Anda di halaman 1dari 18

KASUS I

(MUAL, MUNTAH, DIARE)

A. Identitas Pasien

Nama Pasien M. Hafidz (10 th)

Alamat Pasien Keputih Tegal GG. 4/15

Berat Badan 35 kg

Tinggi Badan -

Keluhan Utama Muntah >10x, diare 1x cair

Riwayat -
Penyakit
Terdahulu

Riwayat -
Pemakaian Obat

Alergi Obat -

Diagnosa Vomiting

B. Data Klinik

Nilai
DATA LAB 11/21 12/21 13/21 14/21
Normal

TD (mmHg) - 110/65 - - <120/80


mmHg

Nadi (Menit) 116 80 100 100 80x/menit

Suhu Tubuh (°C) 36o 36o 36o 36o 36.5-


37.5°C

RR (Menit) 20 21 24 28 18-
20x/menit
GCS 456 - - - 456

C. Data Lab

Tanggal
Data Lab
11/10 14/10

Hb (g/dl) 12,2 12,5

11 - 16,5 g/dl

Leukosit (/µl) 21.340 7.680

4.500 -10.000

Trombosit (/µl) 150.000-300.000 - 445.000

Hemaktorit (%) 36,5 37,2

35-50%

Na 146 -

136-144 mmol/L

K 4,4 -

3,8-5 mmol/L

Cl (mmol/L) 111 -

97 - 103 mmol/L

GDA (mg/dl) 103 -

<200 mg/dl

D. Data Penggunan Obat


Tanggal Pemberian Obat
N0 Nama Obat
11/10 12/10 13/10 14/10

1 Ringer Laktat inf 500cc (IGD - - -


= rehidrasi)
1800 ml/24
jam

2 Ceftriaxon inj 2 x 750 mg 2 x 750 mg 2 x 750 mg 2 x 750 mg

3 Ondansetron 2 mg 2 x 2 mg 2 x 2 mg 2 x 2 mg 2 x 2 mg
inj (KP) (KP) (KP)

4 KA-EN 3B - 1800 ml/24 1800 ml/24 1800 ml/24


jam jam jam

5 Lacto-B 2 x 1 sachet 2 x 1 sachet 2 x 1 sachet 2 x 1 sachet

6. Zink tab - 1 x 1 tab 1 x 1 tab 1 x 1 tab


(20 mg) (20 mg) (20 mg)

7. Cetirizine tab - - - 1 x 1 tab


(10 mg)

8. Desoximetasone - - - 2 x sehari
salep (0,25%)

9. Scabimite cream - - - 1 x pada


malam hari
(5%)

E. Rekonsiliasi Obat

Nama : H
Umur : 10 Th
Alamat : Keputih Tegal 4/15
NO PENGKAJIAN

1 Riwayat ( ) penyakit   ( ) tuberculosis


Penyakit jantung Keluhan:
( ) asma Muntah mulai tadi
( ) penyakit pagi > 10x, diare
ginjal ( ) kanker
mulai tadi siang 1x
() tukak lambung cair, panas (-), bapil
( ) hipertensi

( )diabetes () lainnya

( ) hepatitis

2 Riwayat Obat : Tidak ada


pengobata
n
terdahulu

Vitamin : Tidak ada

Produk herbal : Tidak ada

Lainnya : Tidak ada

3 Riwayat Obat : Tidak ada alergi obat


alergi
Tingkat alergi : ringan/sedang/berat

4. Obat Nama Jumlah & Dosis Aturan Dilanjutka Dihentikan


Pribadi Obat Kadaluars Pakai n
  Pasien a Obat
Yang
-          
Dibawa Ke
Rumah -          
Sakit

APJP DPJP Pasien/keluarga pasien

( apt. Irni ) (dr. Anak dan Kulit) ( )

F. Patofisiologi
1. Muntah
Muntah didefinisikan sebagai ejeksi atau pengeluaran isi lambung melalui
mulut, seringkali membutuhkan dorongan yang kuat (Dipiro dkk., 2015).
Muntah dalam hal yang menguntungkan merupakan proteksi tubuh terhadap
ingesti bahan toksik yang segera dimuntahkan. Muntah sebenarnya merupakan
kejadian yang sangat 2298 komplek pada manusia, yang terdiri dari tiga aktivitas yang
saling terkait, nausea, retching, dan pengeluaran isi lambung (expulsion).
Muntah dipicu oleh impuls aferen ke pusat muntah, inti sel di medula. Impuls
diterima dari pusat sensorik, seperti kemoreseptor trigger zone (CTZ), korteks
serebral, dan aferen viseral dari faring dan saluran GI. Ketika tereksitasi, impuls
aferen diintegrasikan oleh pusat muntah, menghasilkan dalam impuls eferen ke pusat
salivasi, pusat pernapasan, dan otot faring, gastrointestinal (GI), dan perut, yang
menyebabkan muntah (Dipiro dkk., 2015).
2. Diare
Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang tidak biasa (lebih
dari 3 kali sehari), juga perubahan dalam jumlah dan konsistensi (feses cair).
Empat mekanisme patofisiologis umum yang mengganggu keseimbangan air
dan elektrolit hingga menyebabkan diare ialah perubahan transpor ion aktif baik
dengan penurunan penyerapan natrium atau peningkatan sekresi klorida, perubahan
motilitas usus, peningkatan osmolaritas luminal dan peningkatan tekanan hidrostatik
jaringan. Mekanisme ini telah dikaitkan dengan empat kelompok diare klinis yang
luas yaitu sekretori, osmotik, eksudatif, dan perubahan transit usus (Dipiro dkk.,
2015).
3. Dermatitis Atopik
Dermatitis atopik merupakan salah satu jenis dermatitis (eksim) yang terjadi
akibat adanya peradangan pada kulit. Kondisi ini bisa disertai dengan kulit yang
memerah, kering, dan pecah-pecah.
Patofisiologi dari DA yaitu adanya disfungsi dari sawar epidermis (skin
barrier) yang mana merupakan faktor patogen utama terjadinya dermatitis atopik.
Pada pasien DA, dapat ditemukan mutasi atau defek dari gen FLG (filaggrin gene)
yang akan menyandi protein (pro)-filaggrin yang berperan penting pada sawar
epidermis. Defek genetik dari FLG akan mengganggu epidermis sehingga
meningkatkan kontak sel imun di dermis dengan antigen dari lingkungan eksternal.
Proses ini menyebabkan rasa gatal yang kuat sehingga pasien menggaruk  yang akan
menyebabkan gangguan dan inflamasi pada pembatas kulit epidermal.
4. Scabies
Skabies merupakan penyakit infestasi parasit pada kulit yang umum,
disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei. Skabies pada manusia disebabkan oleh
tungau betina yang menyebabkan gatal, yang hidup selama 30 hari siklus kehidupan
di dalam epidermis.
Siklus hidup S. scabiei terdiri tadi telur, larva, nimfa, dan tungau dewasa.
Infestasi dimulai ketika tungau betina gravid berpindah dari penderita skabies ke
orang sehat. Tungau betina dewasa akan berjalan di permukaan kulit untuk mencari
daerah untuk digali; lalu melekatkan dirinya di permukaan kulit menggunakan
ambulakral dan membuat lubang di kulit dengan menggigitnya. Tungau akan
menggali terowongan sempit dan masuk ke dalam kulit; penggalian biasanya malam
hari sambil bertelur atau mengeluarkan feses. Tungau betina hidup selama 30-60 hari
di dalam terowongan dan selama itu tungau tersebut terus memperluas terowongannya
Tanda patognomonis skabies adalah burrow, papul eritematus (bercak
kemerahan), dan pruritus generalisata (ruam dan gatal) yang muncul dengan pola
nokturnal. “Burrow” tampak seperti garis pendek bergelombang, dan paling umum
terlihat pada 5 jari-jari, pergelangan, dan penis (Paramita, 2015).

G. Tatalaksana Terapi
1. Muntah
a) Efek metabolik. Pada penderita muntah berulang dan dapat terjadi gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit yang memerlukan cairan dan eleknolit
pengganti (Ringer laktat), kemudian disusul dengan pemberian cairan dan
elektrolit untuk rumatan.
b) Aspirasi. Aspirasi isi lambung yang membutuhkan pemberian antibiotika dan
kadang-kadang kortikosteroid. Pada inhalasi isi lambung berupa susu dalam
jumlah sedikit demi sedikit dapat menimbulkan sensitisasi terhadap protein susu
sapi sehingga menimbulkan bronkhitis alergik.
c) Pemberian obat simptomatik (Obat antiemetik).
- Domperidone. Dapat dikatakan lebih aman. Cara kerja blokade dopamin
reseptor baik di CTZ maupun usus.
- Metoklopramid. Cukup efektif, cara kerja adalah blokade reseptor dopamin di
CTZ, sehingga dapat mengontrol mual maupun muntah secara sentral.
- Cisapride. Obat prokinetik yang baru, meningkatkan pengeluaran asetilkholin
secara fisiologis yang selektif pada tingkat post ganglionik dari syaraf pada
pleksus mienterikus Tidak memiliki sifat blokade pada reseptor dopamin,
tetapi meningkatkan peristaltik gastroduodenal. Pada anak juga efektif untuk
mencegah refluks dan memperbaiki kleren dari materi refluks di esofagus
Dosis 0.2-0,4 mg/kgBB/hari (Santosa, 2015).
2. Diare

(WGO, 2012)

3. Dermatitis Atopik
Secara umum, penatalaksanaan dermatitis atopik dapat dilakukan sebagai berikut:
a) Tatalaksana umum (menjaga kelembaban kulit)
Penderita dermatitis atopik harus mempertahankan kelembaban kulit dan mencegah
kekeringan kulit (xerosis), yang ikut berperan dalam timbulnya penyakit karena
mempermudah masuknya patogen, iritan, dan allergen.1,20,21 Kelembaban kulit
dapat dilakukan dengan cara hidrasi, yaitu mandi atau balut basah (wet dressing).
Pemakaian pelembab yang adekuat secara teratur sangat penting untuk mengatasi
kekeringan kulit.
b) Tatalaksana terhadap inflamasi (radang kulit) dan pruritus
Inflamasi pada dermatitis atopik terjadi terutama disebabkan oleh adanya proses
inflamasi imunologik. Oleh karena itu, untuk mengatasi iflamasi dapat digunakan
antiinflamasi, baik golongan steroid maupun nonsteroid. Selama ini, penggunaan
kortikosteroid topikal secara intermitten merupakan pengobatan standar untuk
mengatasi inflamasi akut/eksaserbasi dermatitis atopik. Pemberian kortikosteroid
topikal dilakukan dengan cara dioleskan 1-2 kali sehari. Setelah inflamasi berkurang,
frekuensi pemberian dikurangi, misalnya 2 kali seminggu, atau potensinya diturunkan,
untuk kemudian dihentikan.
Untuk mengatasi pruritus dapat diberikan antihistamin H1 atau antihistamin nonklasik
lain. Kombinasi antihistamin H1 dan H2 dapat menolong pada kasus tertentu.
Antihistamin oral digunakan untuk mengontrol gatal.
c) Tatalaksana infeksi
Secara umum, pada kasus dermatitis atopik dengan infeksi kulit maka
penatalaksanaan adalah dengan perawatan luka lokal dan pemberian antibiotika yang
sesuai dengan hasil uji sensitivitas. Pada umumnya, sebelum dilakukan pemberian
antibiotika secara sistemik (oral), sebaiknya didahului preparat topikal antibiotika.
Antibiotika sistemik dapat dipertimbangkan untuk mengatasi dermatitis atopik yang
luas dengan infeksi sekunder. Antibiotik yang dianjurkan adalah eritromisin,
sefalosporin, kloksasiklin, dan ampisilin.
d) Tatalaksana terhadap kemungkinan relaps (kekambuhan)
Dermatitis atopik termasuk penyakit kronis dan sering berulang. Oleh karena itu,
tatalaksana pencegahan yang tepat sangat diperlukan untuk pencegahan terjadinya
kambuh ulang (relaps). Penderita dermatitis atopik harus menghindari alergen hirup
dan pajanan pada bahan-bahan iritan, misalnya penggunaan sabun yang mengandung
asam dan basa kuat. Disamping itu, kekeringan kulit harus dicegah dengan
menggunakan emolien (Bakhtiar, 2010).

4. Scabies
(Kurniawan dkk., 2020).
H. Analisis Terapi

No. Nama Obat/Terapi Bahan Aktif Dosis Resep Indikasi/Dosis Pustaka Mekanisme Kerja Keterangan

1. Ringer Laktat Per 500 ml: 1800 ml/24 Larutan Ringer Laktat - Tepat.
Sodium chloride 3 g jam adalah jenis cairan
Sodium lactat 1,56 g kristaloid isotonik yang Berdasarkan
Postasium chloride selanjutnya perhitungan kebutuhan
0,20 g diklasifikasikan sebagai cairan anak
Calcium chloride larutan seimbang atau menggunakan cara:
0,135 g larutan buffer yang (100 ml x 10 kg) + (50
WFI ad 500 ml digunakan untuk ml x 10 kg) + (25 ml x
penggantian cairan 15 kg) = 1000 + 500 +
375

= 1875 ml/hari

2. KA-EN 3B Tiap 500 ml larutan 1800 ml/24 Bertujuan untuk - Tepat.


mengandung: jam memelihara keseimbangan
cairan tubuh dan nutrisi Berdasarkan
Natrium 38,4 mEq/l
yang diperlukan oleh tubuh perhitungan kebutuhan
Klorida 38,5 mEq/l (Media Unhas, 2016). cairan anak
Dekstrosa 37,5 g menggunakan cara:
(100 ml x 10 kg) + (50
Air untuk injeksi
ml x 10 kg) + (25 ml x
ad 500 mL 15 kg) = 1000 + 500 +
375

= 1875 ml/hari
3. Ceftriaxone 750 mg Ceftriaxone 2 x 750 mg Antibiotik Menghambat sintesis Tepat
  dinding sel bakteri degan
Bayi dan anak: 50-100 cara mengikat 1 atau
mg/kg/day dalam 1-2 dosis lebih penicillin (PBPs)
terbagi dimana akan
menginhibisi langkah
(Drug Doses, 2017), (DIH transpeptidase akhir dari
21st Edition, 2013) sintesis peptidoglikan
dinding sel bakteri.
(DIH,19 th ed)
4. Ondansetron 2 mg inj Ondansetron 2 mg 2x2 Mual dan muntah akibat Menghambat ikatan Tepat
inj (KP) kemotrapi dan radioterapi, serotonin pada reseptor
pencegahan mual dan 5HT3, sehingga
muntah pasca operasi membuat penggunanya
tidak mual dan berhenti
Dosis : > 6 bulan 0,15 muntah.
mg/kg. Dosis maksimal 8
mg (Basic Pharmacology,
2017).
(Basic Pharmacology,
2017).
5. Lacto-B 2 x 1 sachet 2 x 1 sachet Probiotik adalah suplemen Probiotik berkompetisi Tepat
untuk membantu untuk berlekatan pada
melindungi dan enterosit usus, sehingga
enterosit yang telah
memelihara kesehatan
jenuh dengan probiotik
sistem pencernaan, tidak dapat lagi
terutama lambung dan berlekatan dengan
usus. bakteri lain sehingga
2-3 sachet menghambat
pertumbuhan kuman
(Basic Pharmacology, patogen serta
2017). berkompetisi dengan
patogen untuk
mendapatkan tempat dan
nutrisi

(Basic Pharmacology,
2017).
6. Zink tab Zink 20 mg 1 x 1 tab Terapi penunjang/suplemen Zinc memberikan efek Tepat
untuk diare akut non profilaktik dan
spesifik pada anak terapeutik terhadap
diare, dengan efek
Dosis: 20 mg langsung terhadap
aktivitas vili usus,
(Basic Pharmacology, mempengaruhi aktivitas
2017). enzim disakaridase pada
permukaan perbatasan
mikrovili usus, berperan
dalam transportasi air
dan elektrolit usus halus,
dan mempengaruhi
fungsi sel T sehingga
memperbaiki imunitas.
(Basic Pharmacology,
2017).
7. Cetirizine tab Cetirizine tab 10 mg 1 x 1 tab (10 Rinitis menahun, pruritus, Menghambat efek Tepat
mg) rinitis alergi sensasional histamin pada pembuluh
darah, bronkus dan
Dosis: 1 x 10 mg/hari bermacam-macam otot
(Basic Pharmacology, polos.
2017). (Basic Pharmacology,
2017).
8. Desoximetasone salep Desoximetason 2 x sehari Untuk mengobati berbagai Bekerja dengan Tepat
0,05% tipe kulit yang terkena menekan aktivitas sistem
eksim, dermatitis, alergi. imun, sehingga
mencegah pembentukan
2 x sehari dioles pada mediator atau sel-sel
bagian kulit yang luka yang memicu timbulnya
keluhan dan gejala
peradangan.
9. Scabimite cream Permethrin 5% 1 x pada Untuk mengobati infeksi Obat golongan Pyrethrin Tepat
malam hari kulit kulit skabies yang yang bekerja dengan
disebabkan oleh Tungau cara membunuh tungai
(mite) Sarcoptes scabiei. beserta telurnya
Dioleskan 1 x pada malam
hari. Setelah 8-24 jam, obat
dibilas dengan cara dicuci
menggunakan sabun.
Pengobatan dapat diulangi
setelah 1 minggu.
I. SOAP

Subject Object Problema Terapi Assesment Plan


Medik Rekomendasi Monitoring

Muntah S: 36OC Mual muntah,  Infus Ringer Laktat  Pasien MRS pada tanggal 11/10 di  Merekomendasi  Mual dan
mulai sejak RR: diare  Infus KA-EN 3B diagnosa mual, muntah dan diare. kan penurunan muntah pasien
pagi >10x, 20x/menit  Ceftriaxon inj  Pasien diberi resusitasi cairan dosis injeksi  Kadar leukosit
Nadi:  Ondansetron inj sebagai pengganti kehilangan cairan Ceftriaxon pasien
diare mulai
116x/menit  Lacto-B akibat muntah dengan diberikan menjadi (50 mg)  Kondisi
siang 1x Leukosit:  Zink tab infus Ringer laktat dan dilanjutkan dosis tunggal gatal/lukapada
cair. 21.340 dengan terapi maintenance dengan sebagai terapi
 Cetirizine tab kaki pasien
diberi infus KA-EN 3B. antibiotik pasien.
 Desoximetason salep
 Scabimite cream  Pasien diberi injeksi Ceftriaxon 2 x  Merekomendasi
750 mg, karena menilai dari data kan penggantian
  lab leukosit pasien tinggi, sehingga Ondansetron
diberi terapi antibiotik. Menurut injeksi (2 mg) ke
DIH dan Drug Doses 2017, Bayi obat
dan anak: 50-100 mg/kg/day dalam Domperidon
1-2 dosis terbagi. (0,25 mg) 3 x
 Pasien diberi injeksi ondansetron 2 sehari sebagai
mg sebagai terapi untuk mual dan terapi mual
muntah. Injeksi ondansetron diberi muntah pasien.
KP (Kalau Perlu). Menurut
(Santosa, 2015) terapi untuk mual
dan muntah pada anak <12 tahun
lebih aman diberikan Domperidone
(0,25 mg, max 0,75mg/hari).
 Pasien diberi Lacto-B sebagai
probiotik untuk membantu
memelihara kesehatan fungsi
pencernaan akibat muntah dan diare
yang dialami pasien (Basic
Pharmacology, 2017).
 Pasien diberi zinc tab (20 mg)
sebagai terapi penunjang untuk
diare yang dialami pasien (Basic
Pharmacology, 2017).
 Pada tanggal 14/10 pasien
mengeluhkan adanya gatal dan luka
pada kaki. Didapati pasien
mengalami dermatitis dan terkena
scabies sehingga dokter kemudian
memberi obat (Cetirizine tab,
Desoximetason salep dan Scabimite
cream) untuk mengobati dermatitis
dan scabies yang dialami pasien
(MIMS, 2017).
J. DRPs (Drug Related Problems)

No. Nama Obat DRPs Rekomendasi Planning

1. Ondansetron Pemilihan obat Terapi untuk mual dan -


kurang tepat. muntah pada anak <12
tahun lebih aman
diberikan Domperidone
(0,25 mg, max
0,75mg/hari) (Santosa,
2015).

Sehingga
direkomendasikan untuk
penggantian obat.

K. Terapi Non Farmakologi


1) Terapi non farmakologi:
• Pasien sebaiknya mengkonsumsi makanan-makanan yang tinggi kalori, tinggi
protein, diet lunak tidak merangsang, bila tidak tahan laktosadiberikan rendah
laktosa, bila maldigesti lemak diberikan rendah lemak.
• Minum yang banyak
• Menghindari atau membatasi makanan maupun minuman kemasan yang
mengandung pengawet, pemanis, pewarna.
• Mandi secara teratur dan menggunakan pelembab untuk kaki yang terkena eksim
atau dermatitis.
2) Monitoring
 Frekuensi pasien muntah dan diare.
 Gatal atau eksim pasien.
DAFTAR PUSTAKA

AphA, 2012, Drug Information Handbook with International Trade Names Index. Edisi ke-
21. Ohio: Lexicomp.

Basic Pharmacology and Drug Notes Edisi 2017. MMN Publishing: Makasar

DiPiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer T.L. and DiPiro C. V., 2015, Pharmacotherapy
Handbook, Ninth Edit., McGraw-Hill Education Companies, Inggris.

Kurniawan. M., Michael. S. S. L., dan Franklind, 2020, Diagnosis dan Terapi Skabies
Marsha, CDK, Vol. 47(2).

Medscape, 2011, Drug Interaction Checker, (online),


(http://www.reference.medscape.com/drug-interactionchecker), diakses tanggal 14
Oktober 2021.

Paramita. K., dan Sawitri, 2015, Profil Skabies pada Anak (Profile of Scabies in Children),
Periodical of Dermatology and Venereology, Vol. 27(1).

Anda mungkin juga menyukai