Metoprolol 2 kali
suksinat 25 mg 1 200 mg/hari
kali sehari
Identifikasi masalah
Seorang pasien laki-laki berusia 82 tahun dengan riwayat gagal jantung dengan penurunan fraksi
ejeksi, osteoarthritis, dan diabetes mellitus tipe 2 datang ke klinik. Diketahui CrCl pasien 30
mL/menit. Dia baru-baru ini dirawat karena eksaserbasi gagal jantung.
Pasien tegolong pasien geriatrik, Fungsi ginjal menurun karena CrCl di bawah rentang normal
(>80 mL/menit) yaitu 30mL/menit, sehingga dosis obat perlu diturunkan dari biasanya.
Ketepatan :
• Aspirin (golongan NSAID) kurang tepat diberikan pada pasien usia 82 tahun, karena dapat
menyebabkan pendarahan dan memperparah tukak peptic.
• Furosemide 40 mg 1 tablet 1 kali sehari, sudah tepat supaya tidak terjadi edema pada orang
tua dengan penyakit jantung.
• Glimepiride 2 mg 1 tablet 1 kali sehari, kurang tepat karena bisa menyebabkan hipoglikemia.
• Ibuprofen, kurang tepat, obat ini dipakai pada pasien sebagai pengobatan osteoarthritis, obat
ini dapat menyebabkan pendarahan di lambung jika digunakan dalam waktu yang lama.
Selain itu, ini juga kemungkinan berkontribusi pada eksaserbal gagal jantung dengan
meningkatkan retensi cairan. Ini juga golongan NSAID dapat menyebabkan risiko ginjal akut.
• Lisinopril 40 mg 1 kali sehari, sebagai antihipertensi golongan ACEI, sudah tepat
• Metformin 500 mg 2 tablet 2 kali sehari, sebagai obat diabetes mellitus 2 pada pasien
ini,sudah tepat, tapi perlu penyesuaian dosis yakni dosisnya diturunkan dikurangi 33 % dari
dosis awal jadi 335 mg 1 tablet 2 kali sehari, karena dapat meningkatkan risiko asidosis laktat
pada pasien gagal jantung.
• Metoprolol kurang tepat karena menyebabkan hipoglikemik dan kontraindikasi untuk pasien
diabetes mellitus
Efektivitas :
Furosemide sudah efektif diberikan dengan dosis 40 mg 1 tablet 1 kali sehari agar tidak terjadi
retensi cairan di tubuh.
Glimepiridie kurang efektif ,disarankan ke dokter untuk diganti dengan glipizide untuk
menghindari efek samping hipoglikemia
Ibuprofen kurang efektif, disrankan ke dokter untuk diganti dengan acetaminophen
(paracetamol) yang efektif untuk osteoarthritis dan tidak memiliki risiko pendarahan.
Metformin efektif untuk penderita diabetes mellitus tipe 2 pada pasien ini, tapi perlu
penyesuaian dosis ,disarankan ke dokter dosisnya dikurangi 33 % dari dosis awal jadi 335 mg
1 tablet 2 kali sehari untuk menghindari resiko peningkatan asidosis laktat pada pasien
Lisinopril sudah efektif diberikan 40 mg 1 kali sehari, sebagai antihipertensi golongan ACEI.
Metoprolol menyebabkan efek hipoglikemik kontraindikasi untuk pasien diabetes mellitus
,disramkan pada dokter untuk menghentikan pemberian metoprolol pada pasien
Keamanan :
Aspirin (golongan NSAID) tidak aman diberikan pada pasien usia 82 tahun, karena dapat
menyebabkan pendarahan dan memperparah tukak peptic
Metformin dapat menyebabkan resiko peningkatan asidosis laktat pada pasien,
Furosemide aman digunakan pada pasien,namun perlu dipantau kadar natremia pasien
Lisinopril aman digunakan pada pasien
Ibu profen tidak aman digunakan karena dapat menyebabkan pendarahan pada saluran cerna
pada jangka panjang, pada pasien gagal jantung dapat menyebabkan retensi cairan sehingga
menyebabkan edema
Aspirin tidak aman dapat menyebabkan pendarahan tukak peptic
Metoprolol tidak aman digunakan karena efek hipoglikemik dan kontraindikasi untuk pasien
diabetes mellitus
Rencana penyelesaian masalah
Tujuan terapi [nama penyakit/kondisi pasien]: Gagal jantung
Tujuan dari terapi gagal jantung adalah untuk meringankan gejala gagal jantung, meningkatkan
kekuatan jantung, mencegah terjadinya henti jantung mendadak, menormalkan kadar kreatinin
klirens menjadi > 80 ml/menit, menormalkan kadar gula dalam darah.
Referensi:
1. American Geriatrics Society (AGS). American Geriatrics Society 2019 Updated Beers
Criteria for Potentially Inappropriate Medication Use in Older Adults. J Am Geriatr Soc.
2019 Apr;67(4):674-694. doi: 10.1111/jgs.15767.
2. Gallagher P, Ryan C, O’Connor M, Byrne S, O’Sullivan D, O’Mahony D. STOPP (Screening
Tool of Older Persons’Prescriptions)/START (Screening Tool to Alert Doctors to Right
Treatment) criteria for potentially inappropriate prescribing in older
people: version 2. Age and Ageing 2014; O: 1-6
3. National Health Services. STOPP/START Tool to Support Medication Review. 2015
4. AHFS. AHFS Drug Information, American Society of Health System Pharmacists. Bethesda:
American Hospital Formulary Service; 2011.
5. Makani, Mawaqit, and Ndaru Setyaningrum. 2017. “Patterns of Furosemide Use and
Electrolyte Imbalance in Heart Failure Patients at Hospital X Yogyakarta.” Jurnal Ilmiah
Farmasi 13(2): 57–68.
6. Putra, Raden Joddy Sutama, Anisyah Achmad, and Hananditia Rachma P. 2017. “Kejadian
Efek Samping Potensial Terapi Obat Anti Diabetes Pada Pasien Diabetes Melitus Berdasarkan
Algoritme Naranjo | Achmad | Pharmaceutical Journal of Indonesia.” Pharmaceutical Journal
of Indonesia 2(2): 45–50
Indikasi terapi
Antitrombosit
pencegahan sekunder pada lansia dengan kardiovaskular dan
pencegahan primer pada kolorektal
Durasi terapi
-
Indikasi terapi
edema akibat gagal jantung, hati, dan ginjal, serta hipertensi.
Tanggal dimulainya terapi
-
Durasi terapi
-
Indikasi terapi
Antidiabetes sulfonylurea
Durasi terapi
-
Indikasi terapi
Pengobatan Ostheoarthritis / Rhematoid arthritis
Durasi terapi
Durasi terapi
Indikasi terapi
DM tipe 2
Durasi terapi
Indikasi terapi
Hipertensi
Durasi terapi