Anda di halaman 1dari 40

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

PEMANTAUAN TERAPI OBAT PADA PASIEN DENGAN


DIAGNOSA STROKE NON HEMORAGIK DAN RIWAYAT
HIPERTENSI DI RSAL DR. MINTOHARDJO

LAPORAN
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Praktikum Farmasi Rumah Sakit

Dosen Pembimbing:
Dr Yanis Musdja, MSi, Apt.
Nisphi Amalia, MFarm, Apt.

Disusun Oleh:

Dwi Puspita Ayunigttyas 11151020000100

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah, dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat
menyelesaikan laporan praktik kerja lapangan yang berjudul “Pemantauan Terapi
Obat Pada Pasien dengan Diagnosa Stroke Non Hemoragik dengan Riwayat
Hipertensi di RSAL DR.MINTOHARDJO”.
Karya ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas tugas
praktik kerja lapangan pada Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penyusun menyadari bahwa kegiatan praktik kerja lapangan dan laporan praktik
kerja lapangan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik yang
membangun penyusun butuhkan demi kesempurnaan karya ilmiah yang akan datang.
Penyusun berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya
dan pembaca pada umumnya.

Ciputat, 21 Maret 2018

Penyusun
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktik Kerja Lapangan ini diajukan oleh:


Nama : Dwi Puspita Ayuningtyas
NIM : 11151020000100
Judul : Pemantauan Terapi Obat Pada Pasien dengan Diagnosa Stroke Non
Hemoragik dengan Riwayat Hipertensi di RSAL DR.MINTOHARDJO

Sebagai tugas akhir Praktik Kerja Lapangan Program Studi Farmasi, Fakultas Ilmu
Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL)
Tangerang Selatan periode 1 Maret 2019 sampai 15 Maret 2019

Telah distujui oleh:

Pembimbing Prodi Farmasi UIN Syarif Pembimbing PKL


Hidayatullah RSUD Tangerang Selatan
Jakarta

Dr. Yanis Musjda. MSi, Apt. Nisphi Amalia, MFarm, Apt.


NIP. NIP.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................................iii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iv
BAB I................................................................................................................................6
ANALISA DATA.............................................................................................................6
1.1. Identitas Pasien...................................................................................................6
1.2. Catatan Awal Medis Rumah Sakit......................................................................6
1.3. CPPT (Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi)..........................................7
1.4. Data Objektif......................................................................................................8
1.5. Diagnosa.............................................................................................................9
1.6. Obat yang Digunakan.........................................................................................9
1.7. Terapi Obat Pulang...........................................................................................10
BAB II.............................................................................................................................11
TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................................11
2.1. Tatalaksana Pemantauan Terapi Obat..................................................................11
2.2. Definisi Stroke..................................................................................................13
2.3. Klasifikasi Stroke..............................................................................................13
2.4. Patofisiologi Stroke Iskemik.............................................................................14
2.5. Diagnosa dan Manifestasi Klinik Stroke Iskemik............................................15
2.6. Penatalaksanaan Terapi Stroke Iskemik...........................................................15
2.7. Central Post Stroke Pain...................................................................................19
2.8. Penatalaksanaan Terapi Hipertensi pada Pasien Stroke...................................20
BAB III............................................................................................................................21
HASIL PENGAMATAN................................................................................................21
BAB IV............................................................................................................................26
PEMBAHASAN.............................................................................................................26
BAB V.............................................................................................................................30
KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................31
LAMPIRAN....................................................................................................................33
BAB I

ANALISA DATA

1.1. Identitas Pasien


1. Nama : Tn B
2. Tempat Tanggal Lahir : Dampit, 9 Februari 1967
3. Usia : 52 tahun 22 hari
4. Pekerjaan : TNI AL
5. Agama : Islam
6. Alamat : BOGOR
7. Status : BPJS
8. Tanggal Masuk : 3 Maret 2019 pukul 12.30

1.2. Catatan Awal Medis Rumah Sakit

1. Keluhan Utama
- Lemah tubuh sisi kanan sejak 1 hari SMRS
2. Riwayat Penyakit Sekarang
- Tubuh sisi kanan dirasa baal, nyeri kepala, mual, muntah disangkal.
- Obat rutin : Miniaspi 1x80 mg, Gabapentin 3x100 mg, Amlodipin 1x 10 mg,
PCT 3x 500 mg
3. Riwayat Penyakit Dahulu
- Hipertensi (+) ( Amlodipin)
- Riwayat Stroke (+)
4. Riwayat Penyakit Dalam Keluarga :-
5. Riwayat Pekerjaan : TNI ALPemeri
6. Status Sosial : Hubungan dengan keluarga baik
7. Status Ekonomi : BPJS – TNI AL
8. Status Kejiwaan dan Kebiasaan : Baik

6
9. Pemeriksaan Umum
- Kesadaran : CM
- Suhu 36°C
- Tekanan Darah : 150/90 mmHg
- Nadi : 70 x /menit
10. Diagnosis Kerja
- Stroke Infark berulang
- Hipertensi grade II
- Hipokalemia
11. Pengobatan
- RL 14 tpm
- Citicholin 2x 250 mg
- Aspilet 1x1 tablet
- Clopidogrel 1x75 mg
- Simvastatin 1x 20 mg
- KSR 1X1 tab

1.3. CPPT (Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi)

1.4. Tanggal Subjective Objective Assesmen Plan


4/03 Kebas tubuh sebelah TD : 130/90 Stroke Alpentin 3 x 100 mg
kanan Skala nyeri :
4/4 | 5/5
5/03 Nyeri dan baal pada TD : 160/100 SNH - Infus aff
bahu kanan Skala Nyeri : Frozen - Citicholin (stop)
4/5 | 5/5 shoulder - Aspilet 1x 80 mg
- Klopidogrel (stop)
- Simvastatin 1 x 20mg
- KSR 1x1 tab
- Na Diklofenac 1 x 50 mg
- Eperison 2 x 50 mg
- Foto cervical
Data Objektif

7
Data Nilai 3/03 4/03 5/03 6/03
Objektif Rujukan
Tekanan 140/90  150/90 130/90 150/100 150/90
Darah
 16-20x / 20 20 20 20
RR menit
HEMATOLOGI
Leukosit 5.000- 8.800/µl - - -
10.000/µl
Eritrosit 4 ,6-6,2 juta / 4,63 juta/ - - -
µl µl

Hemoglobin 14-16 g/dL 13,1 g/dL - - -


Hematokrit  42 – 48 % 40 % - - -
Trombosit 150.000 – 348.000 - - -
450.000 ribu ribu/ µl
/ µl
FUNGSI GINJAL
Ureum 17 ~ 43 21 mg/dL - - -
mg/dL
Kreatinin 0,7 ~ 1,3 0,8 mg/dL - - -
mg/dL
ELEKTROLIT
Natrium 134 ~ 146 140 - - -
mmol/L mmol/L
Kalium 3,5 ~ 4,5 3,29 - - -
mmol/L mmol/L
Clorida 96 ~ 108 103 - - -
mmol/L mmol/L
GLUKOSA <200 mg/dL 129 mg/dL - - -
DARAH
SEWAKTU

8
1.5. Diagnosa
Tanggal Diagnosa
3/03 Stroke Infark berulang,
Hipokalemia,
Hipertensi Grade II
4/03 Stroke
5/03 SNH
Frozen shoulder

1.6. Obat yang Digunakan

Obat 3/03 4/03 5/03


6 1 16 19 6 11 16 19 6 11 16 19
1
Infus
RL 14 Tpm v v V
Injeksi
Citicholin 250 mg v v v v STOP
Oral
Aspilet 80 mg v v v
Klopidogrel 75 mg v v v
Simvastatin 20 mg v v v
Alpentin 100 mg v v v v v v
OMZ 20 mg v v v
KSR v v v
Na Diclofenak 50 mg v v
Eperison 50 mg v v v

9
1.7. Terapi Obat Pulang

Nama Obat Rejimen terapi, Dosis &


Frekuensi

Alpetin Kapsul 100 mg Alpentin 100 mg 3x sehari

KSR KSR tablet 1x sehari

Aspilet Aspirin 80 mg 1x sehari

Simvastatin Simvastatin 20 mg 1x sehari

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tatalaksana Pemantauan Terapi Obat

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu unit/bagian di rumah sakit
yang melakukan pekerjaan dan memberikan pelayanan kefarmasian secara menyeluruh,
khususnya kepada pasien, profesional kesehatan rumah sakit serta masyarakat pada
umumnya.
Pemantauan terapi obat (PTO) adalah suatu proses yang mencakup kegiatan
untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien. Kegiatan
tersebut mencakup: pengkajian pilihan obat, dosis, cara pemberian obat, respons terapi,
reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD), dan rekomendasi perubahan atau alternatif
terapi. Pemantauan terapi obat harus dilakukan secara berkesinambungan dan dievaluasi
secara teratur pada periode tertentu agar keberhasilan ataupun kegagalan terapi dapat
diketahui. Tatalaksana Pemantauan Terapi Obat meliputi :
a. Seleksi Pasien
Pemantauan terapi obat (PTO) seharusnya dilaksanakan untuk seluruh pasien.
Mengingat terbatasnya jumlah apoteker dibandingkan dengan jumlah pasien, maka
perlu ditentukan prioritas pasien yang akan dipantau. Seleksi dapat dilakukan
berdasarkan:
- Kondisi Pasien.
 Pasien yang masuk rumah sakit dengan multi penyakit sehingga
menerima polifarmasi.
 Pasien kanker yang menerima terapi sitostatika.
 Pasien dengan gangguan fungsi organ terutama hati dan ginjal.
 Pasien geriatri dan pediatri.
 Pasien hamil dan menyusui.
 Pasien dengan perawatan intensif.

11
- Obat
 Jenis Obat
Pasien yang menerima obat dengan risiko tinggi seperti : obat dengan indeks
terapi sempit (contoh: digoksin,fenitoin), obat yang bersifat nefrotoksik
(contoh: gentamisin) dan hepatotoksik (contoh: OAT), sitostatika (contoh:
metotreksat), antikoagulan (contoh: warfarin, heparin), obat yang sering
menimbulkan ROTD (contoh : metoklopramid, AINS), obat kardiovaskular
(contoh: nitrogliserin).
 Kompleksitas regimen
Pasien yang menerima pengobatan dengan kondisi Polifarmasi, Variasi rute
pemberian, Variasi aturan pakai, dan Cara pemberian khusus (contoh:
inhalasi)
b. . Pengumpulan Data Pasien
Data dasar pasien merupakan komponen penting dalam proses PTO. Data
tersebut dapat diperoleh dari: rekam medik, profil pengobatan pasien/pencatatan
penggunaan obat, wawancara dengan pasien, anggota keluarga, dan tenaga kesehatan
lain. Rekam medik merupakan kumpulan data medik seorang pasien mengenai
pemeriksaan, pengobatan dan perawatannya di rumah sakit. Data yang dapat diperoleh
dari rekam medik, antara lain: data demografi pasien, keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang, riwayat penyakit terdahulu, riwayat penggunaan obat, riwayat keluarga,
riwayat sosial, pemeriksaan fisik, laboratorium, diagnostik, diagnosis dan terapi.
c. Identifikasi Masalah Terkait Obat
Setelah data terkumpul, perlu dilakukan analisis untuk identifikasi adanya
masalah terkait obat.
d. Rekomendasi Terapi
Tujuan utama pemberian terapi obat adalah peningkatan kualitas hidup pasien,
yang dapat dijabarkan sebagai berikut : Menyembuhkan penyakit (contoh: infeksi),
Menghilangkan atau mengurangi gejala klinis pasien (contoh: nyeri), Menghambat
progresivitas penyakit (contoh: gangguan fungsi ginjal) serta Mencegah kondisi yang
tidak diinginkan (contoh: stroke).

12
e. Rencana Pemantauan
Setelah ditetapkan pilihan terapi maka selanjutnya perlu dilakukan perencanaan
pemantauan, dengan tujuan memastikan pencapaian efek terapi dan meminimalkan efek
yang tidak dikehendaki.
f. Tindak Lanjut
Hasil identifikasi masalah terkait obat dan rekomendasi yang telah dibuat oleh
apoteker harus dikomunikasikan kepada tenaga kesehatan terkait. Kerjasama dengan
tenaga kesehatan lain diperlukan untuk mengoptimalkan pencapaian tujuan terapi.
Informasi dari dokter tentang kondisi pasien yang menyeluruh diperlukan untuk
menetapkan target terapi yang optimal. Komunikasi yang efektif dengan tenaga
kesehatan lain harus selalu dilakukan untuk mencegah kemungkinan timbulnya masalah
baru. (Departemen Kesehatan RI, 2009)

2.2. Definisi Stroke


Stroke adalah penyakit gangguan fungsional otak fokal maupun general secara
akut, lebih dari 24 jam kecuali pada intervensi bedah atau meninggal, berasal dari
gangguan sirkulasi serebral (Riyadina, W & Ekowati R, 2013). Gangguan syaraf pada
stroke menimbulkan gejala antara lain: kelumpuhan wajah atau anggota badan, bicara
tidak lancar, bicara tidak jelas (pelo), perubahan kesadaran, gangguan penglihatan, dan
lain-lain. Stroke merupakan penyebab disabilitas nomor satu dan penyebab kematian
nomor dua di dunia setelah penyakit jantung iskemik baik di negara maju maupun
berkembang. Stroke dapat mengakibatkan kematian atau kecacatan yang akan
menurunkan status kesehatan dan kualitas hidup penderita stroke.

2.3. Klasifikasi Stroke


Klasifikasi penyakit stroke terdiri dari beberapa kategori, diantaranya:
berdasarkan kelainan patologis, secara garis besar stroke dibagi dalam 2 tipe yaitu:
ischemic stroke disebut juga infark atau nonhemorrhagic disebabkan oleh gumpalan
atau penyumbatan dalam arteri yang menuju ke otak yang sebelumnya sudah
mengalami proses aterosklerosis. Ischemic stroke terdiri dari tiga macam yaitu embolic
stroke, thrombotic stroke dan hipoperfusi stroke.

13
Tipe kedua adalah hemorrhagic stroke merupakan kerusakan atau "ledakan" dari
pembuluh darah di otak, perdarahan dapat disebabkan lamanya tekanan darah tinggi dan
aneurisma otak. Ada dua jenis stroke hemorrhagic: subarachnoid dan intraserebral.
Akibat yang ditimbulkan oleh serangan stroke diantaranya kelemahan (lumpuh sebagian
atau menyeluruh) secara mendadak, hilangnya sensasi berbicara, melihat, atau berjalan,
hingga menyebabkan kematian (Arifianto, 2014)

2.4. Patofisiologi Stroke Iskemik


Stroke iskemkik terjadi saat aliran darah ke otak terganggu secara tiba-tiba
akibat adanya sumbatan pada pembuluh darah. Kejadian iskemia serebrovaskular paling
sering disebabkan karena adanya thrombosis, emboli, dan hipoperfusi darah ke otak
ketiganya dapat mengganggu aliran darah ke otak yang dapat mempengaruhi fungsi
neurologis akibat ketiadaan supply oksigen dan glukosa. Sekitar 45% kejadian stroke
iskemik disebabkan oleh adanya thrombus pada arteri kecil atau besar, dan sebanyak
20% disebabkan adanya emboli.
Tiga mekanisme patologi utama dari Stroke iskemik antara lain : thrombosis,
emboli, dan stroke hipotensif. Thrombosis serebral mengacu pada terjadinya
pembentukan thrombus (bekuan darah) didalam pembuluh arteri di otak, yang dapat
menyebabkan infark pada bagian otak. Sedangkan serebral emboli merupakan kejadian
terbentuknya bekuan darah dalam saluran sistemik pada lokasi lain selain di otak.
Stroke emboli terjadi ketika bekuan darah tersebut pecah dan terbawa oleh aliran darah
kemudian menyumbat pada pembuluh arteri cabang dengan ukuran kecil. Mekanisme
ketiga patologi stroke iskemik yaitu hipoperfusi sistemik akibat berkurangnya tekanan
arteri secara umum. Hal ini dapat disebabkan beberapa kondisi seperti henti jantung
akibat infark miokard, aritmia, atau hipotensi berat.
Otak mempunyai kecepatan metabolisme yang tinggi, dengan berat hanya 2%
dari berat badan, dan menggunakan 20% oksigen total dari 20% aliran darah sistemik.
Pada keadaan oksigenasi yang cukup, terjadi metabolism aerobic dari 1 mol glukosa
menghasilkan energy berupa 38 mol ATP yang diantaranya digunakan untuk
mempertahankan pompa ion ( Na-K pump), transpor neurotrasmiter ke dalam sel, serta
sintesis protein dan lipid. Sedangkan dalam keadaan stroke iskemik terjadi metabolisme

14
anaerobic dimana 1 mol glukosa menghasilkan energy 2 ATP akibat hambatan aliran
darah ke otak, sehingga proses fisiologi otak terganggu dan dapat menyebabkan
kematian sel.
Keadaan normal aliran darah otak dipertahankan oleh suatu mekanisme
otoregulasi kurang lebih 58 ml/100 gr/menit dan dominan pada daerah abu-abu dengan
mean arterial blood pressure (MAB) antara 50 – 160 mmHg. Mekanisme ini gagal
apabila terjadi perubahan tekanan yang berlebihan dan cepat atau pada stroke fase akut
(Rambe, 2006).

2.5. Diagnosa dan Manifestasi Klinik Stroke Iskemik


Gejala yang mungkin terlihat pada pasien dengan stroke iskemik secara umum
berupa kelemahan atau baal di salah satu sisi tubuh meliputi wajah, lengan atau
tungkai, gangguan pengelihatan, ketidakmampuan berbicara, mual muntah
khususnya stroke yang mengenai batang otak dan serebelum serta vertigo, atau
hilangnya keseimbangan.
Anamnesa terkait keadaan klinis , gejala serta riwayat perkembangan gejala
pada pasien menjadi hal penting untuk menuntun dokter dalam mnegakkan kausa
paling mungkin dari stroke pasien hal ini meliputi : Pemeriksaan fisik lengkap, CT
Scan dan MRI juga dapat memberikan konfirmasi definitive untuk menegakkan
dignosa stroke iskemik. ( Dipiro, et al, 2015)

2.6. Penatalaksanaan Terapi Stroke Iskemik


Tujuan utama pemberian terapi pada pasien stroke yaitu untuk mengurangi dan
mencegah terjadinya kerusakan neurologis serta mengurangi tingkat kematian dan
disabilitas jangka panjang, mencegah terjadinya komplikasi dan kerusakan fungsi
neurologis, serta mencegah keterulangan stroke.
Pendekatan umum penatalaksanaan pasien stroke antara lain memastikan
dukungan jantung dan pernapasan pada pasien memadai, serta melakukan CT scan
dengan segera untuk mengetahi apakah pasien mengalami stroke iskemik atau
hemoragik, mengevaluasi waktu onset pada pasien stroke iskemik untuk menilai apakah
pasien merupakan kandidat untuk mendapatkan terapi reperfusi.

15
Setelah periode stroke akut, terapi yang diberikan berfokus pada pencegahan
progresifitas kerusakan yang ditimbulkan, meminimalisir terjadinya komplikasi serta
memberikan strategi pencegahan sekunder untuk keterulangan stroke.

Gambar 2.1. Algoritma Terapi Pasien Stroke

Sumber : https://acls-algorithms.com/adult-stroke-algorithm/

Pilihan terapi farmakologi yang digunakan untuk penatalaksanaan stroke


iskemik antara lain :
a. Fibrinolitik/trombolitik (rtPA/ recombinant tissue plasminogen activator)
intravena

16
Golongan obat ini digunakan sebagai terapi reperfusi untuk mengembalikan
perfusi darah yang terhambat pada serangan stroke akut. Jenis obat golongan ini adalah
alteplase, tenecteplase dan reteplase, namun yang tersedia di Indonesia hingga saat ini
hanya alteplase. Obat ini bekerja memecah trombus dengan mengaktivasi plasminogen
yang terikat pada fibrin. Efek samping yang sering terjadi adalah risiko pendarahan
seperti pada intrakranial atau saluran cerna; serta angioedema. Kriteria pasien yang
dapat menggunakan obat ini berdasarkan rentang waktu dari onset gejala stroke dapat
dilihat pada tabel 1 (onset gejala <3 jam) dan 2 (onset gejala 3-4,5 jam). Waktu
memegang peranan penting dalam penatalaksanaan stroke iskemik akut dengan
fibrinolitik.
b. Antikoagulan
Unfractionated heparin (UFH) dan lower molecular weight heparin (LMWH)
termasuk dalam golongan obat ini. Obat golongan ini seringkali juga diresepkan untuk
pasien stroke dengan harapan dapat mencegah terjadinya kembali stroke emboli, namun
hingga saat ini literatur yang mendukung pemberian antikoagulan untuk pasien stroke
iskemik masih terbatas dan belum kuat. Salah satu meta-analisis yang membandingkan
LMWH dan aspirin menunjukkan LMWH dapat menurunkan risiko terjadinya
tromboembolisme vena dan peningkatan risiko perdarahan, namun memiliki efek yang
tidak signifikan terhadap angka kematian, kejadian ulang stroke dan juga perbaikan
fungsi saraf. Oleh karena itu antikoagulan tidak dapat menggantikan posisi dari aspirin
untuk penggunaan rutin pada pasien stroke iskemik.
c. Antiplatelet
Golongan obat ini sering digunakan pada pasien stroke untuk pencegahan
stroke ulangan dengan mencegah terjadinya agregasi platelet. Aspirin merupakan salah
satu antiplatelet yang direkomendasikan penggunaannya untuk pasien stroke.
Penggunaan aspirin dengan loading dose 325mg dan dilanjutkan dengan dosis 75-
100mg/hari dalam rentang 24-48 jam setelah gejala stroke.
d. Antihipertensi
Peningkatan nilai tekanan darah pada pasien dengan stroke iskemik akut
merupakan suatu hal yang wajar dan umumnya tekanan darah akan kembali turun
setelah serangan stroke iskemik akut. Peningkatan tekanan darah ini tidak sepenuhnya

17
merugikan karena peningkatan tersebut justru dapat menguntungkan pasien karena
dapat memperbaiki perfusi darah ke jaringan yang mengalami iskemik, namun perlu
diingat peningkatan tekanan darah tersebut juga dapat menimbulkan risiko perburukan
edema dan risiko perdarahan pada stroke iskemik. Oleh karena itu seringkali pada
pasien yang mengalami stroke iskemik akut, penurunan tekanan darah tidak menjadi
prioritas awal terapi dalam 24 jam pertama setelah onset gejala stroke, kecuali tekanan
darah pasien >220/120 mmHg atau apabila ada kondisi penyakit penyerta tertentu yang
menunjukkan keuntungan dengan menurunkan tekanan darah, hal ini dikarenakan
peningkatan tekanan darah yang ekstrim juga dapat berisiko terjadinya ensefalopati,
komplikasi jantung dan juga insufisiensi ginjal.
e. Agen Neuroprotektif
Golongan obat ini seringkali digunakandengan alasan untuk menunda
terjadinya infark pada bagian otak yang mengalami iskemik khususnya penumbra dan
bukan untuk tujuan perbaikan reperfusi ke jaringan. Beberapa jenis obat yang sering
digunakan seperti citicoline, flunarizine, statin, atau pentoxifylline. Citicoline
merupakan salah satu obat yang menjadi kontroversi penggunaannya hingga saat ini
untuk pasien dengan stroke iskemik,dimana penggunaan obat ini diharapkan dapat
melindungi sel membran serta stabilisasi membran sehingga dapat mengurangi luas
daerah infark.

Gambar 2.2. Evidence-Based Therapy pada Pasien Stroke Iskemik


Sumber : DiPiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer T.L. and DiPiro C. V., 2015, Pharmacotherapy
Handbook, Ninth Edit., McGraw-Hill Education Companies, Inggris

18
2.7. Central Post Stroke Pain

Central Post Stroke Pain (CPSP) merupakan keadaan dimana pasien


mengeluhkan nyeri akibat adanya lesi primer atau disfungsi sistem saraf pusat setelah
kejadian stroke. Sebagian besar pasien dengan CPSP mengeluhkan gejala terbakar, rasa
sakit, tusukan dan berdenyut. Rasa sakit dapat diperburuk oleh beberapa rangsangan
seperti gerakan, suhu, sentuhan atau stress. Prevalensi nyeri bahu pada pasien stroke
berkisar antara 11% dan 14%. Rasa sakit atau nyeri pada pasien dengan CPSP dapat
berlangsung lama dan memeberikan efek negative serta menurunkan kualitas hidup
pasien, maka perlu diberikan terapi farmakologi pada pasien stroke dengan CPSP
(Kumar et al., 2009). Beberapa obat dapat diberikan pada pasien dengan CPSP untuk
mengurangi rasa sakit antara lain :

Gambar 2.3. Pilihan terapi farmakologi pada pasien CPSP


Sumber : Kumar, Bishwanath et al. International Anesthesia Research Society : Central Post
Stroke Pain- A Review of Patophysiology and Treatment. 2009. Vol.108, No 5.

19
2.8. Penatalaksanaan Terapi Hipertensi pada Pasien Stroke
Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk stroke hemoragik dan iskemik,
dan merupakan faktor resiko untuk terjadinya stroke berulang. Manajemen tekanan
darah pasien selama fase akut stroke belum diketahui dengan pasti keuntungannya.
Pemberian agen antihipertensi pada pasien dengan riwayat stroke terutama dengan
tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg terbukti dapat menurunkan resiko terjadinya
stroke berulang. Obat antihipertensi pada pasien dengan stroke iskemik
direkomendasikan diberikan beberapa hari setelah onset stroke, dengan target tekanan
sistolik 120-130 mmHg dan tekanan diastolic 70-79 mmHg.

Gambar 2.5. Rekomendasi pada pasien Hipertensi dengan Stroke Iskemik


Sumber : ESC/ESH Guidelines for the Managemet of Arterial Hypertension 2018

Beberapa agen hipertensi direkomendasikan pada pasien hipertensi


dengan stroke iskemik untuk pencegahan keterulangan antara lain golongan RAS
(Renin-Angiotenin) Blocker, golongan Calcium Channel Blocker atau diuretik
Tiazid.

20
BAB III

HASIL PENGAMATAN

3.1 Rasionalitas Penggunaan Obat

No Nama Obat Regimen Obat (dosis, rute, Respon Farmakologi


. frekuensi) Efek utama Efek Samping
a. Yang diberikan pada pasien
b. Menurut literatur
1. Citicholin a. Diberikan pada pasien : Citicoline Gangguan GI, sakit
injeksi injeksi 250 mg 2x sehari bekerja kepala, hipotensi,
250 mg b. Literatur : pengobatan stroke menurunkan takikardia,
iskemik 250 mg – 2000 mg kadar glutamate bradikardia, dan
sehari pada otak dan kelelahan.
meningkatkan (Drugs.com)
ATP, sehingga
memeberikan
proteksi pada
otak dari
toksisitas
iskemik
(Drugs.com)
2. Aspilet a. Diberikan pada pasien : Bekerja Perdarahan akibat
Tablet 80 secara oral tablet 80 mg 1x mengahambat aspirin
mg sehari 4 tablet dan cyclooxygenase-
seterusnya 1 tablet 1 and 2 (COX-1
b. Literatur : Acute ischemic and 2), sehingga
stroke: Oral: 150-325 mg dapat
1x sehari, (DIH 17th Ed) menurunkan
pembentukan

21
prostaglandin;
memiliki efek
antiplatelet,
antipyretic,
analgesic, and
anti-inflamasi.
(DIH 17th Ed)
3. Klopidogrel a. Diberikan kepada pasien Mencegah Perdarahan akibat
75 mg secara oral tablet 75 mg 1x aktivasi reseptor clopidogrel, , mual,
sehari. GPIIb/IIIa, dyspepsia, gastritis,
b. Literatur : recent stroke, or sehingga dapat dan konstipasi
established arterial mengurangi terjadi pada 30
disease: Oral: 75 mg 1x agregasi platelet %pasien yang
sehari. (DIH 17th Ed) (DIH 17th Ed) mengkonsumsi
aspirin. (DIH 17th
Ed)
4. Simvastatin a. Diberiakan pada pasien Bekerja Gastrointestinal:
menghambat konstipasi (2%),
20 mg secara oral simvastatin 20
secara flatulence (1% to
mg sekali sehari pada kompetitif 2%), dyspepsia (1%)
(HMG-CoA) (DIH 17th Ed)
malam hari
reductase, enzim
b. Literatur : hiperlipidemia: yang
mengkatalis
Oral: 20-40 mg 1x sehari
biosintesis
di sore hari (DIH 17th Ed) kolesterol (DIH
17th Ed)

5. Alpentin a. Diberiakan kebada pasien Mengurangi SSP : Pusing (17%


nyeri jangka to 28%; ataksia
300 mg secara oral Alpentin 100
lama akibat (13%), fKelelahan
mg 3x sehari kerusakan saraf (11%) (DIH 17th Ed)
(Drugs.com)
b. Literatur :
Peripheral neuropathic
pain:

22
Dosis lazim awal yaitu
300mg dan 900mg per
hati. Dosis dapat
ditingkatkan bertahap
hingga maksimum
3600mg per hari.
(Drugs.com)
6. Omeprazol a. Diberikan kepada pasien Terapi untuk SSP : sakit kepala
gejala yang (3% to 7%),
tablet 20 secara oral OMZ tablet 1x
berkaitan dengan Dermatologi:
mg sehari gastroesophageal ruam(2%)
reflux disease
b. Literatur :
(GERD) (DIH Gastrointestinal:
Frequent heartburn (: Oral: 17th Ed) Diare (3% to 4%),
mual (2% to 4%),
20 mg/hari (DIH 17th Ed)
muntah (2% to 3%),
flatulence (3%),
konstipasi (1% to
2%) (DIH 17th Ed)
7. Na a. Diberikan kepada pasien Terapi untuk SSP: 3%: sakit
nyeri ringan kepala
Diklofenak secara oral Na diklofenak
sampai sedang
50 mg tablet 50 mg 2x sehari Gastrointestinal: 3%:
(DIH 17th Ed) mual muntah
b. Literatur :
(DIH 17th Ed)
Analgesia Oral: Dosis awal:
50 mg 3x sehari; dosis
maksimum: 150 mg/hari (DIH
17th Ed)
75 to 150 mg / hari dalam
dosis terbagi
(https://
www.medicines.org.uk
/emc/files/pil.2660.pdf)
8. Eperison 50 a. Diberikan kepada pasien Terapi untuk Pusing , insomnia,
muscle spasm, ruam kulit, gatal,
mg secara oral eperison tablet
bekerja sentral gangguan GI
dengan (MIMS.com)

23
50 mg 3x sehari merelaksasi otot
muscle
b. Literatur :
(MIMS.com)
Muscle spasms
Dewasa: 50 mg 3x sehari
(MIMS.com)
9. KSR tablet a. Diberikan kepada pasien Terapi dan Dermatologi: Ruam
pencegahan
600 mg secara oral KSR tablet 600
hipokalemia Endokrin &
mg (8 mEq) 1x sehari (DIH 17th Ed) metabolik:
Hiperkalemia
b. Literatur :
(DIH 17th Ed)
Hypokalemia ringan –
sedang : 120-240 mEq/hari
terbagi menjadi 3-4 dosis;
limit dosis 40-60
mEq/dosis.
(DIH 17th Ed)

3.2 Analisa DRP

24
No Parameter Hasil

1 Indikasi Tanpa Terapi Tidak ada

2 Pemilihan Obat Tidak Tepat Tidak ada

3 Dosis Terlalu Rendah KSR

4 Dosis Terlalu Tinggi Tidak ada

5 Efek Samping Obat Tidak ada

6 Potensi Interaksi Obat Tidak ada

7 Pasien Tidak Menggunakan Obat Penanganan riwayat penyakit


hipertensi tidak dilanjutkan

8 Obat Tanpa Indikasi Tidak ada

BAB IV

PEMBAHASAN

25
Kegiatan Pemantauan Terapi Obat dilaksanakan di Rumah Sakit Angkatan Laut
DR. Mintohardjo, Jakarta pusat pada periode 1 Maaret 2019 hingga 15 Maret 2019.
Kasus diambil dari 1 pasien rawat inap di ruangan P. Marore Lantai 4. Pasien
merupakan pasien dengan kategori mengalami resiko DRP sehingga perlu dilakukan
pemantauan terapi obat.

Tn B merupakan pasien usia 52 tahun datang ke rumah sakit pada tanggal 3


Maret 2019 dengan keluhan baal dan lemah sisi tubuh bagian kanan, sakit kepala mual
muntah disangkal. Tn B sebelumnya memiliki riwayat penyakit stroke sisi tubuh bagian
kiri dan hipertensi grade 2 dengan obat rutin yaitu : Miniaspi (aspirin) 1x 80 mg,
Gabapentin 3x100 mg, amlodipine 1x 10 mg dan PCT 3x 500 mg. Dokter memberikan
diagnosa awal berupa stroke infark berulang. Kemudian menyarankan pasien
melakukan uji laboratorium dengan pemeriksaan hemoglobin, leukosit, hematokrit,
trombosit, glukosa darah sewaktu, ureum, kreatinin, kadar natrium, kalium, dan klorida.
Selain itu dokter juga menyarankan pasien melakukan EKG dan CT scan. Dari hasil
pengujian laboratorium diketahui hanya kadar kalium pasien yang menunjukkan
dibawah rentang kadar normal. Sedangkan pada hasil CT scan menunjukkan tidak
adanya infark, perdarahan maupun lesi di parenkim dan batang otak.

Tatalaksana Pasien Stroke Iskemik

Diketahui dari hasil anamnesa pada pasien, onset stroke sudah berlangsung sejak
1 hari sebelumnya, dari hasil anamnesa tersebut dokter memberikan penanganan awal
pada Tn B dengan memberikan terapi antiplatelet aspirin dengan dosis 4 x 80 mg
dengan kombinasi clopidogrel tablet 1x 75 mg.

Menurut AHA/ASA (American Heart Association) 2018 Guideline Early


Management of Patient with Acute Ischemic Stroke tatalaksana awal pada pasien dengan
stroke iskemik akut dengan onset 24-48 jam, maka penanganan yang direkomendasikan
yaitu pemberian antiplatelet aspirin dengan rentang dosis 160-300 mg (Kelas
rekomendasi : I, Level of Evidence : A). Pemberian terapi kombinasi anti platelet aspirin
dan klopidogrel bersamaan dapat digunakan pada pasien dengan minor stroke (Kelas
rekomendasi : II, Level of Evidence:B). Dari hasil studi RCT pada pasien dengan minor
stroke menunjukkan pemberian kombinasi aspirin dan klopidogrel terbukti dapat

26
menurunkan resiko terjadinya major stroke tetapi dilain sisi meningkatkan resiko
perdarahan pada pasien (Johnston, SC, et al, 2018) Maka pemberian kombinasi ini
kurang direkomendasikan mengingat dapat meningkatkan resiko perdarahan, namun
pemberian terapi kombinasi dengan klopidogrel dihentikan oleh dokter pada tanggal 5
Maret 2019.

Terapi Neuroprotektif

Selain penanganan untuk stroke iskemik akut, dokter juga memberikan terapi
neuroprotektif pada Tn B. Golongan obat ini seringkali digunakan dengan alasan untuk
menunda terjadinya infark pada bagian otak yang mengalami iskemik khususnya
penumbra dan bukan untuk tujuan perbaikan reperfusi ke jaringan. Dalam hal ini pasien
diberikan terapi neuroprotektif yaitu Citicholin 2x250 mg. Efek perbaikan pada pasien
stroke dari pemberian Citicholin memang belum pasti, namun sebuah studi systematic
review meta analisis, mendukung penggunaan citicholin pada pasien dengan stroke
iskemik meskipun benefit yang dihasilkan masih dibawah dari terapi dengan rtPA
(Alteplase) (Secades et al., 2016).

Terapi Central Post Stroke Pain (CPSP)

Setelah onset stroke akut, Tn B mengeluhkan nyeri pada bahu sebelah kanan,
dan dokter mendiagnosa pasien mengalami frozen shoulder. Hal ini diakibatkan adanya
lesi primer atau disfungsi sistem saraf pusat setelah kejadian stroke, atau dikenal dengan
istilah central post stroke pain. Rasa sakit atau nyeri pada pasien dengan CPSP dapat
berlangsung lama dan memeberikan efek negative serta menurunkan kualitas hidup
pasien, maka perlu diberikan terapi farmakologi pada pasien stroke dengan CPSP.

Terapi farmakologi yang direkomendasikan untuk pengobata CPSP yaitu obat


golongan antiepilepsi seperti : amitriptyline, lamotrigine,dan gabapentin. (A, Frese, et
al, 2006). Sebuah studi yang dilakukan oleh Hesami, Omid et al, merekomendasikan
gabapentin sebagai obat lini pertama untuk terapi pasien stroke dengan CPSP, karena
keamanan, efikasi, dan interaksi obat yang minim dengan obat lain. Pemberian terapi
CPSP pada Tn B sudah tepat yaitu Alpentin (Gabapentin) 3x 100 mg (Hesami et al.,
2015)

27
Selain pemberian terapi CPSP dengan gabapentin, pemberian analgesik dan obat
antispasmodic juga perlu diberikan pada pasien dengan keluhan frozen shoulder, untuk
meringankan nyeri. Dalam hal ini pasien menerima pengobatan analgesik golongan
AINS Na diklofenak 2 x 50 mg dan Eperison 3 x50 mg.

Terapi Statin pada Pasien Stroke Iskemik

Obat golongan statin sering diberikan pada pasien stroke dengan tujuan
pencegahan sekunder stroke berulang. Selain dapat menurunkan kadar lipid dalam
darah, obat golongan statin juga memberikan efek vasodilaatasi, antitromboik, anti
inflamasi serta antioksidan. Namun belum ada data pasti terkait korelasi pemberian
statin dengan perbaikan pada pasien stroke iskemik. Sebuah studi systematic review
meta analisis dari 27 penelitian, menunjukkan bahwa terapi statin pada pasien stroke
menunjukkan adanya perbaikan (Thrift et al., 2013)

Tn B diberikan terapi statin yaitu simvastatin tablet 1 x 20 mg. Beberapa


evidence-based pemberian terapi statin pada pasien stroke sudah membuktikan adanya
benefit yang dihasilkan, namun direkomendasikan perlu adanya pengukuran data
laboratorium nilai LDL pada pasien yang dapat mendasari penggunaan obat golongan
statin.

Terapi Hipertensi pada Pasien Stroke Iskemik

Pada pasien hipertensi dengan stroke iskemik maka target tekanan darah pasien
perlu di jaga dalam rentang 130/70 – 139/79 mmHg. Manajemen tekanan darah pasien
selama fase akut stroke belum diketahui dengan pasti keuntungannya.Tekanan darah
pasien dapat meningkat atau normal pada terapi fase akut stroke. Namun pemberian
agen antihipertensi pada pasien dengan riwayat stroke beberapa hari setelah terapi
stroke iskemik akut terutama dengan tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg terbukti
dapat menurunkan resiko terjadinya stroke berulang (Kelas rekomendsi : I, Level of
evidence : A) (Williams et al., 2018)

Dalam hal ini selama perawatan tekanan darah Tn B berfluktuasi, namun tercatat
150/100 dan 150/90 dalam 2 hari terakhir perawatan yaitu tanggal dan 6 Maret 2019.
Terapi hipertensi tidak diberikan pada Tn B selama perawatan dan juga tidak diberikan

28
sebagai obat pulang. Maka perlu direkomendasikan pemberian obat antihipertensi pada
Tn B sebagai obat pulang untuk terapi hipertensi dan pencegahan stroke berulang.
Sebuah studi meta analisis merekomendasikan agen antihipertensi untuk pasien
hipertensi dengan stroke yaitu golongan calcium channel blocker yang terbukti lebih
efektif dalam pencegahan terjadinya stroke berulang diantara golongan obat
antihipertensi lainnya. Dalam hal ini direkomendasikan pemberian amlodipine 10 mg
1x1 ( Keun-Sik Hong, 2017)

Pemberian Potasium Klorida untuk Hipokalemia

Tn B didiagnosa hipokalemi dengan data laboratorium nilai kadar kalium 3,29


mmol/L dari nilai normal yaitu 3,5~4,5 mmol/L. Pengobatan pada pasien hipokalemia
ringan hingga sedang yaitu dengan pemberian potassium klorida 120-240 mEq dalam
dosis terbagi. Dengan minimal pemberian 40-60 mEq. (DIH 17th Ed) Tn B diberikan
KSR tablet 600 mg setara dengan 8 mEq satu kali sehari. Dalam hal ini dosis pemberian
potassium klorida terlalu kecil, dan direkomendasikan peningkatan frekuensi pemberian
enjadi KSR tablet 600 mg 5 kali sehari.

29
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemantauan terapi obat yang dilakukan pada Tn B
disimpulkan bahwa :
a. Terdapat permasalahan terapi dimana pasien tidak menggunakan obat
hipertensi beberapa hari setelah perawatan fase akut stroke iskemik.
Pemberian terapi hipertensi penting untuk menjaga tekanan darah pasien
hipertensi dengan stroke dan mencegah kejadian stroke berulang.
b. Terdapat permasalahan pemberian dosis terlalu kecil pada terapi
hipokalemia. Dengan dosis lazim potassium klorida 120-240 mEq dalam
dosis terbagi. Dengan minimal pemberian 40-60 mEq. Pasien hanya
mendapatkan terapi potassium klorida setara 8 mEq satu kali sehari

5.2 Saran
a. Direkomendasikan pemberian terapi antihipertensi dari golongan calcium
channel blocker, amlodipine 10 mg 1 x sehari.
b. Perlu dilakukan peningkatan dosis pemberian KSR (potassium klorida)
tablet 600 mg menjadi 5 kali sehari.

DAFTAR PUSTAKA

30
Arifianto, et al (2014) ‘Klasifikasi Stroke Berdasarkan Kelainan Patologis
dengan Learning Vector Quantiation’, Eeccis, 8(2), pp. 117–122.
Available at:
http://jurnaleeccis.ub.ac.id/index.php/eeccis/article/viewFile/248/218.

DiPiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer T.L. and DiPiro C. V., 2015,
Pharmacotherapy Handbook, Ninth Edit., McGraw-Hill Education
Companies, Inggris

Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. 2009. Pedoman Pemantauan


Terapi Obat. Jakarta : Departemen Kesehatan RI

Hesami, O. et al. (2015) ‘The efficacy of Gabapentin in patients with central


post-stroke pain’, Iranian Journal of Pharmaceutical Research,
14(October), pp. 95–101.

Johnston, SC, et al. 2018. The New England Journal of Medicine : Clopidogrel
and Aspirin in Acute Ischemic Stroke and TIA. 379:215-225. DOI:
10.1056/NEJMoa1800410

Keun-Sik Hong.2017. Journal of Stroke : Blood Pressure Management for


Stroke Prevention in Acute Stroke.19(2):152-165. DOI:
10.5853/jos.2017.00164

Kumar, B. et al. (2009) ‘Central poststroke pain: A review of pathophysiology


and treatment’, Anesthesia and Analgesia, 108(5), pp. 1645–1657.
doi: 10.1213/ane.0b013e31819d644c.

Powers, W. J. et al. (2018) 2018 Guidelines for the Early Management of


Patients With Acute Ischemic Stroke: A Guideline for Healthcare
Professionals From the American Heart Association/American Stroke
Association., Stroke. doi: 10.1161/STR.0000000000000158.

Rambe, A. S. (2006) ‘Stroke: Sekilas Tentang Definisi, Penyebab, Efek, Dan


Faktor Risiko’, INFO kESEHATAN mASYARAKAT, 10(2), pp.
195–198. Available at:

31
https://pdfs.semanticscholar.org/927b/cd3194698d0603b55b23f3d1c4
a4ea03a906.pdf.

Riyadina, W., Ekkowati R. 2013. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional :


Determinan Penyakit Stroke. Vol 7 No. 7.

Secades, J. J. et al. (2016) ‘Citicoline for Acute Ischemic Stroke: A Systematic


Review and Formal Meta-analysis of Randomized, Double-Blind, and
Placebo-Controlled Trials’, Journal of Stroke and Cerebrovascular
Diseases. Elsevier Inc., 25(8), pp. 1984–1996. doi:
10.1016/j.jstrokecerebrovasdis.2016.04.010.

Thrift, A. G. et al. (2013) ‘Statin Therapy and Outcome After Ischemic Stroke’,
Stroke, 44(2), pp. 448–456. doi: 10.1161/strokeaha.112.668277.

Williams, B. et al. (2018) ESC/for the management of arterial hypertension: The


Task Force for the management of arterial hypertension of the
European Society of Cardiology and the European Society of
Hypertension: The Task Force for the management of arterial, J.
Hipertens. doi: 10.1097/HJH.

32
LAMPIRAN

33
LAMPIRAN
A. Tn DH

Data Pribadi Pasien


DATA PRIBADI PASIEN
No
Uraian  
.
1 Nama Tn DH
2 Jenis Kelamin Laki - laki
3 Alamat Jakarta Timur
4 Pekerjaan TNI-AL
5 TB/BB (-)/70 kg
6 Asuransi Kesehatan BPJS
7 Dokter Penanggung Jawab dr. Etra Ariadno. Sp.PD
8 Tanggal Masuk RS 3-Maret-2019
9 Tanggal Keluar RS -
10 DIAGNOSIS Demam Dengue

Lembar Obat Pasien


No. Nama Obat Rute Frekuensi Dosis
Pemberian
1 Infus NaCl 0,9% Intravena 20 tpm
2 Omeprazole injeksi Intravena 1x1 40 mg
3 Ondansentron Intravena 3x1 8 mg
injeksi
4 Paracetamol infus Intravena 2x1 1000 mg
drip
5 Ambroxol Oral 3x1 10 mg

Data Objektif Pasien


Data Nilai Rujukan Hasil Pemeriksaan (tanggal)
Objektif
3/03 4/03 5/03
Tekanan 140/90  100/60 90/60 90/80
Darah

34
RR  16-20x / menit 20 20 20

HEMATOLOGI
Leukosit 5.000-10.000/µl 5. 500 5.900 6.200
Eritrosit 4 ,6-6,2 juta / µl 5, 23 5,20 5,67
Hemoglobi 14-16 g/dL 15, 3 16,0 16,7
n
Hematokrit  42 – 48 % 47 46 51
Trombosit 150.000 – 115.000 97.000 63.000
450.000 ribu/ µl
Basofil 0 ~1 % 0 - -
Eosinofil 1~3% 1 - -
Neutrofil 2~6% 0 - -
batang
Neutrofil 50 ~ 70 % 80 - -
segmen
Limfosit 20 ~ 40 % 12 - -
Monosit 2~8% 7 - -
IMUNOSEROLOGI
Salmonella Ig M/ Ig G
Ig M Negatif - - Negatif
Salmonella
Ig G Negatif - - Negatif
Salmonella
Dengue Blood Ig G/ Ig M
Dengue Ig Negatif - - Negatif
G
Dengue Ig Negatif - - Negatif
M
KIMIA KLINIK
Gukosa <200 mg/dL 140 - -
Darah
Sewaktu
AST <35 U/l - 79 -
(SGOT)
ALT <55 U/l - 50 -
(SGPT)

35
ELEKTROLIT
Natrium 134 ~ 146 133 - -
mmol/L
Kalium 3,4 ~ 4,5 mmol/L 3,85 - -
Clorida 96 ~ 108 mmol/L 95 - -

B. Ny II
Data Pribadi Pasien
DATA PRIBADI PASIEN
No
Uraian  
.
1 Nama Tn II
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Alamat Bogor
4 Pekerjaan PNS-AL
5 TB/BB 160 cm/65 kg
6 Asuransi Kesehatan BPJS
7 Dokter Penanggung Jawab dr. Yudit
8 Tanggal Masuk RS 7-Maret-2019
9 Tanggal Keluar RS -
10 DIAGNOSIS Vertigo of Central Origin

Lembar Obat Pasien


No. Nama Obat Rute Frekuensi Dosis
Pemberian
1 Infus RL Intravena 14 tpm
2 Ranitidine injeksi Intravena 2x1 40 mg
3 Ondansentron Intravena 3x1 8 mg
injeksi
4 Betahistin Oral 3x2 6mg
5 Flunarizine Oral 1x1 10 mg
6 Diazepam Oral 3x1 2 mg
7 Metformin Oral 3x1 500 mg
8 Glimepirid Oral 2x1 2 mg
9 Cefixime Oral 2x1 200 mg

Data Objektif Pasien


Data Objektif Nilai Rujukan Hasil Pemeriksaan (tanggal)

36
7/10/18 7/03/19
Tekanan Darah 140/90  130/80 130/80
RR  16-20x / menit 20 20

HEMATOLOGI
Leukosit 5.000-10.000/µl 13.400 13.900
Eritrosit 4 ,6-6,2 juta / µl 3,7 4,84
Hemoglobin 14-16 g/dL 11,1 13,1
Hematokrit  42 – 48 % 32 42
Trombosit 150.000 – 341.000 305.000
450.000 ribu/ µl
IMUNOSEROLOGI
Widal
S. Typhi- H Negatif Positif 1/160 -
S. Parayphi H-A Negatif Positif 1/80 -
S. Parayphi H-B Negatif Negatif -
S. Parayphi H-C Negatif Negatif -
S. Typhi - O Negatif Negatif -
S. Paratyphi O-A Negatif Negatif -
S. Paratyphi O-B Negatif Negatif -
S. Paratyphi O-C Negatif Negatif -
KIMIA KLINIK
Gukosa Darah <200 mg/dL 223 -
Sewaktu

37
C. Tn AG
Data Pribadi Pasien
DATA PRIBADI PASIEN
No
Uraian  
.
1 Nama Tn AG
2 Jenis Kelamin Laki - laki
3 Alamat Jakarta Pusat
4 Pekerjaan Karyawan Swasta
5 TB/BB (-)/70 kg
6 Asuransi Kesehatan BPJS
7 Dokter Penanggung Jawab Dr. Christine A
8 Tanggal Masuk RS 11-Maret-2019
9 Tanggal Keluar RS -
10 DIAGNOSIS CHF + DM

Lembar Obat Pasien


No. Nama Obat Rute Frekuensi Dosis
Pemberian
1 Infus RL Intravena 14 tpm
2 Lasix (Furoemid) Intravena 3x1 40 mg
injeksi
3 Novorapid injeksi Intramuskula 3x1 100 UI/ml
r
4 Spironolakton Oral 3x1 25mg
5 Aspilet Oral 1x1 80 mg
6 Nitrokaf Oral 2x1 2,5 mg
7 Simvastatin Oral 1x1 20 mg
8 Captopril Oral 3x1 12,5 mg

Data Objektif Pasien


Data Objektif Nilai Rujukan Hasil Pemeriksaan (tanggal)
11/03 12/03 13/03
Tekanan Darah 140/90  140/90 130/80 110/70
RR  16-20x / menit 28 28 20

HEMATOLOGI

38
Leukosit 5.000-10.000/µl 9.900
Eritrosit 4 ,6-6,2 juta / µl 6,1
Hemoglobin 14-16 g/dL 17,8
Hematokrit  42 – 48 % 53
Trombosit 150.000 – 223.000
450.000 ribu/ µl
IMUNOSEROLOGI
Troponin I Negatif Negatif
KIMIA KLINIK
Gukosa Darah <200 mg/dL 223
Sewaktu
Ureum 17 ~ 43 mg/dL 25
Kreatinin 0,7 ~ 1,3 mg/dL 0,9
CK 171U/l
CK MB 25 U/l
ELEKTROLIT
Natrium 134 ~ 146 132
mmol/L
Kalium 3,4 ~ 4,5 mmol/L 4,74
Clorida 96 ~ 108 mmol/L 96

D. Tn ES
Data Pribadi Pasien
DATA PRIBADI PASIEN
No
Uraian  
.
1 Nama Tn ES
2 Jenis Kelamin Laki - laki
3 Alamat Lampung
4 Pekerjaan TNI AL
5 TB/BB (-)/70 kg
6 Asuransi Kesehatan BPJS
7 Dokter Penanggung Jawab dr. Tanto budiharto. Sp.JP
8 Tanggal Masuk RS 12-Maret-2019

39
9 Tanggal Keluar RS -
10 DIAGNOSIS HT Urgency + CAD

Lembar Obat Pasien


No. Nama Obat Rute Frekuensi Dosis
Pemberian
1 Perdipin dalam Intravena 0,1 tpm
NaCl 50cc
2 Amlodipin Oral 1x1 10 mg
3 Candesartan Oral 1x1 16 mg
4 Bisoprolol Oral 1x1 5mg
5 Miniaspi Oral 1x1 80 mg
6 Nitrokaf Oral 2x1 2,5 mg
7 Simvastatin Oral 1x1 20 mg

Data Objektif Pasien


Data Objektif Nilai Rujukan Hasil Pemeriksaan (tanggal)
12/03 13/03
Tekanan Darah 140/90  250/150 200/140
RR  16-20x / menit 20 18
Suhu 36-37° C 36,5° C 37° C
Nadi 70-80x /menit 60,9 85

40

Anda mungkin juga menyukai