Anda di halaman 1dari 2

BAB II : DAFTAR PANDUAN PRAKTIK KLINIS BERDASARKAN MASALAH DAN PENYAKIT

16. RINITIS VASOMOTOR


No. ICPC-2 : R97 Allergic rhinitis
No. ICD-10 : J30.0 Vasomotor rhinitis
Tingkat Kemampuan 4A

Masalah Kesehatan Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang


Sederhana (Objective)
Rinitis vasomotor adalah salah satu bentuk
rinitis kronik yang tidak diketahui penyebabnya Pemeriksaan Fisik
(idiopatik), tanpa adanya infeksi, alergi,
eosinofilia, perubahan hormonal, dan pajanan Rinoskopi anterior:
obat (kontrasepsi oral, antihipertensi, B-bloker, 1. Tampak gambaran konka inferior
aspirin, klorpromazin, dan obat topikal hidung membesar (edema atau hipertrofi),
dekongestan). Rinitis non alergi dan mixed berwarna merah gelap atau merah tua atau
rhinitis lebih sering dijumpai pada orang dewasa pucat. Untuk membedakan edema dengan
dibandingkan anak-anak, lebih sering dijumpai hipertrofi konka, dokter dapat memberikan
pada wanita dan cenderung bersifat menetap. larutan Epinefrin 1/10.000 melalui tampon
Hasil Anamnesis (Subjective) hidung. Pada edema, konka akan mengecil,
sedangkan pada hipertrofi tidak mengecil.
Keluhan 2. Terlihat adanya sekret serosa dan
biasanya jumlahnya tidak banyak. Akan
1. Hidung tersumbat, bergantian kiri dan tetapi pada golongan rinore tampak sekret
kanan tergantung posisi tidur serosa yang jumlahnya sedikit lebih banyak
pasien, memburuk pada pagi hari dan jika dengan konka licin atau berbenjol-benjol.
terpajan lingkungan non-spesifik seperti
perubahan suhu atau kelembaban udara, Pemeriksaan Penunjang
asap rokok, bau menyengat.
2. Rinore yang bersifat serosa atau mukus, Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk
kadang-kadang jumlahnya agak banyak. menyingkirkan kemungkinan rinitis alergi.
3. Bersin-bersin lebih jarang dibandingkan Pemeriksaan dilakukan bila diperlukan dan
rinitis alergika. fasilitas tersedia di layanan Tingkat Pertama,
4. Lebih sering terjadi pada wanita. Faktor yaitu:
Predisposisi 1. Kadar eosinofil pada darah tepi atau sekret
1. Obat-obatan yang menekan dan hidung
menghambat kerja saraf simpatis antara 2. Tes cukit kulit (skin prick test)
lain: Ergotamin, Klorpromazine, obat anti 3. Kadar IgE spesifik
hipertensi, dan obat vasokonstriktor topikal.
2. Faktor fisik, seperti iritasi oleh asap Penegakan Diagnostik (Assessment)
rokok, udara dingin, kelembaban udara Diagnosis Klinis
yang tinggi, serta bau yang menyengat
(misalnya, parfum). Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis,
3. Faktor endokrin, seperti kehamilan, masa pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
pubertas, pemakaian kontrasepsi oral, dan bila diperlukan.
hipotiroidisme.
Berdasarkan gejala yang menonjol, kelainan ini
4. Faktor psikis, seperti rasa cemas, tegang, dan
dibedakan dalam 3 golongan, yaitu:
stress.

282 PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
BAB II : DAFTAR PANDUAN PRAKTIK KLINIS BERDASARKAN MASALAH DAN PENYAKIT

1. Golongan bersin (sneezer): gejalabiasanya Fenilefrin) sebagai dekongestan hidung


memberikan respon baik dengan terapi oral dengan atau tanpa kombinasi
antihistamin dan glukokortikoid topikal. antihistamin.
2. Golongan rinore (runners): gejala rinore Konseling dan Edukasi
yang jumlahnya banyak.
Memberitahu individu dan keluarga untuk:
3. Golongan tersumbat (blockers): gejala
kongesti hidung dan hambatan aliran 1. Mengidentifikasi dan menghindari faktor
udara pernafasan yang dominan dengan pencetus, yaitu iritasi terhadap lingkungan
rinore yang minimal. non-spesifik.

Diagnosis Banding 2. Berhenti merokok.

Rinitis alergi, Rinitis medikamentosa, Rinitis akut Kriteria Rujukan

Komplikasi Jika diperlukan tindakan operatif

Anosmia, Rinosinusitis Prognosis

Penatalaksanaan Komprehensif (Plan) 1. Ad vitam : Bonam


2. Ad functionam : Bonam
Penatalaksanaan 3. Ad sanationam : Bonam
1. Non medikamentosa Peralatan dan Bahan Medis Habis Pakai
Kauterisasi konka yang hipertofi dapat 1. Lampu kepala
menggunakan larutan AgNO3 25% atau 2. Spekulum hidung
trikloroasetat pekat. 3. Tampon hidung
4. Epinefrin 1/10.000
2. Medikamentosa
Referensi
a. Tatalaksana dengan terapi
kortikosteroid topikal dapat 1. Adam, G.L. Boies, L.R. Higler.Boies.Buku Ajar
diberikan, misalnya Budesonide 1-2 Penyakit THT. Ed. ke-6. Jakarta: EGC. 1997.
x/hari dengan dosis 100- 200 mcg/
hari. Dosis dapat ditingkatkan sampai 2. Irawati, N., Poerbonegoro, NL., Kasakeyan, E.
400 mcg/hari. Hasilnya akan terlihat Rhinitis Vasomotor dalam Buku Ajar Ilmu
setelah pemakaian paling sedikit Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok,
selama 2 minggu. Saat ini terdapat Kepala & Leher. Ed ke-6. Fakultas Kedokteran
kortikosteroid topikal baru dalam aqua Universitas Indonesia. Jakarta. 2007.
seperti Fluticasone Propionate dengan 3. Lee, K. Essential Otolaryngology, Head and
pemakaian cukup 1 x/hari dengan dosis Neck Surgery. Ed. Ke-8. McGraw-Hill. 2003.
200 mcg selama 1-2 bulan.
b. Pada kasus dengan rinorea yang berat,
dapat ditambahkan antikolinergik
topikal Ipratropium Bromide.
c. Tatalaksana dengan terapi oral dapat
menggunakan preparat
d. simpatomimetik golongan agonis alfa
(Pseudoefedrin, Fenilpropanolamin,

PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA 283

Anda mungkin juga menyukai