Anda di halaman 1dari 26

Studi kasus Diabetes

Mellitus (2)
KELOMPOK 1 Sub B Kelas C :

 Hikmah Nova (20170430002)


 Gusti Bayu Pratama (20170430004)
 Wulandar (20170430005)
 Alfirda Jenyta Sari (20170430015)
STUDI KASUS
Nama Pasien Tn.EL
Umur 56 Tahun
No. RM 35.XX.XX
MRS 14/09/15
Ruangan PAVILIUN IV
Riwayat Penyakit DM retinopati
Riwayat Obat Apidra 3 x 18
Lantus 0-0-28
Acarbose 3x1
Aspilet 1x1

Tinggi / Berat Badan 158 cm/40 kg


Riwayat Alergi Obat NA
Riwayat Penyakit Keluarga NA
Diagnosis MRS Dyspnea, infeksi, DM hiperglikemia

Pasien MRS dengan keluhan batuk selama 3 hari, dahak kuning kehijauan, kental, susah
keluar dan sesak
Tanda -tanda Vital
Tanggal (Tahun 2015)

September
Tanda-Tanda Vital
14 15 16 17 18

Tekanan Darah (mmHg) 130/80 100/70 110/70 90/60 90/60

Suhu (t0C) 37 38,5 38 38,7 38

Heart Rate (x/menit) 96 96 96 96 98

Respiratory Rate (x/menit) 25 22 22 24 24


Kondisi Klinis
Kondisi 7/11/19 8/11/19 9/11/19 10/11/19 11/11/19
klinik

Berdebar √

Pusing √

Mual √

Batuk √ √ √ √ √
berdahak

Sesak +++ ++ ++++ +++ ++++


Data Lab
Tanggal (Tahun 2015)
Pemeriksaan
Normal
Laboratorium 14/9 15/9 16/9 17/9 18/9

WBC 4-10 18 ↑     16 ↑  
473 ↑ 375 ↑
GDA (mg/dL) < 200 425 ↑   218  
384 ↑
26,5 ↑  
BUN (mg/mL) 10-24      
Cr (m/dL) 0,5-1,5 1,4        
Na (mmol/L) 135145 138        
K (mmol/L) 3,5-5 4,85        
100  
Cl (mmol?L) 95-108      
Hb (g/dL) 11-16 8,5 ↓ 8,1 ↓   8,5 ↓  
BGA    
pH   7,532        
PCO2 32- 45  37,2        
PO2  75 - 100 41,4 ↓        
HCO3   30,5        
Terapi
Tanggal (Tahun 2015)

Terapi Obat
September
14 15 16 17 18

Inf NS : RL (1:1) √ √ √ √ √
Inf Levofloxacin 2 x 500 √        
Inf Levofloxacin 1 x750   √ √ √ √
Actrapid pump 4 unit/jam √ √ √ √ √
OMZ 2 x 1 √ √ √ √ √
Alinamin F √ √ √ √ √
Ventolin Neb √ √ √ √ √
Codein 20 mg √ √ √ √ √
O2 2tpm √ √ √ √ √
Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (Perkeni,
2015).
Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang DM. Kecurigaan adanya DM perlu
dipikirkan apabila terdapat keluhan seperti: (Perkeni, 2015)

○ Keluhan klasik DM: poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan yang tidak
dapat dijelaskan sebabnya.

○ Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi pada pria,
serta pruritus vulva pada wanita.
Patofisiologi
● DM tipe 1 (5% -10% kasus) biasanya berkembang pada masa kanak-kanak atau awal masa dewasa
dan hasil dari kerusakan sel β pankreas yang dimediasi oleh autoimun mengakibatkan defisiensi
absolut insulin. Proses autoimun dimediasi oleh makrofag dan limfosit T dengan auto antibodi ke
antigen sel β (misalnya, antibodi sel pulau, antibodi insulin) (Dipiro, 2015).
● DM tipe 2 (90% kasus) ditandai dengan kombinasi beberapa derajat resistensi insulin dan defisiensi
insulin relatif. Resistensi insulin dimanifestasikan oleh peningkatan lipolisis dan produksi asam lemak
bebas, peningkatan produksi glukosa hati, dan penurunan serapan glukosa pada otot rangka (Dipiro,
2015).
Diagnosis

(Perkeni, 2015)
Klasifikasi DM
Menurut American Diabetes Association (2019), Klasifikasi DM secara etiologi,
antara lain :
 Diabetes melitus tipe 1 (Diabetes Insulin Dependent)
Diabetes melitus tipe 1 terjadi karena destruktif sel beta yang mengakibatkan
defisiensi insulin absolut yang disebabkan autoimun dan idiopatik (Perkeni,
2015).
 Diabetes melitus tipe 2 (Diabetes Non Insulin Dependent)
Diabetes melitus tipe 2 terjasi karena bermacam- macam penyebab, dari
mulai dominasi resitensi yang disertai defiensi insulin relative sampai yang
dominan defek sekresi insulin yang disertai resistensi insulin (Perkeni,
2015).
 Diabetes melitus gestasional
Diabetes Melitus yang timbul pada saat kehamilan.
 Diabetes melitus tipe lain
Klasifikasi DM

(KEMENKES, 2019) (PERKENI, 2019)


Tatalaksana DM

(PERKENI, 2019)
Assasment Planning
Problem
Subjektif Objektif Monitori
medik Analisis DRP Rekomendasi
ng
Actrapid pump 4 unit/jam
Pusing GDA DM Pasien mengalami DM - - GDA
Tgl 14/9 : Hiperglikemia hiperglikemia dengan GDA yang
- 473 tinggi. Dibeikan terapi Actrapid
(mg/dL) yang mengandung Insulin untuk
- 425 memperbaiki hiperglikemia pada
(mg/dL) pasien DM. Actrapid merupakan
- 384 insulin reguler kerja pendek (short-
(mg/dL) acting) dengan onset 30-60 menit,
Tgl 15/9 : mencapai puncak efek maksimum
- 375 dalam 2-3 jam dan lama kerja 6-8
(mg/dL) jam (dipiro. 2015).
Tgl 17/9 :
- 218 Pemberian terapi sudah tepat
(mg/dL) ditandai dengan kadar GDA yang
menurun.
(Dipiro, 2015)
Assasment Planning
Problem
Subjektif Objektif Rekomenda Monitorin
medik Analisis DRP
si g
OMZ 2 × 1
- - - Omeprazole diberikan untuk terapi Pemberian Omeprazol -
asam lambung serta dapat digunakan terapi tanpa tidak perlu
untuk mengatasi efek samping dari indikasi diberikan
pemberian levifloxacin yang berlebihn
yaitu mual dan mencegah gangguan
GITrack. Obat ini bekerja dengan
menghambat pompa proton, menekan
basal lambung dan merangsang
sekresi asam dengan menghamat
pompa H+/K+ ATP sel parietal.

pasien tidak menunjukkan adanya


efek samping dari pemberian
CREDITS:levofloxacin maupun
This presentation template gangguan
was created by Slidesgo, including icons by
lambung
Flaticon, sehingga
and infographics & imagesomeprazole tidak by Stories
by Freepik and illustrations
perlu diberikan
(BNF 80. 2020)
Subjektif Objektif Problem Assesment Planning
Medik
Analisis DRP Rekomendasi Monitoring

Riwayat GDA 473 DM Alinamin F - reaksi alergi


DM mg/dl Retinopati Seperti
Retinopati Alinamin F merupakan - gatal-gatal,
vitamin/ suplemen yg sesak napas,
mengandung Tiamin sakit kepala,
tetrahidrofurfuril disulfida bengkak
50 mg dan ribovlafin 5 mg,
digunakan untuk pada wajah,
memenuhi kebutuhan bibir & mata
vitamin B kompleks
terutama B1 dan B2. obat
ini bekerja dengan
mempertahankan kadar
vitamin B2 dalam tubuh.
Diberikan 1 tablet setiap
hari setelah makan.
Assasment Planning
Problem
Subjektif Objektif
medik Analisis DRP Rekomendasi Monitoring

Inf NS : RL (1:1)
Panas Suhu pada Demam Demam yang terjadi pada pasien - - - Elektrolit
tanggal 15 dikarenakan manifestasi klinik dari tubuh
(38,50C), pneumonia CAP yang diderita oleh - Suhu
tanggal 16 pasien. Pasien dengan rawat inap Tubuh
(380C), lazimnya diberikan terapi cairan
tanggal 17 infus untuk menjaga keseimbangan
(38,70C), elektrolit tubuh. Pada kasus ini
dan tanggal pasien diberikan terapi infus
18 (380C) NS:RL (1:1) untuk tetap menjaga
keseimbangan elektrolit tubuhnya,
dapat juga untuk membantu
menurunkan suhu tubuh pada
pasien. Suhu tubuh pada pasien
belum turun dikarenakan masih
terjadi infeksi pada pasien.
Subjektif Objektif Proble Assasment Planning
m
Analisis DRP Rekomendasi Monitoring
medik

Batuk WBC Infeksi Inf Levofloxacin 2 x 500 tanggal 14/9 Sebaiknya - WBC
selama 3 14/9 = Inf Levofloxacin 1 x750 tanggal 15-18/9 dilakukan biakan -Suhu tubuh
hari, dahak 18 dan mikrobiologi
kuning 17/9 = Pasien terkena penyakit Community- Infeksi yang dahak dan foto
kehijauan, 16 acquired pneumonia yang dibuktikan terjadi belum thoraks untuk
kental, dengan dengan gejala pasien yang membaik yang memastikan
susah berupa batuk dengan dahak yang ditandai dengan bakteri penyebab
keluar dan berwarna kuning kehijauan, terjadi gejala klinik Community-
sesak. infeksi dengan data laboratorium yang dialami acquired
Dyspnea, WBC yang meningkat pada tanggal 14/9 pasien masih ada pneumonia yang
= 18 dan 17/9 = 16, serta sesak. seperti batuk dialami pasien
Pasien diberikan terapi antibiotik dengan dahak,
levofloxacin golongan floroquinolon suhu tubuh
sudah tepat untuk mengatasi Community- masih tinggi dan
acquired pneumonia. namun, pada kadar wbc
pemberian hari pertama dosis yang pasien juga
diberikan lebih dari dosis maksimum per masih tinggi
hari yaitu 750 mg. hari kedua hingga
kelima pasien diberikan dosis 1x750 mg
sudah tepat (Dipiro ed.9, 2015).
Subjektif Objektif Problem Assessment Planning
medik
Analisis DRP Rekomendasi Monitoring

Sesak RR : 25 Dyspnea Ventolin Neb Pemberian terapi Diganti terapi lain • Sesak
x/menit tidak tepat seperti golongan • RR
Pasien didiagnosa dispnea diberikan opioid dan • ESO : sakit
Ventolin neb yang berisi salbutamol. Ventolin anxioloitic kepala
Salbutamol merupakan golongan berinterksi
bronklodilator yang dapat dengan codein
mengurangi beban resistif. Namun
pemberian Ventolin kurang efektif
dapat dilihat pada data klinis pasien
dimana sesak yang diderita semakin
parah.
T. Nishino. (2011). ‘Dypnoea : Underlying Mechanisms and Treatment’, British Journal of Anaesthesia, 106 (4) : 463-74.
doi :10.1093/bja/aer040.
Subjektif Objektif Problem Assessment Planning
medik Analisis DRP Rekomendasi Monitoring

batuk Batuk Codein 20 mg Kesalahan Dapat Batuk


selama 3 pemberian terapi direkomendasik berkurang ,dahak
hari, Pasien mengeluhkan batuk selama an dengan dapat keluar.
dahak 3 hari, dahak kuning kehijauan, Codein penggunaan
kuning kental dan susah keluar untuk itu berinteraksi golongan ESO :
kehijauan diberikan codein dimana codein dengan ventolin mukolitik atau Mengantuk,
, kental, bekerja dengan cara menyebabkan ekspektoran. konstipasi
susah supresi batuk dengan aksi sentral
keluar langsung di medula (DIH, 2009).
Namun pemberian codein tidak
disarankan untuk pasien dengan
batuk produktif dan berdahak
dapat dilihat dari data klinik pasien
bahwa tidak ada perbaikan kondisi
batuk pada pasien.
(DIH Edisi 17)
Subjekti Objektif Problem Assessment Planning
f medik Analisis DRP Rekomendasi Monitoring

Sesak RR > 20 Dispnea O2 2tppm - - Sesak pada


pasien
Pasien diberikan terapi O2 berkurang dan
dimana O2 dapat menurunkan RR kembali
pergerakan ventilasi hipoksia normal.
dengan menurunkan aktivitas
kemoreseptor perifer dengan
demikian dapat mengurangi
sesak pada pasien (Nishino,
2011).
Daftar Pustaka
• T. Nishino. (2011). ‘Dypnoea : Underlying Mechanisms and Treatment’, British Journal of Anaesthesia,
106 (4) : 463-74. doi :10.1093/bja/aer040.
• Aberg, J.A., Lacy, C.F. Amstrong, L.L, Goldman, M.P and Lance, L.L., 2009. Drug Information
Handbook 17th edition. Lexi Comp for the American Pharmacist Association
• KEMENKES RI. 2019. PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN PADA DIABETES MELLITUS.
Jakarta : Kemenkes RI.
• PERKENI. 2019. PEDOMAN PENGELOLAAN DAN PENCEGAHAN DIABETES MELLITUS TIPE
2 DEWASA DI INDONESIA. Jakarta : PB Perkeni
• DiPiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer T.L., and DiPiro C.V., 2015, Pharmacotherapy Handbook,
Ninth Edit., McGraw-Hill Education Companies, Inggris.- BNF80 British National Formulary. 2020.
London.
• DIH. 2014. Drug Information Handbook 23th Edition. American Pharmacist Association

Anda mungkin juga menyukai