NIM :-
Tugas : Toksikologi
Pertanyaan :
Jawaban
1. Sejarah Toksikologi
Dalam perkembangan toksikologi, tiga tokoh utama yang dikenal sebagai pendiri
keilmuan ini adalah Paracelsus, Ramazzini, dan Orfila (Klaassen, 2008).
a. Paracelsus (1493–1541) Pernyataan yang terkenal dikemukakan oleh
Philippus Aurelous Theophrastus Bombastus von Hohenheim atau yang lebih
dikenal dengan nama Paracelsus adalah “Sola dosis facet veninum”—‘dosis
adalah racun’. Beliau juga mengemukakan, “All substances are poisons, there
is none which is not a poison. The right dose differentiates a poison from
remedy” atau ‘Semua zat adalah racun; tidak ada yang bukan racun. Namun,
dosis yang tepatlah yang membedakan racun dari obat’.
b. Ramazzini (1633–1714) Bernardino Ramazzini dikenal sebagai tokoh
toksikologi di tempat kerja (occupational toxicology). Ramazzini mempelajari
dan mengembangkan bidang toksikologi di tempat kerja. Beliau
mengemukakan adanya bahaya di bidang pertambangan, kimia, metalurgi, dan
farmasi. Oleh karena itu, Ramazzini dikenal dunia sebagai Bapak Toksikologi
Industri.
c. Orfila (1787–1853) Seorang toksikolog abad ke-19 bernama Mattieu Joseph
Bonaventura Orfila dikenal sebagai tokoh Pendiri Toksikologi Modern. Ilmu
toksikologi pada awalnya merupakan dasar dari ilmu kedokteran terapi dan
eksperimen. Orfila dikenal sebagai tokoh Toksikologi Modern karena jasa-
jasanya mengembangkan ilmu toksikologi sesuai dengan kemajuan zaman dan
1|Page
teknologi pada masanya. Orfila menulis sesuatu yang penting mengenai
“hubungan sistematika suatu informasi kimia dan biologi tentang racun”
2|Page
2. Paracelsus ( Einsiedeln, Swiss, 11 November atau 17 Desember 1493 – 24 September
1541 ) adalah alkimiawan, dokter, astrolog, dan ahli okultisme dari Swiss. Terlahir
dengan nama Phillip von Hohenheim, ia mengubah namanya menjadi Philippus
Theophrastus Aureolus Bombastus von Hohenheim dan belakangan menjadi
Paracelsus, yang berarti "sama atau lebih hebat dari Celsus", seorang
dokter Romawi dari abad ke-1. Paracelsus adalah pionir penggunaan zat
kimia dan mineral dalam kedokteran, Ia sering pula dianggap sebagai
bapak toksikologi.
3|Page
4. A. Toksikologi
Awal mulanya toksikologi didefinisikan sebagai ‘ilmu yang mempelajari racun’.
Istilah toksikologi berarti ‘ilmu racun’. Kata toksik dalam bahasa Indonesia
merupakan kata serapan dari bahasa Inggris toxic ‘beracun’ dan berkombinasi
dengan logos ‘ilmu’. Kata toxic sendiri berasal dari bahasa Latin toxicus ‘racun’
(poison). Asal kata itu berasal dari Yunani kuno toxikon, yang dipakai pada anak
panah yang dicelupkan pada bahan beracun. Toksikologi, dengan demikian,
berhubungan dengan toxikos ‘busur’ dan toxikon ‘celupan anak panah’, dua kata
Latin yang dipergunakan pada masa silam ketika anak panah yang dipakai untuk
berperang mengandung racun (Klaassen, 2008)
Secara umum TOKSIKOLOGI kini berarti ‘study of the adverse effects of agents
on living organism’ atau ‘studi efek buruk (merugikan) dari toksikan pada
organisme hidup’.
Toksikologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang amat luas
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan di tempat kerja. Toksikologi juga
merupakan ilmu yang cukup pesat perkembangannya hingga melahirkan beberapa
cabang ilmu toksikologi berdasarkan ilmu dan aplikasinya. Toksikologi mencakup
multidisiplin sebagaimana ilmu kedokteran yang meliputi bidang-bidang terkait.
Dasar toksikologi adalah biologi, kimia, farmakologi, fisiologi, imunologi, dana
patologi. Toksikologi berperan dalam berbagai bidang kehidupan, antara lain
dalam industri makanan, yaitu penggunaan zat aditif makanan; dalam dunia
pertanian, yaitu penggunaan pestisida; dan dalam industri kimia, yaitu berkaitan
dengan pelarut dan komponen lain dalam proses produksi suatu bahan kimia.
4|Page
Toksikologi digunakan untuk mengkaji perilaku bahan kimia dan dampak negatif
yang ditimbulkannya, baik terhadap manusia maupun lingkungan.
B. Toksikologi Industri
Toksikologi industri merupakan salah satu cabang ilmu dari toksikologi yang
diterapkan di industri. Toksikologi industri bermanfaat untuk beberapa hal, seperti
diagnostik dan terapi keracunan;
perkembangan obat, baik efek maupun efek sampingnya;
perlindungan konsumen;
keselamatan dan kesehatan kerja;
faktor penentu keputusan produksi;
kelestarian lingkungan.
5|Page
Pencegahan, berupa Nilai Ambang Batas (NAB) dan Indeks Pajanan
Biologik (IPB). Diagnosis/gejala, terapi, serta manajemen kasus
kerjacunan.
Aspek medikolegal.
C. Toksikologi Okupasi
5. Ruang lingkup toksikologi pada awalnya didasari oleh tiga bidang, yaitu : toksikologi
deskriptif, toksikologi mekanistik, dan toksikologi regulatori
6|Page
Gambar 1.3 Tiga Bidang Dasar dalam Toksikologi dan Kaitannya dalam
Kajian Risiko (Sumber: Klaassen, 2008)
Bidang Fokus
Toksikologi okupasi (occupational Toksikologi di tempat kerja
toxicology)
Toksikologi lingkungan (environmental Toksikologi lingkungan
toxicology)
Toksikologi analitis/forensik (analytic/ Toksikologi analitis dan forensik
forensic toxicology)
Ekotoksikologi (ecotoxicology) Toksikologi di lingkungan biota
Toksikologi pernapasan (inhalation Toksikologi pada sistem pernapasan
7|Page
Bidang Fokus
toxicology)
Neurotoksikologi (neurotoxicology) Toksikologi sistem saraf
Toksikologi kimia (chemical toxicology) Toksikologi bahan-bahan kimia
Toksikologi klinik (clinical toxicology) Toksikologi di bidang klinik
Toksikologi makanan (food toxicology) Toksikologi bahan pangan
Toksikologi regulatori (regulatory Toksikologi dalam bidang peraturan
toxicology)
Toksikologi in vitro (in vitro toxicology) Toksikologi in vitro (di luar tubuh)
Toksikologi kebakaran (combustion Toksikologi dalam bidang kebakaran
toxicology)
Toksikologi genetik (genetic toxicology) Toksikologi genetik
Toksikologi kosmetik (cosmetic Toksikologi bahan kosmetik
toxicology)
Toksikologi deskriptif (descriptive Toksikologi yang menjelaskan efek
toxicology) Toksik
Toksikologi mekanistik (mechanistic Toksikologi mekanisme
toxicology)
Toksikologi reproduktif (reproductive Toksikologi sistem reproduksi
toxicology)
Toksikologi obat (drug toxicology) Toksikologi farmasi
Toksikologi pestisida (pesticide Toksikologi pestisida
toxicology)
Toksikologi okuler (ocular toxicology) Toksikologi sistem penglihatan
Toksikologi renal (renal toxicology) Toksikologi yang mempengaruhi ginjal
Hepatotoksikologi (hepatotoxicology) Toksikologi yang mempengaruhi hati
8|Page