lebih besar.

Identifikasi masalah

Masalah:

1. (P 2.1) Potensi kejadian merugikan akibat obat, yaitu frekuensi dari Nasonex Nasal Spray dan
pemberian Cetirizine.

2. (P 1.2) Efek terapi obat tidak optimal, yaitu dosis dari Nasonex Nasal Spray.

Penyebab masalah:

1. (C 3.4) Frekuensi pemberian berlebih. Frekuensi Nasonex nasal spray menurut AHFS seharusnya 1
x sehari.

2. (C 3.1) Dosis terlalu rendah. Dosis Nasonex nasal spray menurut AHFS seharusnya diberikan
sebanyak 2 spray untuk sekali penggunaan pada tiap lobang hidung.

3. (C 1.1) Pemilihan obat kurang sesuai. Pemberian Cetirizine sebaiknya diganti dengan Loratadine 1
kali sehari 1 tablet karena efek sedasi Cetirizine lebih besar.

Rencana penyelesaian masalah

Tujuan terapi [nama penyakit/kondisi pasien]:

● Meminimalkan atau mencegah gejala.

3
● Meminimalkan atau hindari efek samping pengobatan.

● Memberikan terapi ekonomis.

● Memperbaiki dan mempertahankan gaya hidup normal.

Rencana penyelesaian masalah terkait obat:

● (I1.3) Merekomendasikan kepada dokter untuk menurunkan frekuensi obat Cetirizine menjadi 1 x
sehari 1 tablet sesuai dengan dosis yang disarankan oleh AHFS.

● (I1.3) Merekomendasikan kepada dokter untuk mengganti obat Cetirizine dengan obat Loratadine
dengan dosis 10 mg untuk pemakaian 1 x sehari. Karena Loratadine memiliki efek sedasi yang
lebih rendah dibandingkan Cetirizine.

● (I1.3) Merekomendasikan kepada dokter untuk menurunkan frekuensi obat dan meningkatkan dosis
obat Nasonex Nasal Spray menjadi 1 kali sehari 2 spray pada masing-masing lubang hidung pasien
sesuai dengan dosis yang disarankan oleh AHFS.

Rencana monitoring terapi:

● Monitoring gejala pilek dan bersin yang dapat mengganggu keseharian pasien.

● Monitoring efek terapi obat Nasonex nasal spray dan Loratadine.

● Monitoring efek samping obat Nasonex nasal spray dan Loratadine.

Rencana edukasi pasien:

● Edukasi pasien untuk mengompres matanya dengan menggunakan handuk dengan air hangat untuk
menghilangkan mata yang menghitam atau gelap.

● Edukasi pasien dan keluarga pasien untuk menghindari pencetus alergi dengan memperbaiki
sirkulasi udara di kamar pasien.

● Edukasi untuk meminum obat secara teratur, dan untuk obat Loratadine disarankan untuk diminum
saat malam hari sebelum tidur untuk menghindari efek sedasi saat beraktivitas bila diminum saat

4
pagi atau siang hari.

● Edukasi tentang cara penggunaan nasal spray kepada pasien.

- Buka penutup botol nasal spray dan kocok beberapa kali;

- Semprotkan ke udara hingga mengeluarkan cairan;

- Miringkan kepala ke depan dan hembuskan nafas perlahan;

- Pegang botol dengan posisi jempol di bagian bawah, sedangkan telunjuk dan jari tengah di
bagian atas.

- Gunakan jari tangan satunya untuk menutup lubang hidung yang tidak menerima obat;

- Tekan pompa dengan telunjuk dan jari tengah hingga cairan keluar. Pada saat yang sama, hirup
cairan tersebut ke dalam lubang hidung.
Referensi:

● AHFS, 2011.

● Small et al. 2018. Allergy Asthma Clin Immunol. 14 (Suppl 2): 51.

5
TABEL PENGKAJIAN OBAT

No Nama Obat Tinjauan


1. Cetirizine Regimen dosis yang diresepkan

Dosis: 10 mg

Rute: Oral

Frekuensi pemberian: 3 x sehari 1 tablet


Regimen dosis berdasarkan literatur

Dosis: 10 mg

Rute: Oral

Frekuensi pemberian: 1 x sehari


Indikasi terapi

Antihistamin generasi kedua; turunan piperazin, metabolit asam


karboksilat dari hidroksizin.
Tanggal dimulainya terapi

-
Durasi terapi

-
Efek samping obat

Mengantuk, kelelahan, mulut kering, insomnia, sakit kepala,


faringitis, sakit perut.
2. Nasonex nasal spray Regimen dosis yang diresepkan

(Mometasone furoate) Dosis: 50 mcg

Rute: Intranasal

Frekuensi pemberian: 3 x sehari 1 spray


Regimen dosis berdasarkan literatur

6
Dosis: 50 mcg

Rute: Intranasal

Frekuensi pemberian: 1 x sehari 2 spray untuk tiap lubang hidung


Indikasi terapi

Kortikosteroid sintetis non fluorinated. Profilaksis, pengobatan


gejala hidung rinitis alergi musiman. Pengobatan gejala hidung
rinitis alergi abadi.
Tanggal dimulainya terapi

-
Durasi terapi

-
Efek samping obat

Sakit kepala, infeksi virus, faringitis, epistaksis/lendir bercampur


darah, batuk, infeksi saluran pernapasan atas, dismenore, nyeri
muskuloskeletal, sinusitis, muntah.

Anda mungkin juga menyukai