Mellitus (2)
KELOMPOK 1 Sub B Kelas C :
Pasien MRS dengan keluhan batuk selama 3 hari, dahak kuning kehijauan, kental, susah
keluar dan sesak
Tanda -tanda Vital
Tanggal (Tahun 2015)
September
Tanda-Tanda Vital
14 15 16 17 18
Berdebar √
Pusing √
Mual √
Batuk √ √ √ √ √
berdahak
WBC 4-10 18 ↑ 16 ↑
473 ↑ 375 ↑
GDA (mg/dL) < 200 425 ↑ 218
384 ↑
26,5 ↑
BUN (mg/mL) 10-24
Cr (m/dL) 0,5-1,5 1,4
Na (mmol/L) 135145 138
K (mmol/L) 3,5-5 4,85
100
Cl (mmol?L) 95-108
Hb (g/dL) 11-16 8,5 ↓ 8,1 ↓ 8,5 ↓
BGA
pH 7,532
PCO2 32- 45 37,2
PO2 75 - 100 41,4 ↓
HCO3 30,5
Terapi
Tanggal (Tahun 2015)
Terapi Obat
September
14 15 16 17 18
Inf NS : RL (1:1) √ √ √ √ √
Inf Levofloxacin 2 x 500 √
Inf Levofloxacin 1 x750 √ √ √ √
Actrapid pump 4 unit/jam √ √ √ √ √
OMZ 2 x 1 √ √ √ √ √
Alinamin F √ √ √ √ √
Ventolin Neb √ √ √ √ √
Codein 20 mg √ √ √ √ √
O2 2tpm √ √ √ √ √
Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (Perkeni,
2015).
Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang DM. Kecurigaan adanya DM perlu
dipikirkan apabila terdapat keluhan seperti: (Perkeni, 2015)
○ Keluhan klasik DM: poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan yang tidak
dapat dijelaskan sebabnya.
○ Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi pada pria,
serta pruritus vulva pada wanita.
Patofisiologi
● DM tipe 1 (5% -10% kasus) biasanya berkembang pada masa kanak-kanak atau awal masa dewasa
dan hasil dari kerusakan sel β pankreas yang dimediasi oleh autoimun mengakibatkan defisiensi
absolut insulin. Proses autoimun dimediasi oleh makrofag dan limfosit T dengan auto antibodi ke
antigen sel β (misalnya, antibodi sel pulau, antibodi insulin) (Dipiro, 2015).
● DM tipe 2 (90% kasus) ditandai dengan kombinasi beberapa derajat resistensi insulin dan defisiensi
insulin relatif. Resistensi insulin dimanifestasikan oleh peningkatan lipolisis dan produksi asam lemak
bebas, peningkatan produksi glukosa hati, dan penurunan serapan glukosa pada otot rangka (Dipiro,
2015).
Diagnosis
(Perkeni, 2015)
Klasifikasi DM
Menurut American Diabetes Association (2019), Klasifikasi DM secara etiologi,
antara lain :
Diabetes melitus tipe 1 (Diabetes Insulin Dependent)
Diabetes melitus tipe 1 terjadi karena destruktif sel beta yang mengakibatkan
defisiensi insulin absolut yang disebabkan autoimun dan idiopatik (Perkeni,
2015).
Diabetes melitus tipe 2 (Diabetes Non Insulin Dependent)
Diabetes melitus tipe 2 terjasi karena bermacam- macam penyebab, dari
mulai dominasi resitensi yang disertai defiensi insulin relative sampai yang
dominan defek sekresi insulin yang disertai resistensi insulin (Perkeni,
2015).
Diabetes melitus gestasional
Diabetes Melitus yang timbul pada saat kehamilan.
Diabetes melitus tipe lain
Klasifikasi DM
(PERKENI, 2019)
Assasment Planning
Problem
Subjektif Objektif Monitori
medik Analisis DRP Rekomendasi
ng
Actrapid pump 4 unit/jam
Pusing GDA DM Pasien mengalami DM - - GDA
Tgl 14/9 : Hiperglikemia hiperglikemia dengan GDA yang
- 473 tinggi. Dibeikan terapi Actrapid
(mg/dL) yang mengandung Insulin untuk
- 425 memperbaiki hiperglikemia pada
(mg/dL) pasien DM. Actrapid merupakan
- 384 insulin reguler kerja pendek (short-
(mg/dL) acting) dengan onset 30-60 menit,
Tgl 15/9 : mencapai puncak efek maksimum
- 375 dalam 2-3 jam dan lama kerja 6-8
(mg/dL) jam (dipiro. 2015).
Tgl 17/9 :
- 218 Pemberian terapi sudah tepat
(mg/dL) ditandai dengan kadar GDA yang
menurun.
(Dipiro, 2015)
Assasment Planning
Problem
Subjektif Objektif Rekomenda Monitorin
medik Analisis DRP
si g
OMZ 2 × 1
- - - Omeprazole diberikan untuk terapi Pemberian Omeprazol -
asam lambung serta dapat digunakan terapi tanpa tidak perlu
untuk mengatasi efek samping dari indikasi diberikan
pemberian levifloxacin yang berlebihn
yaitu mual dan mencegah gangguan
GITrack. Obat ini bekerja dengan
menghambat pompa proton, menekan
basal lambung dan merangsang
sekresi asam dengan menghamat
pompa H+/K+ ATP sel parietal.
Inf NS : RL (1:1)
Panas Suhu pada Demam Demam yang terjadi pada pasien - - - Elektrolit
tanggal 15 dikarenakan manifestasi klinik dari tubuh
(38,50C), pneumonia CAP yang diderita oleh - Suhu
tanggal 16 pasien. Pasien dengan rawat inap Tubuh
(380C), lazimnya diberikan terapi cairan
tanggal 17 infus untuk menjaga keseimbangan
(38,70C), elektrolit tubuh. Pada kasus ini
dan tanggal pasien diberikan terapi infus
18 (380C) NS:RL (1:1) untuk tetap menjaga
keseimbangan elektrolit tubuhnya,
dapat juga untuk membantu
menurunkan suhu tubuh pada
pasien. Suhu tubuh pada pasien
belum turun dikarenakan masih
terjadi infeksi pada pasien.
Subjektif Objektif Proble Assasment Planning
m
Analisis DRP Rekomendasi Monitoring
medik
Batuk WBC Infeksi Inf Levofloxacin 2 x 500 tanggal 14/9 Sebaiknya - WBC
selama 3 14/9 = Inf Levofloxacin 1 x750 tanggal 15-18/9 dilakukan biakan -Suhu tubuh
hari, dahak 18 dan mikrobiologi
kuning 17/9 = Pasien terkena penyakit Community- Infeksi yang dahak dan foto
kehijauan, 16 acquired pneumonia yang dibuktikan terjadi belum thoraks untuk
kental, dengan dengan gejala pasien yang membaik yang memastikan
susah berupa batuk dengan dahak yang ditandai dengan bakteri penyebab
keluar dan berwarna kuning kehijauan, terjadi gejala klinik Community-
sesak. infeksi dengan data laboratorium yang dialami acquired
Dyspnea, WBC yang meningkat pada tanggal 14/9 pasien masih ada pneumonia yang
= 18 dan 17/9 = 16, serta sesak. seperti batuk dialami pasien
Pasien diberikan terapi antibiotik dengan dahak,
levofloxacin golongan floroquinolon suhu tubuh
sudah tepat untuk mengatasi Community- masih tinggi dan
acquired pneumonia. namun, pada kadar wbc
pemberian hari pertama dosis yang pasien juga
diberikan lebih dari dosis maksimum per masih tinggi
hari yaitu 750 mg. hari kedua hingga
kelima pasien diberikan dosis 1x750 mg
sudah tepat (Dipiro ed.9, 2015).
Subjektif Objektif Problem Assessment Planning
medik
Analisis DRP Rekomendasi Monitoring
Sesak RR : 25 Dyspnea Ventolin Neb Pemberian terapi Diganti terapi lain • Sesak
x/menit tidak tepat seperti golongan • RR
Pasien didiagnosa dispnea diberikan opioid dan • ESO : sakit
Ventolin neb yang berisi salbutamol. Ventolin anxioloitic kepala
Salbutamol merupakan golongan berinterksi
bronklodilator yang dapat dengan codein
mengurangi beban resistif. Namun
pemberian Ventolin kurang efektif
dapat dilihat pada data klinis pasien
dimana sesak yang diderita semakin
parah.
T. Nishino. (2011). ‘Dypnoea : Underlying Mechanisms and Treatment’, British Journal of Anaesthesia, 106 (4) : 463-74.
doi :10.1093/bja/aer040.
Subjektif Objektif Problem Assessment Planning
medik Analisis DRP Rekomendasi Monitoring