Keluhan Utama :
Sesak sejak subuh, batuk berdahak, dan demam
Diagnosis :
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
Riwayat Penyakit :
Sesak napas dan PKJ-IMA (infark myocard akut)
Riwayat Pengobatan :
Obat paru
Aminofilin 1-0-0
Salbutamol 2x1
Gliseril guaiakolat 2x1
Spiriva® (kandungan ipratropium) 1-0-0
Bricasma® (terbutalin sulfat) 1-0-0
Pulmicort®(kandungan budesonide) 1-0-0
Alergi : -
Kepatuhan Obat Tradisional -
Merokok - OTC -
Alkohol - Lain-lain -
CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN
Apoteker: .............................
No. DMK :00-00-72-xx Keluhan Utama :Sesak napas sejak subuh, batuk berdahak, Alergi :-
MRS / KRS :18 Mei 2018 / 27 Mei 2018 dan panas Merokok / Alkohol :- / -
Inisial Pasien : Tn. D Diagnosis : PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) Obat Tradisional :-
Umur / BB / TB :66 tahun Riwayat Penyakit :Sesak napas OTC :-
Alamat : Malang Riwayat Pengobatan :Obat paru
Asuransi : BPJS Kepatuhan : Tidak diketahui
PROFIL PENGOBATAN PADA SAAT MRS
Tanggal (Mei)
Obat Rute Dosis Frekuensi
18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Normal salin iv infus life line - √ //
Ceftriaxone iv bolus 1g 2 dd 1 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Levofloxacine iv infus 750 mg 1 dd 1 √ √ //
Ciprofloxacine iv infus 400 mg 2 dd 1 √ √ √ √ //
Gliseril guaiakolat Po 200 mg 3 dd 1 √ √ // √ √ √ √ √ √
Combivent® Inhaler oral 10 mL 3 dd 1 √ √ // √ √ √ √ √ √
Budesonide Inhaler oral 200 mcg 3 dd 1 √ √ √ √ √ √
N-asetil sistein Po 200 mg 3 dd 1 √ √ √ √ √ √ √ √ √
Aminofilin Pump 25 mg/mnt - √ // √ //
Ranitidin iv bolus 50 mg 2 dd 1 √ √ √ √ √ √ √ // √ //
Metoklopramid iv bolus 10 mg 2 dd 1 √ √ √ √
DATA
Tanggal (Mei)
Data Klinik Nilai Normal
18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
KU Lemah
Suhu 36,4 36,4 36,2 37,4 36,8 36,4 36,4 36,2 36,4
TD 110/ 140/ 150/ 120/ 130/ 130/ 140/ 130/ 130/ 130/
60 80 90 90 80 80 90 80 80 70
Nadi 80 104 104 108 96 88 82 84 88
Rh ±׀± ±׀± +׀+ -׀- -׀- +׀+
Wh ±׀± -׀- +׀+ -׀- -׀± +׀+
Sesak + + +
Batuk berdahak + + + + + + +
KLINIK
DATA LABORATORIUM
Tanggal (Mei)
Data Laboratorium Nilai Normal
18 19 21 22
Leukosit 4-10x 103/µL 13,3 9,4
Hemoglobin 11,5-16,0 g/dL 13,1
Hematokrit 35-45% 39,2
Eritrosit 4,3-6,0 x 106/µL 4,75
Platelet 150-400 x 103/µL 157
GDA ≤ 200 mg/dL 125
GDP 76-110 mg/dL 107
GD2PP 80-125 mg/dL 110
pH 7,35-7,45 7,38
pCO2 35-45 mmHg 34,7
pO2 80-107 mmHg 225
HCO3- 21-25 mmol/L 20,5
BE -3,5 s.d +2,0 mmol/L -4,1
SGOT 0-35 U/I 25
SGPT 0-37 U/I 12
Hasil Tes Spirometri (195/2018):
FEV1 = 54%
FEV1/FVC = 66%
1. PEMBAHASAN KASUS
8.1 Subjektif
Tanggal (Mei)
Data Klinik Nilai Normal
18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Suhu 37 ± 0,5oC 38 36,4 36,2 37,4 36,8 36,4 36,4 36,2 36,4
TD < 140/90 mmHg 110/ 140/ 150/ 120/ 130/ 130/ 140/ 130/ 130/ 130/
60 80 90 90 80 80 90 80 80 70
Nadi 50-90 x/menit 80 104 104 108 96 88 82 84 88
Rh ±׀± ±׀± +׀+ -׀- -׀- +׀+
Wh ±׀± -׀- +׀+ -׀- -׀± +׀+
Sesak + + +
Batuk berdahak + + + + + + +
Komentar dan alasan =
Pada tanggal 18 Mei, suhu tubuh pasien berada di atas normal, yang mengindikasikan adanya infeksi.
Tekanan darah pasien sempat tinggi yaitu pada tanggal 20 Mei yang mungkin dapat terjadi karena
PPOK yang menurunkan fungsi paru-paru sehingga berdampak pada sistem kardiovaskular
Nadi yang tidak stabil disebabkan sesak napas yang dialami pasien
Tanggal (Mei)
Data Laboratorium Nilai Normal
18 19 21 22
Leukosit 4-10 x 103/µL 13,3 9,4
Hemoglobin 11,5-16,0 g/dL 13,1
Hematokrit 35-45 % 39,2
Eritrosit 4,3-6,0 x 106/µL 4,75
Platelet 150-400 x 103/µL 157
GDA ≤ 200 mg/dL 125
GDP 76-110 mg/dL 107
GD2PP 80-125 mg/dL 110
pH 7,35-7,45 7,38
pCO2 35-45 mmHg 34,7
pO2 80-107 mmHg 225
HCO3- 21-25 mmol/L 20,5
BE -3,5 s.d +2,0 mmol/L -4,1
SGOT 0-35 U/I 25
SGPT 0-37 U/I 12
Komentar dan Alasan =
Jumlah leukosit meningkat, mengindikasikan adanya infeksi bakteri
PCO2 menurun akibat sesak yang diderita pasien, diiringi menurunnya HCO3- sehingga terjadi
hiperventilasi
Kadar HCO3- menurun karena adanya kelainan metabolik seperti meningkatnya kadar asam
organik dalam darah atau ekskresi HCO3- berlebih
8.3 ASSESSMENT
8.3.1 FORM PROFIL PENGOBATAN
OBAT
Komentar dan Alasan
Tgl. Tgl. Pemantauan
Indikasi Terapi (mekanisme kerja, alasan
Mulai Jenis Obat Rute Dosis Frekuensi Berhenti Kefarmasian
pada Pasien pemilihan terapi)
Terapi Terapi
Efek samping: edema Mekanisme kerja: cairan
karena kelebihan cairan isotonik yang osmolaritasnya
mendekati omolaritas serum
- Pemberian dapat tubuh, terdiri atas natrium
i.v Tubuh pasien
18/05/18 Normal salin life line - 19/05/18 dihentikan saat cairan klorida dengan kadar 0,9%.
infus lemah
dalam tubuh pasien Ionnya terdistribusi ke dalam
sudah tercukupi, dapat cairan intravaskular dan
dilihat dari kelemahan intersisiel
tubuh pasien (tidak ada
keluhan lemah maka Alasan: kondisi tubuh pasien
terapi dapat dihentikan) yang lemah dapat dilihat dari
dan pemantauan nilai tekanan darah pemeriksaan awal
tekanan darah yang rendah
Mekanisme kerja: antibiotik
dengan spektrum luas yang
bekerja dengan penghambatan
sintesis dinding sel bakteri
mengakibatkan kematian bakteri
Efek samping: mual, secara perlahan (lisisnya
muntah, diare, anemia, dinding sel)
Terapi pada
Ceftriaxone i.v trombositosis,leukopenia
18/05/18 1g 2 dd 1 - infeksi bakteri
(quinolon) bolus jaundice, serta Alasan: nilai ekserbasi basa
(ekserbasi akut)
meningkatnya SGOT sudah cukup rendah yang
dan SGPT menandakan adanya infeksi
bakteri. Namun, belum
diketahui jenis bakterinya.
Sehingga diberikan antibiotik
spektrum luas yang dapat
membunuh bakteri gram positif
maupun negatif pada saluran
nafas bawah dengan toksisitas
yang rendah
Efek samping: mual,
diare, konstipasi,
muntah pusing, sakit
kepala, edema (jika Mekanisme kerja: replikasi
diberikan secara infus) bakteri dihambat sehingga
dan nyeri dada terjadi kerusakan pada ikatan
Terapi pada
rantai DNA
Levofloxacine i.v bronkitis akut
18/05/18 750 mg 1 dd 1 20/05/18 - Konsumsi obat ini
(quinolon) infus PPOK akibat
perlu dipantau lebih Alasan: antibiotik spektrum
bakteri
lanjut pada pasien luas dengan efek terapi yang
dengan riwayat penyakit lebih baik jika dikombinasikan
jantung karena dapat dengan ceftriaxone
menimbulkan gagal
jantung, aritmia, dan
takikardi
Ciprofloxacine i.v Terapi pada Efek samping: mual, Mekanisme kerja: replikasi
22/05/18 400 mg 2 dd 1 26/05/18
(cephalosporin) infus bronkitis akut diare, muntah, dan bakteri dihambat sehingga
PPOK akibat peningkatan serum terjadi kerusakan pada ikatan
bakteri kreatinin di ginjal rantai DNA
Termasuk :
1. Masalah aktual & potensial terkait obat 5. Pemantauan efek obat 7. Pemilihan obat 9. Efek samping obat
2. Masalah obat jangka panjang 6. Kepatuhan pasien 8. Penghentian obat 10. Interaksi obat
3. Tidak ada indikasi ada terapi
4. Ada indikasi tidak ada terapi
KRITERIA DRP TINDAKAN
NO. TANGGAL (Drug Related URAIAN MASALAH (USULAN PADA KLINISI, PERAWAT,
1. 18/05/18 Indikasi yang 1. Pasien lemah : diberikan cairan normal salin 1. Dilakukan pemantauan terhadap
tidak ditangani yang dapat menggantikan kekurangan cairan elektrolit tubuh dan edema
Pemilihan tubuh. ESO : edema dan hipertensi 2. Dilakukan pemantauan rutin
obat kurang 2. Hipertensi dan takikardi : tidak dilakukan terhadap tekanan darah
tepat terapi 3. Dapat mengkonfirmasikan
3. Batuk berdahak : tidak dilakukan terapi kepada dokter mengenai alasan
4. Demam : tidak dilakukan terapi tidak diberikannya terapi batuk
5. Peningkatan leukosit yang menimbulkan berdahak
adanya infeksi : diberikanlevofloxacin dan 4. Dapat mengkonfirmasikan
ceftriaxone. ESO : gangguan GIT kepada dokter mengenai alasan
6. Sesak nafas : tidak dilakukan terapi tidak diberikan terapi untuk
7. Pemberian Ranitidin untuk meringankan efek demam
samping dari pemberian antibiotik 5. Menkonfirmasi kepada dokter
sebaiknya sebelum di beri
cefriaxone dilakukan kultur
terlebih dahulu sehingga bakteri
yang menginfeksi bisa di
identidikasi dan di beri obat
terapi yang tepat.
6. Mengkonfirmasikan nya kepada
dokter mengapa tidak diberikan
terapi untuk sesak nafas. Terapi
dapat dilakukan dengan
pemberian obat LAAC atau
LABA + SABA prn.
7. Obat antibiotik yang memiliki
efek samping dapat
meningkatkan produksi asam
lambung sehingga dapat diberi
obat terapi Ranitidine yang
memiliki fungsi sebagai
resepteptor H2 Bloker sehingga
sekresi asam lambung menurun
2. 19/05/18 Pemilihan obat 1. Batuk berdahak : GG dapat diberikan untuk 1. Melakukan konfirmasi ke dokter
kurang tepat mengurangi kekentalan pada sputum dan mengapa GG dan N-acetyl cystein
Indikasi yang mudah sputum keluar karena GG memiliki diberikan secara bersamaan karena
tidak ditangani khasiat sebagai ekspektoran yang dapat GG memiliki indikasi yang sama
merangsang pengeluaran mukus dengan N-asetyl cystein.
2. Sesak Nafas : diberikan Combivent 2. Pemberian terapi Combivent dapat
dilakukan mulai pada hari pertama
karena pasien sudah mengeluhkan
sesak nafas sejak hari pertama.
3. 20/05/18 Pemilihan obat 1. Pemakaian levofloxacin diberhentikan tetapi 1. Untuk menganalisa efek terapi
kurang tepat ceftriaxone tetap digunakan obat yang paling tepat dapat
dilakukan uji sensitivitas
2. Pasien masih batuk berdahak mikroba juga yang lebih
dianjurkan ialah terapi obat
ceftriaxone dikarenakan
toxisitas nya yang lebih rendah
2. Diberikan salah satu saja, bisa
GG saja atau N-acetyl cystein.
4. 21/05/18 Pemilihan obat kurang 1. Pemberian GG pada pasien 1. Karena GG dan N-acetyl cystein
tepat diberhentikan. memiliki indikasi maka cukup
2. Perbenhentian terapi Combivent. diberikan salah satu saja.
2. Combivent hanya diberikan jika
pasien mengeluhkan sesak nafas.
5. 22/05/18 Pemilihan obat kurang 1. Ditambahakan pemberian Ciprofloxacin. 1. Ciprofloxacin diberikan untuk
tepat 2. Penambahan pemberian Budesonide dan menangani peningkatan kadar
aminofilin dikarenakan adanya riwayat leukosit dan bertindak sebagai
pasien yaitu sesak nafas. antibiotik .
3. Digunakan GG dan N-acetyl cystein 2. Budesonide dapat mengurangi
secara bersamaan inflamasi dan hipereaktivitas saluran
nafas. Serta Aminofilin dapat
berfungsi sebagai bronkodilator.
3. Diberikan salah satu saja, bisa GG
saja maupun N-acetyl cystein saja.
6. 23/05/18 Pemilihan obat kurang 1. Pemberhentian Aminofilin 1. Aminofilin diberikan jika pasien
tepat 2. Kombinasi antara Ciprofloxacin dan mengeluhkan sesak nafas, pada
Cefriaxone tanggal ini pasien sudah tidak
mengeluhkan sesak nafas.
2. Kombinasi harus lebih di teliti
karena dosis yang digunakan masih
sama dengan dosis mula-mula
sehingga bisa terjadi overdosis pada
pasien.
7. 24/05/18 Interaksi obat 1. Kombinasi antara Ciprofloxacin dan 1. Kombinasi harus lebih di teliti karena
Cefriaxone dosis yang digunakan masih sama
2. Ditambahkan Ranitidin dengan dosis mula-mula sehingga bisa
3. Ditambahkan Metoklopramid terjadi overdosis pada pasien.
2.Ranitidine diberikan untuk
meringankan efek samping dari
antibiotik yang mengurangi produksi
asam lambung.
3.Pemberian Metoklopramid dilakukan
untuk mengimbangi pemberian
Ranitidine yang memiliki efek samping
yaitu mual dan muntah.
8. 25/05/18 Interaksi obat 1. Terapi aminofilin di berhentikan 1. Penggunaan aminofilin bersama
dengan budesonide dan combivent
dapat menyebabkan hipokalemia dan
pemberhentian aminofilin sudah
tepat
9. 26/05/18 Penghentian obat 1. Terapi antibiotik ciprofloxacin 1. Konsultasi dengan dokter alasan
diberhentikan pemberhentian terapi antibiotik
tersebut
10. 27/05/18 Penghentian obat 1. Terapi obat ranitidin di berhentikan 1. Konsultasi dengan dokter alasan
pemberhentian obat tersebut
dikarenakan pemberian obat
budesonide dan GG dapat
mengiritasi lambung
8.4 PLAN
8.4.1 MONITORING