Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN TUGAS

PEMANTAUAN TERAPI OBAT


STASE JANTUNG

Pembimbing
Isti Mutmainah, M.Farm., Apt
UAP (Unstable Angina Pectoris)

Disusun Oleh

Nama : Masita Sari Dewi S


NIM : 1907045012
(Universitas Ahmad Dahlan)

KELOMPOK A

PRAKTEK PEMBELAJARAN KLINIS


RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING
YOGYAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
Ustable angina pectoris (UAP) dan non ST-elevated myocardial infarction (NSTEMI)
merupakan bagian dari acute coronary syndrome (ACS) atau sindrom koroner akut (SKA).
Seperti kita ketahui bahwa SKA terbagi menjadi 3 yaitu STEMI, NSTEMI, dan UAP. Namun,
dalam penatalaksanaannya, terbagi menjadi dua kelompok yaitu STEMI dan SKA tanpa ST-
elevasi (UAP dan NSTEMI). Setelah sebelumnya kita membahas mengenai tatalaksana STEMI,
kali ini kita akan membahas mengenai kelompok yang kedua yaitu UAP dan NSTEMI. Kembali
menegaskan bahwa penatalaksanaan SKA sangat tergantung dari kecepatan pengobatan.
Mengenali gejala awal sangat penting dalam mendeteksi adanya serangan jantung untuk
memungkinkan penatalaksanaan sesuai waktu yang seharusnya. Berikut adalah kondisi yang
harus diwaspadai mengarah ke kondisi serangan jantung ini adalah:

 Waspadai gejala nyeri dada, terutama bila seperti diremas, ditindih benda berat, menjalar
ke lengan, punggung, leher, atau rahang
 Segera mencari pertolongan ke IGD rumah sakit terdekat, pertolongan pertama di rumah
minum aspirin 160-300 mg
 Pertolongan segera harus dilakukan
 Pertolongan utama berupa revaskularisasi
 Pertolongan segera menyelamatkan fungsi otot jantung lebih baik
 Kontrol ketat faktor risiko kardiovaskuler, stop merokok, kendalikan gula darah, kontrol
tekanan darah < 140/90 mmHg, aktivitas fisik yang baik, makan makanan yang sehat.

B. GEJALA
Tanda dan gejala angina pectoris menurut Kasron (2012), yaitu:
1. Nyeri dada substernal atau retrosternal menjalar ke leher, tenggorokan daerah interskapula
atau lengan kiri.
2. Kualitas nyeri seperti tertekan benda berat, seperti diperas, terasa panas, kadang-kadang
hanya perasaan tidak enak di dada (chest discomfort).
3. Durasi nyeri berlangsung 1-5 menit, tidak lebih dari 30 menit.
4. Nyeri hilang (berkurang) bila istirahat atau pemberian nitrogliserin.
5. Gejala penyerta: sesak nafas, perasaan lelah, kadang muncul keringat dingin, palpitasi,
dizziness.
6. Gambaran EKG: depresi segmen ST, terlihat gelombang T terbalik.
7. Gambaran EKG seringkali normal pada waktu tidak timbul serangan.
8. Nyeri juga bisa dirasakan di bahu kiri atau lengan kiri sebelah dalam, punggung,
tenggorokan, rahang atau gigi, lengan kanan (kadang-kadang).
Ada 5 hal yang perlu digali dari anamnesa mengenai angina pectoris yaitu: lokasinya,
kualitasnya, lamanya, faktor pencetus, faktor yang bisa meredakan nyeri dada tersebut. Beratnya
nyeri pada angina pectoris dapat dinyatakan dengan menggunakan skala dari Canadian
Cardiovaskular Society

C. FAKTOR & RESIKO


Faktor yang bisa dimodifikasi adalah

 Paparan tembakau, dapat berupa rokok, tembakau kunyah, e-cigarette, maupun perokok


pasif
 Inaktivitas fisik termasuk gaya hidup sedenter
 Peningkatan berat badan, obesitas
 Hipertensi
 Dislipidemia, kadar lemak darah yang meningkat
 Diabetes
 Sindrom metabolic, yaitu sindrom yang terdiri dari hipertensi, obesitas, dislipidemia, dan
resistensi insulin

Adapun faktor risiko yang tidak dapat diubah adalah:

 Riwayat keluarga adanya penyakit kardiovaskular prematur pada usia < 55 tahun untuk
laki-laki dan < 65 tahun untuk perempuan
 Genetik, yaitu hiperkolesterolemia familial
 Chronic kidney disease (CKD)
 Cerebrovascular dan penyakit vaskular (stroke, aneurisma a

D. TATALAKSANA
BAB II

TUJUAN SPESIFIK PRAKTEK PEMBELAJARAN KLINIS

Tujuan dari kegiatan Praktek pembelajaran klinis stase Jantung sebagai berikut:
1. Mahasiswa mampu melakukan kegiatan pemantauan terapi obat
2. Mampu mengkaji pemilihan obat, dosis obat, cara pemberian obat, respon terapi, reaksi
obat yang tidak dikehendaki (ROTD)
3. Mampu mengisi lembar kerja pemantauan terapi obat
4. Mampu menganalisis Drug Related Problem (DRP)
5. Mampu memberikan rekomendasi terhadap timbulnya DRP yang terjadi

BAB III

KEGIATAN DAN PENUGASAN

Pengambilan data untuk pemantauan terapi obat pasien dilakukan di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Gamping secara prospektif dan retrospektif. Data diambil melalui dua cara
pengambilan disebabkan karena kasus pasien yang melakukan perawatan di Rumah Sakit PKU
Gamping tidak begitu beragam pada periode waktu yang telah ditentukan, sehingga pemantauan
terapi secara retrospektif merupakan pilihan yang dianggap tepat mengingat tujuan dari praktek
klinis ini adalah sebagai metode pembelajaran. Pemantauan terapi obat dilakukan pada tanggal 2
november – 7 november 2020. Pemantauan terapi dilakukan di bangsal jantung yaitu Jabal Nur
serta ICCU. Adapun kriteria dari pengambilan data pada kasus pembelajaran ini, yaitu :
Kriteria inklusi pasien:
1. Pasien dengan kasus jantung (ACS (STEMI, NSTEMI, UAP), CHF, dan AF)
2. Pasien kelas 3 pada bangsal Jabal Nur dan ICCU
3. Pasien prospektif dengan pemantauan terapi mulai tanggal 2 november – 7 november 2020
Pasien retrospektif dengan jangka waktu dua tahun terakhir (2018-2020)
4. Pasien yang memiliki kasus complicated sesuai dengan tema
5. Pasien dengan Length of Stay minimal 3 hari

Kriteria eksklusi pasien:


1. Pasien yang hanya memiliki Length of Stay kurang dari 3 hari
2. Pasien kelas 1, 2, VIP dan VVIP

Adapun alur kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut

Melakukan penelurusuran di computer mengenai data pasien rawat inap


yang sesuai dengan kriteri inklusi dan eksklusi

Melihat rekam medik pasien yang sesuai kriteria ke bangsal perawatan

Menulis di lembar kerja Pemantauan Terapi Obat

Melakukan analisa terhadap permasalahan yang berkaitan dengan obat


Melakukan visite ke pasien baik dilakukan secara mandiri maupun
bersama dokter penanggungjawab untuk menggali informasi yang
diperlukan untuk analisis kasus
BAB IV

LAPORAN HASIL TUGAS

RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING RM


INSTALASI FARMASI
Nama :Tn EM Nomor RM : 1798xx
Tgl lahir/Umur : 7 jun 1981 (38th) BB : kg; TB : cm;
RPM : pusing, keringat dingin seteah pingsan, nyeri pada dada sebelahkanan, berasa sesak sekali
hingga berasa hingga kepunggung.
RPD : -
DPJP : Dr MT Diagnosis : ATYPICAL CHEST PAIN (UAP)

RIWAYAT PENGGUNAAN OBAT


Diisi oleh Apoteker yang merawat :
Parameter Penyakit / Tanggal Nilai Normal 19/02 20/02 21/02 22/02
Tanda Vital

Tekanan Darah (mm Hg) 120/80 mmHg 117/60 113/68 106/54 120/70
Nadi (kali per menit) 60-90x/mnt 85 77 47 65
Suhu Badan (oC) 36oC 36 36,5 36,4 36,5
Respirasi (kali per menit) 20x/mnt 20 20 20 -
19 / 02 / 2020 Pasien baru dari IGD pasien mengatakan sesak nafas, nyeri dada kanan & keringat dingin
Nyeri skala 2
KELUHAN

20 / 02 / 2020 Pasien mengatakan nyeri dada hilang timbul, sesak nafas berkurang

21 / 02 / 2020 Pasien mengatakan nyeri dada hilang timbul skala 4

22 / 02 / 2020 Pasien mengatakan nyeri dada sudah berkurang


BLPL

Laboratorium Rutin / Tanggal Nilai Normal 19/02 20/02 21/20 22/20


Laboratorium Rutin

APTT 47,3 cntrl 43,5 cntrl 33,9 ctrl :


: 34,8 : 36,7 40,2

Terapi (Nama Obat, Kekuataan) Aturan Pakai 19/02 20/02 21/20 22/20
RUTE PARENTERAL

Inviclot inj (herparin) Drip per jam


KSR 600 NG ALUFOIL /12 jam (6, 18) - - √ √
Cefixime 100 mg /12 jam (6, 18) - - √ √
RUTE ORAL

Ambroxol 30 mg /8 jam (6,14,22) - √ √ √


Candesartan 8 mg /24 jam (18:00) √ √ √ √
Alprazolam 0,5 mg /24 jam (22:00) √ √ √ √
Laxadine syr 60 ml /24 jam (22:00) √ √ √
ISDN /8 jam (6,14,22) √ √ √ √
Atorvastatin 40 mg /24 jam (22:00) √ √ √ √
Copidogrel 75 mg /24 jam (06:00) √ √ √ √
Aspilet /24 jam √ √ √ √
I.V.F.D.

BB : Berat Badan; TB : Tinggi Badan; RPM : Riwayat Penyakit saat MRS; RPD : Riwayat Penyakit Dahulu
RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING RM
INSTALASI FARMASI

Nama : Tn EM Nomor RM : 1798xx

Tanggal lahir / Umur : 7-0601981 (38th) Berat Badan : kg Tinggi Badan : cm

PEMANTAUAN TERAPI OBAT


Diisi oleh Apoteker yang merawat :
Tangga Asuhan Kefarmasian
l &
Jam Subyektif Obyektif Assesment (DRP) Care Plan

19/02 Sesak nafas, TD : 117/60 - Potensi interkasi - Monitoring TTV pasien


nyeri dada, mmHg alprazolam + ISDN (Tekanan darah, nadi,
keringat N : 85x/mnt >> menunjukkan efek repirasi, suhu tubuh)
dingin R : 20x/mnt hipotensi dan - Edukasi pasien untuk
S : 36oC ortostatis tidak spontan bangun
- Potensi interkasi setelah posisi dari baring,
Terapi : atorvastatin 40 mg + duduk terlebih dahulu
Canadesartan 8 clopidogrel >> - Monitoring efektivitas
mg atorvastatin terapi
Alprazolam 0,5 menghambat
mg metabolisme
Laxadine syr clopidogrel
ISDN tab
Atorvastatin 40
mg
Clopidogrel 75
mg
Aspilet tab

- Potensi interkasi
20/02 Sesak nafas TD : 120/69 alprazolam + ISDN - Monitoring TTV pasien
berkurang, mmHg >> menunjukkan efek (Tekanan darah, nadi,
nyeri dada N : 57x/mnt hipotensi dan repirasi, suhu tubuh)
hilang R : 20x/mnt ortostatis - Edukasi pasien untuk
timbul S : 36,5oC - Potensi interkasi tidak spontan bangun
atorvastatin 40 mg + setelah posisi dari baring,
Terapi : clopidogrel >> duduk terlebih dahulu
Ambroxol 30 atorvastatin Monitoring efektivitas
mg tab menghambat terapi
Laxadin syr 60 metabolisme - monitoring potensi
ml clopidogrel. interkasi yang mungkin
Canadesartan 8 - Potensi interkai terjadi. Edukasi pasien
mg kombinasi KSR + juka mengalami gejala
Alprazolam 0,5 candesartan >> hiperglikemia (mual,
mg meningkatkan resiko muntah, lemes, kaku,
Laxadine syr hiperkalemia kesemutan, kebingungan,
ISDN tab nadi lemah& detak
Atorvastatin 40 jantung tidak teratur
mg
Clopidogrel 75
mg
Aspilet tab

21/02 Nyeri dada VAS 3 - Potensi interkasi


hilang TD : 106/54 alprazolam + ISDN - Monitoring TTV pasien
timbul N : 47x/mnt >> menunjukkan efek (Tekanan darah, nadi,
R : 20x/mnt hipotensi dan repirasi, suhu tubuh)
S : 36,40C ortostatis - Edukasi pasien untuk
- Potensi interkasi tidak spontan bangun
Terapi : atorvastatin 40 mg + setelah posisi dari baring,
clopidogrel >> duduk terlebih dahulu
Cefixime 100 atorvastatin Monitoring efektivitas
mg menghambat terapi
KSR 600 NG metabolisme - Monitoring potensi
Ambroxol 30 clopidogrel. interkasi yang mungkin
mg tab - Potensi interkai terjadi. Edukasi pasien
Laxadin syr 60 kombinasi KSR + juka mengalami gejala
ml candesartan >> hiperglikemia (mual,
Canadesartan 8 meningkatkan resiko muntah, lemes, kaku,
mg hiperkalemia kesemutan, kebingungan,
Alprazolam 0,5 nadi lemah& detak
mg jantung tidak teratur
Laxadine syr
ISDN tab
Atorvastatin 40
mg
Clopidogrel 75
mg
Aspilet tab

22/02 Nyeri sudah TD : 120/70 - Potensi interkasi - Monitoring TTV pasien


berkurang N : 65 alprazolam + ISDN (Tekanan darah, nadi,
S : 36,50C >> menunjukkan efek repirasi, suhu tubuh)
hipotensi dan - Edukasi pasien untuk
ortostatis tidak spontan bangun
Terapi : - Potensi interkasi setelah posisi dari baring,
atorvastatin 40 mg + duduk terlebih dahulu
Cefixime 100 clopidogrel >> Monitoring efektivitas
mg atorvastatin terapi
KSR 600 NG menghambat - Monitoring potensi
Ambroxol 30 metabolisme interkasi yang mungkin
mg tab clopidogrel. terjadi. Edukasi pasien
Laxadin syr 60 - Potensi interkai juka mengalami gejala
ml kombinasi KSR + hiperglikemia (mual,
Canadesartan 8 candesartan >> muntah, lemes, kaku,
mg meningkatkan resiko kesemutan, kebingungan,
Alprazolam 0,5 hiperkalemia nadi lemah& detak
mg jantung tidak teratur
Laxadine syr
ISDN tab
Atorvastatin 40
mg
Clopidogrel 75
mg
Aspilet tab
BAB V

ANALISIS LAPORAN

Pasien Tn EM datang ke rumah sakit PKU Muhmmadiyah Gamping dengan keluhan


pusing, keringat dingin, sebelumnya sempat pingsan, nyeri dada terasa disebelah kanan, terasa
ampeg hingga menembus ke punggung. Pasien didiagnosa dokter UAP (Unstable Angina
Pectoris). Terpai yang diterima pasien selama dirumah sakit Aspilet 1x 80 mg, clopidogrel 1x 75
mg, atorvastatin 1x 40 mg, ISDN 5 mg 3x 5 mg digunakan jika nyeri pada dada , laxadine syr 60
1x 2 cth, alprazolam 1 x 0,5 mg, candesartan 1 x 8 mg, inviclot injeksi 600 unit, ambroxol 3 x 30
mg, cefixime 2 x 100 mg, KSR 600 NG ALUFOIL 2 x 1 tablet.
Pada kasus UAP, terapi yang diberikan pada pasien yaitu ISDN mg yang bertujuan untuk
meringankan gejala nyeri dada. Mengatsi rasa nyeri dada memiliki dua keuntungan. Yang
pertama adalah mengurangi iskemia yang kemudian akan mengurangi impuls saraf otonomi
simpatis yang akan mengurangi dorongan denyut jantung dan mengurangi kadar oksigen. Dalam
keadaan iskemia penurunan oksigen demand ini akan mengurangi cedera yang dialami oleh otot
jantung. ISDN yang merupakan golongan nitrat merupakan vasodilator yang akan melebarkan
pembuluh darah yang pada kasus ini dapat melebarkan pembuluh darah koroner kemudian akan
menambah pasokan darah yang mengalami sumbatan.
Pasien juga diberi terapi Atorvastatin 1x40 mg, Atorvastatin yang meruakan golongn High
Intensity Statin memiliki efek anti inflamasi, dan inflamasi tersebut dianggap memiliki peranan
dalam patofisiologi gagal jantung. Statin mengurangi angka rawat inap pada pasien dengan
riwayat infark miokard. Statin terbukti memiliki hubungan independen dengan peningkatan
survival pasien dengan gagal jantung.
Dari beberapa terapi yang diberikan adanya potensi interaksi yang mungkin muncul, pada
terapi atorvastatin, clopidogrel kombinasi pemberian kedua obat ini dapat mengurangi
aktivasi metabolik dari prodrug clopidogrel dan efek antiplateletnya. Mekanisme yang diusulkan
adalah penghambatan kompetitif aktivitas enzimatik CYP450 3A4, yang bertanggung jawab
untuk konversi clopidogrel menjadi metabolit aktifnya. Namun, data selalu bertentangan. Dalam
sebuah uji coba dengan pasien implan stent koroner yang menerima clopidogrel 75 mg / hari (n =
44), persen agregasi trombosit adalah 34% tanpa atorvastatin, 58% dengan atorvastatin 10 mg,
74% dengan 20 mg, dan 89% dengan 40 mg. .
Hasil dari studi in vitro menunjukkan bahwa konsentrasi atorvastatin pada ekuimolar
menghambat metabolisme clopidogrel lebih dari 90%. Namun, dalam analisis post hoc uji coba
dengan pasien intervensi koroner perkutan, tidak ada perbedaan statistik dalam kejadian
perdarahan, stroke, infark miokard, atau kematian ditemukan pada 1 tahun dengan administrasi
bersamaan clopidogrel 75 mg / hari dan CYP450 3A4- memetabolisme HMG-CoA reductase
inhibitor (n = 1001, atorvastatin, lovastatin, simvastatin, cerivastatin) atau statin lainnya (n =
158, pravastatin, fluvastatin). Monitoring yang dapat dilakukan pemantauan efikasi clopidogrel
yang berubah mungkin disarankan jika atorvastatin diberikan bersamaan dengan clopidogrel.
Pravastatin, fluvastatin, dan rosuvastatin tidak dimetabolisme oleh CYP450 3A4 dan secara
teoritis tidak diharapkan untuk berinteraksi dengan clopidogrel.

Pasien juga diberi obat Candesartan yang merupakan ARB dimana pemberian terseut
dengan tujuan management terapi pada hipertensi nya.
Tn eko memngatakn sudah tidak merasakan nyeri pada dada lagi. Kondisi umum paien
terliahat normal mobilitas juga normal sudah dapat duduk dan emosional tampk tenang.
Setelah menjalani 3 hari perawatan pasein diizinkan pulang oleh dokter dengan membawa obat
rutin yang dikonsumsi pasien yaitu aspilet 1x1 tablet (06:00), clopidogrel 75 mg 1 x 1 tablet
(18:00), atorvastatin 40 mg 1x 1 tablet (22:00), ISDN 5 mg 1 x 1 tablet dikonsumsi bila perlu
pada saat terjadi serangan , alprazolam 0,5 mg 1x1 tablet (22:00) malam sebelum tidur,
candesartan 8 mg 1x1 tablet, ambroxol 30 mg 3x 1 tablet setiap 8 jam, concor 1,25 mg 1x1 tablet
(06:00), Cefixime 200 mg 2x 1 tablet tiap12 jam dengan teratur dan di habiskan dan KSR 600
NG ALUFOIL 2x 1 tablet.
BAB VI
REKOMENDASI1

1. Terdapat interaksi moderate terhadap kombinasi terapi yang diberika yaitu aspirin dan
clopidogrel yang berisiko dapat menimbulkan perdarahan. Monitoring untuk dilakukan
pemantauan APTT pasien.
2. Edukasi kepada pasien jika tanda-tanda perdarahan seperti mimisan, feses hitam atau
merah, urin coklat atau merah, pusing, lemas, perdarahan berkepanjangan akibat
lukatimbul yang mungkin terjadi. Hal tersebut karena pasien menggunakan kombinasi
obat aspirin, dan clopidogrel, dimana efek samping yang mungkin terjadi adalah risiko
perdarahan
3. Monitoring potensi efek interaksi obat dengan pemantauan kadar Kalium, pemantauan
tekanan darah, dan TTV pasien
DAFTAR PUSTAKA

Anbe, D. T., Armstrong, P., Bates, E., Green, L., Hand, M., Hochman, J., et al. (2004).
ACC/AHA Guidelines for the Management of Patients With ST-Elevation Myocardial
Infarction. ACC/AHA PRACTICE GUIDELINES.
PERKI. (2015). PEDOMAN TATALAKSANA SINDROM KORONER AKUT Edisi Ketiga.
Jakarta: Centra Communications.
Kasron. Kelainan dan Penyakit Jantung Pencegahan serta Pengobatannya. yogyakarta: Nuha
Medika; 2012

Anda mungkin juga menyukai