TINJAUAN KASUS
1. Identitas Pasien
Nama Pasien : Ny.A
Alamat : Rimbo Tarok Gunung Sarik Kuranji
Umur : 55 Tahun
Ruangan : bangsal Syaraf
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Kawin/Tidak : Kawin
Pendidikan/Pekerjaan : Sekolah menengah Umum/ibu Rumah Tangga
Pembayaran/Status : BPJS
Mulai Perawatan : 16 Maret 2019
2. Riwayat Penyakit
a. Keluhan Utama
Kejang seluruh tubuh, frekuensi 1 kali. Saat kejang pasien tidak sadar,
seyelah kejang pasien gelisah dan merasa sakit kepala dan mengalami batuk
sejak satu minggu lalu dan muntah.
b. Riwayat Penyakit Terdahulu
Hipertensi > 10 tahun
3. Data Penunjang
a. Data Pemeriksa Fisik
Berat badan : 82 kg
Nadi : 94x permenit
Pernafasan : 22 kali/menit
Mata : popil isokor, 3mm/3mm, RC +/+
Thorax (cor) : Ronki (-), Wheezing(-)
Pulmo : - inspeksi (gerakan dinding dada simetris)
- palpasi ( fremitas kiri),
- perkusi ( sonor),
43 40-48% (laki-laki)
Hematokrit
37-43% (perempuan)
Trombosit 308.000 150-400 . 103 /uL
4. Diagnosis
- Diagnosis Utama : Epilepsi Post Stroke
-Diagnosis Sekunder : Hipertensi Stage 1 + Sus. Bronkopneumoni + Dispepsia
Sesak Nafas - - - - √ -
Nyeri Dada - - - - - -
Lemas √ - - √ - -
Istirahat - - - - - -
Nafsu Makan - - √ √ √ √
7. Terapi Farmakologi
a. Ketika Pasien di IGD
Diazepam 1g (1ampul)
Kejang/ MS - - - - - -
Mual/Muntah/
- - - - -
diare
PU - - - - -
KU - - - - -
Skala Nyeri - - - - -
- - - - -
DATA LABORAORIUM
Darah Lengkap
MCV (86.7-102.3) fl - - - - -
MCH (27.1-32.4) pg - - - - -
MCHC (29.7-33.1) g/dl - - - - -
(14-18)-(12-16)
Hb 12,4 13,7 - - -
g/dl
(5000-
Leukosit 13000 6650 - - -
10000) /mm3
(150-
Trombosit 308.000 317.000 - - -
400).103/mm3
(0-10)-(0- - - - - -
LED
15)mm
CATATAN:
Status Pasien : a. Umum b. Askes c. Inhealth d. Jamkesmas f. PKS g. JPKTH h. SKTM i. Lain-lain :..........
Kode Masalah:
1. Indikasi : 3. Dosis obat 7. Lama pemberian 10. Ketidak sesuaian RM 14. Kompatibilitas obat
a. Tidak ada indikasi a. Kelebihan (over 8. Interaksi obat dengan: 15. Ketersediaan obat /
b. Ada indikasi, tidak dosis) a. Obat a. Resep kegagalan mendapat obat
ada terapi b. Kurang (under b. Makanan / b. Buku injeksi 16. Kepatuhan
c. Kontra indikasi dosis) minuman 11. Kesalahan penulisan 17. Duplikasi terapi
2. Pemilihan obat 4. Interval pemberian c. Hasil resep 18. Lain-lain ....
5. Cara / waktu pemberian laboratorium 12. Stabilitas sediaan injeksi
6. Rute pemberian 9. Efek samping obat 13. Sterilitas sediaan injeksi
1. 19/03/19 N.Asetil Sistein digunakan sebagai agen untuk Dikonselingkan kepada pasien Pasien telah memahami
mengencerkan dahak agar lebih mudah untuk
dikeluarkan. Digunakan 3x sehari @200 mg .
2. Aspilet digunakan untuk pengencer darah, untuk Dikonselingkan kepada pasien Pasien telah memahami
profilaksis stroke. Digunakan 1x sehari 80 mg.
3. Asam Folat digunakan sebagai untuk melindungi Dikonselingkan kepada pasien Pasien telah memahami
saraf pasien. Digunakan ....@5 mg
4. Parasetamol digunakan untuk mengatasi sakit Dikonselingkan kepada pasien Pasien telah memahami
kepala pasien, untuk mengatasi nyeri pasien.
Digunakan 3x Sehari @750mg.
5. Amlodipin digunakan untuk menurunkan dan Dikonselingkan kepada pasien Pasien telah memahami
mengontrol tekanan darah pasien, digunakan 1x
sehari @5 mg.
- Amlodipin harus dikonsumsi rutin untuk
mengontrol tekanan darah, sarankan pasien
untuk cek rutin TD dan ketika obat akan habis.
Candesartan digunakan untuk menurunkan dan Dikonselingkan kepada pasien Pasien telah memahami
mengontrol tekanan darah pasien, digunakan 1x
sehari 8mg.
- Candesartan harus dikonsumsi rutin untuk
mengontrol tekanan darah, sarankan pasien
untuk cek rutin TD dan ketika obat akan habis.
Pada saat pasien berada di Instalasi Gawat Darurat pasien diberikan Injeksi Diazepam 1 g untuk
mengatasi kejang dengan mekanisme kerja memodulasi efek pasca sinaps dar transmisi GABA-
A menghasilkan peningkatan penghambatan presinaptik. Tampak untuk bertindak pada bagian
darisistem limbik, serta pada thalamus dan hipotalamus, untuk menginduksi efek menenangkan.
Setelah mendapatkan penanganan di Instalasi Gawat Darurat, selanjutnya pasien di pindahkan
ke bangsal saraf untuk memperoleh perawatan lebih lanjut, terapi selanjutnya berdasarkan
diagnosa pasien dari dokter.
Diagnosa pasien adalah Epilepsi post stroke, Hipertensi stage 1, Sus. Pneumonia, dan
Dispepsia. Diagnosa epilepsi didasari oleh kondisi pasien masuk rumah sakit kejang seluruh
tubuh, dan penggalian data dari keluarga, pasien tidak memiliki riwayat epilepsi sejak kecil,
tetapi setahun lalu mengalami stroke dan setelah itu muncul kejang. Pasien diberikan terapi
Fenitoin intravena 100 mg 3 kali sehari mulai tanggal 16 Maret 2019. Kemudian dilakukan
pemantauan setiap hari apakah muncul gejala kejang pada pasien. Setelah dipastikan tidak
muncul gejala kejang maka pengobatan dilanjutkan sampai tanggal 19 maret dengan dosis
17 | Logbook Praktek Kerja Rumah Sakit, Program Studi Magister Farmasi,
Fakultas Farmasi Universitas Andalas
tappering off ditambanh dengan Fenitoin 100 mg oral untuk terapi lanjutan. Dalam penngunaan
obat epilepsi tidak diperbolehkan penghentian secara tiba-tiba, harus dengan titrasi obat baru
bersamaan dengan obat yang sedang akan diganti kemudian secara perlahan dikurangi dosis.
Diagnosa selanjutnya adalah Hipertensi stage 1, ditunjukkan dengan tekanan darah pasien
≥140/90 mmHg. Pasien diterapi kombinasi CCB (Amlodipin 5 mg 1 kali sehari) dan ARB
kalsium (antagonis ion kalsium) melalui membran ke dalam otot polos pembuluh darah dan
jantung. Mekanisme aksi anti hipertensi amlodipine adalah efek langsung relaksasi pada
otot polos pembuluh darah. Sedangkan Candesartan bekerja dengan cara menghambat
pengikatan angiotensin II ke reseptor AT1 pada jaringan tubuh (misalnya pada otot polos
vascular, ataupun pada kelenjar adrenal), hal ini mengakibatkan blokade vasokonstriksi dan
pelepasan aldosterone, hal tersebut menyebabkan penurunan tekanan darah. Terapi yang
diberikan sesuai dengan guidline terapi hipertensi pada JNC 8. Pemantauan dilakukan setiap
hari untuk melihat target tekanan darah yaitu <140/90mmHg dan target terapi
Diagnosa selanjutnya adalah sus. Pneumonia ditandai dengan batuk dan leukosit meningkat
yang menandakan adanya infeksi, peningkatan frekuensi nafas dan nadi. Peningkatan frekuensi
nafas merupakan salah satu upaya dalam membuang panas melalui udara, semakin cepat
frekuensi nafas yang dilakukan maka semakin cepat panas tubuh berkurang. Denyut nadi yang
meningkat merupakan upaya dalam menjaga keseimbangan panas dengan cara mengalirkan
darah ke tepi kulit. Terapi yang diberikan adalah seftriaxon dan N. Asetilsisten, Seftriaxon
merupakan Antibiotik sefalosforin generasi ketiga yang merupakan derivat ꞵ laktam dan sering
digunakan sebagai antibiotik empiris di Rumah sakit dan masuk ke dalam Formularium
Nasional (Zainul, 2017). Seftriakson merupakan antibiotik yang memiliki aktivitas bakteri gram
positif dan gram negatif, Ceftriaxone bekerja dengan menghambat sintesis mucopeptide di
dinding sel bakteri sehingga pembentukan dinding sel yang rusak dan kematian sel. Namun
Seftriakson bukan merupakan terapi lini pertama untuk pneumonia. N.Asetilasistein adalah
derivat asam amino alamiah cystein. NAC mempunyai aktivitas fluidifikasi melalui gugus
sulfhidril bebas pada sekret mukoid atau mukopurulen dengan cara memutus jembatan disulfida
18 | Logbook Praktek Kerja Rumah Sakit, Program Studi Magister Farmasi,
Fakultas Farmasi Universitas Andalas
intra molekul dan intermolekul dalam agregat glikoprotein, sehingga membuat mucus menjadi
mudah dikeluarkan. Pemantauan pasien dilakukan pada hari kedua dan menunjukkan terdapat
perbaikan pada pasien dengan meihat leukosit yang kembali ke angka rentang normal.
Diagnosa selanjutnya adalah dyspepsia, terapi yang diberikan ranitidin IV 50 mg 2 kali sehari
dan sucralfat 25 mg 3 kali sehari. Ranitidin merupakan golongan H2RAS yang menghambat
sekresi asam lambung karena ranitidin menduduki reseptor H2 yang berfungsi menstimulasi
sekresi asam lambung. Sucralfat digunakan untuk melapisi mukosa lambung sehingga
terlindungi dari pengikisan oleh asam lambung. Pada indikasi ini juga tidak mendapatkan lini
pertama dari dyspepsia yaitu golongan pompa proton inhibitor.
Setiap hari dilakukan pemantauan pada form CPPT (Catatan pemantauan dan perkembangan
pasien), pasien juga menggalami nyeri kepala, BAB (-) diberikan terapi tambahan parasetamol
dan Lactulose (lactulac). Parasetamol diberikan sebagai analgesik yang bekerja menghambat
pembentukan prostaglandin dengan hambatannya pada enzim (COX, cyclooxygenase).
Sedangkan laktulosa bekerja dengan meningkatkan tekanan osmotik pada lumen saluran
gastrointestinal, sehingga meningkatkan kadar cairan dalam usus dan membuat feses lebih
lunak dan meningkatkan peristaltik usus. Terapi tambahan lainnya adalah Asam folat 5 mg,
Aspilet 80 mg dan simvastatin 20 mg, pemberian simvastatin karena pada hari kedua diperoleh
kadar koleterol total 278 mg/dl melebihi batas kolesterol total normal < 200 mg/dl. Simvastatin
merupakan obat golongan HMGCoA reduktase yang menurunkan kolesterol dengan cara
mengambat langkah dari biosintesis (pembentukan) kolestrol dengan cara inhibisi kompetitif
enzim HMG-CoA reduktase.
Setiap hari dilakukan pemantauan terhadap pasien terkait kondisi yang dikeluhkan atau
perbaikan dari keluhan pasien. Pada hari kedua sudah menunjukkan perbaikan kondisi pasien
yang konfirmasi dengan melihat kondisi pasien. Pada hari ketiga pasien sudah dapat menelan
makanan, Pada hari keenam pasien diperblehkan pulang karena kondisi pasien sudah membaik
(kejang (-), TD terkontrol dengan baik, nyeri perut (-), batuk (+))
SARAN
AHFS, 2011, AHFS Drug Information, Bethesda: American Society of Health System Pharmacists
Marie A. Chisholm-Burns, dkk, 2016, Pharmacotherapy Principles & Practice FOURTH edition,
Mc Graw Hill Education.
Stockley, I.H., 2010, Statins + Phenytoin, Stockley’s Drug Interaction, Ninth Edition, hal 1031
Pharmaceutical Press, London
JNC-7. 2003. The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. JAMA.
JNC-8. 2014. The Eight Report of the Joint National Committee. Hypertension Guidelines: An In-
Depth Guide. Am J Manag Care.
Zainul Islam1. 2014. Penggunaan Antibiotik Pada Terapi Community Acquired Pneumonia di
RSUD Pasar Rebo dan RSUD Tarakan di Jakarta. UHAMKA.