Pembimbing
Isti Mutmainah, M.Farm., Apt
UAP (Unstable Angina Pectoris)
Disusun Oleh
KELOMPOK A
Waspadai gejala nyeri dada, terutama bila seperti diremas, ditindih benda berat, menjalar
ke lengan, punggung, leher, atau rahang
Segera mencari pertolongan ke IGD rumah sakit terdekat, pertolongan pertama di rumah
minum aspirin 160-300 mg
Pertolongan segera harus dilakukan
Pertolongan utama berupa revaskularisasi
Pertolongan segera menyelamatkan fungsi otot jantung lebih baik
Kontrol ketat faktor risiko kardiovaskuler, stop merokok, kendalikan gula darah, kontrol
tekanan darah < 140/90 mmHg, aktivitas fisik yang baik, makan makanan yang sehat.
B. GEJALA
Tanda dan gejala angina pectoris menurut Kasron (2012), yaitu:
1. Nyeri dada substernal atau retrosternal menjalar ke leher, tenggorokan daerah interskapula
atau lengan kiri.
2. Kualitas nyeri seperti tertekan benda berat, seperti diperas, terasa panas, kadang-kadang
hanya perasaan tidak enak di dada (chest discomfort).
3. Durasi nyeri berlangsung 1-5 menit, tidak lebih dari 30 menit.
4. Nyeri hilang (berkurang) bila istirahat atau pemberian nitrogliserin.
5. Gejala penyerta: sesak nafas, perasaan lelah, kadang muncul keringat dingin, palpitasi,
dizziness.
6. Gambaran EKG: depresi segmen ST, terlihat gelombang T terbalik.
7. Gambaran EKG seringkali normal pada waktu tidak timbul serangan.
8. Nyeri juga bisa dirasakan di bahu kiri atau lengan kiri sebelah dalam, punggung,
tenggorokan, rahang atau gigi, lengan kanan (kadang-kadang).
Ada 5 hal yang perlu digali dari anamnesa mengenai angina pectoris yaitu: lokasinya,
kualitasnya, lamanya, faktor pencetus, faktor yang bisa meredakan nyeri dada tersebut. Beratnya
nyeri pada angina pectoris dapat dinyatakan dengan menggunakan skala dari Canadian
Cardiovaskular Society
Riwayat keluarga adanya penyakit kardiovaskular prematur pada usia < 55 tahun untuk
laki-laki dan < 65 tahun untuk perempuan
Genetik, yaitu hiperkolesterolemia familial
Chronic kidney disease (CKD)
Cerebrovascular dan penyakit vaskular (stroke, aneurisma a
D. TATALAKSANA
BAB II
Tujuan dari kegiatan Praktek pembelajaran klinis stase Jantung sebagai berikut:
1. Mahasiswa mampu melakukan kegiatan pemantauan terapi obat
2. Mampu mengkaji pemilihan obat, dosis obat, cara pemberian obat, respon terapi, reaksi
obat yang tidak dikehendaki (ROTD)
3. Mampu mengisi lembar kerja pemantauan terapi obat
4. Mampu menganalisis Drug Related Problem (DRP)
5. Mampu memberikan rekomendasi terhadap timbulnya DRP yang terjadi
BAB III
Pengambilan data untuk pemantauan terapi obat pasien dilakukan di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Gamping secara prospektif dan retrospektif. Data diambil melalui dua cara
pengambilan disebabkan karena kasus pasien yang melakukan perawatan di Rumah Sakit PKU
Gamping tidak begitu beragam pada periode waktu yang telah ditentukan, sehingga pemantauan
terapi secara retrospektif merupakan pilihan yang dianggap tepat mengingat tujuan dari praktek
klinis ini adalah sebagai metode pembelajaran. Pemantauan terapi obat dilakukan pada tanggal 2
november – 7 november 2020. Pemantauan terapi dilakukan di bangsal jantung yaitu Jabal Nur
serta ICCU. Adapun kriteria dari pengambilan data pada kasus pembelajaran ini, yaitu :
Kriteria inklusi pasien:
1. Pasien dengan kasus jantung (ACS (STEMI, NSTEMI, UAP), CHF, dan AF)
2. Pasien kelas 3 pada bangsal Jabal Nur dan ICCU
3. Pasien prospektif dengan pemantauan terapi mulai tanggal 2 november – 7 november 2020
Pasien retrospektif dengan jangka waktu dua tahun terakhir (2018-2020)
4. Pasien yang memiliki kasus complicated sesuai dengan tema
5. Pasien dengan Length of Stay minimal 3 hari
Tekanan Darah (mm Hg) 120/80 mmHg 117/60 113/68 106/54 120/70
Nadi (kali per menit) 60-90x/mnt 85 77 47 65
Suhu Badan (oC) 36oC 36 36,5 36,4 36,5
Respirasi (kali per menit) 20x/mnt 20 20 20 -
19 / 02 / 2020 Pasien baru dari IGD pasien mengatakan sesak nafas, nyeri dada kanan & keringat dingin
Nyeri skala 2
KELUHAN
20 / 02 / 2020 Pasien mengatakan nyeri dada hilang timbul, sesak nafas berkurang
Terapi (Nama Obat, Kekuataan) Aturan Pakai 19/02 20/02 21/20 22/20
RUTE PARENTERAL
BB : Berat Badan; TB : Tinggi Badan; RPM : Riwayat Penyakit saat MRS; RPD : Riwayat Penyakit Dahulu
RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING RM
INSTALASI FARMASI
- Potensi interkasi
20/02 Sesak nafas TD : 120/69 alprazolam + ISDN - Monitoring TTV pasien
berkurang, mmHg >> menunjukkan efek (Tekanan darah, nadi,
nyeri dada N : 57x/mnt hipotensi dan repirasi, suhu tubuh)
hilang R : 20x/mnt ortostatis - Edukasi pasien untuk
timbul S : 36,5oC - Potensi interkasi tidak spontan bangun
atorvastatin 40 mg + setelah posisi dari baring,
Terapi : clopidogrel >> duduk terlebih dahulu
Ambroxol 30 atorvastatin Monitoring efektivitas
mg tab menghambat terapi
Laxadin syr 60 metabolisme - monitoring potensi
ml clopidogrel. interkasi yang mungkin
Canadesartan 8 - Potensi interkai terjadi. Edukasi pasien
mg kombinasi KSR + juka mengalami gejala
Alprazolam 0,5 candesartan >> hiperglikemia (mual,
mg meningkatkan resiko muntah, lemes, kaku,
Laxadine syr hiperkalemia kesemutan, kebingungan,
ISDN tab nadi lemah& detak
Atorvastatin 40 jantung tidak teratur
mg
Clopidogrel 75
mg
Aspilet tab
ANALISIS LAPORAN
Pasien juga diberi obat Candesartan yang merupakan ARB dimana pemberian terseut
dengan tujuan management terapi pada hipertensi nya.
Tn eko memngatakn sudah tidak merasakan nyeri pada dada lagi. Kondisi umum paien
terliahat normal mobilitas juga normal sudah dapat duduk dan emosional tampk tenang.
Setelah menjalani 3 hari perawatan pasein diizinkan pulang oleh dokter dengan membawa obat
rutin yang dikonsumsi pasien yaitu aspilet 1x1 tablet (06:00), clopidogrel 75 mg 1 x 1 tablet
(18:00), atorvastatin 40 mg 1x 1 tablet (22:00), ISDN 5 mg 1 x 1 tablet dikonsumsi bila perlu
pada saat terjadi serangan , alprazolam 0,5 mg 1x1 tablet (22:00) malam sebelum tidur,
candesartan 8 mg 1x1 tablet, ambroxol 30 mg 3x 1 tablet setiap 8 jam, concor 1,25 mg 1x1 tablet
(06:00), Cefixime 200 mg 2x 1 tablet tiap12 jam dengan teratur dan di habiskan dan KSR 600
NG ALUFOIL 2x 1 tablet.
BAB VI
REKOMENDASI1
1. Terdapat interaksi moderate terhadap kombinasi terapi yang diberika yaitu aspirin dan
clopidogrel yang berisiko dapat menimbulkan perdarahan. Monitoring untuk dilakukan
pemantauan APTT pasien.
2. Edukasi kepada pasien jika tanda-tanda perdarahan seperti mimisan, feses hitam atau
merah, urin coklat atau merah, pusing, lemas, perdarahan berkepanjangan akibat
lukatimbul yang mungkin terjadi. Hal tersebut karena pasien menggunakan kombinasi
obat aspirin, dan clopidogrel, dimana efek samping yang mungkin terjadi adalah risiko
perdarahan
3. Monitoring potensi efek interaksi obat dengan pemantauan kadar Kalium, pemantauan
tekanan darah, dan TTV pasien
DAFTAR PUSTAKA
Anbe, D. T., Armstrong, P., Bates, E., Green, L., Hand, M., Hochman, J., et al. (2004).
ACC/AHA Guidelines for the Management of Patients With ST-Elevation Myocardial
Infarction. ACC/AHA PRACTICE GUIDELINES.
PERKI. (2015). PEDOMAN TATALAKSANA SINDROM KORONER AKUT Edisi Ketiga.
Jakarta: Centra Communications.
Kasron. Kelainan dan Penyakit Jantung Pencegahan serta Pengobatannya. yogyakarta: Nuha
Medika; 2012