Anda di halaman 1dari 2

Tugas CDOB

Nama : Alyssa Azzahra


Nim : 2241012062
Kelas :B
Dosen Pengampu : Prof. apt. Akmal Djamaan, MS, Ph.D.

Tugas meringkas artikel terkait pelanggaran dan penyelewengan distribusi obat

PT ASA merupakan sebuah Perusahaan Besar Farmasi (PBF) di Jakarta, tersandung kasus
penimbunan obat terkait penanganan Covid-19.
Kasus ini bermula pada awal Juli 2021, aparat Polres Jakarta Barat mendapat informasi
adanya gudang obat yang diduga menimbun obat Covid-19. "Berdasarkan informasi tersebut,
petugas kepolisian melakukan pengecekan ke gudang obat. Di gudang tersebut ditemukan
ratusan jenis obat, salah satunya azithromycine yang merupakan salah satu obat yang dicari
masyarakar untuk penanganan Covid-19. Obat-obatan yang ditimbun mencakup 730 boks
Azithromycine Dihydrate 500 miligram, 511 boks Grathazon Dexamethasone 0,5 miligram,
1.765 boks Grafadon Paracetamol 500 miligram, 850 boks Intunal X tablet, 567 boks Lanadexon
Dexamethasone 0,5 miligram, 145 boks Flumin kaplet, 1.759 boks Flucadex kaplet, serta 350
boks Caviplex. Seluruh obat tersebut tengah ditahan sebagai barang bukti, bersama dengan satu
buku catatan penerimaan barang.
Polisi segera meminta keterangan dari apoteker PT ASA. Apoteker menjelaskan bahwa
pemilik PT ASA menyuruh untuk tidak menjual dulu Azithromycin, jadi ada indikasi untuk
ditimbun," kata Kapolres Jakarta Barat Kombes Ady Wibowo kepada wartawan. Saat customer
dan pihak Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menanyakan stok Azithromycin, pihak
perusahaan menyatakan tidak memiliki stok obat tersebut. Padahal, obat-obatan telah tiba di
gudang sejak 5 Juli 2021. Ratusan obat yang ditemukan disita sebagai barang bukti. Tak hanya
menimbun, dari keterangan apoteker dan konsumen yang didapat polisi, diketahui bahwa PT
ASA juga sempat menjual Azithromycin di atas harga eceran tertinggi (HET) yaitu menjadi Rp
3.350 per tablet, padahal, berdasarkan Kemenkes No HK.01.07/MENKES/4826/2021 harga
Azithromycin adalah Rp 1.700 per tablet. Penimbunan obat ini dilakukan atas motif ekonomi
karena kalau menimbun akan menyebabkan kelangkaan, diharapkan harga semakin tinggi.
Dua orang petinggi PT ASA, yakni Direktur Utama PT ASA, YP (58), dan Komisaris
Utama PT ASA, S (56), menjadi tersangka dan ditahan lantaran diduga menjadi dalang atas
penimbunan obat. Keduanya telah ditahan di Mapolres Jakarta Barat. S dan YP dijerat pasal
berlapis oleh polisi, yakni Pasal 107 jo Pasal 29 Ayat (1) UURI Nomor 7 Tahun 2014 tentang
Perdagangan, Pasal 62 Ayat (1) jo Pasal UURI Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, dan Pasal 5 Ayat (1) UURI Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular.
Mereka terancam hukuman penjara paling lama lima tahun.

Anda mungkin juga menyukai