Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN INDIVIDU

STASE INSTALASI FARMASI RAWAT INAP


RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING

Pemantauan Terapi Obat Pasien Obsgyn


Diagnosis: KPD (Ketuban Pecah Dini)

Pembimbing
Joko Sudibyo, S.Si., Apt.

Disusun Oleh

Gurit Timur Pratiwi (Universitas Ahmad Dahlan)


Kelompok B

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING
YOGYAKARTA
2019
BAB I

PENDAHULUAN

Ketuban pecah dini (KPD) atau ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW) sering disebut

dengan premature repture of the membrane (PROM) didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban

sebelum waktunya melahirkan. Pecahnya ketuban sebelum persalinan atau pembukaan pada

primipara kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm. Hal ini dapat terjadi pada kehamilan

aterm maupun pada kehamilan preterm. Pada keadaan ini dimana risiko infeksi ibu dan anak

meningkat. Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam masalah obstetri yang juga dapat

menyebabkan infeksi pada ibu dan bayi serta dapat meningkatkan kesakitan dan kematian pada ibu

dan bayi (Purwaningtyas, 2017).

Dampak yang paling sering terjadi pada KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu adalah

sindrom distress pernapasan (RDS atau Respiratory Disterss Syndrome), yang terjadi pada 10-40%

bayi baru lahir. Risiko infeksi akan meningkat prematuritas, asfiksia, dan hipoksia, prolapse

(keluarnya tali pusat), resiko kecacatan, dan hypoplasia paru janin pada aterm. Hampir semua KPD

pada kehamilan preterm akan lahir sebelum aterm atau persalinan akan terjadi dalam satu minggu

setelah selaput ketuban pecah. Sekitar 85% morbiditas dan mortalitas perinatal ini disebabkan oleh

prematuritas akibat dari ketuban pecah dini.

Pada praktiknya manajemen KPD saat ini sangat bervariasi. Manajemen bergantung pada

pengetahuan mengenai usia kehamilan dan penilaian risiko relatif persalinan preterm versus

manajemen ekspektatif. Seiring dengan berkembangnya pengetahuan dan bertambah pemahaman

mengenai risiko-risiko serta faktor-faktor yang mempengaruhi, diharapkan ada suatu pedoman dalam

praktik penatalaksanaan KPD aterm dan KPD preterm, seperti waktu persalinan, penggunaan

medikamentosa, dan praktik pemilihan/ pengawasan terhadap manajemen ekspektatif, karena masih

banyaknya variasi mengenai manajemen KPD, khususnya KPD preterm. Dengan adanya pendekatan

penatalaksanaan yang sistematis dan berbasis bukti ataupun konsensus maka diharapkan luaran

persalinan yang lebih baik (POGI, 2016).


BAB II
TUJUAN PKPA

Tujuan dari kegiatan penugasan PKPA PK 2 pada bagian Pemantauan Terapi Obat (PTO)

adalah agar mahasiswa profesi apoteker dapat mencapai dua area kompetensi yaitu mampu

melakukan kegiatan pemantauan terapi obat dan mampu melakukan kegiatan klinis. Adapun tujuan

spesifik diuraikan sebagai berikut:

1. Agar mahasiswa mampu mengkaji pemilihan obat, dosis obat, cara pemberian obat, respon terapi,

reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD).

2. Agar mahasiswa mampu mengisi lembar kerja pemantauan terapi obat.

3. Agar mahasiswa mampu mengevaluasi terapi pada pasien sesuai dengan perkembangan kondisi

pasien berdasarkan data klinis.

4. Agar mahasiswa mampu memonitoring parameter keberhasilan terapi obat pasien.

5. Agar mahasiswa mampu menganalisis Drug Related Problem (DRP).

6. Agar mahasiswa mampu memberikan rekomendasi terhadap timbulnya DRP yang terjadi.
BAB III
KEGIATAN DAN PENUGASAN

Kegiatan PKPA Praktek Klinik 2 (PK) kelompok B dilakukan pada tanggal 8 April - 13 April

2019. Kegitan ini dilakukan secara perkelompok dan individu. Kegiatan yang dilakukan perkelompok

adalah Unit Dose Dispensing (UDD) dan Aseptic Dispensing. Sementara Pemantauan Terapi Obat

(PTO) dilakukan secara individu.

Kegiatan Pemantauan Terapi Obat (PTO) dilakukan pada bagian bangsal anak, obsgyn, dan

bedah. Pada kasus anak dilakukan dengan melihat rekam medik yang berada di bangsal Na’im,

bangsal At-tin untuk kasus bedah, dan bangsal firdaus untuk kasus obsgyn. PTO dilakukan pada

pasien dengan kelas 2 atau 3. Setiap mahasiswa PKPA mendapatkan 3 kasus ringan yang terdiri dari

satu anak, obsgyn, dan bedah.

Kriteria inklusi pasien:

1. Pasien anak, ibu hamil atau melahirkan dan pasien yang mengalami operasi.

2. Pasien kelas 2 atau 3

3. Pasien yang memiliki kasus ringan dan tidak complicated

4. Pasien yang datang mulai tanggal 8 dan memiliki Length of Stay minimal 3 hari

Kriteria eksklusi pasien:

1. Pasien dengan kasus yang berat dan complicated

2. Pasien yang hanya memiliki Length of Stay kurang dari 3 hari

3. Pasien kelas 1, VIP dan VVIP

Pasien yang masuk dalam kriteria inklusi selalu dipantau setiap hari perkembangannya hingga

pasien keluar dari rumah sakit. Pemantauan dilakukan melalui rekam medik dan menanyakan

langsung kepada pasien. Data yang diambil dari rekam medik berupa data SOAP, data penggunaan

obat oleh pasien, data tanda vital dan data lab. Data ditulis di lembar form pemantauan terapi pasien.

Adapun alur kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :


Melakukan penelurusuran di komputer mengenai data pasien rawat inap
yang sesuai dengan kriteri inklusi dan eksklusi

Melihat rekam medik pasien yang sesuai kriteria ke bangsal perawatan

Menulis di lembar kerja Pemantauan Terapi Obat

Melakukan analisa terhadap permasalahan yang berkaitan dengan obat

Melakukan visite ke pasien apabila ada informasi yang diperlukan untuk


analisis kasus

BAB III
Melaporkan ke pereseptor apabila ada DRP yang ditemukan
PEMBAHASAN
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING RM


INSTALASI FARMASI

Nama : Istikomah Nomor RM : 1 9 2 6 9 4


6 8
Tgl lahir/Umur : 17-5-1987 / 31 th BB : 65 kg; TB : 152 cm; Kamar : Firdaus 207 Bed 2

RPM : RPD : Preeklampsia, SC 2x

DPJP : dr. Alfaina, Sp.OG Diagnosis : G3P2A0 39+5 weeks, KPD

Merokok : - batang/hr; Kopi : - gelas/hr; Lainnya : -


Alergi : -

RIWAYAT PENGGUNAAN OBAT HARIAN


Diisi oleh Apoteker yang merawat :
Parameter Nilai 8/4/19 9/4/19 10/4/19
Tanda Vital

Penyakit / Normal
Tanggal
Tekanan Darah 120/80 114/70 - -
(mm Hg)
Nadi (kali per 70-80 85 - -
menit)
Suhu Badan (oC) 36 36,8 37,9 -
Respirasi (kali per 16-20 18 - -
menit)
Nyeri + + +
ASI tidak keluar - + -
KELUHAN

Laboratorium Nilai 8/4/19 9/4/19 10/4/19


Laboratorium Rutin

Rutin / Tanggal Normal


HB (7.14) 12-18 12,4
Kertas lakmus Biru
HB (16.09) 12-18 12,1
Leukosit 4000- 9230
11000
Hematokrit 37-54 39
Trombosit 150-400 174
GDS 70-140 58
HbsAg Non
reaktif
Terapi (Nama Aturan 8/4/19 9/4/19 10/4/19
Obat, Kekuataan) Pakai
ceftriaxone 1gr inj Tiap 12 V v -
jam
RUTE PARENTERAL

Ketorolac 30 mg Tiap 8 jam V - -


inj
Marcain 0,5% 4 Prn V - -
ml inj
Ondansentron Prn V - -
4mg/2ml
Syntocinon 1 ml Prn V - -
inj
Postpargin 2 mg Prn V - -
inj

Cefadroxil 500 mg Tiap 12 v v


jam
Asam mefenamat 3x1 v v
500 mg
RUTE ORAL

Livron B plex 2x1 v v


Vit A 2000 iu Tiap 24 v v
jam
Gastrul Prn V
(intravaginal)

RL v v v
DS v
I.V.F.D.

BB : Berat Badan; TB : Tinggi Badan; RPM : Riwayat Penyakit saat MRS; RPD : Riwayat Penyakit Dahulu
RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING RM
INSTALASI FARMASI

Nama : Istikomah Nomor RM : 1 9 2 6 9 4

Tanggal lahir / Umur : 17-5-1987/31 th Berat Badan : 65 kg Tinggi Badan : cm

PEMANTAUAN TERAPI OBAT (2)


Diisi oleh Apoteker yang merawat :

Tangg Asuhan Kefarmasian Nama &


al & Paraf
Jam Subyektif Obyektif Assesment (DRP) Planning Apoteker
Pasien datang
Sudah Tepat.
ke rumah sakit
menyatakan
Pemberian obat :
hamil ketiga,
Ceftriaxone 1 gr inj
riwayat SC 2x
tiap 12 jam
HPL 10-4- TD : Lanjutkan terapi.
Ketorolac inj prn
2019. 135/95 Ceftriaxone tiap 12
Ondansentron inj
Mengeluh Nadi : 85 jam
8-4-19 prn
kenceng2 RR : 18 Ketorolac inj prn
06.00 Syntocinon 1 ml
keluar air T : 36,8
prn
ketuban sejak Kertas Monitoring keluhan,
Marcain inj prn
jam 03.00. lakmus nyeri bagian SC dan
Pospargin 2 mg prn
Diagnosis : biru tanda vital
Gastrul tab prn
KPD dan akan
RL
segera
dilakukan
opeasi sectio
caesario (SC)
TD :
114/70 Lanjutkan terapi.
N : 85 Ceftriaxone tiap 12
T : 36,8 jam
RR :18 Sudah Tepat Ketorolac inj prn
HB :12,4 Vit A 2000 iu
Pasien
AL: 9230 Pemberian obat :
8-4-19 mengeluh
HMT : Ceftriaxone 1 gr inj Konseling
08.00 nyeri pada
39 tiap 12 jam mengkonsumsi
bagian SC
AT : 58 RL makanan/minuman
HbsAg: manis.
Non Monitoring keluhan,
reaktif nyeri bagian SC dan
GDS : 58 tanda vital

Pasien
Sudah Tepat Lanjutkan terapi.
9-4-19 mengeluh TD :
Cefadroxyl 500 mg
16.00 nyeri pasca 138/86
Pemberian obat : tiap 12 jam
operasi SC,
pusing (-), Ceftriaxone 1 gr inj Asam Mefenamat
mual muntah tiap 12 jam 500mg tiap 8 jam
(-), ASI belum Cefadroxyl 500 Livron Bplex tiap 12
keluar mgtiap 12 jam jam
Asam Mefenamat Vit A 2000 iu
500mg tiap 8 jam RL
Livron Bplex tiap Ketorolac inj prn
12 jam
Vit A 200000 si Edukasi IMD oleh
RL bidan/perawat.
DS Monitoring keluhan,
nyeri bagian SC dan
tanda vital
Sudah Tepat

Pemberian obat : Lanjutkan terapi.


Cefadroxyl 500 mg Cefadroxyl 500 mg
tiap 12 jam tiap 12 jam
Pasien
Asam Mefenamat Asam Mefenamat
mengeluh
500mg tiap 8 jam 500mg tiap 8 jam
nyeri pasca
Livron Bplex tiap Livron Bplex tiap 12
operasi SC,
12 jam jam
pusing (-),
10-4- Vit A 200000 si
mual muntah
19 - RL Konseling cara
(-), ASI sudah
09.00 meminum obat
keluar
Pemberian obat khususnya
pulang : cefadroxyl.
Pasien sudah
Cefadroxyl 500 mg Monitoring keluhan
diperbolehkan
tiap 12 jam efek samping obat
pulang.
Asam Mefenamat khususnya ketorolac
500mg tiap 8 jam inj dan asam
Livron Bplex tiap mefenamat
12 jam
BAB V

ANALISIS LAPORAN

Pasien obsgyn Ny.I (31 tahun) datang ke rumah sakit pada tanggal 8-4-2019 dengan keluhan

perut kenceng-kenceng dan air ketuban telah pecah sejak jam 03.00 WIB. Pasien memiliki riwayat

sectio caesario sebanyak 2x dengan alasan pre eklampsia. Pasien didiagnosis G3P2A0 39+5 weeks,

KPD.

Ketuban pecah dini (KPD) atau ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW) sering disebut

dengan premature repture of the membrane (PROM) didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban

sebelum waktunya melahirkan. Pada keadaan ini dimana risiko infeksi ibu dan anak meningkat.

Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam masalah obstetri yang juga dapat

menyebabkan infeksi pada ibu dan bayi serta dapat meningkatkan kesakitan dan kematian pada ibu

dan bayi (Purwaningtyas, 2017). Berikut adalah manajemen penangan ketuban pecah dini menurut

Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (2016) :


Pada tanggal 8-4-2019, pasien menjalani operasi sectio caesario (SC) atau bedah sesar.

Wanita yang melakukan persalinan secara bedah sesar memiliki resiko infeksi lebih besar 5-20 kali

lipat dibandingkan pesalinan normal. Infeksi bedah sesar yang biasanya terjadi yaitu demam, infeksi

luka, endometritis, dan infeksi saluran kemih. Menteri Kesehatan RI sesuai dengan yang tercantum

pada PMK RI no 2406/Menkes/Per/XII/2011 tentang Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik sangat

merekomendasikan (grade A), pemberian antibiotik profilaksis pada bedah SC dengan rute intravena

dan diberikan ≤ 30 menit sebelum insisi kulit. Antibiotik profilaksis dianjurkan pada

persalinan bedah sesar karena dapat mencegah atau mengurangi kejadian infeksi yang disebabkan

oleh kuman pada saat operasi. Pedoman praktis klinis tentang antibiotik profilaksis tindakan bedah

yang dikeluarkan oleh The American Society of Health system Pharmacists (ASHP)

merekomendasikan Ampisilin-Sulbaktam, Cefazolin, Ceftriaxone dan beberapa antibiotik lain. Pada

kasus kali ini, satu jam sebelum menjalani SC pasien diberi antibiotik profilaksis Ceftriaksone 1 gr

injeksi. Penggunaan antibiotik profilaksis di setiap rumah sakit berbeda disesuaikan dengan pola

bakteri dan kepekaan di rumah sakit yang bersangkutan. Kemudian pasien diberikan injeksi

syntocinon (Oxytocin), injeksi pospargin (methylergotamine), dan tablet gastrul (misoprostol) untuk

menginduksi persalinan, pasien juga diberikan injeksi marcain (Bupivakain HCl) untuk anestesi, dan

injeksi ondansentron untuk antiemetik pasca operasi dan injeksi ketorolac untuk anti nyeri.

Tingginya angka morbiditas pasca operasi akan menyebabkan bertambahnya waktu

penyembuhan, lama tinggal, dan menambah biaya rawat inap di rumah sakit. Oleh karena itu,

pengelolaan nyeri pasca operasi yang optimal, bukan saja merupaka upaya mengurangi penderitaan

penderita tetapi juga meningkatkan kualitas hidup pasien (Widodo, 2011). Berikut adalah panduan

terapi nyeri oleh WHO Ladder


Ketorolak adalah suatu obat analgetik anti inflamasi non steroid (OAINS) atau Non Steroid

Inflammatory Drugs (NSID) yang menunjukkan efek analgesik yang potensial namun efek anti

inflamasinya sedang, dapat diberikan secara intramuskular atau intravena. Obat ini berguna untuk

mencegah nyeri pasca bedah, baik sebagai obat tunggal atau diberikan bersama opioid (Marino dan

Sutin, 2007).

Pada tanggal 9-4-2019 pasien mengeluhkan nyeri pada bagian perut (pasca operasi) dan ASI

yang belum keluar. Menurut Desmawati (2013), alasan ASI tidak keluar pada hari pertama dapat

disebabkan oleh tidak adanya stimulasi isapan dari bayi akibat pengaruh dari keterpisahannya

ruangan ibu dan bayi. Pengeluaran ASI pada ibu dengan SC lebih lambat dibanding ibu yang

melahirkan normal dan disebabkan oleh banyak faktor diantaranya posisi menyusui yang kurang
tepat, nyeri pasca operasi dan mobilisasi yang kurang. Sebelum pemberian kolagoga, lebih baik

mengoptimalkan Iniasiasi Menyusui Dini (IMD) untuk mengaktifkan hormon prolaktin.

Terapi pengobatan yang diberikan pada pasien pada tanggal 9-4-2019 adalah injeksi

ceftriaxon, cefadroxil 500 mg, asam mefenamat 500 mg, Livron Bplex dan vitamin A 200000 SI.

Menurut Departemen Kesehatan (2009), ibu nifas (0-42 hari) harus diberikan kapsul vitamin A dosis

tinggi karena pemberian 1 kapsul vitamin A merah cukup untuk meningkatkan kandungan vitamin

A dalam ASI selama 60 hari, pemberian 2 kapsul vitamin A merah diharapkan cukup menambah

kandungan dalam ASI sampai bayi berusia 6 bulan, kesehatan ibu cepat pulih pada ibu nifas, dan

mencegah infeksi pada ibu nifas.

Pada tanggal 10-4-2019, pasien mengatakan merasakan nyeri ringan, ASI sudah keluar dan

telah diperbolehkan pulang. Obat yang dibawa pulang pasien ialah cefadroxil 500 mg sebanyak 10

tablet untuk antibiotik diminum setiap 2 x sehari sampai habis, asam mefenamat 500 mg sebanyak

15 tablet sebagai anti nyeri diminum 3 x sehari, dan Livron Bplex sebanyak 10 tablet sebagai

multivitamin.
BAB VI
REKOMENDASI

Konseling kepada pasien untuk mengkonsumsi obat secara tepat khusunya antibiotik dan
informasikan kepada pasien untuk kontrol luka pasca operasi sesuai waktu yang telah ditentukan. Tak
lupa, memonitoring keluhan pasien dan kemungkinan efek samping obat khususnya dari ketoralac
dan asam mefenamat.
BAB VII
DAFTAR PUSTAKA

RS PKU Muhammadiyah Gamping, 2018, Formularium RS PKU Muhammadiyah Gamping, Sleman,

RS PKU Muhammadiyah Gamping.

Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) Himpunan Kedokteran Feto Maternal, 2016,

Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Ketuban Pecah Dini, diunduh dari

https://www.academia.edu/29301006/Pedoman_Nasional_Pelayanan_Kedokteran_KETUBA

N_PECAH_DINI pada tanggal 11-4-2019.

Marino, P.L, Sutin, K.M. 2007, Analgesia and station.The ICU book 3rd ed. Philadelphia: Lippincot

Williams & Wilkins.

Desmawati, 2013, Penentu Kecepatan Pengeluaran Air Susu Ibu setelah Sectio Caesarea, Fakultas

Ilmu Kesehatan UPN Veteran.

Direktorat Bina Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan. 2009. Panduan Manajemen Suplementasi Vitamin
A.

Anda mungkin juga menyukai