Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN TUTORIAL FARMAKOTERAPI TERAPAN

Kasus I : SISTEM PENCERNAAN DAN PERNAPASAN


FARMAKOTERAPI PASIEN DIARE AKUT DEHIDRASI
SEDANG (DADS), BRONKOPNEUMONIA DD CROUP

Disusun oleh:
KELOMPOK 3

1. Hasteti Husni I4C017067


2. Khoirun Nikmah I4C017095
3. Lusi Fauziah I4C017068
4. Niarisa Rudi Agustiani I4C017061
5. Nirmayani Indah Sari I4C017069
6. Sarah Nur Azkia I4C017078
7. Siti Miftahul Muawanah I4C017075
8. Yunita Noor Utami I4C017091

Tutor : Toix Nurarifiani, M.Sc., Apt


Tanggal Tutorial: Selasa, 03 Mei 2017

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
PURWOKERTO
2018
FARMAKOTERAPI PASIEN DIARE AKUT DEHIDRASI SEDANG
(DADS), BRONKOPNEUMONIA DD CROUP
A. KASUS
An Fahri (L) berusia 2 bulan, BB 6kg, TB 58 cm. Keluhan saat masuk rumah sakit
demam, sesak nafas, batuk berdahak, pilek, BAB cair 5xsehari sejak 3 hari yang lalu. Ibu
An fahri khawatir dengan kondisi pasien, sehingga pasien dirawat inap melalui IGD. An
fahri dalam program ASI Eksklusif.
Riwayat Obat Saat di IGD : Infus KAEN 1B
Diagnosa dokter : Diare Akut Dehidrasi Sedang (DADS), Bronkhhopneumonia dd croup.

Nama : An Fahri No RM : - Rg Rawat : -

Tgl MRS :
Tgl lahir/umur : 2 bulan BB : 6 kg TB : 58 cm
11/2/2018

Riwayat MRS : Demam, sesak nafas, batuk berdahak, pilek, BAB cair 5xsehari sejak 3 hari
yang lalu.

RDP : -

Diagnosis : Diare Akut Dehidrasi Sedang (DADS), Bronkhhopneumonia DPJP : dr. MB, Sp.
dd croup. PD

Merokok:- batang/hari Kopi : - gelas/hari Lainnya :-

Alergi makanan : - Alergi obat : -

Keluhan :

Keluhan 11/2 12/2 13/2 14/2

Sesak Nafas +++ +++ ++ -

Nafas Cepat +++ +++ ++ +

Batuk +++ +++ + +


Berdahak
BAB Cair 3x 1x 1x -

Gelisah - - - -

Data Lab :

Tanda-tanda Vital

Hasil pada bulan Pebruari 2018


Jenis Parameter
11/2 12/2 13/2 14/2

TD (70-90/50mmHg) Normal

Suhu (36,6-37,2 ͦ C) 38 37,1 36,9 36,7

Nadi (120-130 x/menit) 128 110 120 109

Laju pernafasan (30-40 x/menit) 58 50 48 38

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan
Parameter Nilai Normal Satuan
11/2

Hb 10-16 g/dl 10

Leukosit 9000-12000 mm3 6140

Hematokrit 33-38 % 30

MPV 7,4-10,4 fL 9,2

Pemeriksaan Penunjang

Feses - - Bakteri (3+)

Retaksi Dada - - (+)


Terapi Saat di Rumah Sakit

Februari 2018
Nama obat Dosis
11/2 12/2 13/2 14/2

Inj Cefotaxime 2x300 mg √ √ √ √

Inj Dexamethasone 2x1/4 ampul √ √ √ √

Inj Paracetamol 3x60 mg √ - - -

Nebu Ventolin : NacL ½ resp : 2 cc/6 jam √ - - -

O2 NK (Nasal Kanula) 1 LPM √ √ √ √

1 amp adrenaline + 3 cc √
Nebulizer Rasemik - √ √
NS/8 jam

Zink 1x10mg √ √ √ √

L-Bio 1x1/2 sacc √ √ √ √

KAEN 1B (IGD) 20 tpm makro √ √ √ √

B. DASAR TEORI

1. Patofisiologi

- Diare

- 1. Apa yang dimaksud dengan diare?


- Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang
- buang air besar dengan konsistensi lembek atau
- cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya
- lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam
- satu hari.
- 2. Apa penyebab diare?
- Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan
- dalam 6 golongan besar yaitu infeksi (disebabkan
- oleh bakteri, virus atau infestasi parasit),
- malabsorpsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi
- dan sebab-sebab lainnya. Penyebab yang
- sering ditemukan di lapangan ataupun secara
- klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan
- keracunan.
- 3. Apa saja jenis-jenis Diare ?
- Jenis diare ada dua, yaitu Diare akut, Diare
- persisten atau Diare kronik. Diare akut adalah
- diare yang berlangsung kurang dari 14 hari,
- sementara Diare persisten atau diare kronis
- adalah diare yang berlangsung lebih dari 14
- hari.
- 4. Apa saja derajat dehidrasi dalam Diare ?
- Ada tiga derajat dehidrasi, yaitu:
- a) Diare tanpa dehidrasi
- b) Diare dengan dehidrasi ringan/ sedang
- c) Diare dengan Dehidrasi berat

Klasiffikasikan tanda-tanda tersebut sesuai


- dengan tabel derajat dehidrasi di bawah.

Bagaimana rencana terapi untuk masingmasing


penderita Diare?
(lihat bagan).
1. Diare tanpa dehidrasi:
Rencana Terapi A;
2. Diare dengan dehidrasi ringan/ sedang:
Rencana Terapi B;
3. Diare dengan dehidrasi berat:
Rencana Terapi C.

- Bronkhopneumonia

Diagnosa pasien yaitu bronkopneumonia dan bronkiolitis. Bronkiolitis sering


menyerang pada anak umur 2-8 bulan yang dapat disebabkan virus atau bakteri.
Bronkiolitis tidak memerlukan pengobatan antbiotik, pasien hanya memerlukan
terapi suportif. Sedangkan pneumonia merupakan penyebab utama morbiditas dan
mortilitas anak usia <5 tahun. Penyebab tersering pneumonia yaitu S. pneumoniae
(Omar et al., 2005).
Menurut Omar et al., (2005) bronkopneumonia dibagi dalam beberapa
klasifikasi seperti pada gambar 1. Pasien dengan retraksi dada diklasifikasikan
pada severe pneumonia. Pengobatan antibiotik lini pertama untuk pasien severe
bronkopneumonia rawat inap menurut Bradley et al., (2011) yaitu ampisilin iv
(gambar 2). Kultur sputum untuk mengetahui bakteri penyebab pneumonia sangat
penting untuk pemilihan terapi antibiotik yang sensitif. Antibiotik empiris yang
dipilih untuk pengobatan sebelum memperoleh data kultur yaitu ampisilin iv
(Bradley et al., 2011; Kemenkes RI, 2012).
-

- Gambar 1. Klasifikasi pneumonia (Omar et al., 2005)

WHO mengajukan pedoman diagnosa dan tata laksana yang lebih sederhana.
Berdasarkan pedoman tersebut bronkopneumonia dibedakan berdasarkan:

1. Bronkopneumonia sangat berat: bila terjadi sianosis sentral dan anak tidak
sanggup minum, maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi
antibiotik.
2. Bronkopneumonia berat: bila dijumpai retraksi tanpa sianosis dan masih
sanggup minum, maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi
antibiotik.
3. Bronkopneumonia: bila tidak ada retraksi tetapi dijumpai pernafasan yang
cepat yakni >60 x/menit pada anak usia kurang dari dua bulan; >50 x/menit
pada anak usia 2 bulan-1 tahun; >40 x/menit pada anak usia 1-5 tahun.
4. Bukan bronkopneumonia: hanya batuk tanpa adanya gejala dan tanda
seperti diatas, tidak perlu dirawat dan tidak perlu diberi antibiotik.
- DD croup
Croup (laringotrakeobronkitis viral) menyebabkan obstruksi/penyumbatan saluran
respiratorik atas, jika berat, dapat mengancam jiwa. Paling berat terjadi pada masa bayi.
Di bawah ini dibahas croup yang disebabkan berbagai virus respiratorik.

Diagnosis

1. Croup ringan ditandai dengan: demam, suara serak, batuk menggonggong, stridor
yang hanya terdengar jika anak gelisah.
2. Croup berat ditandai dengan: stridor terdengar walaupun anak tenang, napas cepat
dan tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam.

Stridor adalah bunyi kasar saat inspirasi, karena penyempitan saluran udara pada
orofaring, subglotis atau trakea. Jika sumbatan berat, stridor juga bisa terjadi saat
ekspirasi. Penyebab utama stridor yang berat adalah viral croup, benda asing, abses
retrofaringeal, difteri dan trauma laring.

2. Guideline Terapi

- Diare
- Bronkhopneumonia
Gambar 2. Terapi antibiotuk epiris untuk pneumonia (Bradley et al., 2011)

Gambar 3. Rekomendasi antibiotik untuk pneumonia (Kemenkes RI, 2012)


Ampisilin merupakan antibiotik golongan penisilin. Antibiotik ini cocok untuk
mengatasi bakteri yang paling sering menyebabkan bronkopneumonia yaitu S. pneumoniae
(Bradley et al., 2011). Dosis ampisilin iv yang diberikan yaitu 50 mg/kg BB tiap 6 jam
selama 5 hari. Pasien mempunyai berat badan 12 kg sehingga dosis yang diperlukan setiap
pemberian yaitu 600 mg (Kemenkes RI, 2012).

Gambar 4. Dosis ampisilin (Kemenkes RI, 2012)


- DD croup
C. PENATALAKSANAAN KASUS DAN PEMBAHASAN

1. Subjektif
Problem medik Subjective
Diare Akut Dehidrasi Sedang (DADS) BAB cair 5xsehari
Bronchopneumonia DD croup Demam, Napas sesak, Napas cepat,
Batuk berdahak, pilek

2. Obyektif
Problem medik Objective
Diare Akut Dehidrasi Sedang (DADS) Bakteri (3+)
Bronchopneumonia DD croup Retaksi dada, suhu 38oC, napas 58
x/menit, Hb 10 g/dL, leukosit 6140
mm3, Hematokrit 30 %

3. Problem Medik
Problem medik yang dialami pasien antara lain Diare Akut Dehidrasi Sedang
(DADS), Bronchopneumonia DD croup

4. Assesment
Problem medik Subjective Objective Assessment
Diare Akut BAB cair Bakteri (3+) Adverse drug
Dehidrasi Sedang 5xsehari reaction: dosis
(DADS) cefotaxim rendah
tidak mencukupi Kg
BB bayi yg
diperlukan
Bronchopneumonia Demam, Napas Retaksi dada,
DD croup sesak, Napas suhu 38oC, napas -pemberian O2
cepat, Batuk 58 x/menit, Hb kurang adekuat
berdahak, pilek 10 g/dL, leukosit
6140 mm3,
Hematokrit 30 %

Menyesuaikan dosis spironolakton sesuai guideline


5. Plan
Problem medik Subjective Objective Assessment Plan
Diare Akut BAB cair Bakteri Adverse Rekomendasi
Dehidrasi Sedang 5xsehari (3+) drug terapi :
(DADS) reaction:
dosis
cefotaxim
rendah tidak
mencukupi
Kg BB bayi
yg
diperlukan
Bronchopneumonia Demam, Retaksi -Kebutuhan Rekomendasi :
DD croup Napas dada, suhu terapi
Pemberian :
sesak, 38oC, tambahan.
Monitoring :
Napas napas 58 -pemberian
cepat, x/menit, O2 kurang
Batuk Hb 10 adekuat
berdahak, g/dL,
pilek leukosit
6140 mm3,
Hematokrit
30 %

Pembahasan Rekomendasi Terapi, Monitoring dan KIE


a. Bronkhopneumonia DD croup
- Inj Cefotaxim
- Inj Cefotaxim 2x1 (300mg) pada hari ke-1 sampai pada hari terakhir
Dosis bayi dan anak ≤ 12 tahun = 100-150mg /kg BB/hari 2-4 x pemberian
Pada infeksi berat dapat ditingkatkan menjadi 200 mg/kg BB/hari
Digunakan dosis minumum 100 mg x 6 kg = 600 mg/Kg BB/hari
Digunakan dosis untuk infeksi berat 200 mg x 6 kg = 1200 mg kg BB/hari
Jadi range dosis 600 - 1200 mg
Dosis terapi di RS = 2x 300 mg = 600 mg / hari (underdose)
Terdapat DRP (peningkatan dosis s/3x300 mg)
(DIH. 2009)
Alasan pemberian :
Pemberian Inj cefotaxim merupakan antibiotik golongan sefalosporin generasi
ke 3 untuk pasien bronkhopneumonia sudah tepat karna cefotaxime bersifat spektrum
luas dimana aktif menghambat sebagian besar basil gram negatif dan kokus gram
positif khususnya pada bakteri Streptococus Pneumonia, Oleh karna itu dapat
meminimalkan penggunaan obat, dengan dosis 2x300 mg/hari sesuai dengan literatur
dengan dosis 200 mg/Kg BB /hari tiap 8 jam untuk pasien bayi (DIH, 2009).
Perbandingan menggunakan golongan Beta laktam (Ampisilin) dengan
golongan aminoglikosida (gentamisin). Dimana ampisilin hanya digunakan untuk
mengatasi bakteri gram positif dan gentamisin digunakan untuk mengatasi bakteri
gram negatif. Sehingga untuk pemakaian obat ini harus dikombinasi agar dapat
menghambat bakteri penyebab pneumonia (Dicky,A dan Janar A. 2017).
Antibiotik golongan sefalosporin golongan 3 menurut guideline IDSA tahun
2011 sefalosporin generasi ke 3 adalah antibiotik enpirik yang direkomendasikan
untuk pediatric yang mendapatkan imunisasi tidak lengkap. Sedangkan Ampisilin
lebih disarankan untuk pediatric yang mendapatkan imunisasi lengkap (Bradley, at,
al. 2011).
Pada cefotaxim ini tidak terdapat kontra indikasi, inkompatibilitas, interaksi
Obat, namun terdapat DRP underdose sehingga perlu peningkatan dosis.

- Inj Dexamethason
Inj Dexamethason 2x1/4 ampul pada hari ke 1 sampai terakhir.
1 ampul = 5 mg jadi, ½ ampul = 2,5 mg, ¼ ampul = 1,25 mg
Jadi untuk 2x pakai = 1,25 mg x 2 = 2,5 mg (sesuai terapi rumah sakit)
Menurut literature dosis dexamethason 0,3-0,6 mg/Kg BB/hari tiap 12 jam
Dosis minimum : 0,3 mg x 6 kg BB = 1,8 mg
Dosis maksimum : 0,6 mg x 6 kg BB = 3,6 mg
Untuk 2 x pakai 1,8 mg x 2 = 3,6 mg/hari (digunakan dosis minimum)
Range dosis (1,8-3,6 mg)
jadi untuk ¼ ampul = 1,25 mg x 2 = 2,5 mg (dosis tepat range)
(Medscape. 2018)
Alasan pemberian :
Terapi steroid pada anak dengan pneumonia merupakan terapi tambahan yang
memiliki aktivitas sebagai penghambat inflamasi yang menekan ekspresi sitokin pro
inflamasi dan berpotensi mencegah respon inflamasi dan pada pasieun pneumonia
untuk menangani simpton. Jenis steroid yang digunakan adalah metil prednisolon
dan deksamethason, deksamethason lebih banyak digunakan dibandingan metil
prednisolon hal ini dikarenakan efek kerja deksamethason lebih panjang dari metil
prednisolon. Terapi steroid juga dapat menurunkan demam pada pasien pneumonia
karena memiliki efek antipiretik pada tingkat makrofag dengan menghambat
produksi IL-1 yang dengan sendirinya dapat menurunkan demam, dan pada tingakat
hipotalamus dengan menghambat sintesis prostaglandin. Steroid dapat
mempengaruhi batuk karena memiliki efek sebagai mukoregulator yang bekerja
mengatur sekresi lendir, radang dan infeksi. Sesak napas merupakan keluhan utama
pada pasien pneumonia, hasil penelitian menunjukan setelah pemberian terapi steroin
menunjukan perbaikan yang lebih cepat. Steroid berpengaruh terhadap kondisi sesak
melalui efek antiinflamasi pada saluran nafas dengan menurunkan jumlah sel-sel
inflamasi disaluran nafas. Efek ini capai melalui penghambatan perekrutan sel
inflamasi ke dalam saluran udara dengan menekan produksi mediator kemotaktik
(Ardiati, S dkk. 2017).
Deksamethason diindikasikan pada semua anak yang didiagnosis memiliki
croup (termasuk batuk barky tanpa tanda-tanda distres pernapasan). (Alberta
Medical Assosiation. 2008).
Pada Dexamethason ini tidak terdapat kontra indikasi, inkompatibilitas,
interaksi Obat dan DRP antar obat yang digunakan.
- Inj Paracetamol
Dosis sediaan infus paracetamol 10 mg/ml 4-6 jam (4x sehari)
10 mg x 6 kgBB = 60 mg (1x pakai)
Untuk dosis 1 hari = 60 mg x 4x pemakaian = 240 mg
Range 60-240 mg
Berdasarkan Terapi saat di RS dosis Paracetamol = 3x60 mg =180 mg (tepat dosis)

Alasan pemberian :
Pemberian Inj Paracetamol karena adanya peningkatan suhu mencapai 38 oC,
sehingga diberikan parasetamol sebagai agen antipiretik yang mana dapat
menurunkan demam.
Pada paracetamol ini tidak terdapat kontra indikasi, inkompatibilitas, interaksi
Obat dan DRP antar obat yang digunakan.

- O2 NK (Nasal Kanula)
RR X VT(volume tidal =500/510ml)X 20%
58x500x20% =5800ml = 5,8 liter
jadi diberikala alat oksigenasinya nasal kanula

Alasan pemberian :

Pada saat di Rumah Sakit pasien diberikan O2NK sebagai terapi


bronkopneumonia berat. Dengan tanda-tanda gangguan pernapasan yang berat
(takipnea, tarikan dada yang dalam, kepala terangguk-angguk/headnodding, napas
cuping hidung) harus diberikan oksigen karena memiliki risiko apnea dan kematian
yang lebih besar akibat hipoksemia. Alat yang direkomendasikan untuk pemberian
oksigen pada bayi/anak adalah melalui selang hidung (nasalprong). Laju aliran
maksimum melalui kanul nasal tanpa humidifikasi adalah:
· 0/ 5 liter/menit pada bayi muda (0-2 bulan)
· 1 liter / menit pada bayi (2-12 bulan)
· 2 liter/menit pada anak Balita (12 – 59 bulan)
· 4 liter/menit pada usia sekolah
Berdasarkan terapi saat di Rumah Sakit pemberian O2NK dengan dosis 1 LPM
sesuai dengan literatur (Buku Pedoman Tatalaksana Penumonia, 2015). Akan tetapi
pemberian dihentikan pada saat respirasi telah dalam batas normal. Dimana tanda-
tanda vital untuk nafas, nilai normal pada bayi yaitu 20 x/menit.
Pada O2 NK ini tidak terdapat kontra indikasi, inkompatibilitas, interaksi Obat dan
DRP antar obat yang digunakan.

- Nebulizer Ventolin
Alasan pemberian :

Pasien diberikan terapi Nebu Ventolin : NaCl dengan dosis ½ resp : 2 cc/6
jam. Digunakan sebagai bronkodilator pada obstruksi jalan pernapasan secara
reversibel atau untuk pencegahan bronkospasma. Serta digunakan juga sebagai
terapi bronkopneumonia untuk melancarkan jalannya pernapasan. Dosis pemberian
nebu ventolin telah sesuai dengan dosis yang tercantum pada literatur. Dosis yang
tercantum pada literatur yaitu dosis 1,25-5 mg setiap 4-8 jam (Drug Information
Handbook), salbutamol nebulasi 1 ampul (2,5 mg/2,5 ml) dengan ditambahkan
NaCl hingga memenuhi volume isi sekitar 5 ml (Buku Pedoman Tatalaksana
Pneumonia, 2015).
Pada Nebu Ventolin:NacL ini tidak terdapat kontra indikasi, inkompatibilitas,
interaksi Obat dan DRP antar obat yang digunakan.

- KAEN 1B

Alasan pemberian :
Pada saat awal masuk IGD pasien diberikan infus KAEN 1b dengan dosis
20 tpm makro. Penggunaan infus KAEN 1b digunakan untuk menyalurkan atau
mengganti cairan & elektrolit pada kondisi seperti dehidrasi pada pasien yang
kekurangan karbohidrat, penyakit yang belum diketahui penyebabnya, pra & pasca
op. Namun pemberian infus KAEN 1b secara makro kurang tepat seharusnya
diberikan dengan ukuran mikro.

Cara Menghitung Kebutuhan Cairan Melalui Infus

Kasus :

Sediaan larutan infus = 500 ml


𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘𝑘𝑎𝑛 (𝑚𝑙)
Tpm (Makro) = 𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑖𝑛𝑓𝑢𝑠 (𝑗𝑎𝑚)𝑥 3

500 𝑚𝑙
=24 = 7 𝑡𝑝𝑚
𝑗𝑎𝑚 𝑥 3

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘𝑘𝑎𝑛 (𝑚𝑙)


Tpm (Mikro) = 𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑖𝑛𝑓𝑢𝑠 (𝑗𝑎𝑚)

500 𝑚𝑙
= = 20 𝑡𝑝𝑚
24 𝑗𝑎𝑚

Untuk terapi rehidrasi kurang tepat jika diberikan Infus KAEN 1b. Terapi
infus berikutnya dilakukan pergantian pemberian cairan infus. Oleh karena itu,
pasien diberikan infus KA-EN 3B dengan Kalium sebesar 20 mEq/L untuk
rumatan/ pemeliharaan selama rawat inap (Leksana, 2015).

Terapi Obat Infus KAEN 1b (IGD)  20 tpm makro

D. KESIMPULAN
Daftar Pustaka
Alberta Medical Assosiation. 2008. Guideline for the Diagnosis and Management of
Croup. Kanada.

Dicky, A dan Janar A. 2017. Tatalaksana Terkini Bronkopneumonia Pada Anak di RS


Abdul Moeloek. Vol 7 No 2. Universitas Lampung.

Aberg, J.A., Lacy,C.F, Amstrong, L.L, Goldman, M.P, and Lance, L.L., 2009, Drug
Information Handbook, 17th edition, Lexi-Comp for the American Pharmacists
Association.

Bradley JS, Byington CL, Shah SS, Alverson B, Carter ER, Harrison C et al., 2011,
Executive summary: The management of community-acquired
pneumonia in infants and children older than 3 months of age: Clinical
practice guidelines by the Pediatric Infectious Diseases Society and the Infectious
Diseases Society of America, Clinical Infectious Diseases Advance Access,
53(7):617-630.
Kemenkes RI, 2012, Modul Tatalaksana Standar Pneumonia, Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia: Jakarta.
Omar, Zainudin, Aziz, Rasid, Nurani, Kiong, et al., 2005, Clinical Practice Guidelines on
Pneumonia and Respiratory Tract Infections in Children, Clinical Practice
Guideline Committee: Kuala Lumpur.
Ardyati, S .dkk. 2017. Pengaruh Pemberian Steroid Sebagai Terapi Tambahan Terhadap
Rata-rata Lama Pasien di Rawat di RS dan Tanda Klinis Pada Anak dengan
Pneumonia. Jurnal Farmasi Klinik Vol 6 No 3 Hlm 181-189 ISSN 2252-6218.
Bantul.

Anda mungkin juga menyukai