Anda di halaman 1dari 44

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Sistem Pelayanan di Apotek


Apotek pro-THA Farma didirikan pada tanggal 22 Oktober 2002
oleh Ibu Tenny Inayah Erowati, S.Si., Apt sekaligus APA di apotek
tersebut. Bangunan Apotek pro-THA Farma sudah memenuhi
persyaratan yang cukup yaitu memiliki fungsi keamanan, kenyamanan,
dan kemudahan dalam pemberian pelayanan kepada pasien, bangunan
bersifat permanen dengan memili ruang tunggu, ruang administrasi dan
ruang kerja Apoteker, ruang penyimpanan obat, ruang peracikan. SDM
di Apotek Pro-Tha Farma berjumlah 7 orang, terdiri dari 1 (satu)
Apoteker Pengelola Apotek (APA), 3 (tiga) orang asisten Apoteker, 2
(dua) orang sebagai administrasi yang merangkap sebagai kasir dan 1
(satu) orang sebagai kurir.
Selama 5 minggu PKPA (Praktek Kerja Profesi Apoteker)
dilakukan di apotek Pro-Tha Farma. Melalui PKPA ini, penulis dapat
memahami dan juga turut mengambil bagian dalam kegiatan pelayanan
di apotek di antaranya melayani pasien swamedikasi terkait obat dan
penyakit, pelayanan resep mulai dari pengkajian resep, pembuatan
etiket, pembuatan turunan resep, pembuatan kwitansi, cara pembuatan
resep racikan berupa kapsul dan puyer yang mendapatkan pengawasan
dan pemeriksaan oleh APA maupun asisten apoteker di apotek,
melakukan penerimaan barang dari distributor maupun sub distributor,
menyimpan barang dengan sistem FIFO dan FEFO, melakukan
pendataan obat untuk persiapan defekta dan mendiskusikan hasil dengan
APA terkait pelaporan obat narkotika-psikotropika, pemusnahan, studi
kelayakan apotek, konseling, dan manajemen apotek.
4.2 Pembahasan Resep di Apotek
Mahasiswa ditugaskan untuk merumuskan 5 resep dengan kelas
terapi yang berbeda–beda dari 25 resep dokter terpilih yang didapat dari
Apotek Pro–Tha Farma.
4.2.1 Resep Diabetes

Dokter : Dr. R
SIP: xxxxxxx
No.Tlp: (031)xx
Jl. Sidoarjo

Sidoarjo, xx-xx-2018

R/ Glimepiride 3 mg No. XX
S 1dd 1ac

R/ Metformin 500mg No. X


S 2 dd 1

Pro : Ny. M Umur: 54 thn


Alamat : xxx
Gambar 4.1 Resep Diabetes
A. Kelengkapan Resep
Tabel 4.1 Skrining Administrasi Resep Antidiabetes
Keteranga Ketera
No. Komponen n No. Komponen ngan
1. Nama dokter √ 6. Tanggal resep √

2. SIP dokter √ 7. Nama pasien √

3. Alamat √ 8. Umur pasien √

4. No. telp √ 9. Jenis kelamin √

5. Paraf √ 10. Berat badan


B. Tinjauan tentang Obat
 Glimepiride
 Komposisi Sediaan
Satu tablet mengandung Glimepiride 2 mg (MIMS, 2018)
 Indikasi
Sebagai terapi tunggal atau kombinasi dengan metformin
untuk mengatasi diabetes mellitus tipe 2 pada pasien yang
tidak bisa dikontrol dengan diet (McEvoy, 2011).
 Farmakokinetika
Glimepiride sepenuhnya terserap dari sistem saluran
pencernaan. Konsentrasi plasma puncak terjadi dalam 2-3
jam dan keterikatan dengan protein tinggi. Obat
dimetabolisme secara luas menjadi dua metabolit utama,
turunan hidroksi dan turunan karboksi. Waktu paruh setelah
beberapa dosis sekitar 9 jam. Sekitar 60% dari dosis
diekskresikan melalui urin dan 40% sisanya diekskresikan
melalui feses (Sweetman, 2009).
 Farmakodinamika
Meningkatkan sensitivitas insulin di target perifer,
menstimulasi pelepasan insulin pada sel β-pankreas dan
sekitar jaringan ekstra hepatic untuk menurunkan glukosa
yang berasal dari hati (MIMS, 2018).
 Dosis
Pengobatan DM 2,5 – 5 mg perhari. Dosis maksimum 20
mg perhari (McEvoy, 2011).
 Efek Samping
Pusing, mual, penurunan serum ALT, gejala seperti flu,
syok, trombositopenia, trombositopeni purpura, kondisi
hipoglikemia (berpotensi fatal) (MIMS, 2018).
 Interaksi Obat
Salisilat, sulfonamid, kloramfenikol, klaritomisin,
antikoagulan kumarin, probenesid, turunan asam fibrat,
kuinolon, penghambat ACE, β-bloker berpotensi
meningkatkan risiko hipoglikemia. Diuretik tiazid,
kortikosteroid, fenotiazin, fenitoin, asam nikotinat
berpotensi mengurangi efek hipoglikemik glimepiride.
Tidak ada interaksi antara glimepiride dengan metformin.
 Kontraindikasi
Hipersensitivitas terhadap glimepiride, sulfonylurea atau
sulfonamida. Kondisi diabetik ketoasidosis dengan atau
tanpa keadaan koma. Gangguan ginjal dan hati (MIMS,
2018)
 Peringatan dan Perhatian
Pasien dengan kondisi khusus (geriatri, lemah, kurang gizi,
ibu hamil dan menyusui) (MIMS, 2018).
2. Tinjauan tentang Metformin 500 mg
 Komposisi Sediaan
Satu tablet mengandung Metformin 500 mg (MIMS, 2018).
 Indikasi
Terapi untuk Diabetes Mellitus tipe II, khususnya pada
pasien dengan kadar glukosa darah yang tidak bisa
dikendalikan dengan diet saja. Digunakan sebagai
monoterapi. Pada orang dewasa, dapat digunakan
bersama dengan sulfonylurea atau insulin (Lacy et al.,
2009).
 Farmakokinetika
Metformin diabsorpsi secara oral, tidak terikat pada protein
serum, dan tidak dimetabolisme. Ekskresi melalui urin.
Waktu paruh dari Metformin adalah 3 – 6 jam (Lippincotts,
2015).
 Farmakodinamika
Metformin menurunkan glukosa plasma basal dan
postprandial. Cara kerja utamanya yaitu menekan produksi
glukosa hepar (gluconeogenesis) dan memperbaiki
resistensi insulin di sel otot dan hepar. Selain itu metformin
mengurangi absorpsi glukosa di usus dan menstimulasi
sekresi insulin dari sel β-pankreas (Tandiawan, 2017).
 Efek Samping
Efek samping yang mungkin terjadi dari penggunaan
metformin yaitu diare, mual, muntah, perut kembung,
lemas, mialgia, dan gangguan pada indra perasa,
hipoglikemi sehingga pengunaan metformin sebaiknya
diminum sesudah makan. (Lacy et al., 2009).
 Interaksi Obat dan Makanan
Alkohol dapat menambah efek hipoglikemik, risiko asidosis
laktat. Antihistamin pada pemakaian bersama biguanida
akan menurunkan jumlah trombosit. Antidepresan
meningkatkan efek hipoglikemik. ACE inhibitor dapat
mengurangi konsentrasi glukosa darah puasa. Simetidin
dapat meningkatkan level serum. Penggunaan dengan agen
kontras beryodium meningkatkan resiko asidosis laktat
yang diinduksi oleh metformin dapat berpotensi fatal.
Penggunaan bersama makanan mengurangi tingkat dan
memperlambat penyerapan (MIMS, 2018).
 Kontraindikasi
Pasien dengan asidosis metabolik akut atau kronis,
termasuk diabetes ketoasidosis dengan atau tanpa kondisi
koma, menjalani operasi. (MIMS, 2018).
 Peringatan dan Perhatian
Pasien dengan CHF yang membutuhkan terapi obat, gagal
jantung atau gagal pernapasan, kondisi syok. Pasien yang
terpapar keadaan stres (demam, trauma, infeksi,
pembedahan). Pasien kondisi khusus (gangguan hati,
geriatri, ibu hamil dan ibu menyusui) (MIMS, 2018).

Tabel 4.2 Perhitungan Dosis Resep Diabetes


Nama Obat Dosis Resep Dosis Pustaka Keterangan
Dosis awal diberikan
Glimepiride 3 1-2 mg per dapat di
Dosis pemakaian: 3 mg tinggkatkan 4 mg per
mg Dosis sesuai
hari (Sweetman,
2009).

D Dosis awal diberikan


500 mg dua atau tiga
kali sehari atau 850
mg satu atau dua kali
Dosis pemakaian: 500 mg sehari bersama atau
Metformin Dosis harian : 500 mg x 3 = sesudah makan, dosis
Dosis sesuai
500 mg 1500 mg. dinaikkan bila
diperlukan interval 1
minggu 2-3 g setiap
hari. Dosis maksimal
3 g per hari
(Sweetman, 2009).

C. Pengerjaan Resep
 Resep diterima kemudian dilakukan skrining pada resep
tersebut
 Mengecek ketersediaan obat seacara fisik di etalasae obat
dan jumlahnya di kartu stok obat tersebut.
 Resep diberi harga total dan disampaikan kepada pasien
untuk kemudian dibayar.
 Struk pembayaran ditempel pada resep.
 Ambil obat pada rak (Glimepiride dan Metformin) dan
dicatat pengeluaran obat pada kartu stok.
 Etiket dan copy resep dibuatkan sesuai dengan resep.
Nomor resep disesuaikan dengan nomor yang tertera
pada struk pembayaran.
 Sebelum diserahkan kepada pasien, obat tersebut harus
dicek lagi untuk mengurangi kemungkinan terjadinya
kesalahan.
D. Pembahasan Resep
Resep diterima dan di cek legalitas serta kebenaran resep
dengan melakukan skrining administrasi pada resep. Berdasarkan
pengobatan yang diberikan pada pasien, maka dapat diduga bahwa
pasien menderita penyakit diabetes mellitus tipe 2 (non-insulin
dependent diabetes mellitus).
Glimepiride 2 mg yang bekerja dengan cara meningkatkan
sensitivitas insulin di target perifer, menstimulasi pelepasan insulin
pada sel β-pankreas dan sekitar jaringan ekstra hepatic untuk
menurunkan glukosa yang berasal dari hati (Anderson et al., 2002).
Metformin HCl yaitu obat antidiabetes golongan Biguanide dan
digunakan untuk terapi pengobatan pada penderita Diabetes Melitus
tipe 2. Metformin sebagai antidiabetes memiliki mekanisme kerja yaitu
dengan mengurangi pengeluaran glukosa hati dengan menghambat
glukoneogenesis, dan meningkatkan sensitivitas insulin, namun tidak
merangsang sekresi insulin sehingga tidak menimbulkan efek samping
hipoglikemia (Lacy et. al., 2009).
Pada resep tersebut terlihat bahwa pasien mendapat terapi 2
obat yaitu Glimepiride dan Metformin. Penggunaan Glimepiride dapat
dikombinasi dengan Metformin atau obat antidiabetes oral lainnya
pada pasien yang tidak berhasil diterapi dengan pengobatan tunggal
(Sweetman, 2009). Penggunaan kombinasi 2 obat dapat dilakukan
ketika nilai HbA1C > 9%. Penggunaan insulin direkomendasikan
terutama ketika muncul gejala penurunan berat badan dan ketosis atau
ketika kadar gula darah > 300-350 mg/Dl dan/atau nilai HbA1C > 10-
12% (ADA, 2015).
Dosis Metformin dan Glimepiride pada resep di atas sudah
sesuai dengan pustaka. Waktu penggunaan Glimepiride sebaiknya
ditambahkan waktu 15-30 menit sebelum makan, sedangkan
Metformin sudah tepat, dapat diminum saat makan atau setelah makan
karena memiliki efek samping pada saluran cerna.
Selain menjalankan terapi farmakologis, pasien sebaiknya
diedukasi untuk melaksanakan terapi non farmakologis supaya target
gula darah yang diinginkan lebih cepat tercapai, seperti merubah pola
makan menjadi makanan rendah karbohidrat, mengontrol berat badan,
dan mengontrol kadar kolesterol.
E. Pemberian KIE pada pasien
1. Konseling diawali dengan perkenalan Apoteker pada pasien.
Kemudian mengajukan three prime questions, yaitu:
 Apa yang dikatakan dokter tentang penyakit pasien.
 Apa yang dikatakan dokter mengenai obat yang pasien
terima.
 Apa yang diharapkan oleh dokter setelah pasien
meminum obat tersebut.
2. Apoteker menanyakan data terkait pasien seperti riwayat alergi
obat, obat lain yang sedang dikonsumsi.
3. Apoteker menjelaskan obat-obatan yang diterima pasien
sebagai berikut:
 Pasien menerima 2 macam obat.
 Obat pertama adalah Glimepiride. Tujuan diberikan obat
glimepiride adalah untuk menurunkan kadar gula dalam
darah. Obat ini diminum satu kali sehari 1 tablet.
Diminum sebelum makan. Obat yang kedua adalah
Metformin, tujuan diberikan obat ini juga adalah untuk
menurunkan kadar gula darah pasien. Obat ini diminum
tiga kali sehari 1 tablet. Metformin diminum setelah
makan.
Penggunaan Glimepiride dapat menyebabkan
hipoglikemi, dengan gejala seperti pusing, gemetar dan
keringat dingin. Oleh karena itu apoteker harus menjelaskan
kepada pasien untuk makan-makanan yang mengandung
karbohidrat. Glimepiride dan Metformin disimpan pada suhu
kamar dan terhindar dari sinar matahari langsung.
4. Apoteker juga menjelaskan terapi non-farmakologis seperti
pasien diharapkan untuk cukup beristirahat agar cepat pulih
kemudian disarankan untuk mengkonsumsi makanan rendah
karbohidrat, mengontrol berat badan. Apabila setelah
menggunakan obat hingga habis kondisi pasien masih belum
membaik, disarankan untuk kembali berkonsultasi ke dokter
dan menyarankan pasien untuk cek rutin ke dokter.
5. Melakukan feedback kepada pasien untuk mengetahui apakah
pasien memahami penjelasan mengenai penggunaan kedua
obat tersebut.
F. Copy Resep dan Etiket
 Copy Resep

APOTIK pro THA Farma


Jln. Imam Bonjol 13 Geluran - Sidoarjo
Telp. (031) 7879657
Apoteker: Tenny Inayah E., S.Si., Apt.
SIA: 551.41/047/SIA/404.3.2/2014

TURUNAN RESEP

Dokter : dr. A
Dibuat Tgl : xx-xx-xx No : xxxx
Untuk : Ny. M Umur: 54 thn

R/ Glimepiride 3 mg No. XX
S 1dd 1ac

R/ Metformin 500mg No. X


S 2 dd 1

Stampel
Paraf
Pcc
S
Gambar 4.2 Copy Resep Diabetes
 Etiket Resep

APOTIK pro.THA Farma


Jl. Imam Bonjol 13 Geluran - Sidoarjo
Telp. (031) 7879657
Apoteker: Tenny Inayah E., S.Si., Apt.
SIA: 551.41/047/SIA/404.3.2/2014

Tgl. xx-xx-xx No.: xx


Ny. M
1 x sehari sebelum makan
(pagi)

Nama/Jmlh Obat : Glimepiride (20)

APOTIK pro.THA Farma


Jl. Imam Bonjol 13 Geluran - Sidoarjo
Telp. (031) 7879657
Apoteker: Tenny Inayah E., S.Si., Apt.
SIA: 551.41/047/SIA/404.3.2/2014

Tgl. xx-xx-xx No.: xx


Ny. M
2 x sehari sebelum makan

Nama/Jmlh Obat : Metformin (10)

Gambar 4.3 Etiket Resep Diabetes


4.2.2 Resep Anak

Dokter : Dr. H
SIP: xxxxxxx
No.Tlp: (031)xx
Jl. Sidoarjo

Sidoarjo, xx-xx-2018

R/ Asvex ½ Tab
Treamenza 1/3 tab
Salbuven 1,2 mg
Ketricin 1/2 tab
Mf pulv dtd no XV
∫ 3 dd 1

Pro : An. A Umur: 5 bln


Alamat : xxx

Gambar 4.4 Resep Anak

A. Skrining Administratif

Tabel 4.3 Skrining administratif Resep Anak


Keteranga Ketera
No. Komponen n No. Komponen ngan
1. Nama dokter √ 6. Tanggal resep √

2. SIP dokter √ 7. Nama pasien √

3. Alamat √ 8. Umur pasien √

4. No. telp √ 9. Jenis kelamin √

5. Paraf √ 10. Berat badan


B. Tinjauan tentang Obat
1. Asvex
 Komposisi sediaan
Tiap tablet mengandung Tipepidina hibenzat 33,21 mg.
 Indikasi :
Tipepidine adalah penekan batuk digunakan untuk batuk
non- produktif yang diklaim juga memiliki tindakan
ekspektoran (Sweetman, 2009).
 Kontraindikasi :
Pasien yang memiliki hipersensitivitas terhadap
Tipepidina Hibenzat maupun bahan tambahan lain dalan
formulasinya. Pasien dengan kondisi gagal ginjal dan
liver (Murao, 2013).
 Farmakodinamik :
Supresan batuk memiliki sebuah pusat perifer pada reflex
batuk, bertindak mengurangi sensitivitas reseptor pada
saluran pernapasan (Sweetman, 2009).
 Farmakokinetika :
Mula kerja obat yaitu 15-30 menit dengan durasi kerja
sekitar 6 jam. Tipepidina Hibenzat dimetabolisme di hati
(MIMS, 2018).
 Dosis :
Dosis dewasa tipepidine 60-120 mg per hari (Sweetman,
2009).
 Efek samping :
Tipepidina Hibenzat dapat menyebabkan mengantuk,
pusing, mual (AHFS Drug Information, 2011), penurunan
nafsu makan, mulut kering (Lacy et al., 2009).
 Interaksi :
Vaksin Tifoid: mengurangi efek vaksin tifoid (DIH 17th,
2009)
2. Treamenza
 Komposisi Sediaan :
Mengandung pseudoephedrine 60 mg dan Tiprolidine
HCl 2,5 mg
 Indikasi :
Digunakan untuk meringankan gejala flu karena alergi
(Lacy, et al, 2009).
 Kontraindikasi :
Pasien hipersesitifitas dengan pseudoefedrin atau
komponen lain dalam formulasi terapi MAO, hipertensi
berat, penyakit jantung koroner yang parah (Lacy, et al,
2009).
 Farmakodinamik :
Pseudoefedrine: secara langsung dan tidak langsung
memiliki simpatomimetik. Langsung merangsang
Reseptor alpha dan beta adrenergik dari vasokonstriksi
mukosa sehingga menyebabkan relaksasi bronkial (Lacy
et al, 2009)
Triprolidine: Blok H1-Reseptor, sehingga mencegah aksi
histamin pada sel. Menekan flare dan pruritus yang
menyertai pelepasan histamin endogen. Memiliki efek
antikolinergik dan sedatif (Lacy et al, 2009).
 Farmakokinetika :
Pseudoefedrin: memiliki mula kerja obat 15-30 menit
dengan penggunaan secara oral, diabsorbsi secara cepat,
dan di metabolisme sebagian di hati, pseudoefedrine
memiliki t ½ eliminasi 9-16 jam, ekskresi : melalui urin
dalam bentuk tidak berubah sebesar 70% - 90%, 1% - 6%
dalam bentuk norpseudoefedrine yang aktif (Lacy et al,
2009).
Triprolidine: Diabsorbsi dengan baik, distribusi merata
termasuk ke ASI, t½: 3-31 jam (Lacy et al, 2009).
 Dosis :
3-4x 1 tablet per hari (Lacy et al, 2009).
 Efek Samping :
Mulut, hidung, dan tenggorokan kering, sedasi, pusing,
gangguan koordinasi, insomnia, halusinasi (Lacy et al,
2009)
 Interaksi Obat :
Pseudoefedrin: dengan methyldopa akan menurunkan
efek antihipertensi dari methyldopa, dengan propranolol
akan meningkatkan efek presor (Sweetman, 2009).
Triprolidine bila digunakan dengan obat depresi
memungkinan efek aditif/ ketergantungan (Sweetman,
2009).
3. Salbuven
 Komposisi sediaan
Tiap tablet mengandung salbutamol 4 mg
 Indikasi :
Salbutamol digunakan sebagai bronkodilator dalam
penyembuhan saluran pernapasan reversibel obstruksi,
seperti pada asma dan pada beberapa pasien dengan
penyakit paru obstruktif kronik. Salbutamoljuga
digunakan untuk menurunkan kontraktilitas uterus dan
dapat diberikan sebagai sulfat untuk mempercepat
persalinan prematur (Sweetman, 2009).
 Kontraindikasi :
Salbutamol harus diberikan dengan monitoring
khususpada pasien hipertiroidisme, insufisiensi miokard,
aritmia, kerentanan terhadap perpanjangan QT interval,
hipertensi, dan diabetes mellitus (terutama pasien DM
glukosa darah intravena harus dipantau sejak ketoasidosis
telah dilaporkan) (Sweetman, 2009).
 Farmakodinamik
Salbutamol bekerja dengan cara menghasilkan
bronkodilatasi dengan relaksasi otot polos bronkus
melalui stimulasi reseptor β2 (Tatro, 2003).
 Farmakokinetika :
Penggunaan secara oral waktu paruh 4-6 jam. Salbutamol
diekskresi melalui urin sebanyak 30% dalam bentuk utuh
(Lacy et al., 2009).
 Dosis :
Salbutamol dosis lazim untuk dewasa 8 mg- 24 mg per
hari (Sweetman, 2009).
 Efek samping :
Salbutamol memiliki efek beta-agonist seperti agonis beta
lainnya, dapat menyebabkan tremor otot skeletal
(terutama tangan), palpitasi, takikardia, ketegangan saraf,
sakit kepala, vasodilatasi perifer, dan kram otot.
Penggunaan inhalasi menyebabkan efek samping yang
lebih sedikit dari sistemik, dan lebih selektif agonis beta2
menyebabkan efek samping yang lebih sedikit daripada
agonis beta non selektif. Salbutamol dosis besar juga
dapat berpotensi hipokalemia (Sweetman, 2009).
 Interaksi Obat
Penggunaan bersamaan salbutamol dengan kortikosteroid,
diuretik, atau xanthines akan meningkatkan risiko
hipokalemia, sehingga perlu dilakukan monitoring kadar
kalium pada pasien dengan asma yang parah, dengan
penggunaan terapi kombinasi (Sweetman, 2009).

4. Ketricin
 Komposisi sediaan :
Tiap tablet mengandung triamcinolone 4 mg
 Indikasi :
Artritis rheumatoid dan demam reumatik, asma bronkial,
rinttis vasomotor, leukemia, limfosarkoma, penyakit
Hodgkin, fibrosis paru, bursitis akut (Sweetman, 2009).
 Kontraindikasi :
Infeksi jamur yang sistemik; pengobatan utama asma akut
asma, infeksi jamur, virus, atau bakteri mulut atau
tenggorokan (Lacy et al, 2009)
 Farmakodinamik :
Triamcinolone bekerja terutama sebagai glukokortikoid
dan mempunyai daya antiinflamasi yang kuat, mempunyai
efek hormonal dan metabolik seperti kortison. Aktivitas
glukokortikoid menyebabkan peningkatan
glukoneogenesis dan penurunan penggunaan glukosa
secara efektif di dalam jaringan. Glukokortikoid alami
(hidrokortison dan kortison), yang juga bersifat meretensi
garam, digunakan sebagai terapi pengganti pada kondisi
defisiensi adrenokortikal. Triamcinolone berbeda dengan
glukokortikoid alami, yaitu dalam hal efek antiinflamasi
dan glukoneogenesis yang lebih besar dan sifat meretensi
garamnya yang lebih sedikit (Lacy et al, 2009)
 Farmakokinetika
Triamcinolone diabsorpsi dengan cepat setelah pemberian
dosis oral. Konsentrasi puncak setelah pemberian oral
dicapai dalam waktu 1-2 jam. Triamcinolone terikat
albumin plasma lebih sedikit dari pada hidrokortison.
Triamcinolone dapat melewati plasenta. Waktu paruh
plasma sekitar 5 jam dan waktu paruh biologis adalah 18-
36 jam (Lacy et al, 2009).
 Dosis :
0.117-1.66 mg/kg per hari atau 3.3-50 mg/m2(Lacy et al,
2009)
 Efek samping
Dengan inhalasi oral, sinusitis, faringitis, sakit kepala,
sindrom flu, sakit punggung. Terkait dengan terapi jangka
panjang: tulang keropos, katarak, gangguan pencernaan,
kelemahan otot, sakit punggung, memar, candidiasis
oral(McEvoy et al, 2011).
 Interaksi Obat
Kombinasi kortikosteroid dengan obat anti–
inflamasinonsteroid meningkatkan risiko terjadinya
ulkuspeptikum dan perdarahan gastrointestinal (McEvoy
et al, 2011).
C. Cara Pembuatan Sediaan Racikan
Lakukan perhitungan terhadap jumlah obat yang diambil
a. Tablet asvex = 1/2 x 15 bungkus = 7 tablet. Asvex
kemudian masukkan tablet ke dalam mortir dan
digerus hingga halus.
b. Tablet tremenza = 1/3 tab x 15 bungkus = 5 tablet.
Tremenzadiambil 5 tablet kemudian masukkan tablet
ke dalam mortir dan digerus hingga halus
c. Salbuven = 1,2 mg x 30 bungkus = 6 tablet.
d. Tablet ketricin = 1/2 tab x 15 bungkus = 7 tablet.
Ketricin diambil tablet kemudian masukkan tablet ke
dalam mortir dan gerus hingga halus.
Keempat hasil gerusan obat tersebut dimasukkan ke
dalam mortir, kemudian digerus sampaii halus dan
homogen. Serbuk yang telah halus dan homogen
diayak terlebih dahulu dan diletakkan di perkamen
besar. Serbuk yang telah homogen dan diayak dibagi
sama banyak secara visual. Setelah dibagi, kemudian
dilipat dengan rapi. Perkamen yang telah dilipat
dimasukkan dalam plastik klip dan diberikan etiket
putih
e. Pengecekan kembali obat, etiket, dan copy resep, jika
sudah sesuai maka obat diberikan beserta dengan
pemberian KIE.
f. Setelah dilakukan KIE pada pasien, obat dimasukkan
ke dalam kantong plastik untuk diserahkan kepada
pasien.
Tabel 4.4 Perhitungan dosis resep anak
Nama obat Dosis Resep Dosis Pustaka Kesimpulan
Asvex 3 kali sehari Dosis lazim 20-40 Sesuai
mg 3 kali sehari.
(Sweetman, 2009).
Treamenza 3 kali sehari 3-4x 1 tablet per Sesuai
hari (Lacy et al,
2009).
Salbuven 3 kali sehari Salbutamol: 2 mg – Sesuai
(1,2 x 3 =3,6 mg) 4 mg, 3 - 4 kali
sehari. Max. dosis
8 mg (BNF, 2011).
Ketricin 3 kali sehari 0.117-1.66 mg/kg Sesuai
per hari (Lacy et
al, 2009)

D. Pembahasan tentang Resep


Dari resep diatas, dapat disimpulkan bahwa pasien tersebut
mengalami gangguan saluran pernapasan yaitu batuk berdahak dan pilek
yang disertai asma. Kemungkinan besar gangguan saluran pernapasan
tersebut disebabkan karena pasien mengalami alergi. Pemberian asvex
membantu mengeluarkan dahak, tremenza bertujuan untuk mengatasi
flu yang disebabkan karena alergi, salbuven untuk mencegah dan
mengurangi sesaknya, pemberian ketricin digunakan untuk alergi
berupa gatal tenggorokan dan mengurangi mucus saluran pernapasan
pada pasien, dan pemberian salbutamol digunakan untuk meringankan
asma.
E. Pemberian KIE
1. Keluarga pasien ditanyakan mengenai informasi apa
sajayang telah diberitahu dokter sebelumnya mengenai
obat yang didapatkan, penjelasan tentang pemakaian obat,
2. Keluarga pasien ditanya apakah sudah pernah
menggunakan obat ini sebelumnya sehingga dapat
terhindar dari reaksi yang tidak diinginkan ataupun
mengatasi masalah yang sudah ada.
3. Keluarga pasien diberikan informasi bahwa obat berupa
sirup alergi untuk mencegah serangan asma.Puyer
berfungsi untuk mengobati batuk dan flu serta
meringankan gangguan saluran pernafasan yang
disebabkan oleh batuk dan pilek. Diminum 1 bungkus 3
kali sehari. Pengobatan dihentikan apabila pasien sudah
sembuh.
4. Keluarga pasien diberikan informasi mengenai efek
samping yang mungkin dapat terjadi pada saat
mengkonsumsi puyer racikan yaitu mengantuk
5. Keluarga pasien diberikan informasi bahwa pasien
dianjurkan untuk menghindari debu serta istirahat secara
teratur
6. Keluarga pasien diberikan informasi untuk menyimpan
obat di tempat yang sejuk, kering, terhindar matahari
langsung, serta jauh dari jangkauan anak–anak.
7. Keluarga pasien diminta untuk mengulang kembali
informasi yang telah diberikan apoteker selama KIE
untuk memastikan keluarga pasien sudah memahami
semuainformasi penting yang telah diberikan.
8. Apabila obat telah habis, namun sakit belum juga
membaik atau semakin parah disarankan untuk kembali
ke dokter.
F. Copy Resep dan Etiket
 Copy Resep
Copy Resep pada resep penggobatan anak dapat di lihat
pada Gambar 4.5
 Etiket Resep
Etiket pada resep penggobatan anak dapat di lihat pada
Gambar 4.6

APOTIK pro THA Farma


Jln. Imam Bonjol 13 Geluran - Sidoarjo
Telp. (031) 7879657
Apoteker: Tenny Inayah E., S.Si., Apt.
SIA: 551.41/047/SIA/404.3.2/2014

TURUNAN RESEP

Dokter : dr. H
Dibuat Tgl : xx-xx-xx No : xxxx
Untuk : An. A Umur: 5 bln

R/ Asvex ½ Tab
Treamenza1/3Tab
Salbuven 1,2 mg
Ketricin ½ Tab
mf. pulv dtd No XV
S 3 dd pulv 1

Stampel
Paraf
Pcc
S
Gambar 4.5 Copy Resep Anak
APOTIK pro.THA Farma
Jl. Imam Bonjol 13 Geluran - Sidoarjo
Telp. (031) 7879657
Apoteker: Tenny Inayah E., S.Si., Apt.
SIA: 551.41/047/SIA/404.3.2/2014

Tgl. xx-xx-xx No.: xx


An. A
3 x sehari satu bungkus
sesudah makan

Nama/Jmlh Obat : Obat Racikan (15)


Gambar 4.6 Etiket Resep Anak

4.2.3 Resep Antibiotik

Dokter : Dr. M
SIP: xxxxxxx
No.Tlp: (031)xx
Jl. Sidoarjo

Sidoarjo, xx-xx-2018

R/ Ciprofloxacin No. X
S 2 dd 1 pc

R/ Asam Mefenamat No. X


S 3 dd 1

Pro : Ny. L Umur: 38 thn


Alamat : xxx

Gambar 4.7 Resep Antibiotik


A. Kelengkapan Resep

Tabel 4.5 Skrining Administrasi Resep


Keteranga Ketera
No. Komponen n No. Komponen ngan
1. Nama dokter √ 6. Tanggal resep √

2. SIP dokter √ 7. Nama pasien √

3. Alamat √ 8. Umur pasien √

4. No. telp √ 9. Jenis kelamin √

5. Paraf √ 10. Berat badan

B. Tinjauan Tentang Obat


1) Ciprofloxacin
 Komposisi Sediaan:
Per tablet mengandung Ciprofloxacin 500 mg
 Indikasi:
Untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh kuman
patogen pada saluran kemih kecuali prostatitis; uretritis dan
servisitis gonore; saluran pernafasan kecuali pneumonia
oleh streptokokus; kulit dan jaringan lunak; tulang dan
sendi; saluran pencernaan termasuk demam tifoid dan
paratifoid (Sweetman, 2009).
 Kontra Indikasi:
Penderita yang hipersensitivitas terhadap siprofloksasin dan
derivat quinolone lainnya, wanita hamil atau menyusui dan
anak-anak pada masa pertumbuhan (Sweetman, 2009).
 Farmakodinamik:
Ciprofloxacin merupakan obat antibiotic golongan
fluorokuinolon. Cara kerja antibiotik golongan ini adalah
dengan menghambat sintesis DNA bakteri melalui
penghambatan topoisomerase II (DNA Girase) dan
topoisomerase IV bakteri. Inhibisi dari DNA girase akan
mencegah relaksasi DNA supercoiled positif yang
diperlukan untuk transkripsi dan replikasi normal,
sedangkan inhibisi tropoisomerasi IV akan mengganggu
pemisahan kromosom DNA pasca replikasi ke dalam
masing-masing sel anak selama pembelahan sel.
Fluorokuinolon memiliki aktivitas yang sangat baik
terhadap bakteri aerob gram negativ, dan tidak begitu baik
untuk bakteri gram positif (Lacy et al, 2009).
 Farmakokinetik:
Pada pemberian oral, fluorokuinolon diserap secara baik
(bioavailabilitasnya 80-95%) dan terdistribusi secara luas
dalam cairan tubuh serta jaringan. Waktu paruh untuk
ciprofloxacin sendiri adalah 3-5 jam dengan kadar puncak
serum adalah 2,4µg/ ml. Kadar serum pada pemberian oral
sama dengan kadar serum pada pember ian intravena,
namun pada pemberian oral, penyerapannya dapat
terganggu dengan pemberian antasida. Obat ini
dimetabolisme di hatidan dieliminasi melalui ginjal baik
melalui sekresi tubulus ataupun filtrasi glomerulus dan
dikeluarkan melalui urine (30–50%) dan feces (15–43%).
penggunaannya harus diperhatikan pada pasien dengan
gangguan ginjal (McEvoy, 2011).
 Dosis:
Infeksi ringan atau sedang 2 x 250-500 mg; Infeksi berat 2 x
500-750 mg (McEvoy, 2011).
 Efek Samping:
Efek yang paling sering muncul adalah mual, muntah, dan
diare. Selain itu, obat golongan fluorokuinolon juga dapat
melukai kartilago yang sedang bertumbuh sehingga
penggunaannya tidak dianjurkan pada pasien dibawah 18
tahun karena dapat menimbulkan artropati (Sweetman,
2009).
 Interaksi Obat:
Asam Mefenamat: pada penggunaan dengan asam
mefenamat dapat meningkatkan resiko stimulasi CNS dan
kejang pada dosis fluorokuinolon yang tinggi.
Diazepam: penggunaan dengan diazepam, ciprofloxacin
akan meningkatkan level dari diazepam dengan cara
menurunkan metabolismenya.
2. Asam mefenamat
 Komposisi Sediaan
Tiap tablet mengandung Asam mefenamat 500 mg.
 Indikasi
Asam mefenamat digunakan sebagai pereda nyeri, nyeri
karena trauma, nyeri karena sakit gigi, nyeri karena
penyakit telinga, dysmenorrhoea (nyeri haid), nyeri sendi,
nyeri otot, nyeri pasca melahirkan (ISO 50, 2016).
 Kontra Indikasi
Disfungsi ginjal, hipofosfatemia, mual, muntah, nyeri perut.
 Farmakodinamik
Asam Mefenamat termasuk ke dalam golongan
(NSAIDS),maka kerja utama kebanyakan nonsteroidal
antiinflammatory drugs (NSAIDS) adalah sebagai
penghambat sintesis prostaglandin (Goodman & Gilman,
2007).
 Farmakokinetik
Tablet asam mefenamat diberikan secara oral. Diberikan
melalui mulut dan diabsorbsi pertama kali dari lambung
dan usus selanjutnya obat akan melalui hati diserap darah
dan dibawa oleh darah sampai ke tempat kerjanya.
Pemberian dosis tunggal secara oral sebesar 1000 mg
memberikan konsentrasi puncak asam mefenamat dalam
plasma tercapai dalam 2 sampai 4 jam. Pada manusia,
sekitar 50% dosis asam mefenamat diekskresikan dalam
urin dan 20% obat ini ditemukan dalam feses sebagai
metabolit 3-karboksil yang tidak terkonjugasi (Goodman &
Gilman, 2007).
 Dosis
Dosis dewasa: dosis awal 500 mg, dilanjutkan 250 mg tiap
6 jam (Tatro, 2003).
 Efek Samping
Efek samping dari asam mefenamat terhadap saluran cerna
yang sering timbul adalah diare, gejala iritasi mukosa
lambung, selain itu dapat juga menyebabkan eritema kulit,
urtikaria dan purpura (Tatro, 2003).
 Interaksi Obat
- Antikoagulan : Meningkatkan resiko erosi lambung dan
perdarahan
- Siklosporin : Nefrotoksisitas dari keduanya baik asam
mefenamat maupun siklosporin menjadi meningkat
- Metotreksat : meningkatkan kadar metotreksat di dalam
darah
- Salisilat : Memicu toksisitas GI (Tatro, 2003).
 Peringatan & Perhatian
Diberikan setelah makan, diikuti dengan segelas air putih
atau susu untuk mencegah iritasi lambung dan esofagus.
Simpan pada temperatur ruang dan terlindung dari cahaya.
C. Cara Pengerjaan
1. Dilakukan skrining pada resep. Setelah itu dihitung dan
dikonfirmasikan ke pasien.
2. Apabila pasien setuju akan harga yang ditetapkan,
dilanjutkan dengan pengambilan obat, pembuatan etiket,
pembuatan copy resep.
3. Ciprofloxacin diambil sebanyak 10 buah (tablet), diberi
etiket putih untuk obat antibiotik dengan aturan pakai 2 kali
4. Asam mefenamat diambil sebanyak 10 buah (tablet), diberi
etiket putih untuk obat antibiotik dengan aturan pakai 2 kali
D. PEMBAHASAN RESEP
Resep memiliki kelengkapan administratif serta kesesuaian
farmasetik sediaan yang tertulis pada resep. Berdasarkan pengobatan
yang diberikan pada pasien, maka dapat diduga bahwa pasien menderita
gusi bengkak, berlubang atau bernanah karena infeksi bakteri. Hal ini
dapat dilihat dengan adanya pemberian Antibiotik Ciprofloxacin untuk
mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri, asam mefenamat yang
digunakan sebagai analgetik dan antiinflamasi.
E. Pemberian KIE pada Pasien
1. Memberikan informasi pada pasien (orang tua pasien)
bahwa pasien tersebut mendapatkan obat Ciprofloxacin
tablet yang diminum 2x sehari sesudah makan sampai
habis. Asam mefenamat yang diminum 3x sehari bila perlu.
2. Pasien dianjurkan agar menjaga pola makan yang sehat dan
bergizi serta istirahat yang cukup.
3. Penyimpanan obat harus di tempat kering, terlindung cahaya
dan pada suhu kamar (15º –30ºC).
4. Apabila mengkonsumsi obat dan tidak terjadi perubahan
pada pasien maka harus menghubungi dokter untuk
pemeriksaan lanjutan.
F. Copy Resep Dan Etiket
 Copy Resep
Copy Resep untuk penggobatan pada anak dapat di lihat
pada Gambar 4.8
 Etiket
Etiket untuk penggobatan pada anak dapat di lihat pada
Gambar 4.9

APOTIK pro THA Farma


Jln. Imam Bonjol 13 Geluran - Sidoarjo
Telp. (031) 7879657
Apoteker: Tenny Inayah E., S.Si., Apt.
SIA: 551.41/047/SIA/404.3.2/2014

TURUNAN RESEP

Dokter : dr. m
Dibuat Tgl : xx-xx-xx No : xxxx
Untuk : Ny. L Umur: 38 thn

R/ Ciproffloxacin 500 mg No. X


S 2 dd 1pc

R/ Asam meenamat No. X


S 3 dd 1

Stampel
Paraf
Pcc
S
Gambar 4.8 Copy Resep Antibiotik
APOTIK pro.THA Farma
Jl. Imam Bonjol 13 Geluran - Sidoarjo
Telp. (031) 7879657
Apoteker: Tenny Inayah E., S.Si., Apt.
SIA: 551.41/047/SIA/404.3.2/2014

Tgl. xx-xx-xx No.: xx


An. M
2 x sehari sesudah makan
(pagi, malam)

Nama/Jmlh Obat : Ciprofloxacin (10)


DIHABISKAN

APOTIK pro.THA Farma


Jl. Imam Bonjol 13 Geluran - Sidoarjo
Telp. (031) 7879657
Apoteker: Tenny Inayah E., S.Si., Apt.
SIA: 551.41/047/SIA/404.3.2/2014

Tgl. xx-xx-xx No.: xx


An. M
2 x sehari sesudah makan
(pagi, malam)

Nama/Jmlh Obat : Asam Mefenamat (10)

Gambar 4.9 Etiket Resep Antibiotik


4.2.4 Resep Antiepilepsi

Dokter : Dr. N
SIP: xxxxxxx
No.Tlp: (031)xx
Jl. Sidoarjo

Sidoarjo, xx-xx-2018

R/ Gabapentin No. XX
S 3 dd 1

R/ Mecobalamin No. XX
S 2 dd 1

Pro : Hj. S Umur: 58 thn


Alamat : xxx

Gambar 4.10 Resep Antiepilepsi

A. Kelengkapan Resep

Tabel 4.6 Skrining Administrasi Resep antiepilepsi


Keteranga Ketera
No. Komponen n No. Komponen ngan
1. Nama dokter √ 6. Tanggal resep √

2. SIP dokter √ 7. Nama pasien √

3. Alamat √ 8. Umur pasien √

4. No. telp √ 9. Jenis kelamin √

5. Paraf √ 10. Berat badan


B. Tinjauan tentang Obat
- Gabapentin
 Komposisi Sediaan
Satu tablet mengandung Gabapentin 300 mg (MIMS, 2018)
 Indikasi
Sebagai terapi tambahan terhadap obat antiepilepsi standar
pada penderita yang tidak dapat dikendalikan serangannya
dengan obat antiepilepsi baik secara tunggal maupun
kombinasi atau pada penderita yang tidak toleran terhadap
dosis obat-obat tersebut. Gabapentin yang ditambahkan
pada terapi antiepilepsi yang sekarang digunakan,
diindikasikan untuk serangan parsial sederhana dan
serangan parsial kompleks (simple and complex partial
seizures) dan serangan umum tonik klonik sekunder
(secondary generalized tonic clonic seizures).
 Farmakokinetika
Gabapentin sebagian besar tidak terikat protein plasma
(<3%). Volume distribusi gabapentin setelah pemberian
150 mg IV adalah 58±6 l (mean±SD). Pada penderita
epilepsi, konsentrasi awal gabapentin untuk mencapai
kondisi tunak (Cmin) pada cairan serebrospinal berkisar
20% dari konsentrasi plasma. Setelah pemberian berulang
gabapentin, kondisi tunak tercapai dalam 1 hingga 2 hari
setelah memulai pemberian dosis berulang dan
dipertahankan sepanjang pemberian regimen dosis.
 Farmakodinamika
Gabapentin secara struktural berhubungan dengan
neurotransmitor aminobutyric acid (GABA), tetapi
mekanisme kerjanya berbeda dengan beberapa obat yang
berinteraksi dengan sinaps GABA. Identifikasi dan fungsi
dari binding site gabapentin masih harus diuraikan dan
relevansi berbagai aksinya terhadap efek antikonvulsan
yang dihasilkan masih memerlukan pembuktian.
 Efek Samping
Mengantuk, pusing atau ataksia, fatigue, nistagmus, tremor,
gugup, disartria, amnesia, depresi, twitching, gangguan
koordinasi, sakit kepala, bingung, insomnia. Rinitis,
faringitis, batuk, pneumonia. Jaringan otot: mialgia,
arthralgia.
 Interaksi Obat
- Gabapentin tidak dimetabolisme dan tidak mempengaruhi
metabolisme obat antiepilepsi yang diberikan bersamaan.
- Alumunium dan magnesium yang terdapat dalam antasid
dapat menurunkan bioavailabilitas gabapentin hingga 24%.
Oleh karena itu, gabapentin dianjurkan untuk digunakan
setidaknya 2 jam setelah pemberian antasid.
- Makanan tidak mempengaruhi farmakokinetika gabapentin.
- Pemberian bersamaan dengan kontrasepsi oral termasuk
norethisterone dan ethinyl estradiol tidak mempengaruhi
profil farmakokinetika dari gabapentin.
- Ekskresi renal tidak dipengaruhi dengan adanya probenecid.
- Apabila gabapentin ditambahkan pada obat antikonvulsan
lain, maka ada prosedur preparasi asam sulfosalicylic lebih
spesifik yang dianjurkan untuk menentukkan protein urin.
Hal ini diperlukan karena pernah dilaporkan adanya
pembacaan positif yang salah dengan Ames N-Multistix SG
dipstick test.
 Kontraindikasi
Hipersensitivitas, pankreatitis akut, tidak efektif pada
kejang generalisasi primer, galaktosemia (intoleransi
galaktosa) untuk sediaan kapsul gabapentin yang
mengandung laktosa.
 Peringatan Dan perhatian
- Pasien dianjurkan untuk tidak mengendarai kendaraan
bermotor, ataupun mengoperasikan mesin karena
gabapentin dapat menyebabkan kantuk, dan gejala-gejala
lain dan tanda-tanda penekanan sistem saraf pusat.
- Hindari penghentian obat secara tiba-tiba (dapat
menyebabkan ansietas, insomnia, mual, nyeri dan
berkeringat, penurunan dosis obat bertahap sekurang-
kurangnya 1 minggu)
- Penghentian penggunaan gabapentin dalam terapi harus
dilakukan secara bertahap selama minimum 1 minggu
karena adanya kemungkinan peningkatan frekuensi kejang.
- Pasien harus diperingatkan untuk menggunakan gabapentin
hanya seperti yang diresepkan.
2) Mecobalamin
 Komposisi Sediaan
Satu tablet mengandung Mecobalamin 500 mg (MIMS,
2018)
 Indikasi
- Mengobati defisiensi vitamin B12, yang juga berarti dapat
mengobati beberapa penyakit yang disebabkan oleh
kekurangan vitmain B12.
- Mengobati penyakit anemia megaloblastik yang disebabkan
oleh kekurangan vitamin B12.
- Mengobati neuropati perifer (nyeri atau kebas akibat
kerusakan saraf tepi).
 Farmakokinetika
Dosis tunggal: Konsentrasi darah memuncak (22310 pg /
ml) 0,9 jam setelah diberikan dosis tunggal 500 mg
mecobalamin untuk orang dewasa. Waktu paruh adalah 6,3
jam. △ Cmax untuk peningkatan konsentrasi total vitamin
B12 serum adalah 21430 pg.
 Farmakodinamika
Mecobalamin bertindak sebagai koenzim dalam sintesis
metionin, terlibat dalam sintesis timidin dari deoksiuridin
dan untuk mempercepat sintesis DNA dan RNA.
 Efek Samping
Mual, diare, ruam kulit, anoreksia. Kadang-kadang: nyeri &
indurasi pd tempat inj, sakit kepala, berkeringat, demam..
 Interaksi Obat
Beberapa jenis obat dapat menurunkan penyerapan
Methycobal jika diminum bersamaan, yaitu obat
antidiabetes (metformin). Obat antihistamin (ranitidin,
simetidin), antibiotik golongan aminoglikosida, kolkiksin,
dan alkohol. Selain itu, tidak disarankan mengkonsumsi
obat ini bersamaan dengan antibiotik kloramfenikol.
 Kontraindikasi
Pasien yang diketahui hipersensitif terhadap obat ini dan
komponen apa pun dari obat ini.
 Peringatan Dan perhatian
- Penggunaan obat ini untuk pasien hipertensi, gangguan
pernapasan dan paru, gangguan pemnuluh darah, dan
gangguan jantung harus berhati-hati dan harus di bawah
pengawasan dokter
- Simpan obat di temperatur ruangan, jauh dari panas dan
cahaya langsung. Jangan membekukan obat kecuali
diperlukan oleh brosur kemasan. Jauhkan obat dari anak-
anak dan hewan peliharaan
C. Pengerjaan Resep
 Resep diterima kemudian dilakukan skrining pada resep
tersebut
 Mengecek ketersediaan obat secara fisik di etalasae obat
dan jumlahnya di kartu stok obat tersebut.
 Resep diberi harga total dan disampaikan kepada pasien
untuk kemudian dibayar.
 Struk pembayaran ditempel pada resep.
 Ambil obat (Gabapentin dan Mecobalamin) dan dicatat
pengeluaran obat pada kartu stok.
 Etiket dan copy resep dibuatkan sesuai dengan resep.
Nomor resep disesuaikan dengan nomor yang tertera
pada struk pembayaran.
 Sebelum diserahkan kepada pasien, obat tersebut harus
dicek lagi untuk mengurangi kemungkinan terjadinya
kesalahan.
D. Pembahasan Resep
Resep diterima dan di cek legalitas serta kebenaran resep
dengan melakukan skrining administrasi pada resep. Pasien
mendapatkan resep teersebut karena mengalami
Pemberian gabapentin terbukti efektif dalam pengobatan
nyeri neuropatik. Nyeri neuropatik merupakan nyeri yang diakibatkan
oleh kerusakan saraf yang secara terus menerus menimbulkan rasa
nyeri dan pada akhirnya menyebabkan hyperalgesia dan alodinia.
Penggunaan secara umum sampai sekarang digunakan sebagai
pengobatan kejang dan nyeri neuropatik. Penggunaan gabapentin
dalam mengatasi nyeri sudah hampir 18 tahun, terutama dipalcai
dalam mengobati nyeri kronik seperti nyeri neuropatik yang sangat
sulit untuk diatasi. Gabapentin telah disetujui untuk diberikan sebagai
tatalaksana nyeri neuropatik pada orang dewasa (usia>18 tahun).
Gabapentin dan methylcobalamin lebih bagus dalam hal
menurunkan rasa nyeri Neuropathy dibandingkan dengan yang hanya
mendapat terapi gabapentin saja.
E. Pemberian KIE pada pasien
1. Konseling diawali dengan perkenalan Apoteker pada pasien.
Kemudian mengajukan three prime questions, yaitu:
 Apa yang dikatakan dokter tentang penyakit pasien.
 Apa yang dikatakan dokter mengenai obat yang pasien
terima.
 Apa yang diharapkan oleh dokter setelah pasien
meminum obat tersebut.
2. Apoteker menanyakan data terkait pasien seperti riwayat alergi
obat, obat lain yang sedang dikonsumsi.
3. Apoteker menjelaskan obat-obatan yang diterima pasien
sebagai berikut:
 Pasien menerima 2 macam obat.
 Obat pertama adalah Gabapentin berfungsi sebagai
antinyeri dan obat kedua mecobalamin juga sebagai anti
nyeri penggunaan keduanya kerena lebih bagus dalam
menurunkan nyeri daripada satu macam obat saja.
4. Apoteker juga menjelaskan terapi non-farmakologis seperti
pasien diharapkan untuk cukup beristirahat agar cepat pulih
kemudian disarankan untuk mengkonsumsi makanan rendah
karbohidrat, mengontrol berat badan. Apabila setelah
menggunakan obat hingga habis kondisi pasien masih belum
membaik, disarankan untuk kembali berkonsultasi ke dokter
dan menyarankan pasien untuk cek rutin ke dokter.
5. Melakukan feedback kepada pasien untuk mengetahui apakah
pasien memahami penjelasan mengenai penggunaan kedua
obat tersebut.

F. Copy Resep dan Etiket


 Copy Resep

APOTIK pro THA Farma


Jln. Imam Bonjol 13 Geluran - Sidoarjo
Telp. (031) 7879657
Apoteker: Tenny Inayah E., S.Si., Apt.
SIA: 551.41/047/SIA/404.3.2/2014

TURUNAN RESEP

Dokter : dr. N
Dibuat Tgl : xx-xx-xx No : xxxx
Untuk : Hj. S Umur: 58 thn

R/ Gabapentin No. XX
S 3 dd 1

R/ Mecobalamin No. XX
S 2 dd 1

Stampel
Paraf
Pcc
S
Gambar 4.11 Copy Resep Antiepilepsi
 Etiket
APOTIK pro.THA Farma
Jl. Imam Bonjol 13 Geluran - Sidoarjo
Telp. (031) 7879657
Apoteker: Tenny Inayah E., S.Si., Apt.
SIA: 551.41/047/SIA/404.3.2/2014

Tgl. xx-xx-xx No.: xx


Hj. S
3 x sehari sesudah makan
(pagi, siang, malam)

Nama/Jmlh Obat : Gabapentin (20)

APOTIK pro.THA Farma


Jl. Imam Bonjol 13 Geluran - Sidoarjo
Telp. (031) 7879657
Apoteker: Tenny Inayah E., S.Si., Apt.
SIA: 551.41/047/SIA/404.3.2/2014

Tgl. xx-xx-xx No.: xx


Hj. S
2 x sehari sesudah makan
(pagi, malam)

Nama/Jmlh Obat : Mecobalamin (20)

Gambar 4.12 Etiket resep antiepilepsi


4.3 Pelayanan Obat OTCdi Apotek

Pasien datang ke apotek dengan keluhan gatal-gatal pada


kulit. Apoteker langsung melakukan assessment terlebih dahulu pada
pasien dengan metode WWHAM.
a) W- Who is patient?
Siapa pasiennya? → wanita usia 24 tahun.
b) W - What are the symptoms?
Apa gejalanya? → rasa gatal dan ruam pada kulit.
c) H- How long have the symptoms persisted?
Berapa lama gejala tersebut muncul? → sejak 1 hari yang
lalu.
d) A - Action taken, what medicine tried?
Tindakan yang dilakukan, obat apa yang digunakan? Tidak
ada.
e) M - Medicine already being taken for other conditions?
Obat-obat apa saja yang saat ini digunakan untuk gejala
yang lain? Tidak ada.

a. Skrining Farmasetik
Tabel 4.13 Skrining Farmasetik OTC
Skrining Farmasetik Obat
Nama Cetirizine
Bentuk sediaan Tablet
Dewasa : 5-10 mg sekali sehari, tidak melebihi 10
Dosis
mg sehari.
Frekuensi 1 kali sehari 1 tablet
Kekuatan Cetirizine 10 mg
Cara Pemberian Berikan setelah makan
Simpan pada suhu 20-25°C, terlindung dari
Stabilitas cahaya matahari langsung dan kelembaban.
b. Skrining
Cetirizine
1) Dosis (McEvoy, 2011).

Anak-anak 2-6 tahun : 2,5 mg sekali sehari (oral solution),
dapat meningkat menjadi 5 mg sehari atau 2,5 mg dua kali
sehari.

Dewasa dan anak usia >6 tahun (oral) : 5-10 mg sekali
sehari, tergantung pada tingkat keparahan gejala.

Lansia (oral) : dosis awal 5 mg sekali sehari, dapat
meningkat sampai 10 mg/hari.
2) Indikasi
Cetirizine diindikasikan untuk pasien rinitis alergi perenial
dan musiman dan gejala alergi lainnya termasuk urtikaria;
urtikaria idiopatik kronik (McEvoy, 2011).
3) Kontraindikasi
Hipersensitivitas terhadap cetirizine, hidroksizin atau
bahan dalam formulasi (McEvoy, 2011).
4) Farmakodinamik
Cetirizine bersaing dengan antagonis H1-reseptor histamin
pada sel efektor dalam saluran pencernaan, pembuluh
darah dan saluran pernapasan (Lacy, et al., 2009).
5) Farmakokinetik
Cetirizine terabsorbsi cepat dalam saluran pencernaan
setelah pemberian oral dengan konsentrasi plasma puncak
dicapai dalam waktu sekitar 1 jam. Onset of action
tercapai dalam waktau 1 jam dan duration of action
berlangsung selama 24 jam. Cetirizine terikat protein
plasma sekitar 93%. Cetirizine dimetabolisme di hati dan
diekskresikan melalui urin (80%) dalam bentuk tidak
berubah. Waktu paruh eliminasi 3 jam (McEvoy, 2011).
6) Efek samping
Efek samping yang umum terjadi :

Dewasa dan anak-anak usia ≥12 tahun : mengantuk,
kelelahan, mulut kering.

Anak-anak 2-11 tahun : sakit kepala, faringitis, nyeri
perut.

Anak-anak 6 bulan-2 tahun : iritabilitas, kerewelan,
insomnia, kelelahan, malaise.
7) Interaksi obat
 Inhibitor asetilkolinesterase : antikolinergik
dapat mengurangi efek terapeutik inhibitor
asetilkolinesterase.
 Alkohol (Etil): dapat meningkatkan efek depresan SSP
dari alkohol.
 Amfetamin : dapat mengurangi efek sedatif dari
antihistamin.
 Antikolinergik : dapat meningkatkan efek merugikan
dari antikolinergik lainnya, kecuali paliperidone.
 Betahistin : antihistamin dapat mengurangi efek
terapeutik betahistin.
 Pramlintide : dapat meningkatkan efek antikolinergik
dari antikolinergik. Efek ini khusus untuk saluran
pencernaan (Lacy, et al., 2009).
7) Peringatan dan perhatian (Lacy, et al., 2009).
 Depresi SSP : dapat menyebabkan depresi SSP yang
dapat mengganggu kemampuan fisik atau mental pasien.
 Gangguan hati : gunakan hati-hati pada pasien dengan
gangguan hati, memerlukan penyesuaian dosis.
 Gangguan ginjal : gunakan dengan hati-hati pada pasien
dengan gangguan ginjal, memerlukan penyesuaian dosis.
 Sedatif : efek dapat diperkuat bila digunakan dengan
obat penenang lain atau etanol.
 Lanjut usia : gunakan dengan hati-hati pada lansia.
 Anak-anak : keamanan dan efikasi obat tidak dianjurkan
pada anak-anak di bawah usia 6 bulan.

c. Pembahasan Kasus
Pasien seorang wanita dewasa mengalami gatal-gatal pada
kulit sejak 1 hari yang lalu. Pasien datang ke. Selanjutnya pasien di-
assesment menggunakan metode WWHAM dan berdasarkan hasil
assessment pasien mengalami gatal-gatal akibat mengonsumsi
makanan (udang) sejak 1 hari yang lalu, sehingga pasien diberikan
cetirizine tablet yang mengandung cetirizine dihidroklorida 10 mg
dengan aturan pakai diminum 1 kali sehari 1 tablet setelah makan.
Cetirizine merupakan obat golongan antihistamin yang dapat
menghambat efek dari histamin yang menyebabkan gejala-gejala
alergi. Oleh karena itu obat ini dapat diberikan kepada pasien untuk
mengatasi alergi yang dialaminya.

d. KIE
a) Pasien diinformasikan bahwa pasien mendapat obat
cetirizine untuk mengatasi gatal-gatalnya dan pasien
mengonsumsi obat 1 kali sehari 1 tablet setelah makan.
b) Diinformasikan pada pasien untuk menjaga pola makan
dan menghindari konsumsi makanan yang dapat
menyebabkan alergi kambuh kembali.
c) Diinformasikan kepada pasien mengenai efek samping
yang umumnya terjadi setelah mengonsumsi obat.
d) Diinformasikan penyimpanan obat pada tempat kering,
terhindar dari cahaya matahari dan kelembaban serta
dijauhkan dari jangkauan anak-anak.
e) Ditanyakan kembali kepada pasien mengenai cara
penggunaan obat untuk mengetahui bahwa pasien telah
mengerti mengenai informasi yang telah disampaikan.
f) Jika gejala alergi kambuh kembali meskipun sudah
diberikan terapi, pasien dianjurkan untuk segera kontrol
ke dokter.
g) Disampaikan pada pasien "semoga lekas sembuh".

Anda mungkin juga menyukai