PEMBAHASAN
Dokter : Dr. R
SIP: xxxxxxx
No.Tlp: (031)xx
Jl. Sidoarjo
Sidoarjo, xx-xx-2018
R/ Glimepiride 3 mg No. XX
S 1dd 1ac
C. Pengerjaan Resep
Resep diterima kemudian dilakukan skrining pada resep
tersebut
Mengecek ketersediaan obat seacara fisik di etalasae obat
dan jumlahnya di kartu stok obat tersebut.
Resep diberi harga total dan disampaikan kepada pasien
untuk kemudian dibayar.
Struk pembayaran ditempel pada resep.
Ambil obat pada rak (Glimepiride dan Metformin) dan
dicatat pengeluaran obat pada kartu stok.
Etiket dan copy resep dibuatkan sesuai dengan resep.
Nomor resep disesuaikan dengan nomor yang tertera
pada struk pembayaran.
Sebelum diserahkan kepada pasien, obat tersebut harus
dicek lagi untuk mengurangi kemungkinan terjadinya
kesalahan.
D. Pembahasan Resep
Resep diterima dan di cek legalitas serta kebenaran resep
dengan melakukan skrining administrasi pada resep. Berdasarkan
pengobatan yang diberikan pada pasien, maka dapat diduga bahwa
pasien menderita penyakit diabetes mellitus tipe 2 (non-insulin
dependent diabetes mellitus).
Glimepiride 2 mg yang bekerja dengan cara meningkatkan
sensitivitas insulin di target perifer, menstimulasi pelepasan insulin
pada sel β-pankreas dan sekitar jaringan ekstra hepatic untuk
menurunkan glukosa yang berasal dari hati (Anderson et al., 2002).
Metformin HCl yaitu obat antidiabetes golongan Biguanide dan
digunakan untuk terapi pengobatan pada penderita Diabetes Melitus
tipe 2. Metformin sebagai antidiabetes memiliki mekanisme kerja yaitu
dengan mengurangi pengeluaran glukosa hati dengan menghambat
glukoneogenesis, dan meningkatkan sensitivitas insulin, namun tidak
merangsang sekresi insulin sehingga tidak menimbulkan efek samping
hipoglikemia (Lacy et. al., 2009).
Pada resep tersebut terlihat bahwa pasien mendapat terapi 2
obat yaitu Glimepiride dan Metformin. Penggunaan Glimepiride dapat
dikombinasi dengan Metformin atau obat antidiabetes oral lainnya
pada pasien yang tidak berhasil diterapi dengan pengobatan tunggal
(Sweetman, 2009). Penggunaan kombinasi 2 obat dapat dilakukan
ketika nilai HbA1C > 9%. Penggunaan insulin direkomendasikan
terutama ketika muncul gejala penurunan berat badan dan ketosis atau
ketika kadar gula darah > 300-350 mg/Dl dan/atau nilai HbA1C > 10-
12% (ADA, 2015).
Dosis Metformin dan Glimepiride pada resep di atas sudah
sesuai dengan pustaka. Waktu penggunaan Glimepiride sebaiknya
ditambahkan waktu 15-30 menit sebelum makan, sedangkan
Metformin sudah tepat, dapat diminum saat makan atau setelah makan
karena memiliki efek samping pada saluran cerna.
Selain menjalankan terapi farmakologis, pasien sebaiknya
diedukasi untuk melaksanakan terapi non farmakologis supaya target
gula darah yang diinginkan lebih cepat tercapai, seperti merubah pola
makan menjadi makanan rendah karbohidrat, mengontrol berat badan,
dan mengontrol kadar kolesterol.
E. Pemberian KIE pada pasien
1. Konseling diawali dengan perkenalan Apoteker pada pasien.
Kemudian mengajukan three prime questions, yaitu:
Apa yang dikatakan dokter tentang penyakit pasien.
Apa yang dikatakan dokter mengenai obat yang pasien
terima.
Apa yang diharapkan oleh dokter setelah pasien
meminum obat tersebut.
2. Apoteker menanyakan data terkait pasien seperti riwayat alergi
obat, obat lain yang sedang dikonsumsi.
3. Apoteker menjelaskan obat-obatan yang diterima pasien
sebagai berikut:
Pasien menerima 2 macam obat.
Obat pertama adalah Glimepiride. Tujuan diberikan obat
glimepiride adalah untuk menurunkan kadar gula dalam
darah. Obat ini diminum satu kali sehari 1 tablet.
Diminum sebelum makan. Obat yang kedua adalah
Metformin, tujuan diberikan obat ini juga adalah untuk
menurunkan kadar gula darah pasien. Obat ini diminum
tiga kali sehari 1 tablet. Metformin diminum setelah
makan.
Penggunaan Glimepiride dapat menyebabkan
hipoglikemi, dengan gejala seperti pusing, gemetar dan
keringat dingin. Oleh karena itu apoteker harus menjelaskan
kepada pasien untuk makan-makanan yang mengandung
karbohidrat. Glimepiride dan Metformin disimpan pada suhu
kamar dan terhindar dari sinar matahari langsung.
4. Apoteker juga menjelaskan terapi non-farmakologis seperti
pasien diharapkan untuk cukup beristirahat agar cepat pulih
kemudian disarankan untuk mengkonsumsi makanan rendah
karbohidrat, mengontrol berat badan. Apabila setelah
menggunakan obat hingga habis kondisi pasien masih belum
membaik, disarankan untuk kembali berkonsultasi ke dokter
dan menyarankan pasien untuk cek rutin ke dokter.
5. Melakukan feedback kepada pasien untuk mengetahui apakah
pasien memahami penjelasan mengenai penggunaan kedua
obat tersebut.
F. Copy Resep dan Etiket
Copy Resep
TURUNAN RESEP
Dokter : dr. A
Dibuat Tgl : xx-xx-xx No : xxxx
Untuk : Ny. M Umur: 54 thn
R/ Glimepiride 3 mg No. XX
S 1dd 1ac
Stampel
Paraf
Pcc
S
Gambar 4.2 Copy Resep Diabetes
Etiket Resep
Dokter : Dr. H
SIP: xxxxxxx
No.Tlp: (031)xx
Jl. Sidoarjo
Sidoarjo, xx-xx-2018
R/ Asvex ½ Tab
Treamenza 1/3 tab
Salbuven 1,2 mg
Ketricin 1/2 tab
Mf pulv dtd no XV
∫ 3 dd 1
A. Skrining Administratif
4. Ketricin
Komposisi sediaan :
Tiap tablet mengandung triamcinolone 4 mg
Indikasi :
Artritis rheumatoid dan demam reumatik, asma bronkial,
rinttis vasomotor, leukemia, limfosarkoma, penyakit
Hodgkin, fibrosis paru, bursitis akut (Sweetman, 2009).
Kontraindikasi :
Infeksi jamur yang sistemik; pengobatan utama asma akut
asma, infeksi jamur, virus, atau bakteri mulut atau
tenggorokan (Lacy et al, 2009)
Farmakodinamik :
Triamcinolone bekerja terutama sebagai glukokortikoid
dan mempunyai daya antiinflamasi yang kuat, mempunyai
efek hormonal dan metabolik seperti kortison. Aktivitas
glukokortikoid menyebabkan peningkatan
glukoneogenesis dan penurunan penggunaan glukosa
secara efektif di dalam jaringan. Glukokortikoid alami
(hidrokortison dan kortison), yang juga bersifat meretensi
garam, digunakan sebagai terapi pengganti pada kondisi
defisiensi adrenokortikal. Triamcinolone berbeda dengan
glukokortikoid alami, yaitu dalam hal efek antiinflamasi
dan glukoneogenesis yang lebih besar dan sifat meretensi
garamnya yang lebih sedikit (Lacy et al, 2009)
Farmakokinetika
Triamcinolone diabsorpsi dengan cepat setelah pemberian
dosis oral. Konsentrasi puncak setelah pemberian oral
dicapai dalam waktu 1-2 jam. Triamcinolone terikat
albumin plasma lebih sedikit dari pada hidrokortison.
Triamcinolone dapat melewati plasenta. Waktu paruh
plasma sekitar 5 jam dan waktu paruh biologis adalah 18-
36 jam (Lacy et al, 2009).
Dosis :
0.117-1.66 mg/kg per hari atau 3.3-50 mg/m2(Lacy et al,
2009)
Efek samping
Dengan inhalasi oral, sinusitis, faringitis, sakit kepala,
sindrom flu, sakit punggung. Terkait dengan terapi jangka
panjang: tulang keropos, katarak, gangguan pencernaan,
kelemahan otot, sakit punggung, memar, candidiasis
oral(McEvoy et al, 2011).
Interaksi Obat
Kombinasi kortikosteroid dengan obat anti–
inflamasinonsteroid meningkatkan risiko terjadinya
ulkuspeptikum dan perdarahan gastrointestinal (McEvoy
et al, 2011).
C. Cara Pembuatan Sediaan Racikan
Lakukan perhitungan terhadap jumlah obat yang diambil
a. Tablet asvex = 1/2 x 15 bungkus = 7 tablet. Asvex
kemudian masukkan tablet ke dalam mortir dan
digerus hingga halus.
b. Tablet tremenza = 1/3 tab x 15 bungkus = 5 tablet.
Tremenzadiambil 5 tablet kemudian masukkan tablet
ke dalam mortir dan digerus hingga halus
c. Salbuven = 1,2 mg x 30 bungkus = 6 tablet.
d. Tablet ketricin = 1/2 tab x 15 bungkus = 7 tablet.
Ketricin diambil tablet kemudian masukkan tablet ke
dalam mortir dan gerus hingga halus.
Keempat hasil gerusan obat tersebut dimasukkan ke
dalam mortir, kemudian digerus sampaii halus dan
homogen. Serbuk yang telah halus dan homogen
diayak terlebih dahulu dan diletakkan di perkamen
besar. Serbuk yang telah homogen dan diayak dibagi
sama banyak secara visual. Setelah dibagi, kemudian
dilipat dengan rapi. Perkamen yang telah dilipat
dimasukkan dalam plastik klip dan diberikan etiket
putih
e. Pengecekan kembali obat, etiket, dan copy resep, jika
sudah sesuai maka obat diberikan beserta dengan
pemberian KIE.
f. Setelah dilakukan KIE pada pasien, obat dimasukkan
ke dalam kantong plastik untuk diserahkan kepada
pasien.
Tabel 4.4 Perhitungan dosis resep anak
Nama obat Dosis Resep Dosis Pustaka Kesimpulan
Asvex 3 kali sehari Dosis lazim 20-40 Sesuai
mg 3 kali sehari.
(Sweetman, 2009).
Treamenza 3 kali sehari 3-4x 1 tablet per Sesuai
hari (Lacy et al,
2009).
Salbuven 3 kali sehari Salbutamol: 2 mg – Sesuai
(1,2 x 3 =3,6 mg) 4 mg, 3 - 4 kali
sehari. Max. dosis
8 mg (BNF, 2011).
Ketricin 3 kali sehari 0.117-1.66 mg/kg Sesuai
per hari (Lacy et
al, 2009)
TURUNAN RESEP
Dokter : dr. H
Dibuat Tgl : xx-xx-xx No : xxxx
Untuk : An. A Umur: 5 bln
R/ Asvex ½ Tab
Treamenza1/3Tab
Salbuven 1,2 mg
Ketricin ½ Tab
mf. pulv dtd No XV
S 3 dd pulv 1
Stampel
Paraf
Pcc
S
Gambar 4.5 Copy Resep Anak
APOTIK pro.THA Farma
Jl. Imam Bonjol 13 Geluran - Sidoarjo
Telp. (031) 7879657
Apoteker: Tenny Inayah E., S.Si., Apt.
SIA: 551.41/047/SIA/404.3.2/2014
Dokter : Dr. M
SIP: xxxxxxx
No.Tlp: (031)xx
Jl. Sidoarjo
Sidoarjo, xx-xx-2018
R/ Ciprofloxacin No. X
S 2 dd 1 pc
TURUNAN RESEP
Dokter : dr. m
Dibuat Tgl : xx-xx-xx No : xxxx
Untuk : Ny. L Umur: 38 thn
Stampel
Paraf
Pcc
S
Gambar 4.8 Copy Resep Antibiotik
APOTIK pro.THA Farma
Jl. Imam Bonjol 13 Geluran - Sidoarjo
Telp. (031) 7879657
Apoteker: Tenny Inayah E., S.Si., Apt.
SIA: 551.41/047/SIA/404.3.2/2014
Dokter : Dr. N
SIP: xxxxxxx
No.Tlp: (031)xx
Jl. Sidoarjo
Sidoarjo, xx-xx-2018
R/ Gabapentin No. XX
S 3 dd 1
R/ Mecobalamin No. XX
S 2 dd 1
A. Kelengkapan Resep
TURUNAN RESEP
Dokter : dr. N
Dibuat Tgl : xx-xx-xx No : xxxx
Untuk : Hj. S Umur: 58 thn
R/ Gabapentin No. XX
S 3 dd 1
R/ Mecobalamin No. XX
S 2 dd 1
Stampel
Paraf
Pcc
S
Gambar 4.11 Copy Resep Antiepilepsi
Etiket
APOTIK pro.THA Farma
Jl. Imam Bonjol 13 Geluran - Sidoarjo
Telp. (031) 7879657
Apoteker: Tenny Inayah E., S.Si., Apt.
SIA: 551.41/047/SIA/404.3.2/2014
a. Skrining Farmasetik
Tabel 4.13 Skrining Farmasetik OTC
Skrining Farmasetik Obat
Nama Cetirizine
Bentuk sediaan Tablet
Dewasa : 5-10 mg sekali sehari, tidak melebihi 10
Dosis
mg sehari.
Frekuensi 1 kali sehari 1 tablet
Kekuatan Cetirizine 10 mg
Cara Pemberian Berikan setelah makan
Simpan pada suhu 20-25°C, terlindung dari
Stabilitas cahaya matahari langsung dan kelembaban.
b. Skrining
Cetirizine
1) Dosis (McEvoy, 2011).
Anak-anak 2-6 tahun : 2,5 mg sekali sehari (oral solution),
dapat meningkat menjadi 5 mg sehari atau 2,5 mg dua kali
sehari.
Dewasa dan anak usia >6 tahun (oral) : 5-10 mg sekali
sehari, tergantung pada tingkat keparahan gejala.
Lansia (oral) : dosis awal 5 mg sekali sehari, dapat
meningkat sampai 10 mg/hari.
2) Indikasi
Cetirizine diindikasikan untuk pasien rinitis alergi perenial
dan musiman dan gejala alergi lainnya termasuk urtikaria;
urtikaria idiopatik kronik (McEvoy, 2011).
3) Kontraindikasi
Hipersensitivitas terhadap cetirizine, hidroksizin atau
bahan dalam formulasi (McEvoy, 2011).
4) Farmakodinamik
Cetirizine bersaing dengan antagonis H1-reseptor histamin
pada sel efektor dalam saluran pencernaan, pembuluh
darah dan saluran pernapasan (Lacy, et al., 2009).
5) Farmakokinetik
Cetirizine terabsorbsi cepat dalam saluran pencernaan
setelah pemberian oral dengan konsentrasi plasma puncak
dicapai dalam waktu sekitar 1 jam. Onset of action
tercapai dalam waktau 1 jam dan duration of action
berlangsung selama 24 jam. Cetirizine terikat protein
plasma sekitar 93%. Cetirizine dimetabolisme di hati dan
diekskresikan melalui urin (80%) dalam bentuk tidak
berubah. Waktu paruh eliminasi 3 jam (McEvoy, 2011).
6) Efek samping
Efek samping yang umum terjadi :
Dewasa dan anak-anak usia ≥12 tahun : mengantuk,
kelelahan, mulut kering.
Anak-anak 2-11 tahun : sakit kepala, faringitis, nyeri
perut.
Anak-anak 6 bulan-2 tahun : iritabilitas, kerewelan,
insomnia, kelelahan, malaise.
7) Interaksi obat
Inhibitor asetilkolinesterase : antikolinergik
dapat mengurangi efek terapeutik inhibitor
asetilkolinesterase.
Alkohol (Etil): dapat meningkatkan efek depresan SSP
dari alkohol.
Amfetamin : dapat mengurangi efek sedatif dari
antihistamin.
Antikolinergik : dapat meningkatkan efek merugikan
dari antikolinergik lainnya, kecuali paliperidone.
Betahistin : antihistamin dapat mengurangi efek
terapeutik betahistin.
Pramlintide : dapat meningkatkan efek antikolinergik
dari antikolinergik. Efek ini khusus untuk saluran
pencernaan (Lacy, et al., 2009).
7) Peringatan dan perhatian (Lacy, et al., 2009).
Depresi SSP : dapat menyebabkan depresi SSP yang
dapat mengganggu kemampuan fisik atau mental pasien.
Gangguan hati : gunakan hati-hati pada pasien dengan
gangguan hati, memerlukan penyesuaian dosis.
Gangguan ginjal : gunakan dengan hati-hati pada pasien
dengan gangguan ginjal, memerlukan penyesuaian dosis.
Sedatif : efek dapat diperkuat bila digunakan dengan
obat penenang lain atau etanol.
Lanjut usia : gunakan dengan hati-hati pada lansia.
Anak-anak : keamanan dan efikasi obat tidak dianjurkan
pada anak-anak di bawah usia 6 bulan.
c. Pembahasan Kasus
Pasien seorang wanita dewasa mengalami gatal-gatal pada
kulit sejak 1 hari yang lalu. Pasien datang ke. Selanjutnya pasien di-
assesment menggunakan metode WWHAM dan berdasarkan hasil
assessment pasien mengalami gatal-gatal akibat mengonsumsi
makanan (udang) sejak 1 hari yang lalu, sehingga pasien diberikan
cetirizine tablet yang mengandung cetirizine dihidroklorida 10 mg
dengan aturan pakai diminum 1 kali sehari 1 tablet setelah makan.
Cetirizine merupakan obat golongan antihistamin yang dapat
menghambat efek dari histamin yang menyebabkan gejala-gejala
alergi. Oleh karena itu obat ini dapat diberikan kepada pasien untuk
mengatasi alergi yang dialaminya.
d. KIE
a) Pasien diinformasikan bahwa pasien mendapat obat
cetirizine untuk mengatasi gatal-gatalnya dan pasien
mengonsumsi obat 1 kali sehari 1 tablet setelah makan.
b) Diinformasikan pada pasien untuk menjaga pola makan
dan menghindari konsumsi makanan yang dapat
menyebabkan alergi kambuh kembali.
c) Diinformasikan kepada pasien mengenai efek samping
yang umumnya terjadi setelah mengonsumsi obat.
d) Diinformasikan penyimpanan obat pada tempat kering,
terhindar dari cahaya matahari dan kelembaban serta
dijauhkan dari jangkauan anak-anak.
e) Ditanyakan kembali kepada pasien mengenai cara
penggunaan obat untuk mengetahui bahwa pasien telah
mengerti mengenai informasi yang telah disampaikan.
f) Jika gejala alergi kambuh kembali meskipun sudah
diberikan terapi, pasien dianjurkan untuk segera kontrol
ke dokter.
g) Disampaikan pada pasien "semoga lekas sembuh".