(Dipiro, 2008)
Obat-obat yang digunakan untuk terapi diare
1. Antimotilitik
Loperamide HCl (Lodia)
Cara pemakaian dan dosis: Peroral, diare non spesifik dosis awal 2 tablet (4
mg); dosis lazim sehari 1-2 kali 1-2 tablet (2-4 mg); diare kronik sehari 2-4
tablet (4-8 mg) dalam dosis terbagi tergantung dari beratnya diare dan respon
penderita. Dosis maksimal 8 tablet (16 mg) (ISO, 2016)
Cara penyimpanan: Disimpan di suhu ruang dan terhindar dari cahaya
langsung dan tempat yang lembab (Medlineplus, 2018)
Interaksi dengan obat lain: Interaksi dengan difenhidramin dapat
meningkatkan efek samping loperamid seperti pusing, mual, dam kesulitan
dalam berkonsentrasi. Pemakaian dengan hydrocone dapat meningkatkan
kadar lopermid di dalam darah dan dapat meningkatkan efek samping dari
kedua obat (Drugs.com, 2018).
Interaksi dengan makanan/minuman: Alkohol dapat meningkatkan efek
samping dari loperamid seperti pusing, mual, dan kesulitan dalam
berkonsentrasi (Drugs.com, 2018).
Efek samping: Nyeri pada abdomen, mengantuk, mulut kering, lelah, mual,
muntah, dan sukar buang air besar (ISO, 2016).
Paregoric (Opium Paregoric)
Cara pemakaian dan dosis: Peroral, diare akut sehari setiap 6 jam 2-4 mg (5-
10 mL) jika diperlukan (Medscape, 2018).
Cara penyimpanan: Disimpan di suhu ruang dan terhindar dari cahaya
langsung dan tempat yang lembab (Medlineplus, 2015).
Interaksi dengan obat lain: Pemakaian bersamaan dengan attapulgite dapat
meningkatkan kadar opium dalam darah dan meningkatkan efek samping dari
kedua obat tersebut. Furosemid dan opium dapat memiliki efek penurunan
tekanan darah (Drugs.com, 2018).
Interaksi dengan makanan/minuman: Penggunaan bersamaan dengan
makanan dan minuman yang menganding alkohol dapat meningkatkan efek
samping pada sistem saraf seperti mengantuk, pusing, mual, kesulitan
bernafas, dan gangguan dalam berpikir. Dalam kasus yang lebih parah dapat
mengakibatkan tekanan darah rendah, gangguan bernapas, pingsan, koma dan
bahkan kematian (Drugs.com, 2018).
Efek samping: konstipasi, nyeri perut, muntah, mual, dan pusing
(Medlineplus, 2015).
2. Adsorben
Kaolin-pectin (Envios-FB)
Cara pemakaian dan dosis: Peroral, dewasa 2 sendok teh (10 mL) 3-4 kali
sehari maksimal 40 mL/hari. Anak 6-12 tahun 1 sendok teh (5 mL) 3-4 kali
sehari maksimal 20 mL/hari (MIMS, 2012).
Cara penyimpanan: Disimpan di suhu ruang dan terhindar dari cahaya
langsung dan tempat yang lembab (Drugs.com, 2018).
Interaksi dengan obat lain: Pemakaian bersamaan dengan digoxin dapat
meningkatkan efek dari digoxin (Drugs.com, 2018).
Interaksi dengan makanan/minuman: -
Efek samping: Konstipasi sementara (MIMS, 2012).
Attapulgite (New Diatabs)
Cara pemakaian dan dosis: Peroral, Dewasa dan anak >12 tahun 2 tablet
(1200 mg) setelah buang air besar, maksimal 12 tablet/hari (7200 mg). Anak
6-12 tahun 1 tablet (600 mg) setelah buang air besar, maksimal 6 tablet/hari
(3600 mg) (MIMS, 2012).
Cara penyimpanan: Disimpan di suhu ruang dan terhindar dari cahaya
langsung dan tempat yang lembab (Drugs.com, 2018).
Interaksi dengan obat lain: Penggunaan bersamaan dengan dolutegravir
dapat mengganggu penyerapan dolutegravir dan menurunkan kerja dalam
pengobatan infeksi HIV (Drugs.com, 2018)
Interaksi dengan makanan/minuman: -
Efek samping: Pusing, sembelit, dyspepsia, perut kembung, dan mual
(Drugs.com, 2018).
3. Antisekretori
Bismuth subsalicylate (Stobiol)
Cara pemakaian dan dosis: Peroral, dewasa 1 ½ -2 tablet (378-504 mg) pada
1 kali pemberian, maksimal 11 tablet/hari (2772 mg). Anak 9-12 tahun ½ - 1
tablet (126-252 mg), maksimal 5 tablet/hari (1260 mg). 6-9 tahun ½ tablet
(126 mg), maksimal 4 tablet/hari (1008 mg) (MIMS, 2012).
Cara penyimpanan: Disimpan di suhu ruang dan terhindar dari cahaya
langsung dan tempat yang lembab (Drugs.com, 2018).
Interaksi dengan obat lain: Doksisiklin (MIMS, 2012)
Interaksi dengan makanan/minuman: -
Efek samping: Lidah dan/atau wajah menjadi kehitaman (MIMS, 2012).
Guideline Terapi Tuberkulosis
(Dipiro, 2008)
Daftar Pustaka