Dosen Pengampu :
Prof. Dr. apt. R.A. Oetari, S.U., M.M., M.Sc
Hipertensi
Seorang wanita 68 tahun dengan riwayat hipertensi masuk rumah sakit pada Juli 2012
dengan diagnosis gagal ginjal kronik (GGK) stage 5 dengan serum kreatinin sebesar 4,29
mg/dL, setelah 5 hari meningkat menjadi 5,5 mg/dL. Riwayat obat yang digunakan adalah
valsartan selama 8 bulan yang diganti lisinopril sampai 26 Juli 2012. Nilai serum kreatinin
pasien mengalami fluktuasi selama menggunakan pengobatan tersebut dan terus meningkat
selama 1 tahun terakhir. Pada Mei 2012 serum kreatinin saat kontrol rawat jalan adalah 3,16
mg/dL. Pasien dicurigai mengalami reaksi obat tidak dikehendaki yang menyebabkan
peningkatan serum kreatinin sebesar 20–30% dari batas awal. Oleh karena itu, pada awal
Agustus obat ini dihentikan dan dievaluasi pada 4 Agustus diketahui nilai serum kreatinin
pasien turun menjadi 4,96 mg/dL dari 5,55 mg/dL. Hasil perhitungan dengan Naranjo Scale
menunjukkan penggunaan valsartan/lisinopril menyebabkan reaksi obat yang merugikan
(adverse drug reaction). Oleh karena itu diperlukan monitoring dalam penggunaan ACEI dan
ARB sehingga reaksi obat yang tidak dikehendaki dapat ditemukan sejak dini dan segera
mempertimbangkan manajemen obat selanjutnya.
Data Pasien
1. Nama: Ny. A
4. Riwayat Pengobatan:
a. Tetapkan dan tulislah rencana monitoring efikasi dan keamanan dengan data yang
ditersedia !
b. Komunikasikan dengan pasien!
RESEP
KASUS 2
Anemia Aplastik
Tn M 72 th, 70 kg, 165 cm, MRS dengan keluhan sesak nafas, pusing yang tidak
hilang dengan paracetamol. Pasien juga mengaku mengukur tekanan darah sendiri dan tidak
ada peningkatan berarti, tetapi pusing tidak hilang. Pasien mengaku memiliki riwayat
Penyakit Jantung Koroner (PJK) dan rajin kontrol (dibuktikan dengan catatan kontrol setiap
bulan di Rekam Medik). Obat PJK yang diminum sejak Januari 2010 adalah Lisinopril 1x10
mg, Bisoprolol 1x 5 mg, Aspilet 1x1 tab, ISDN 3x5 mg.
Hemoglobin 6,0
Leukosit 3300/mm3
Thrombosit 54.000/mm3
Cr 1,05 mg/dL
Pasien segera mendapat terapi berupa transfusi PRC 1 bag, Ceftriaxon 2x1g iv. Hasil
pemeriksaan laboratorium keesokan harinya adalah sebagai berikut :
Hemoglobin 9,0
Leukosit 4600/mm3
Thrombosit 104.000/mm3
Karena peningkatan cukup tinggi dengan 1 bag PRC, dokter meragukan apakah ada
kesalahan hasil laboratorium, sehingga meminta pemeriksaan Hapusan Darah Tepi (HDT).
Hasilnya menunjukkan normokromik, normositer yang berarti anemia aplastik dipicu oleh
penyakit kronis.
Tugas :
a. Tetapkan dan tulislah rencana monitoring efikasi dan keamanan dengan data yang
ditersedia !
RESEP
R/ Bisoprolol 5 mg No. X
S.1 dd 1
Pro : Tn. M
Umur : 72 tahun
Alamat : Mojosongo Solo
KASUS 3
Hipertensi
R/ RL
R/ Ceftriakson 1 mg No.6
Furosemide 40 mg No. 6
S 1-1-0 i.v
KASUS 4
R/ Amlodipin 5 mg No.3
Valsartan 800 mg No.3
KSR 100 mg No.3
Lansoprazol 40 mg No. 3
S 1-0-0
R/ Neurodex No.3
S 0-0-1
Pro: Tn. T
Umur: 55 thn
KASUS 4
Atritis
KASUS 5
Hipertensi
Pasien Ny. HK seorang perempuan berusia 65 tahun masuk RSU UKI dengan
diagnosa Hipertensi. Pada tanggal 4 Mei 2017 dilakukan observasi pada pasien dengan
mengukur tanda-tanda vital pasien pada saat masuk UGD 130/90, nadi 80 x/menit, nafas
20x/menit, dan suhu tubuh 37°C. Pasien mempunyai riwayat hipertensi. Hasil diagnosa saat
pasien masuk UGD adalah Hipertensi dan SNH (Stroke Non Hemoragik).
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan yaitu pemeriksaan Hematologi darah,
kimia klinik gula darah sewaktu, elektrolit darah. dengan hasil lab menunjukan kadar
Hemoglobin, Hematokrit, Trombosit, serta Leukosit yang melebihi batas normal Pemantuan
terapi obat dilakukan mulai tanggal 4 Mei 2017 sampai 9 Mei 2017. Penilaian terhadap
pasien adalah hipertensi dan SNH (Stroke Non Hemoragik), sehingga rencana pengobatan
yang dilakukan adalah mengatasi permasalahan tersebut.
Pada terapi yang diberikan terdapat interaksi obat antara Miniaspi dengan Amlodipin
dimana kedua obat dapat dapat meningkatkan tekanan darah (Medscape, 2017).
Rekomendasi yang disarankan adalah pemberian waktu obat tidak bersamaan, miniaspi
disarankan diberikan pada siang hari setelah makan dan amlodipin diberikan pada pagi hari
setelah makan.
Selain itu, terdapat pula interaksi obat antara Amlodipin dengan Simvastatin dimana
kedua obat dapat dapat meningkatkan tingkat/kadar simvastatin dalam darah (Medscape,
2017). Rekomendasi yang disarankan adalah pemberian waktu obat tidak bersamaan,
amlodipin disarankan diberikan pada pagi hari setelah makan dan simvastatin diberikan pada
sore hari setelah makan.
Pasien mengalami percepatan denyut nadi pada tanggal 05 mei sampai tanggal 09 mei,
mengalami sesak napas dan sakit kepala kambuhan pada tanggal 07 mei
Identitas Pasien
Berat Badan : 59 Kg
Umur : 65 Tahun
Ruang : Dahlia
Riwayat pengobatan
Citicoline 1 x 500 mg
Amlodipin 1 x 5 mg
Mecobalamin 1 x 250 mg
kaku √ √ √
b. Data laboratorium
HDL 35-55 - 37 -
Profil pengobatan
a. Pengobatan selama dirawat
1 RL Infus Tiap 24 √ √ √ √
jam
8 Simvastatin 20 Po 1x1
mg
1 RL √ √ √ √ √ √ √ √
1 RL √ √ √ √
3 neurodex 06√
5 Mecobalamin 06√
250 mg
6 Amlodipin 5 12√
mg
7 Miniaspi 80 06√
mg
8 Simvastatin 20 21√
mg
Tugas :
a. Tetapkan dan tulislah rencana monitoring efikasi dan keamanan dengan data yang ditersedia !
RESEP
R/ Amlodipin 5 mg No XV
S 1 dd 1, pagi
R/ Miniaspi 80 mg No. XV
S 1 dd 1, siang
R/ Simvestatin 2 mg No. XV
S 1 dd 1,malam
KASUS 6
Seorang pasien mengalami DM Tipe II dan mendapat pengobatan Metformin 500 mg per
oral 2x sehari, acarbose per oral 50 mg 1 x sehari, Nerva plus 1x sehari.
a. Tetapkan dan tulislah rencana monitoring efikasi dan keamanan dengan data yang ditersedia !
RESEP
Dr. R
Jl. Cocak Rawa No. 1 Telp. (0274)7021499
Yogyakarta
HP: 081931783928
Yogyakarta, 11 Oktober 2012
Pro : Bp. S
Umur : -
Alamat : -
KASUS 7
Stroke Iskemik
Pasien Rawat Inap (IRNA) Neurologi RSUP Dr. M Djamil Padang. Pasien dengan
diagnosa stroke iskemik (ICD-10 163) yang mendapatakan terapi obat golongan antiplatelet
(aspirin dan copidogrel), antihipertensi (amplodipin dan bisoprolol), antihiperlipidemia
(simvastatin) yang bersedia mengisi informed consent. Efek samping yang terjadi didapatkan
dari wawancara langsung dengan rekam medik pasien, kemudian dianalisis menggunakan
Algoritma Naranjo untuk mengetahui tingkat efek sampingnya.
Pada penelitian ini, umumnya pasien stroke iskemik memiliki penyakit penyerta selama
masa rawa inapnya. Dari 32 pasien yang mengalami stroke iskemik sebanyak 19 pasien (59,38
%) mengalami hipertensi. Ini menunjukkan bahwa hipertensi menjadi salah satu dari penyakit
penyerta yang paling banyak dialami oleh pasien stroke iskemik di bangsal Neurologi RSUP Dr.
M. Djamil Padang. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang melaporkan
bahwa individu dengan hipertensi mempunyai hubungan yang signifikan dengan resiko 17,92
kali terkena stroke.
Hasil Penelitian juga mempelihatkan bahwa 11 pasien (34,37 %) diduga mengalami efek
samping yang bervariasi pada tiap pasien. Diantara efek samping yang terjadi adalah anemia,
urtikaria, nausea, rash, edema, insomnia dan dispnea. Pasien P7 diduga mengalami efek samping
anemia ringan, Pasien P8 mengeluhkan gatal-gatal pada wajah dan tangan serta terlihat bercak-
bercak merah. Pasien P11 juga mengeluhkan rasa gatal pada bagian dagu dan leher serta
munculnya sedikit bercak merah. Pasien P5, P16,P18 mengeluhkan nausea. Pasien P21 diduga
mengalami efek samping rash (bintik merah). Pasien P12 mengalami edema. Pasien P13 dan P17
mengalami insomnia. Dan P10 mengalami sesak nafas.
Tugas :
a. Tetapkan dan tulislah rencana monitoring efikasi dan keamanan dengan data yang ditersedia !
RESEP
KASUS 8
Tuberculosis
Tn. Amir, 28 tahun, seorang pekerja petani karet datang dengan keluhan batuk tidak
berdahak. Pasien mengatakan batuk dirasakan lebih sering pada malam hari dibandingkan pagi
atau siang hari. Keluhan tersebut telah dirasakan sejak 3 bulan yang lalu. Awalnya pasien
mengatakan batuk timbul pada saat menyangkul dan bertambah berat pada saat menyemprot
pestisida pada kebunnya. Pasien juga mengatakan adanya demam, keringat malam, penurunan
nafsu makan, dan penurunan berat badan yang awalnya 50 kg menjadi 45 kg dalam satu bulan.
Pasien mempunyai kebiasaan yang tidak baik seperti membuang dahak sembarangan, tidak
memakai masker pada saat batuk, kurangnya pengetahuan penyakit yang diderita oleh pasien,
dukungan keluarga yang kurang terhadap pasien, dan keadaan rumah pasien yang lembab. Pada
saat keluhan muncul pasien dibawa oleh keluarganya ke RS kemudian dibawa ke Puskesmas
untuk mendapatkan pengobatan. Pemeriksaan fisik yang telah dilakukan kepada pasien
didapatkan hasil berat badan pasien 45 kg, tinggi badan 163 cm, IMT 18,0 (underweight), terlihat
sakit ringan. Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80 x/menit, frekuensi napas 17 x/menit, suhu
tubuh 37,0o C. Pasien kemudian diberikan obat isoniazid 100 mg , rifampicin 300 mg ,
pirazinamid 300 mg dan etambutol 450 mg. setelah seminggu pemakaian pasien mengalami gatal
setelah mengkonsumsi obat tersebut dan pada saat BAK urin berwarna merah.
Tugas :
a. Tetapkan dan tulislah rencana monitoring efikasi dan keamanan dengan data yang ditersedia !
RESEP
KASUS 9
Diabetes Mellitus Tipe II
Pasien adalah Seorang wanita bernama Ny. Sumarni berusia 49 th, mengalami DM tipe 2
mendapatkan pengobatan metformin 500 mg peroral 2x sehari dan glimepirid 4 mg 1x sehari.
Setelah meminum obat tersebut pasien mengeluhkan mengalami mual.
Tugas :
a. Tetapkan dan tulislah rencana monitoring efikasi dan keamanan dengan data yang ditersedia !
RESEP
KASUS 10
Hipertensi Stage 2 , Diabetes Mellitus Tipe II
a. Tetapkan dan tulislah rencana monitoring efikasi dan keamanan dengan data yang ditersedia !
RESEP