Anda di halaman 1dari 5

RHINITIS ALERGI

445/Pusk.SH.1/TU-1/SOP/2019/
No. Dokumen :
1476
S
O No. Revisi : -
P Tanggal Terbit : 25/1/2019
Halaman : 1/4
UPTD
HARYANTO, SKM
PUSKESMAS
SIAK HULU I NIP. 197107101992031006
1. Pengertian allergen spesifik tersebut. Menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and it’s Impact on
Asthma), 2001, rhinitis alergi adalah kelainan pada gejala bersin-bersin, rinore, rasa
gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantai oleh Ig
E.
2. Tujuan Dokter dapat melakukan pengelolaan penyakit dermatitis numularisyang meliputi
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang sederhana
3. Diagnosa dan Rencana penatalaksanaan
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas No. 445/Pusk. SH.1/TU-1/SK/2019/159 tentang
Pelayanan Klinis
4. Referensi KEPMENKES RI. Nomor HK.02.02/MENKES/514/2015 Tentang Panduan Praktik
Klinis bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
5. Prosedur/ 1. Petugas menanyakan Keluhan :
Langkah- Pasien dating dengan keluhan keluarnya ingus encer dari hidung (rinorea),
langkah bersin, hidung tersumbat dan rasa gatal pada hidung (trias alergi).
Bersin merupakan gejala khas, biasanya terjadi berulang, terutama pada pagi
hari. Bersin lebih dari lima kali sudah dianggap patologik dan perlu dicurigai
adanya rhinitis alergi dan ini menandakan reaksi alergi fase cepat. Gejala lain
berupa mata gatal dan banyak air mata.

FaktorResiko
a. Adanya riwayat atopi.
b. Lingkungan dengan kelembaban yang tinggi merupakan factor resiko untuk
tumbuhnya jamur, sehingga dapat timbul gejala alergi.
c. Terpaparnya debu tungau biasanya karpet serta sprai tempat tidur, suhu yang
tinggi.

2. Petugas melakukan Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana :


Pemeriksaan Fisik
1. Perhatikan adanya allergic salute, yaitu gerakan pasien menggosok hidung
dengan tangannya karena gatal.

2. Wajah
a. Allergic shiners yaitudark circles di sekitar mata dan berhubungan
dengan vasodilatasi atau obstruksi hidung.
b. Nasal crease yaitu lipatan horizontal (horizontal crease) yang melalui
setengah bagian bawah hidung akibat kebiasaan menggosok hidung
keatas dengan tangan.
c. Mulut sering terbuka dengan lengkung langit-langit yang tinggi,
sehingga akan menyebabkan gangguan pertumbuhangigi-geligi (facies
adenoid).
3. Padapemeriksaan faring: dinding posterior faring tampak granuler dan edema
(cobblestone appearance), serta dinding lateral faring menebal. Lidah tampak
seperti gambaran peta (geographic tongue).

4. Pada pemeriksaan rinoskopi


1) Mukosa edema, basah, berwarna pucat atau kebiruan (livide), disertai
adanya secret encer, tipis dan banyak. Jika kental dan purulen biasanya
berhubungan dengan sinusitis.
2) Pada rhinitis alergi kronis atau penyakit granulomatous, dapat terlihat
adanya deviasi atau perforasi septum.
3) Pada rongga hidung dapat ditemukan massa seperti polip dan tumor, atau
dapat juga ditemukan pembesaran konka inferior yang dapat berupa
edema atau hipertropik. Dengan dekongestan topikal, polip dan hipertrofi
konka tidak akan menyusut, sedangkan edema konka akan menyusut.
5. Pada kulit kemungkinan terdapat dermatitis atopi.

Pemeriksaan Penunjang
Bila diperlukan dan dapat dilakukan di layanan primer.
a) Hitung eosinofil dalam darah tepi dan secret hidung.
b) Pemeriksaan Ig E total serum
c) Pemeriksaan feses untuk mendeteksi kecacingan

3. Petugas menegakkan Diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan


pemeriksaan penunjang bila diperlukan.
Rekomendasidari WHO Initiative ARIA (Allergic Rhinitis and it’s Impact on
Asthma), 2001, rhinitis alergi dibagi berdasarkan sifat berlangsungnya menjadi:
1. Intermiten, yaitu bila gejala kurang dari 4 hari/minggu atau kurang dari 4
minggu.
2. Persisten, yaitu bila gejala lebih dari 4 hari/minggu dan/ atau lebih dari 4
minggu.
Sedangkan untuk tingkat berat ringannya penyakit, rhinitis alergi dibagi menjadi:
1) Ringan, yaitu bila tidak ditemukan gangguan tidur, gangguan aktivitas
harian, bersantai, berolah raga, belajar, bekerja dan hal-hal lain yang
mengganggu.
2) Sedang atau berat, yaitu bila terdapat satu atau lebih dari gangguan tersebut
di atas.

Diagnosis Banding
a. Rhinitis vasomotor
b. Rhinitis akut

4. Penatalaksanaan
1. Menghindari allergen spesifik
2. Pemeliharaan dan peningkatan kebugaran jasmani telah diketahui bermanfaat
dalam menurunkan gejala alergi
3. Terapi topical dapat dengan dekongestan hidung topical melalui semprot
hidung. Obat yang biasa digunakan adalah oxymetazolinatauxyl ometazolin,
namun hanya bila hidung sangat tersumbat dan dipakai beberapa hari (< 2
minggu) untuk menghindari rhinitis medikamentosa.
4. Preparat kortikosteroid dipilih bila gejala sumbatan hidung akibat respons
fase lambat tidak dapat diatasi dengan obat lain. Obat yang sering dipakai
adalah kortikosteroid topikal: beklometason, budesonid, flunisolid, flutikason,
mometason furoat dan triamsinolon.
5. Preparat antikolinergik topical adalah ipratropium bromida yang bermanfaat
untuk mengatasi rinorea karena aktivitas inhibisi reseptor kolinergik pada
permukaan sel efektor.
6. Terapi oral sistemik
1) Anti histamin
Anti histamin generasi 1: difenhidramin, klorfeniramin, siproheptadin.
Anti histamin generasi 2: loratadin, cetirizine
2) Preparat simpatomimetik golongan agonis alfa dapat dipakai sebagai
dekongestan hidung oral dengan atau tanpa kombinasi anti histamin.
Dekongestan oral: pseudoefedrin, fenilpropanolamin, fenilefrin.

7. Terapi lainnya dapat berupa operasi terutama bila terdapat kelainan anatomi,
selain itu dapat juga dengan imunoterapi.

5. Rencana Tindak Lanjut


Dilakukan sesuai dengan algoritma rhinitis alergi menurut WHO Initiativa ARIA.
7. Bagan alir

Petugas menanyakan Keluhan :


Pasien dating dengan keluhan keluarnya ingus encer dari hidung
(rinorea), bersin, hidung tersumbat dan rasa gatal pada hidung
(trias alergi).

Petugas melakukan Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan


Penunjang Sederhana :
Pemeriksaan Fisik
1. Perhatikan adanya allergic salute, yaitu gerakan pasien
menggosok hidung dengan tangannya karena gatal.
2. Wajah
a. Allergic shiners yaitudark circles di sekitar mata dan
berhubungan dengan vasodilatasi atau obstruksi
hidung.
b. Nasal crease yaitu lipatan horizontal (horizontal
crease) yang melalui setengah bagian bawah hidung
akibat kebiasaan menggosok hidung keatas dengan
tangan.

Petugas menegakkan Diagnosis berdasarkan anamnesis,


pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang bila diperlukan.
Rekomendasidari WHO Initiative ARIA (Allergic Rhinitis and
it’s Impact on Asthma), 2001, rhinitis alergi dibagi berdasarkan
sifat berlangsungnya menjadi:
1. Intermiten, yaitu bila gejala kurang dari 4 hari/minggu atau
kurang dari 4 minggu.
2. Persisten, yaitu bila gejala lebih dari 4 hari/minggu dan/
atau lebih dari 4 minggu.

Penatalaksanaan
1. Menghindari allergen spesifik
2. Pemeliharaan dan peningkatan kebugaran jasmani telah diketahui
bermanfaat dalam menurunkan gejala alergis
3. Terapi topical dapat dengan dekongestan hidung topical melalui
semprot hidung. Obat yang biasa digunakan adalah oxymetazolin
atau xylometazolin, namun hanya bila hidung sangat tersumbat
dan dipakai beberapa hari (< 2 minggu) untuk menghindari
rhinitis medikamentosa.

RencanaTindakLanjut
Dilakukan sesuai dengan algoritma rhinitis alergi menurut WHO
Initiativa ARIA.

8. Hal-hal yang Pasien kondisi tenang


perlu
diperhatikan
9. Unit terkait 1. Pendaftaran
2. Ruang Pemeriksaan Umum
3. Ruang KIA-KB
4. Laboratorium
5. Layanan Farmasi
10. Dokumen 1. RekamMedis
terkait 2. Lembar informed consent
11. Rekaman No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai Diberlakukan
Historis
Perubahan
RHINITIS ALERGI
No. Dokumen :445/Pusk.SH.1/TU-
1/DT/2019/1477
DAFTAR No. Revisi :-
TILIK
Tanggal Terbit : 25/1/2019
Halaman : 1/1
UPTD
PUSKESMAS HARYANTO, SKM
SIAK HULU I NIP. 197107101992031006
Tidak
No Langkah Kegiatan Ya Tidak
berlaku
1. Apakah petugas menanyakan keluhan ?
2. Apakah petugas melakukan Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan
Penunjang Sederhana ?
3. Apakah petugas menegakkan Diagnosis berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang bila diperlukan ?
4. Apakah petugas memberikan terapi ?
5. Apakah petugas melakukan rencana Tindak Lanjut Dilakukan
sesuai dengan algoritma rhinitis alergi ?
Jumlah
Compliance Rate (CR)

Anda mungkin juga menyukai