Anda di halaman 1dari 26

1.

KASUS PRAKTEK FARMAKOTERAPI

DOKUMEN ASUHAN KEFARMASIAN

Inisial Pasien : Tn. D Berat Badan : - Ginjal : -


Umur : 66 tahun Tinggi Badan : - Hepar : -

Keluhan Utama :
Sesak sejak subuh, batuk berdahak, dan demam

Diagnosis :
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)

Riwayat Penyakit :
Sesak napas dan PKJ-IMA (infark myocard akut)

Riwayat Pengobatan :
Obat paru
Aminofilin 1-0-0
Salbutamol 2x1
Gliseril guaiakolat 2x1
Spiriva® (kandungan ipratropium) 1-0-0
Bricasma® (terbutalin sulfat) 1-0-0
Pulmicort®(kandungan budesonide) 1-0-0

Alergi : -
Kepatuhan Obat Tradisional -
Merokok - OTC -
Alkohol - Lain-lain -
CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN

Tanggal Problem / Kejadian / Tindakan Klinisi


18/05/18  Pasien masuk IGD dengan keluhan sesak napas sejak subuh. Kondisi umum pasien
lemah, TD sebesar 167/92 mmHg, dan nadi 114 kali/menit. Pasien juga mengalami
batuk berdahak dan demam (suhu tubuh 38oC). Hasil pemeriksaan laboratorium
terhadap leukosit sebesar 13,3 x 103/µL.
 Diagnosis masuk adalah SOB (Short of Breath) dan sekunder infeksi.
 Tindakan klinisi memberikan masker O2 dan nebulizer Combivent® untuk
mengatasi sesak.
19/05/18 Pasien masih batuk berdahak. TD 140/80 mmHg, suhu tubuh 36,4oC, dan nadi
masih 104 kali/menit.
20/05/18 Pasien masih batuk berdahak. TD 150/90 mmHg, suhu tubuh 36,2oC, dan nadi 104
kali/menit.
21/05/18 Pasien masih batuk berdahak. TD 120/90 mmHg, suhu tubuh 37,4oC, dan nadi 108
kali/menit.
22/05/18 Pasien kembali mengeluh sesak dan masih batuk berdahak. TD 130/80 mmHg dan
nadi 96 kali/menit. Dari hasil pemeriksaan leukosit yaitu 9,4 x 103/µL dan suhu
tubuh 36,8oC.
23/05/18 Pasien sudah tidak mengeluh sesak juga tidak batuk berdahak. TD 130/80 mmHg,
suhu tubuh 36,4oC, dan nadi 88 kali/menit.
24/05/18 Pasien sudah tidak mengeluh sesak juga tidak batuk berdahak. TD 140/90 mmHg,
suhu tubuh 36,4oC, dan nadi 82 kali/menit.
25/05/18 Pasien kembali mengeluh sesak dan batuk berdahak. TD 130/80 mmHg, suhu tubuh
36,2oC, dan nadi 84 kali/menit.
26/05/18 Pasien sudah tidak sesak tapi masih batuk berdahak. TD 130/80 mmHg, suhu tubuh
36,4oC, dan nadi 88 kali/menit.
27/05/18 Pasien sudah tidak sesak dan tidak batuk berdahak. Pasien KRS dengan diagnosis
akhir adalah PPOK era akut. Pemeriksaan fisik saat akan KRS antara lain TD =
167/92 mmHg, Rh = +/+, dan Wh = +/+.
Obat untuk KRS :
Puyer 3x1 (berisi : prednison, aminofilin, salbutamol, gliseril guaiakolat, dan
dekstrometorfan)
DOKUMEN ASUHAN KEFARMASIAN

Apoteker: Kelompok B2

No. DMK :00-00-72-xx Keluhan Utama :Sesak napas sejak subuh, batuk berdahak, Alergi :-
MRS / KRS :18 Mei 2018 / 27 Mei 2018 dan panas Merokok / Alkohol :- / -
Inisial Pasien : Tn. D Diagnosis : PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) Obat Tradisional :-
Umur / BB / TB :66 tahun Riwayat Penyakit :Sesak napas OTC :-
Alamat : Malang Riwayat Pengobatan :Obat paru
Asuransi : BPJS Kepatuhan : Tidak diketahui
PROFIL PENGOBATAN PADA SAAT MRS
Tanggal (Mei)
Obat Rute Dosis Frekuensi
18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Normal salin iv infus life line - √ //
Ceftriaxone iv bolus 1g 2 dd 1 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Levofloxacine iv infus 750 mg 1 dd 1 √ √ //
Ciprofloxacine iv infus 400 mg 2 dd 1 √ √ √ √ //
Gliseril guaiakolat Po 200 mg 3 dd 1 √ √ // √ √ √ √ √ √
Combivent® Inhaler oral 10 mL 3 dd 1 √ √ // √ √ √ √ √ √
Budesonide Inhaler oral 200 mcg 3 dd 1 √ √ √ √ √ √
N-asetil sistein Po 200 mg 3 dd 1 √ √ √ √ √ √ √ √ √
Aminofilin Pump 25 mg/mnt - √ // √ //
Ranitidin iv bolus 50 mg 2 dd 1 √ √ √ √ √ √ √ // √ //
Metoklopramid iv bolus 10 mg 2 dd 1 √ √ √ √

DATA KLINIK

Tanggal (Mei)
Data Klinik Nilai Normal
18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
KU Lemah

Suhu 36,4 36,4 36,2 37,4 36,8 36,4 36,4 36,2 36,4
TD 110/ 140/ 150/ 120/ 130/ 130/ 140/ 130/ 130/ 130/
60 80 90 90 80 80 90 80 80 70
Nadi 80 104 104 108 96 88 82 84 88
Rh ±‫׀‬± ±‫׀‬± +‫׀‬+ -‫׀‬- -‫׀‬- +‫׀‬+
Wh ±‫׀‬± -‫׀‬- +‫׀‬+ -‫׀‬- -‫׀‬± +‫׀‬+
Sesak + + +
Batuk berdahak + + + + + + +
DATA LABORATORIUM

Tanggal (Mei)
Data Laboratorium Nilai Normal
18 19 21 22
Leukosit 4-10x 103/µL 13,3 9,4
Hemoglobin 11,5-16,0 g/dL 13,1
Hematokrit 35-45% 39,2
Eritrosit 4,3-6,0 x 106/µL 4,75
Platelet 150-400 x 103/µL 157
GDA ≤ 200 mg/dL 125
GDP 76-110 mg/dL 107
GD2PP 80-125 mg/dL 110
pH 7,35-7,45 7,38
pCO2 35-45 mmHg 34,7
pO2 80-107 mmHg 225
HCO3- 21-25 mmol/L 20,5
BE -3,5 s.d +2,0 mmol/L -4,1
SGOT 0-35 U/I 25
SGPT 0-37 U/I 12
Hasil Tes Spirometri (195/2018):
FEV1 = 54%
FEV1/FVC = 66%

2. PEMBAHASAN KASUS
8.1 Subjektif

No. DATA Tanggal


KLINIK 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
1. Sesak napas V v v
2. Batuk V
V V v v v v
Berdahak
3. Demam V
4. Lemah V
5. Rh ±‫׀‬± ±‫׀‬± +‫׀‬+ -‫׀‬- -‫׀‬- +‫׀‬+
6. Wh ±‫׀‬± -‫׀‬- +‫׀‬+ -‫׀‬- -‫׀‬± +‫׀‬+
Riwayat
Sesak nafas dan PJK
penyakit
Komentar dan  Pasien mengalami batuk berdahak dan sesak napasdimana hal tersebut merupakan gejala dari PPOK
alasan  Pasien mengalami sesak napas karena adanya obstruksi di saluran pernapasan.
 Pasien mengalami demam dan dari hasil lab, suhu serta jumlah leukositnya cenderung meningkat yang
mengindikasikan adanya infeksi. Hal ini merupakan kekambuhan dari PPOK.
 Pasien mengalami lemah karena kekurangan cairan dan elektrolit, serta kekurangan asupan oksigen
akibat sesak napas.
 Pasien mengeluh demam, karena infeksi sebagai penyebab PPOK. Namun, belum dapat dipastikan
apakah sudah masuk SIRS atau belum karena baru dapat dikatakan infeks i(SIRS) apabila mengalami
minimal 2 tanda klinis infeksi (SIRS) sehingga perlu ditinjau kembali dari hasil lab.

8.2 Objektif

Tanggal (Mei)
Data Klinik Nilai Normal
18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Suhu 37 ± 0,5oC 38 36,4 36,2 37,4 36,8 36,4 36,4 36,2 36,4
TD < 140/90 mmHg 110/ 140/ 150/ 120/ 130/ 130/ 140/ 130/ 130/ 130/
60 80 90 90 80 80 90 80 80 70
Nadi 50-90 x/menit 80 104 104 108 96 88 82 84 88
Komentar dan alasan =
 Suhu tubuh pasien sempat diatas normal pada tanggal pada tanggal 18 dan 21 Mei, yang
mengindisikasikan adanya infeksi bakteri.
 Pada tanggal 18 dan 20 Mei tekanan darah pasien sempat tinggi yang mungkin dapat terjadi karena
riwayat penyakit PJK sehingga jantung memompa darah lebih cepat sebagai kompensasinya.
 Nadi yang tidak stabil disebabkan oleh konsumsi obat Aminofilin yang menyebabkan aritmia.

Tanggal (Mei)
No Data Laboratorium Nilai Normal
18 19 21 22 23 24 25 26 27
1 Leukosit 4-10 x 103/µL 13,3 9,4
2 Hemoglobin 11,5-16,0 g/dL 13,1
3 Hematokrit 35-45% 39,2
4 Eritrosit 4,3-6,0 x 106/µL 4,75
5 Platelet 150-400 x 103/µL 157
6 GDA ≤ 200 mg/dL 125
7 GDP 76-110 mg/dL 107
8 GD2PP 80-125 mg/dL 110
9 pH 7,35-7,45 7,38
10 pCO2 35-45 mmHg 34,7
11 pO2 80-107 mmHg 225
12 HCO3- 21-25 mmol/L 20,5
13 BE -3,5 s.d +2,0 mmol/L -4,1
14 SGOT 0-35 U/I 25
15 SGPT 0-37 U/I 12
Komentar dan Alasan =
 Jumlah leukosit meningkat mengindikasikan adanya infeksi oleh bakteri.
 pCO2 rendah menggambarkan gangguan pernafasan. Pada pCO2 yang rendah menggambarkan hiperventilasi.
 pO2 tinggi karena adanya sumbatan di saluran pernafasan sehingga O2 susah berdifusi dengan CO2.
 HCO3- rendah karena ginjal mengkompensasi gangguan pernafasan agar pH kembali dalam rentang yang normal.
 Berdasarkan hasil tes spirometer dapat diketahui bahwa pasien mengalami PPOK moderate

8.3 ASSESSMENT
8.3.1 FORM PROFIL PENGOBATAN

OBAT
Komentar dan Alasan
Tgl. Tgl. Pemantauan
Indikasi Terapi (mekanisme kerja, alasan
Mulai Jenis Obat Rute Dosis Frekuensi Berhenti Kefarmasian
pada Pasien pemilihan terapi)
Terapi Terapi
18/05/18 Normal salin i.v life line - 19/05/18 Tubuh pasien Efek terapi : Mekanisme kerja: Berinteraksi
infus lemah Memenuhi kebutuhan dengan klorida dan bikarbonat
cairan tubuh dan untuk menjaga keseimbangan
menjaga elektrolit dan asam-basa cairan tubuh.
cairan tubuh tetap Cairan isotonik yang
seimbang. Pemberian osmolaritasnya mendekati
dapat dihentikan saat omolaritas serum tubuh, terdiri
cairan dalam tubuh atas natrium klorida dengan
pasien sudah tercukupi, kadar 0,9%.
dapat dilihat dari
kelemahan tubuh pasien Alasan: Pasien datang dalam
kondisi lemah sehingga pasien
Efek samping: diberi Normal Salin untuk
edema menjaga kondisi tubuh atau
hemodinamik pasien.
Efek terapi :mengatasi Mekanismekerja: Merupakan
infeksi bakteri gram antibiotik dengan spektrum luas
Ceftriaxone Terapi pada
i.v positif dan gram negatif yang bekerja dengan
18/05/18 (fluoroquinolon 1g 2 dd 1 - infeksi bakteri
bolus sehingga demam dan penghambatan sintesis dinding
generasi ke tiga) (ekserbasi akut)
leukosit bisa menurun sel bakteri dengan cara
berikatan lebih dari satu ikatan
protein-penisilin.
Efek samping: Alasan: Pasien mengalami
Reaksi alergi, mual, peningkatan leukosit dan suhu
muntah, diare, anemia, tubuh sehingga
trombositosis,leukopenia mengindikasikan adanya
infeksi. Namun, belum
diketahui jenis bakterinya.
Sehingga diberikan antibiotik
spektrum luas yang dapat
membunuh bakteri gram positif
maupun negatif pada saluran
nafas bawah dengan toksisitas
yang rendah
Efek terapi : Mengatasi Mekanisme kerja:
infeksi bakteri pada Menghambat replikasi bakteri
Infeksi bakteri saluran pernafasan, sehingga terjadi kerusakan pada
Levofloxacine i.v
18/05/18 750 mg 1 dd 1 20/05/18 saluran menurunkan demam DNA
(fluoroquinolon) infus
pernafasan Efek samping:
mual, diare, konstipasi, Alasan: Merupakan antibiotik
muntah pusing, sakit spektrum luas dengan efek
kepala, reaksi alergi terapi yang lebih baik jika
dikombinasikan dengan
ceftriaxone
Mekanisme kerja:
Menghambat replikasi bakteri
Efek terapi :
sehingga terjadi kerusakan pada
Mengatasi infeksi
bakteri salah satunya ikatan rantai DNA
infeksi saluran
Terapi pada pernapasan, mengurangi
sesak, dan menurunkan Alasan: antibiotik spektrum
Ciprofloxacine i.v infeksi saluran
22/05/18 400 mg 2 dd 1 26/05/18 demam luas dengan efek terapi yang
(cephalosporin) infus pernapasan
lebih baik jika dikombinasikan
akibat bakteri Efek samping: mual,
dengan ceftriaxone setelah
diare, muntah, dan
dihentikannya pemberian
peningkatan serum
levofloxacine yang juga
kreatinin di ginjal
dikombinasikan dengan
ceftriaxone
19/05/18 Gliseril p.o 200 mg 3 dd 1 21/05/18 Terapi batuk Efek terapi : Mekanisme Kerja: bekerja
22/05/18 guaiakolat - berdahak mengurangi batuk sebagai ekspektoran.Refleks
berdahak. Apabila batuk batuk ditingkatkan. Kekentalan
sudah membaik dahak pada trakea dan bronkus
penggunaan dapat dikurangi agar saat batuk dahak
dihentikan mudah dikeluarkan
Efek samping: rasa
kantuk, mual, dan Alasan: terjadi batuk berdahak
frekuensi batuk yang merupakan gejala PPOK
bertambah
(Medscape,2020)
19/05/18 21/05/18 Efek terapi : Mekanisme kerja:
22/05/18 - mengurangi frekuensi 1. AlbuterolSABA
sesak nafas 2. Ipatropium bromida  obat
Combivent®
Efek samping: mulut antikolinergik
(terkandung
Inhaler Terapi pada sesak kering, diare, susah Mencegah peningkatan
ipatropium 10 mL 3 dd 1
oral nafas BAB, mual, muntah, konsentrasi Ca intraseluler yang
bromida dan
pusing, sakit kepala, disebabkan oleh interaksi
albuterol)
kondisi lemah, takikardi, asetilkolin dengan reseptor
dan palpitasi muskarinik pada otot polos
(Dipiro,2009) bronkial sehingga membuka
saluran udara ke paru- paru serta
menyebabkan relaksasi otot
bronkus.
Alasan: sesak nafas terjadi
akibat penyumbatan paru kronis
Efek terapi :
Mekanisme kerja: Sebagai
Mengurangi frekuensi
sesak nafas. Perlu kortikosteroid anti-inflamasi
pemantauan tekanan
dengan cara menghambat
Budesonide darah, glukosa, serum
Inhaler Terapi pada sesak karena dapat prostaglandin dan sitokin
22/05/18 (golongan 200 mcg 3 dd 1 - menyebabkan palpitasi
oral nafas proinflamasi.
kortikosteroid)
Efek samping: mual,
Alasan: terjadi kekambuhan
muntah, diare, pusing,
sesak nafas
dan sakit kepala
Efek terapi : Mekanisme kerja: dahak yang
Terapi batuk
mengurangi kekentalan terdiri atas ikatan kimia
berdahak dengan
serta frekuensi batuk mukosa-protein dan mukosa-
19/05/18 N-asetil sistein p.o 200 mg 3 dd 1 - volume banyak
berdahak lemak akan dipecah sehingga
dan kekentalan
Efek samping: volume dahak dapat berkurang
yang tinggi
penyempitan saluran dengan kekentalan yang juga
nafas khususnya pada ikut berkurang
bronkus,mual, dan
muntah Alasan: meringankan gejala
batu berdahak yang dialami
pasien
22/05/18 23/05/18 Efek terapi : terapi
24/05/18 25/05/18 untuk eksaserbasi sesak Mekanisme kerja:
napas dan sebagai perenggangan otot polos
bronkodilator sehingga bronkus dan pembuluh darah
sesak napas dapat paru-paru dan pengurangan
25 Terapi pada sesak berkurang respons terhadap histamin,
Aminofilin pump -
mg/menit nafas Efek samping: methacholine, adenosin, dan
palpitasi, aritmia, alergen yang menyebabkan
takikardi, denyut nadi keluhan sesak
perlu dipantau pada Alasan : Pasien mengalami
pasien dengan riwayat sesak napas.
PJK
18/05/18 Ranitidin i.v 50 mg 2 dd 1 25/05/18 Terapi pada nyeri Efek terapi : terapi Mekanisme kerja: antagonis
26/05/18 bolus 27/05/18 lambung pada peningkatan reseptor H2 kompetitif yang
sekresi asam lambung menghambat kerja histamin
akibat adanya antibiotik menyebabkan sekresi asam
yang dapat lambung berkurang
menyebabkan iritasi
lambung Alasan: menurunkan efek
Efek samping: mual samping antibiotik yang dapat
dan muntah mengiritasi lambung
Mekanisme Kerja: penghalang
reseptor D2 di spingter esofagus
dan lambung serta 5HT3
Efek terapi :
di chemoreceptor trigger
Memberikan efek
antiemetik melalui zone pada medula oblongata.
inhibisi dari reseptor
i.v Alasan: efek samping mual dan
24/05/18 Metoklopramid 10 mg 2 dd 1 - Terapi antiemetik dopamine. Sehingga rasa
bolus mual berkurang muntah yang dapat ditimbulkan
obat antibiotik yang dikonsumsi
Efek samping:pusing
Namun dari data yang ada
dan gangguan GIT
pasien tidak mengalami gejala
muntah sehingga seharusnya
tidak pelu diberikan obat ini
namun perlu dikonfirmasi lagi
ke dokter

8.3.2 FORM ASSESSMENT


ASUHAN KEFARMASIAN (PHARMACIST’S CARE PLAN)

Termasuk :
1. Masalah aktual & potensial terkait obat 5. Pemantauan efek obat 7. Pemilihan obat 9. Efek samping obat
2. Masalah obat jangka panjang 6. Kepatuhan pasien 8. Penghentian obat 10. Interaksi obat
3. Tidak ada indikasi ada terapi
4. Ada indikasi tidak ada terapi
KRITERIA DRP TINDAKAN
NO. TANGGAL (Drug Related URAIAN MASALAH (USULAN PADA KLINISI, PERAWAT,

Problems) ATAU PASIEN)

1. 18/05/18  Indikasi yang 1. Pasien datang dengan kondisi lemah : 1. Dilakukan pemantauan
tidak diberikan normal salin yang dapat terhadap elektrolit tubuh dan
ditangani memenuhi kebutuhan cairan tubuh edema
 Pemilihan 2. Hipertensi: tidak dilakukan terapi 2. Dilakukan pemantauan rutin
obat 3. Batuk berdahak : tidak dilakukan terapi terhadap tekanan darah
1.Normal salin 4. Sesak nafas : tidak dilakukan terapi 3. Dapat mengkonfirmasikan
2. Ceftriaxone 5. Pasien mengalami demam dan kepada dokter mengenai
3. Levofloxacin peningkatan leukosit yang menandai alasan tidak diberikannya
4. Ranitidin adanya infeksi bakteri sehingga diberikan terapi batuk berdahak dan
Ceftriaxon dan Levofloxacin yang sesak nafas
merupakan antibiotic spectrum luas 4. Mengkonfirmasikan kepada
6. Pemberian Ranitidin untuk meringankan dokter mengapa tidak
efek samping dari pemberian antibiotic diberikan terapi untuk sesak
nafas dengan pemberian obat
LAAC atau LABA + SABA
prn.
2. 19/05/18  Pemilihan obat 1. Dihentikan normal salin. 1. Konfirmasi ke dokter terkait
1. Ceftriaxone 2. Penambahan gliseril guaiakolat pemberian obat yang mempunyai
2. Levofloxacin sebagai ekspektoran dan N-asetil indikasi sama yaitu GG dan N-
3. Gliseril guaiakolat sistein sebagai mukolitik untuk acetyl cystein
4. Combivent meringankan batuk berdahak. 2. Tindakan pemberhentian normal
5. N-asetil sistein 3. Ditambahkan combivent untuk salin sudah tepat dikarenakan
6. Ranitidin meringankan sesak napas. waktu pemberiannya selama 24
 Indikasi yang jam atau bila perlu
tidak 3. Pemberian terapi Combivent
ditangani dapat dilakukan mulai pada hari
pertama karena pasien sudah
mengeluhkan sesak nafas sejak
hari pertama.
3. 20/05/18 Pemilihan obat 1. Pemakaian levofloxacin diberhentikan 1. Mengkonfirmasikan dengan
1. Ceftriaxone tetapi ceftriaxone tetap digunakan dokter apakah perlu
2. Gliseril guaiakolat dilakukan kultur agar dapat
3. Combivent 2. Pasien masih batuk berdahak diketahui bakteri secara
4. N-asetil sistein spesifik yang menimbulkan
5. Ranitidin infeksi sehingga pemilihan
obat akan lebih tepat
4. 21/05/18 Pemilihan obat 1. Penambahan ceftriaxone sebagai 1. Pemberhentian obat combivent
1. Ceftriaxone antibiotik. sudah tepat karena pada tanggal
2. N-asetil sistein 2. Pasien mengalami batuk berdahak 21 pasien sudah tidak mengalami
3. Ranitidin sehingga diberikan N-asetil sistein sesak napas
sebagai mukolitik. 2. Mengkonfirmasi pemberhentian
3. Pemberian GG pada pasien obat gliseril guiakolat
diberhentikan. dikarenakan pasien masih
4. Pemberhentian terapi Combivent. mengalami batuk berdahak

5. 22/05/18 Pemilihan obat 1. Ciprofloxacin diberikan untuk


1. Ceftriaxone 1. Ditambahakan pemberian menangani peningkatan kadar
2. Ciprofloxacin Ciprofloxacin. leukosit dan bertindak sebagai
3. Gliseril guaiakolat 2. Pasien kembali mengalami sesak antibiotik .
4. Combivent nafas sehingga diberikan combivent, 2. Budesonide dapat mengurangi
5. Budesonide aminofilin dan budesonide. inflamasi dan hipereaktivitas
6. N-asetil sistein 3. Pemberian gliseril guaiacolat N- saluran nafas. Serta Aminofilin
7. Aminofilin asetil sistein secara bersamaan dapat berfungsi sebagai
8. Ranitidin bronkodilator.
6. 23/05/18 Pemilihan obat kurang 1. Pemberhentian Aminofilin 1. Kombinasi harus lebih di teliti
tepat 2. Kombinasi antara Ciprofloxacin dan karena dosis yang digunakan
Cefriaxone masih sama dengan dosis mula-
mula
2. Aminofilin diberikan jika pasien
mengeluhkan sesak nafas, pada
tanggal ini pasien sudah tidak
mengeluhkan sesak nafas.

7. 24/05/18 Pemilihan obat 1. Metoclopramide seharusnya tidak 1.Pemberian Metoklopramid


1. Ceftriaxone perlu diberikan karena pasien tidak dilakukan untuk mengimbangi
2. Ciprofloxacin ada keluhan mual dan muntah pemberian Ranitidine yang memiliki
3. Gliseril guaiakolat efek samping yaitu mual dan muntah
4. Combivent namun pada kasus ini pasien tidak
5. Budesonide mengeluhkan mual dan muntah
6. N-asetil sistein sehingga obat ini tidak perlu
7. Aminofilin diberikan.
8. Ranitidin
Metoclopramide
8. 25/05/18 Pemilihan obat 1. Pemberhentian pemberian aminofilin 1. Dilakukan monitoring sesak
1. Ceftriaxone dikarenakan dengan pemberian napas pasien jika keluhan sesak
2. Ciprofloxacin combivent saja sudah dapat napas bertambah parah dan
3. Gliseril guaiakolat mengurangi keluhan sesak napas apabila pemberhentian obat
4. Combivent pasien. aminofilin tidak memperparah
5. Budesonide sesak napas maka tindakan
6. N-asetil sistein tersebut sudah tepat.
7. Metoclopramide
9. 26/05/18 Penghentian obat 1. Terapi antibiotik ciprofloxacin 1. Konsultasi dengan dokter alasan
diberhentikan pemberhentian terapi antibiotik
tersebut
10. 27/05/18 Penghentian obat 1. Terapi obat ranitidin di berhentikan 1. Konsultasi dengan dokter alasan
pemberhentian obat tersebut
dikarenakan pemberian obat
budesonide dan GG dapat
mengiritasi lambung
8.4 PLAN
8.4.1 MONITORING

NO. PARAMETER TUJUAN MONITORING


1. Elektrolit Mencegah kadar elektrolit tidak normal yang dapat
menyebabkan pasien lemas
2. Tekanan darah Mencegah komplikasi lebih lanjut
3. Batuk berdahak Mengetahui keefektifan obat ekspektoran dan mukolitik
4. Suhu tubuh Memonitor kemungkinan demam atau infeksi kembali
5. Sesak nafas Mencegah gejala PPOK semakin parah
6. Iritasi lambung Mencegah asam lambung naik

8.4.2 LEMBAR KONSELING

No. Sasaran Uraian Rekomendasi/Saran


Konseling
1. Pasien  Mengonsumsi obat sesuai  Makan makanan yang mengandung nutrisi seimbang untuk
resep dokter mengembalikan kondisi pasien
 Penyesuaian aktivitas untuk  Memberikan pemahaman kepada pasien untuk taat minum obat
mencegah eksaserbasi  Banyak istirahat dan melakukan hidup sehat
 Menghindari partikel/ gas  Pasien harus menghindari asap rokok, polusi udara, dan debu
berbahaya yang memicu yang memacu munculnya PPOK
munculnya PPOK
2. Keluarga  Membantu pasien untuk  Membantu pasien untuk memperhatikan aktivitas, kondisi dan
pasien mendapatkan lingkungan yang mengingatkan pasien terkati hal hal apa saja yang dapat
bersih dari asap atau polusi udara memperburuk keadaan pasien.
 Membantu pasien untuk mentaati  Membantu pasien untuk terus semangat menjalani pola hidup
penggunaan obat. sehat dan selalu patuh untuk memnium obat agar tidak terjadi
 Penyakit pada pasien yang dapat kekambuhan
membuatnya stress atau banyak
mengeluh

3. Perawat Melakukan kontrol kepada pasien Melakukan monitoring kepada pasien


terkait kondisinya setelah dilakukan
pengobatan
4. Dokter  Mengurangi atau menambah dosis  Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya
obat sesuai dengan kondisi pasien  Mendiskusikan tentang obat yang akan digunakan dan
 Memberi informasi kepada pasien mempertimbangkan faktor ekonomi pasien.
dan keluarganya terkait dengan
PPOK dan cara menanganinya
 Mengganti beberapa obat yang
memiliki efek yang sama atau
memilih obat yang memiliki efek
terapi paling efektif terhadap
pasien PPOK.

Dapus :

Medscape. 2015. Medscape Reference. Aplikasi Medscape : Diakses Januari 2020

Dipiro,J.,Wells,B.,Schwinghammer,T., dan Dipiro,C. 2009. Pharmacotheraphy Handbook,seventh edition. The McGraw-Hill


Companies, Inc. New York.

Anda mungkin juga menyukai